Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata batik diambil dari kata ambatik, yaitu kata amba (bahasa
jawa) yang berarti menulis dan tik yang berarti titik kecil, tetesan, atau
membuat titik. Jadi, batik adalah menulis atau melukis titik. Secara umum,
membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara
berulang-ulang di atas kain.
Kegiatan membatik memerlukan alat dan bahan. Menurut Mahfudz
(2016) mengemukaakan alat dalam membatik yaitu canting, kuas, kompor
minyak tanah, wajan, gawangan, kerokan, nampan, panci, sarung tangan,
serta sendok dan mangkuk. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
membatik yaitu kain dan malam / lilin.
Kegiatan membatik juga menggukanan teknik-teknik tertentu dan
harus membuat sket atau pola terlebih dahulu. Menurut Parjono (2011)
pembuatan sket/ pola batik dilakukan untuk merencanakan gambar yang
akan dibuat agar ketika proses pembatikan tidak terjadi kekeliruan. Kain
yang akan digunakan sebaiknya disetrika dulu sebelum permukaannya
diberi gambar pola/sket. Permukaan kain yang halus dan rata akan
memudahkan pembuatan pola dan proses pemalamannya.
Cara membuat sket / pola bisa dilakukan dengan pola langsung
maupun pola tidak langsung. Pola langsung yaitu pembatik langsung
menggunakan canting pada kain sedangkan pola tidak langsung yaitu desain
dibuat di atas kertas gambar (yang paling baik adalah kertas
transparan/kalkir). Untuk mempermudah pemindahan keatas kain sebaiknya
desain dibuat dengan tinta dan diberi keterangan warna-warnanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah saja kegunaan alat dan bahan batik?
2. Bagaimanakah pengelompokkan alat membatik?
3. Apa saja bahan dan warna batik berdasarkan cara penggunaannya?
4. Bagaimanakah teknik membuat sket dikain putih?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan
dalam penulisan makalah:
1. Untuk mengetahui kegunaan alat dan bahan batik.
2. Untuk mengetahui pengelompokkan alat membatik.
3. Untuk mengetahui bahan dan warna batik berdasarkan cara
penggunaannya.
4. Untk mengetahui teknik membuat sket dikain putih.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegunaan Alat dan Bahan Batik


Menurut Mahfudz (2016) mengemukaakan bahwa alat dan bahan
dalam membatik memiliki kegunaan yaitu :
1. Peralatan Membatik
a. Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk
membatik. Penggunaan canting adalah untuk menorehkan
(melukiskan) cairan malam agar terbentuk motif batik. Canting
memiliki beberapa bagian yaitu:
Ganggang
Ganggang merupakan bagian canting yang
berfungsi sebagai pegangan pembatik pada saat
menggunakan canting untuk mengambil cairan malam dari
wajan, dan menorehkan (melukiskan) cairan malam pada
kain. Gagang biasanya terbuat dari kayu ringan.
Nyamplung (tangki kecil)
Nyamplung merupakan bagian canting yang
berfungsi sebagai wadah cairan malam pada saat proses
membatik. Nyamplung terbuat dari tembaga.
Cucak atau carat
Cucuk merupakan bagian ujung canting dan
memiliki lubang sebagai saluran cairan malam dari
nyamplung. Ukuran dan jumlah cucuk beragam tergantung
jenisnya. Cucuk tersebut terbuat dari tembaga. Kondisi
cucak harus senantiasa berlubang, kalau tersumbat oleh
cairan malam yang sudah mengeras, cucak dapat dilubangi
lagi dengan cara mencelupkan di cairan panas malam,
sumbatan keras tersebut akan turut mencair kembali.
Sedangkan bila sumbatan belum mengeras maka
pelubangnya dapat dipakai dengan bulu sapu lantai.

Menurut Parjono (2011) mengemukakan bahwa macam-


macam canting :
Canting pola/ klowong digunakan untuk membuat pola
sesuai motif.
Canting isen-isen/ ceceg digunakan untuk mengisi bagian-
bagian dengan motif titik-titik.
Canting popok/ tembok digunakan untuk menutup bagian
motif apabila menghendaki warna lebih dari satu,
b. Kuas
Pada umunya kuas digunakan untuk melukis, dalam proses
membatik kuas juga dapat digunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi
bidang motif luas dengan malam secara penuh. Kuas dapat juga
untuk menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda
dapat mempergunakan kuas cat minyak, kuas cat air, atau bahkan
kuas cat tembok untuk bidang sangat luas.

c. Kompor minyak tanah


Kompor minyak tanah dipergunakan untuk memanasi
malam agar cair. Pilihlah kompor yang ukurannya kecil saja, tidak
perlu yang besar. Pembatik tradisional biasanya menggunkan anglo
atau keren. Anglo merupakan arang kayu sebagai bahan bakar.
Kelemaha anglo/keren adalah asap yang ditimbulkannya berbeda
dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan asap. Pilihlah
kompor yang kecil dengan diameter 13 cm, sesuai dengan besar
wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api
yang cukup besar seperti kalau kita memasak di dapur.

d. Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan,
terbuat dari bahan logam. Pilihlah wajan yang memiliki tangkai
lengkap kanan dan kiri agar memudahkan kita mengangkatnya dari
dan ke atas kompor. Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran
besar, wajan dengan diameter kurang lebih 15 cm sudah cukup
memadai untuk tempat pencairan malam.

e. Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan
kiri pembatik memegangi kain tersebut. Untuk itu membutuhkan
media untuk membentangkan kain tersebut, yang disebut
gawangan. Disebut demikian karena bentuknya seperti gawang
sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan dan mudah diangkat dan
dipindahkan. Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai
untuk kegiatan membatik Anda. Memang di masa lalu ada
beberapa peralatan pendukung lainnya seperti saringan, kursi kecil
(dingklik) dan lipas/tepas. Tepas diperlukan untuk membantuk
menyalakan api arang kayu di anglo/keren. Sekarang ini dengan
adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam kegiatan
membatik.

f. Kerokan
Digunakan untuk mengupas lilin/ malam yang tidak
dikehendaki warna.
g. Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran
pewarna dan mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah
ukuran nampan yang sesuai dengan ukuran kain yang dibatik agar
kain benar-benar tercelup semuanya.

h. Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas
kompor atau tungku dan untuk melorot kain setelah diwarnai agar
malam bisa bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai dengan ukuran
kain yang dibatik.
i. Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada
saat mencampur bahan pewarna dan mencelupkan kain ke dalam
cairan pewarna. Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain,
pergunakanlah selalu sarung tangan karena bahan pewarna batik
terbuat dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan
pernafasan, kecuali pewarna alami (natural).

j. Sendok dan Mangkuk


Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan
mangkuk plastik untuk mencampur zat pewarna tersebut sebelum
dimasukkan ke dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk
menakar air.

2. Bahan Membatik
a. Kain
Salah satu bahan yang paling pokok dalam membatik
adalah kain, sebagai media tempat motif akan dilukiskan. Untuk
membatik biasanya kain yang biasa digunakan adalah jenis kain
katun seperti kain Voilissma, Primis, Primissima, mori biru, Philip,
berkolyn, santung, blacu, dan ada juga yang mempergunakan kain
sutera alam. Menurut Parjono (2011) menjelaskan bahwa macam-
macam kain mori
Primisima yaitu kain yang sangat halus untuk kain batik
alusan.
Prisma yaitu kain halus no 2 untuk kain batik dengan cap
Biru (medium) yaitu kain yang sedang/ agak kasar
berwarna putih kebiruan untuk bahan sandang.
Blacu yaitu kain yang kasar untuk sandang kasar berwarna
agak kecoklatan.
Birkolin yaitu kain yang halus dan kuat untuk batik lukis.

Media kain yang harus diperhatikan adalah usahakan agar


kain tersebut tidak mengandung kanji atau kotoran lainnya, karena
hal ini akan mengganggu proses penyerapan malam ataupun warna.
Pengolahan kain ini lebih banyak dikenal dengan istilah ngloyor.
Bahan untuk pengolahan kain biasanya minyak jarak atau larutan
asam. Pengolahan kain menggunakan minyak jarak, langkah yang
harus dikerjakan yaitu merendam kain dalam panci dan direbus
dengan memasukkan minyak jarak ke dalam rebusan kain tersebut.
Apabila sudah mendidih, diambil dan direndam dalam air dingin
sambil diremas-remas. Air dingin untuk merendam kain ini bisa
ditambahkan sabun atau deterjen.
Pengolahan kain dengan larutan asam biasanya dilakukan
satu hari, tetapi perlu diperhatikan bahwa larutan asam yang terlalu
banyak akan merusak kain. Pengolahan kain dengan minyak jarak
dan larutan asam tidak cocok digunakan untuk kain sutera, karena
kain sutera yang berbahan sangat lembut memerlukan perlakuan
khusus. Biasanya pengolahan kain sutera dengan sabun yang
khusus untuk serat halus dan tidak diperas berlebihan atau apabila
sulit untuk mencari sabun khusus untuk kain sutera bisa
menggunakan shampo untuk rambut, tetapi gunakan sedikit saja
dan cucilah dengan perlahan. Sebagai tambahan saja, bahwa kain
sutera sangat cocok apabila diwarna dengan menggunakan pewarna
alam. Selanjutnya setelah kain diangkat dari perendaman,
kemudian kain dilipat dan dikemplong (ngemplong) yaitu
dengan cara memukul-mukul kain tersebut dengan menggunakan
pemukul kayu. Tujuannya agar serat kain menjadi kendor dan
lemas. Setelah dikemplong kain dijemur. Setelah kering kain bisa
diseterika dan siap untuk dipola. Saat ini banyak tersedia kain yang
berkualitas bagus, tetapi tentu saja kain tersebut masih
mengandung kanji. Tetapi terkadang saat ini banyak orang yang
hanya merendam kain dalam air sampai beberapa kali tanpa
menggunakan minyak jarak atau larutan asam. Cara ini bisa juga
dilakukan pada kain yang sedikit mengandung kanji. Setelah kain
diproses ngloyor dan ngemplong, kain tersebut diukur sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan.
b. Malam/ Lilin
Malam merupakan bahan bahan utama yang menjadi ciri
khas dalam proses membatik. Dalam proses membatik, malam
mempunyai fungsi untuk merintangi warna masuk ke dalam serat
kain dimana motif telah dipolakan dan agar motif tetap tampak.
Sebelum menggunakan malam, pilihlah malam yang sesuai dengan
kebutuhan, karena malam memiliki jenis, sifat, dan fungsi
beragam. Menurut Parjono (2011) malam memiliki beberapa jenis
yang diantaranya biasa dipakai :
Lilin klowong yaitu yang biasanya dipakai untuk
ngengrengi berwarna coklat dengan daya rekat yang
bagus.
Lilin tembokan yaitu lilin untuk nembok atau ngeblok, liln
berwarna kuning gelap atau coklat.
Parafin yaitu lilin yang biasanya menimbulkan efek pecah
berwarna putih.

B. Mengelompokkan Alat Membatik


1. Alat dan Bahan Batik Tulis
Ivana (2014) mengemukakan bahwa alat dan bahan dalam batik
tulis sebagai berikut :
a. Dingklik
Dingklik adalah tempat duduk yang digunakan pada saat
pembatik melakukan proses membatik batik tulis. Tempat duduk
ini biasanya dipilih dengan menyesuaikan tinggi dari orang yang
akan melakukan proses membatik. Hal ini diperlukan untuk
kenyamanan pembatiknya selama proses menulis malam ke kain
mori. Biasanya dingklik terbuat dari dari kayu atau bisa juga dari
rotan. Namun bisa juga dipilih dingklik atau tempat duduk yang
terbuat dari plastik. Semua ini tergantung selera masing-masing
orang.

b. Gawangan
Pada saat pembuatan batik tulis diperlukan gawangan atau
tempat untuk meletakkan kain yang akan dibatik. Gawangan ini
bisa terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan ini bisa dipindah-
pindah tergantung dari kebutuhan pembatiknya.
c. Bandul
Saat pembuatan batik tulis, agar kain tidak bergeser atau
tertiup angin biasanya pembatik memberikan bandul. Bandul ini
fungsinya sebagai pemberat. Bandul bisa terbuat dari ogam, kayu
atau batu.

d. Taplak
Taplak terbuat dari kain. Gunanya adalah melindungi paha
pembuat batik tulis agar tidak terkena tetesan malam/ lilin panas
saat membatik dengan canting. Tidak perlu kain yang bagus, yang
penting bisa melindungi paha/ kaki. Semakin tebal semakin bagus
agar panasnya tidak tembus sampai di kaki pembatik.

e. Canting
Canting adalah peralatan utama yang digunakan untuk
membatik. Canting dibuat dari campuran tembaga dan kayu atau
bambu. Alat inilah yang digunakan oleh pembuat batik tulis untuk
menggambar batik dengan cairan malam/ lilin panas. Canting
sendiri terdiri dari beberapa jenis. Masing-masing digunakan untuk
keperluan masing-masing, misalnya membentuk kerangka/ pola
dasar untuk mengisi bidang pada kain batik.

f. Meja
Kayu / Kemplongan
Alat ini digunakan untuk meratakan kain yang kusut
sebelum digambar pola dan dibuat menjadi batik tulis. Meja kayu/
kemplongan dibuat dari kayu dan dibentuk meja. Komplongan
terdiri atas kayu, palu, dan penggilasan kayu.

g. Kain Mori
Mori adalah bahan baku katun yang terbuat dari kapas.
Kain katun mempunyai beberapa jenis kualitas. Semakin bagus
kualitas kainnya semakin alus dan benangnya pun rapat semakin
bagus pula batik tulis yang dihasilkan. Dalam menentukan ukuran
kain untuk batik tulis akan sangat tergantung dari tujuan
pembuatannya. Misalnya untuk membuat baju lengan pendek pria
tentunya berbeda ukuran dengan membuat gaun panjang wanita.
Namun selain dari katun, batik juga bisa dibuat dari bahan sutra,
poliester, rayon, dan bahan lainnya.
h. Lilin/ Malam
Lilin atau malam yang dimaksud disini adalah lilin/ malam
yang sudah dicairkan. Ada berbagai jenis lilin/ malam yang
biasanya digunakan dalam pembuatan batik tulis. Masing-masing
jenis lilin ikut menentukan hasil dan kualitas dari batik tulis yang
dibuat.

i. Wajan dan Kompor


Wajan digunakan untuk tempat lilin/ malam. Malam ini
dimasukkan ke wajan dan dipanaskan menggunakan kompor
kemudian digunakan sebagai bahan untuk menggambar batik tulis.
Jaman dulu kompor menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Dewasa ini bahan bakar kompor tidak hanya dari minyak tanah
namun bisa dari bahan bakar lainnya.

j. Zat Pewarna Batik


Zat warna batik ini macam-macam jenisnya. Beberapa batik
masih mempertahankan tradisi jaman dahulu dengan menggunakan
pewarna batik dari bahan alami. Namun sekarang jenis pewarna
sintesis pun banyak ditemukan dan juga digunakan oleh para
pembuat batik tulis.
2. Alat dan Bahan Batik Jumput/ Ikat Celup
a. Alat
1) Jarum jahit
Jarum jahit digunakan untuk mejahit motif-motif yang
diinginkan, jarum jahit yang digunakan juga harus yang
memiliki lubang jarum yang besar, supaya benang dan tali yang
lain dapat masuk pada lubang tersebut.

2) Benang jahit
Benang bertujuan untuk mengikat kain agar kain tidak
kemasukan warna pada saat proses pewarnaan berlangsung.
Benang yang digunakan sebaiknya benang yang tebal dan kuat
seperti benang sintesis, benang jeans, dan benang sepatu agar
pada saat pewarnaan benang tersebut tidak putus dan rapuh.

3) Karet gelang
Karet gelang digunakan untuk membuat motif dan
membentuk untuk mengikat biji-bijian.
4) Dingklik
Dingklik atau tempat duduk digunakan untuk duduk
pada saat pembuatan batik jumputan.

5) Ember
Digunakan untuk melarutkan warna-warna tertentu agar
mempermudah pada saat mewarna kain.

6) Kuas
Kuas untuk membatik seharusnya menggunakan kuas yang
tahan terhadap panas, berfungsi untuk mencolet warna atau
menutup permukaan kain yang tidak harus terkena warna lain.
7) Gunting
Gunting berfungsi untuk memotong kain, tali, benang, dan
karet.

8) Pensil
Pensil yaitu alat yang digunakan untuk menggambar pola.

9) Panci atau dandang besar


Panci digunakan untuk mendidihkan air yang akan
digunakan untuk pelarutan warna yang menggunakan air panas.

10) Kerikil, batu


Adalah alat yang digunakan sebagai pembatas atau
penunjang pembuatan motif pada saat dilakukan proses
pengikatan atau penjahitan kain.
b. Bahan
1) Kain
Kain adalah salah satu bahan yang digunakan untuk
membuat batik, diantaranya batik ikat celup menggunakan kain.
Adapun jenis-jenis kain yang digunakan dalam pembuatan batik
ikat celup tersebut antara lain:
a) Mori
Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori berasal dari katun
(buah kapas), sutera asli atau sutera tiruan. Kain mori dari
katun lebih umum digunakan untuk proses batik ikat celup.
Berdasarkan kehalusannya, kain mori yang paling halus terdiri
dari mori primissima dan mori prima. Sedangkan mori yang
golongan sederhana yaitu mori biru dan blaco. Dari beberapa
bahan mori (katun) yang selama ini dipakai bahan batik, di
dalam penerapannya untuk bahan busana mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Keleihan yang dimiliki oleh kain
mori/ katun yaitu mempunyai daya serap yang tinggi terhadap
cairan dan berfungsi sebagai penghantar yang baik dari
pengaruh cuaca dalam pemakaiannya. Kelemahan yang
dimiliki kain mori mempunyai sifat mudah kusut yang mudah
terserang bakteri, sehingga mengakibatkan kain cepat rusak.

b) Sutera
Selain mori, pembuatan batik jumputan juga bisa
menggunakan sutra atau sutera adalah serat protein alami yang
dapat ditenun menjadi textile. Jenis sutra yang paling umum
adalah sutera dari kepompong yang dihasilkan larva ulat sutra
murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternak ulat itu disebut
serikultur) sehingga memudahkan proses pengikat dan
pencelupan. Sutra berstruktur mulus, lembut namun tidak licin,
rupa berkilauan yang menjadi daya tarik sutra berasal dari
struktur seperti prisma segitiga dalam serat tersebut yang
membuat kain sutera dapat mambiaskan cahaya dari sudut.

Ada juga beberapa kain yang sifatnya tidak cocok ubtuk


proses batik ikat celup, diantaranya kain dari benang rayon
atau kain yang memiliki permukaan yang terlalu liicin, kain
yang terlalu kaku atau keras, atau tidak memiliki daya serap
yang memadai.
2) Pewarna
Pewarna bertujuan untuk memberi warna pada kain batik
sehingga menghasilkan suatu warna yang baik. Proses
pewarnaan dapat dilakukan dengan cara celupan, coletan, dam
kuasan.

Seri Pewarna Napthol


C. Bahan dan Warna Batik Berdasarkan Cara Penggunaannya
1. Bahan dan pewarnaan batik tulis
a) Kain
Mori adalah bahan baku katun yang terbuat dari kapas.
Kain katun mempunyai beberapa jenis kualitas. Semakin bagus
kualitas kainnya semakin alus dan benangnya pun rapat semakin
bagus pula batik tulis yang dihasilkan. Dalam menentukan ukuran
kain untuk batik tulis akan sangat tergantung dari tujuan
pembuatannya. Misalnya untuk membuat baju lengan pendek pria
tentunya berbeda ukuran dengan membuat gaun panjang wanita.
Namun selain dari katun, batik juga bisa dibuat dari bahan sutra,
poliester, dan bahan lainnya.
b) Pewarna
Bahan pewarna yang dipilih adalah Napthol, yang pada
umumnya Napthol adalah zat pewarna kimia yang biasa digunakan
sebagai pewarna batik tulis, dicampur dengan Kaustik Soda,
NHCL, dan lain-lain.
Kaustik soda (NaOH) adalah bahan kimia sebagai
pencampur warna napthol.
Soda Abu (Na2CO310H2O) adalah bahan kimia yang
fungsinya mempermudah pelepasan makam pada saat
proses pelorodan.
2. Bahan dan pewarnaan batik jumputan/ ikat celup
a) Kain
Kain adalah salah satu bahan yang digunakan untuk
membuat batik, diantaranya batik ikat celup menggunakan kain.
Adapun jenis-jenis kain yang digunakan dalam pembuatan batik
ikat celup tersebut antara lain:
1) Mori
Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori berasal dari katun
(buah kapas), sutera asli atau sutera tiruan. Kain mori dari
katun lebih umum digunakan untuk proses batik ikat celup.
Berdasarkan kehalusannya, kain mori yang paling halus
terdiri dari mori primissima dan mori prima. Sedangkan
mori yang golongan sederhana yaitu mori biru dan blaco.
Dari beberapa bahan mori (katun) yang selama ini dipakai
bahan batik, di dalam penerapannya untuk bahan busana
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Keleihan yang
dimiliki oleh kain mori/ katun yaitu mempunyai daya serap
yang tinggi terhadap cairan dan berfungsi sebagai
penghantar yang baik dari pengaruh cuaca dalam
pemakaiannya. Kelemahan yang dimiliki kain mori
mempunyai sifat mudah kusut yang mudah terserang
bakteri, sehingga mengakibatkan kain cepat rusak.
2) Sutera
Selain mori, pembuatan batik jumputan juga bisa
menggunakan sutra atau sutera adalah serat protein alami
yang dapat ditenun menjadi textile. Jenis sutra yang paling
umum adalah sutera dari kepompong yang dihasilkan larva
ulat sutra murbei (Bombyx mori) yang diternak (peternak
ulat itu disebut serikultur) sehingga memudahkan proses
pengikat dan pencelupan. Sutra berstruktur mulus, lembut
namun tidak licin, rupa berkilauan yang menjadi daya tarik
sutra berasal dari struktur seperti prisma segitiga dalam
serat tersebut yang membuat kain sutera dapat mambiaskan
cahaya dari sudut.
Ada juga beberapa kain yang sifatnya tidak cocok ubtuk
proses batik ikat celup, diantaranya kain dari benang rayon
atau kain yang memiliki permukaan yang terlalu liicin, kain
yang terlalu kaku atau keras, atau tidak memiliki daya serap
yang memadai.
3) Pewarna
Pewarnaan ikat-celup dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu celup dan colet.
Pencelupan, dilakukan dengan cara memasukan seluruh
bagian kain yang telah diikat kedalam larutan warna.
Apalagi jumlah warna yang diinginkan lebih dari satu,
pencelupan perlu dilakukan berulang-ulang untuk
mendapatkan jumlah warna yang diinginkan. Namun
sebelum sebelum pencelupan berikutnya, kita harus
menutup bagian kain tertentu dengan bahan penutup
pendukung seperti plastik atau bahan lentur lain yang kedap
cairan. Dengan teknik ringtang melalui ikatan dan jahitan
akan muncul corak yang beragam. Pada saat mencelup
janngan llupa menggunakan sarung tangan plastik, agar
racun yang terkandung dalam zat pewarna tidak meresap ke
dalam tubuh melalui pori-pori tangan.
Colet adalah cara memberi warna pada bagian-bagian
tertentu di permukaan kain. Alat yang digunakan adalah
kuas. Pencoletan biasanya dilakukan untuk mewarnai
bagian corak yang kecil atu terlalu sedikit bila harus
dicelup. Pada umumnya teknik pewarnaan pada ikat-
celupsering dilakukan dengan memadukan colet dan celup
untuk mendapatkan kain dengan corak yang kaya warna
D. Teknik Membuat Sket Di Kain Putih
Menurut Parjono (2011) pembuatan sket/ pola batik dilakukan
untuk merencanakan gambar yang akan dibuat agar ketika proses
pembatikan tidak terjadi kekeliruan. Kain yang akan digunakan sebaiknya
disetrika dulu sebelum permukaannya diberi gambar pola/sket. Permukaan
kain yang halus dan rata akan memudahkan pembuatan pola dan proses
pemalamannya.
Cara pembuatan pola yaitu :
Pola langsung yaitu pembatik langsung menggunakan canting pada
kain, biasanya dilakukan oleh pembatik yang sudah profesional.
Pola tidak langsung yaitu desain dibuat di atas kertas gambar (yang
paling baik adalah kertas transparan/kalkir). Untuk mempermudah
pemindahan keatas kain sebaiknya desain dibuat dengan tinta dan diberi
keterangan warna-warnanya. Setelah prosses pembuatan desain
dipindahkan keatas kain dengan cara diblat. Desain diletakkan dibawah
kain kemudian digambar dengan pensil. Untuk lebih jelas bisa
menggunakan meja kaca yang diberi lampu.
Menurut Fiqriani (2012) ada dua cara pembauatan sket/pola batik
di atas kain, yaitu :
Membuat pola dengan bantuan garis
Cara ini dengan membuat garis-garis horizontal maupun vertikal,
bisa lurus atau lengkung.
Membuat pola dengan menjiplak/mal
Cara ini dengan membuat polanya terlebih dahulu di kertas,
kemudian kain diletakkan di atasnya. Jika pola gambar sudah terlihat,
kita dapat menjiplaknya pada kain menggunakan pensil. Pensil yang
digunakan sebaiknya memiliki ukuran ketebalan yang cukup, misalnya
jenis pensil 3B atau 4B.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kegunaan alat dan bahan membatik yaitu canting untuk menorehkan
(melukiskan) cairan malam agar terbentuk motif batik, kuas untuk
nonyoki, kompor minyak tanah memanasi malam agar cair, wajan
mencairkan malam, gawangan untuk membentangkan kain, kerokan
untuk mengupas lilin/ malam, nampan untuk tempat cairan campuran
pewarna, panci untuk memanaskan air di atas kompor, sarung tangan
sebagai pelindung tangan pada saat mencampur bahan pewarna,
sendok dan mangkuk untuk menakar zat pewarna dan mencampur zat
pewarna, kain sebagai media tempat motif akan dilukiskan, serta
malam/lilin untuk merintangi warna masuk ke dalam serat kain.
2. Pengelompokan alat membatik yaitu batik tulis dan batik jumputan.
Alat dan bahan batik tulis yaitu dingklik, gawangan, bandul, taplak,
canting, kain mori, malam/lilin, wajan dan kompor, serta zat pewarna.
Alat dan bahan batik jumputan/ikat celup yaitu jarum jahit, benang
jahit, karet gelang, dingklik, ember, kuas, gunting, pensil, panic,
kerikil, atau batu, kain, serta pewarna.
3. Bahan dan warna batik yang digunakan yaitu mori adalah bahan baku
katun yang terbuat dari kapas, bahan pewarna yang dipilih adalah
Napthol, yang pada umumnya Napthol adalah zat pewarna kimia yang
biasa digunakan sebagai pewarna batik tulis, dicampur dengan Kaustik
Soda, NHCL.
4. Teknik membuat sket / pola bisa dilakukan dengan pola langsung
maupun pola tidak langsung. Pola langsung yaitu pembatik langsung
menggunakan canting pada kain sedangkan pola tidak langsung yaitu
desain dibuat di atas kertas gambar (yang paling baik adalah kertas
transparan/kalkir).
B. Saran
Kegiatan membatik merupakan salah satu ketrampilan yang harus
dimilki oleh seorang pendidik maupun calon pendidik untuk dapat
menambah wawasan dan sebagai wujud cinta terhadap budaya bangsa
Indonesia. Maka dari itu hendaknya para pendidik dan calon pendidik lebih
mempersiapkan diri dan terus belajar untuk menambah pengetahuan serta
keterampilannya yang selanjutnya akan diterapkan kepada anak-anak
didiknya.

Anda mungkin juga menyukai