Oleh
Ratri Septyaning Palupi dan Wayan Chintia Yunita (ITB)
PENGUJIAN ENDOTOKSIN
Endotoksin merupakan suatu zat yang berasal dari bakteri gram negatif yang
mempunyai struktur kimia berupa kompleks lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada
dinding sel bakteri dan dilepaskan bila bakteri mengalami lisis. Endotoksin termasuk dalam
kelas pirogen, yaitu senyawa yang menginduksi demam bila masuk ke dalam tubuh
organisme sakit maupun sehat. Pirogen merupan senyawa yang menyebabkan kenaikan suhu
tubuh akibat penggunaan produk farmasi yang diberikan secara intravena. Semua endotoksin
bersifat pirogen, tetapi tidak semua senyawa pirogen merupakan endotoksin.
Uji endotoksin adalah uji untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang
mungkin ada dalam atau pada bahan uji (FI V, 2014). Uji ini dilakukan untuk sediaan
parenteral maupun alat kesehatan yang dipakai sebagai perantara sediaan parenteral tersebut.
Saat ini, uji endotoksin dilakukan menggunakan metode Limulus amoebocyte lysate (LAL)
test. Uji LAL merupakan uji in vitro untuk mendeteksi dan menganalisis secara kuantitatif
endotoksin bakteri. Terdapat 3 metode analisis LAL yang sering dilakukan, yaitu teknik gel-
clot (jendal), turbidimetri kinetik, dan kromogenik (kolorimetri). Tetapi, pengujian yang telah
dilakukan adalah metode gel-clot. Prinsip dari metode ini adalah LAL akan menggumpal
dengan adanya endotoksin. Berikut ini merupakan alat, bahan, dan tahapan pengujian dari
metode gel-clot pada sampel sediaan parenteral dengan kode 437 dan 570:
Alat : tabung reaksi borosilikat yang telah dipanaskan 200C selama 2 jam, mikropipet, tip
steril, spidol, vortex, gunting
Bahan : control standard endotoxin (CSE), LAL, LAL reagent water (LRW), alumunium
foil, sampel
Tahapan Pengujian:
1. Uji konfirmasi kepekaan LAL
Uji konfirmasi kepekaan LAL merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui atau
mengkonfirmasi apakah LAL yang akan digunakan dalam pengujian dapat digunakan
untuk uji endotoksin atau tidak. Uji konfirmasi ini biasanya dilakukan sekali di awal
ketika LAL yang digunakan memiliki sertifikat analisis yang berbeda dengan yang
digunakan sebelumnya, sehingga untuk pengujian selanjutnya, selama masih
menggunakan LAL dengan sertifikat analisis yang sama, maka uji konfirmasi tidak perlu
dilakukan kembali.
Tahapan:
a. Untuk membuat larutan baku, CSE (5000 EU) dilarutkan dalam 5 mL LRW untuk
mendapatkan larutan 1000 EU/mL, kemudian divortex selama 5 menit untuk
dihomogenkan. Sensitivitas CSE yang digunakan adalah 0,125 EU/
5000 EU dilarutkan dalam 5 mL LRW 1 mL larutan memiliki kadar 1000 EU
1000 EU
= 8000 larutan baku
0,125 EU
b. LAL dilarutkan dalam 5,2 mL LRW, lalu dihomogenkan perlahan tanpa menggunakan
vortex agar tidak rusak
c. Dilakukan pengenceran larutan baku CSE sebagai berikut:
Kontrol Positif
Perbandingan 1:1
LRW LAL
Kontrol Negatif
Diaduk perlahan
5. Pengujian Sampel
Sampel diuji dengan melihat apakah terbentuk gumpalan atau jendal di dasar tabung
reaksi. Sampel tersebut dibandingkan dengan kontrol positif, kontrol negatif, dan KSP.
Sampel tersebut dinyatakan positif apabila terbentuk gumpalan atau jendal di dasar tabung
reaksi. Sedangkan, sampel dinyatakan negatif apabila tidak terbentuk gumpalan atau
jendal di dasar tabung reaksi.
Hasil Pengujian
Berikut merupakan hasil uji konfirmasi kepekaan LAL:
Tabel 1. Hasil Pengujian Endotoksin Pada Sampel 437 dan 560
2 (KSP) 437 560 (-)
+ + + - - - -
+ + + - - - -
KSP KSP
+ + + - + +
+ + + - + +
Keterangan: (+) = terbentuk gumpalan; (-) = negatif gumpalan
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel 437 dan 560 memiliki
hasil negatif. Artinya, sampel 437 dan 560 tidak memiliki kandungan endotoksin karena tidak
terdapat gumpalan di dasar tabung reaksi. Walaupun kedua sampel tersebut negatif
endotoksin, jika merujuk pada FI atau USP, kandungan endotoksin dalam kedua sampel
tersebut harus tetap dihitung dan dilihat persyaratannya berdasarkan monografinya.
Perhitungan kadar endotoksin dari kedua sampel ini adalah sebagai berikut:
Konsentrasi larutan baku(CSE) = 1000 EU/mL
Sensitivitas CSE = 0,125 EU/
1000 EUmL
larutan baku per mL = = 8000 mL
0,125 EU
Titik akhir pada tabel di atas diambil dari konsentrasi titik akhir di mana hasil uji konfirmasi
menunjukkan hasil positif, yaitu yang mana memiliki konsentrasi sebesar 0,0625 EU/mL.
Sampel 437 adalah sampel infus ringer laktat (RL) yang memiliki persyaratan endotoksin di
FI V sebesar 0,5 EU/mL. Sedangkan, sampel 560 adalah sampel infus NaCl 0,9% yang
memiliki persyaratan endotoksin di USP 38 sebesar 0,5 EU/mL. Hasil pengujian pada
sampel 437 dan 560 menunjukkan hasil negatif, sehingga dianggap bahwa kadar endotoksin
sampel adalah <0,125 EU/mL, dilihat dari sensitivitas LAL yang digunakan. Dari hasil
tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa sampel 437 dan 560 memenuhi syarat yang telah
ditetapkan.
Alat
Alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet ukur, lampu spirtus, LAF, labu Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, magnetic stirrer, dan autoclave.
Bahan
Bahan yang digunakan sampel, aquadest, LB, dan PDA.
Prosedur Pengujian
10 g sampel 90 mL LB
1 mL larutan 15 20 mL PDA
Koloni 30 300/cawan
Hasil Pengujian
Hasil pengujian ALT setelah dilakukan inkubasi selama 3 hari menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri pada media yang digunakan. Koloni bakteri yang tumbuh berwarna
ungu pada media PCA dengan jumlah koloni berbeda-beda untuk setiap pengenceran yang
dilakukan.
1. Hasil Pengujian pada Sampel 460
Jumlah koloni yang tumbuh selanjutnya dihitung dengan menggunakan colony
counter. Persyaratan jumlah koloni pada setiap cawannya adalah 30-300 koloni/cawan. Hasil
perhitungan jumlah koloni pada setiap cawan untuk sampel 460 ditunjukkan pada table
berikut ini.
Tabel 2. Jumlah Koloni Bakteri per Cawan Petri pada Sampel 460
Jumlah Koloni (Koloni/Cawan)
No. Pengenceran
Cawan Petri 1 Cawan Petri 2
1. 10-1 >300 >300
-2
2. 10 169 197
3. 10-3 18 20
-4
4. 10 2 2
5. 10-5 0 0
-6
6. 10 0 0
Berdasarkan persyaratan jumlah koloni pada setiap cawan (30-300 koloni/cawan), jumlah
koloni pada pengenceran 10-2 memenuhi persyaratan yang telah disebutkan. Jumlah koloni
pada pengenceran 10-2 dilakukan perhitungan jumlah koloni/gram sampel seperti pada
perhitungan di bawah ini.
jumlah koloni cawan 1 + jumlah koloni cawan 2
Jumlah koloni = 102
2
169 + 172
Jumlah koloni = 102 = 18,3 102 18 103 koloni/gram
2
Kesimpulan: jumlah koloni bakteri pada sampel 460 memenuhi persyaratan yaitu kurang dari
1106 koloni/gram.
Berdasarkan persyaratan jumlah koloni pada setiap cawan (30-300 koloni/cawan), jumlah
koloni pada pengenceran 10-3 memenuhi persyaratan yang telah disebutkan. Jumlah koloni
pada pengenceran 10-3 dilakukan perhitungan jumlah koloni/gram sampel seperti pada
perhitungan di bawah ini.
jumlah koloni cawan 1 + jumlah koloni cawan 2
Jumlah koloni = 102
2
226 + 219
Jumlah koloni = 10 = 222,5 103 22 104 koloni/gram
3
2
Kesimpulan: jumlah koloni bakteri pada sampel 468 memenuhi persyaratan yaitu kurang dari
1106 koloni/gram.
Alat
Alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet ukur, lampu spirtus, LAF, labu Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, magnetic stirrer, dan autoclave.
Bahan
Bahan yang digunakan sampel, larutan dapar fosfat pH 7,2, aquadest, dan PDA.
Prosedur Pengujian
10 g sampel 90 mL LDF pH 7,2
1 mL larutan 15 20 mL PDA
Koloni 100/cawan
Hasil Pengujian
Hasil pengujian AKK setelah dilakukan inkubasi selama 5 hari menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri pada media yang digunakan. Koloni kapang-kamir yang tumbuh
selanjutnya dihitung dengan menggunakan colony counter. Persyaratan jumlah koloni pada
setiap cawannya adalah 100 koloni/cawan. Hasil perhitungan jumlah koloni pada setiap
cawan untuk sampel 460 dan 468 ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Jumlah Koloni Kapang Kamir per Cawan Petri pada Sampel 460 dan 468
Jumlah Koloni Sampel 460 Jumlah Koloni Sampel 468
No
Pengenceran (Koloni/Cawan) (Koloni/Cawan)
.
Cawan Petri 1 Cawan Petri 2 Cawan Petri 1 Cawan Petri 2
1. 10-1 15 12 25 22
-2
2. 10 3 1 3 2
-3
3. 10 0 0 0 0
4. 10-4 0 0 0 0
Jumlah koloni kapang kamir pada setiap sampel selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah
koloni dalam setiap gram sampel. Perhitungan jumlah koloni kapang kamir dilakukan dengan
rumus:
C
N=
(V (n1 + 0,1 n2 )) d
Keterangan:
Persyaratan untuk rumus tersebut adalah jumlah koloni kapang-kamir yang tumbuh 100
koloni/cawan
N = jumlah koloni kapang kamir (koloni/gram)
C = jumlah koloni kapang kamir pada semua plat sampel yang diinkubasi
V = volume sampel yang ditanam pada media
n1, n2 = jumlah pengujian yang digunakan (duplo)
d = pengenceran awal tumbuhnya koloni
Berikut ini adalah perhitungan jumlah koloni kapang-kamir pada sampel 460 dan 468.
1. Sampel 460
C
N=
(V (n1 + 0,1 n2 )) d
15 + 12 + 3 + 1
N=
(1 (2 + (0,1 2))) 101
31
N= = 14 101 koloni/gram
2,2 101
2. Sampel 468
C
N=
(V (n1 + 0,1 n2 )) d
25 + 22 + 3 + 2
N=
(1 (2 + (0,1 2))) 101
52
N= = 23 101 koloni/gram
2,2 101
Kesimpulan: jumlah koloni bakteri pada sampel 460 dan 468 memenuhi persyaratan yaitu
kurang dari 1104 koloni/gram.
Alat
Alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet ukur, lampu spirtus, LAF, labu Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, magnetic stirrer, oose, dan autoclave.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel, aquadest, larutan dapar fosfat pH 7,2, lactose broth,
bakteri Eschericia coli, MCB, dan MCA.
Prosedur Pengujian
10 g sampel 90 mL LDF pH 7,2
Hasil Pengujian
Hasil pengujian Eschericia coli setelah dilakukan inkubasi selama 2 hari menunjukkan tidak
ada pertumbuhan bakteri pada media yang digunakan dibandingkan dengan kontrol positif
yang telah dibuat. Warna awal media sebelum diinkubasi adalah coklat muda. Koloni
Eschericia coli yang muncul pada kontrol positif berwarna merah muda dengan ada halo
disekitar koloni bakteri. Berikut ini adalah hasil pengujian sampel 460 dan 468 yang
dibandingkan dengan kontrol positif.
Gambar 21. Hasil Pengujian Eschericia coli Sampel 460 Dibandingkan dengan Kontrol
Positif
Gambar 22. Hasil Pengujian Eschericia coli Sampel 468 Dibandingkan dengan Kontrol
Positif
Kesimpulan: sampel 460 dan 468 tidak mengandung bakteri Eschericia coli
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel, aquadest, larutan dapar fosfat pH 7,2, lactose broth,
bakteri Salmonella sp, MKTTN, RVS, BGA dan XLD.
Prosedur Pengujian
Keterangan:
Streaking di media BGA & XLD LDF = Larutan Dapar Fosfat
MKTTN = Muller-
Kauffmann Tetrathionate
Novobiocine enrichment
Inkubasi suhu 36 1C selama 24 48 broth
jam RVS = Rappaport
Vassiliadis Soya
BGA = Brilliant Green
Agar
Hasil Pengujian
Hasil pengujian Salmonella setelah dilakukan inkubasi selama 2 hari menunjukkan tidak ada
pertumbuhan bakteri pada media yang digunakan dibandingkan dengan kontrol positif yang
telah dibuat. Kontrol positif yang dibuat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 24. Kontrol Positif Salmonella pada Media Pengkaya MKTTN
Warna awal media sebelum diinkubasi adalah coklat muda untuk BGA dan merah untuk
XLD. Koloni Salmonella yang muncul pada kontrol positif berwarna merah muda pada
media BGA dan hitam pada media XLD. Berikut ini adalah hasil pengujian sampel 460 dan
468 yang dibandingkan dengan kontrol positif.
Gambar 26. Hasil Pengujian Salmonella Sampel 468 pada Media Pengkaya MKTTN dan
RVS yang ditumbuhkan dalam Media XLD dan BGA
Gambar 27. Hasil Pengujian Salmonella Sampel 460 pada Media Pengkaya MKTTN dan
RVS yang ditumbuhkan dalam Media XLD dan BGA
Alat
Alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet ukur, lampu spirtus, LAF, labu Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, magnetic stirrer, oose, dan autoclave.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel, aquadest, larutan dapar fosfat pH 7,2, bakteri
Staphylococcus aureus, TSB, dan BPA.
Prosedur Pengujian
10 g sampel 90 mL LDF pH 7,2
10 mL larutan 90 mL TSB
Keterangan:
LDF = Larutan Dapar Fosfat
TSB = Tryptic Soy Broth Streaking di media BPA
BPA = Baird Parker Agar
Hasil Pengujian
Hasil pengujian Staphylococcus aureus setelah dilakukan inkubasi selama 1 hari
menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri pada media yang digunakan dibandingkan
dengan kontrol positif yang telah dibuat. Kontrol positif yang dibuat ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Warna awal media sebelum diinkubasi adalah kuning keruh. Koloni Staphylococcus aureus
yang muncul pada kontrol positif berwarna hitam. Berikut ini adalah hasil pengujian sampel
460 dan 468 yang dibandingkan dengan kontrol positif.
Gambar 30. Hasil Pengujian Staphylococcus aureus pada Sampel 460 dan 468
Alat
Alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet ukur, lampu spirtus, LAF, labu Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, magnetic stirrer, oose, dan autoclave.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel, aquadest, larutan dapar fosfat pH 7,2, bakteri
Pseudomonas sp, TSB, dan CETA.
Prosedur Pengujian
10 g sampel 90 mL LDF pH 7,2
10 mL larutan 90 mL TSB
Keterangan:
LDF = Larutan Dapar Fosfat
TSB = Tryptic Soy Broth Streaking di media CETA
CETA = Cetrimide Agar
Hasil Pengujian
Hasil pengujian Pseudomonas setelah dilakukan inkubasi selama 2 hari menunjukkan tidak
ada pertumbuhan bakteri pada media yang digunakan dibandingkan dengan kontrol positif
yang telah dibuat. Kontrol positif yang dibuat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Warna awal media sebelum diinkubasi adalah tidak berwarna. Koloni Pseudomonas yang
muncul pada kontrol positif berwarna hijau muda. Berikut ini adalah hasil pengujian sampel
460 dan 468 yang dibandingkan dengan kontrol positif.
Gambar 32. Hasil Pengujian Pseudomonas pada Sampel 460 dan 468