USULAN PENELITIAN
Setelah membaca dan menelaah isi naskah proposal usulan penelitian, kami
memberikan persetujuan:
1
2
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Plants)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae / Labiatae
Genus : Orthosiphon Benth.
Spesies : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. (USDA,
2015)
4
5
Jawa : Remujung
Madura : Se-salaseyan, songkot koceng
2.2 Sinensetin
Sinensetin adalah salah satu senyawa aktif dalam tanaman kumis kucing yang
memiliki efek antibakteri dan antikanker (Arifianti, et al., 2017). Sinensetin
termasuk salah satu senyawa yang tidak menunjukkan toksisitas (Febjislami, dkk.,
2018). Sinensetin merupakan flavonoid yang aktif secara farmakologi yang
ditemukan dalam daun kumis kucing. Keberadaan senyawa sinensetin dapat
dijadikan sebagai petunjuk adanya daun kumis kucing dalam suatu campuran,
karena sinensetin merupakan senyawa yang paling stabil dalam kumis kucing.
Sinensetin memiliki potensi antioksidan, antibakteri, dan memperlihatkan
aktivitas diuretik (Suryana, 2010). Sinensetin tidak banyak dieksplorasi untuk
aktivitas antikankernya (Samidurai, et al., 2019).
Penelitian Wini 2010 menyakatakan bahwa rendemen sinensetin pada daun
kumis kucing bunga putih dalam ekstrak kloroform adalah 4.93% dan 6.24%
dalam ekstrak etanol. Walaupun kadarnya relatif kecil, berdasarkan riset
dilaporkan bahwa sinensetin mempunyai aktivitas diuretik dan potensi sebagai
antioksidan dan antibakteri.
Pada penelitian Sofiani 2003 mengungkapkan bahwa komponen aktif
sinensetin dari daun kumis kucing yang berasal dari Bekasi dengan rendemen
50.31% (b/b) dari 150 kg bobot simplisia telah berhasil diisolasi. Kandungan
7
senyawa sinensetin di dalam daun kumis kucing relatif kecil, berada sekitar
2,1µmol/gram (bunga ungu) dan 2,9 µmol/gram (bunga putih). Tapi ada beberapa
penelitian yang menyatakan bahwa kadar sinensetin dalam daun kumis kucing
yaitu sebesar 0.365% (Wini, 2010).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia
dengan menggunakan pelarut tertentu. Disamping itu ekstraksi merupakan proses
penarikan senyawa kimia dari suatu bahan dengan menggunakan metode yang
8
sesuai. Prinsip ekstraksi adalah “like dissolve like” senyawa polar akan larut
dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar.
Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Maserasi
Metode ekstraksi ini merupakan salah satu jenis teknik ekstraksi yang
bertujuan menarik suatu komponen tertentu dari contoh dengan pelarut
tertentu. Maserasi dilakukan dengan merendam sampel dengan pelarut
yang sesuai dalam jangka waktu tertentu sehingga interaksi antara
senyawa yang ingin diekstrak dengan pelarutnya dapat berlangsung
maksimal (Suryana, 2010). Kerugian utama dari metode maserasi ini
adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak,
dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang
bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
2. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada
bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel
dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari
metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan
kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka
pelarut akan sulit menjangkau seluruh area (Mukhriani, 2014).
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu
40 – 50˚ C (Fauzana, 2015).
4. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan
bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang
berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound.
Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga
menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
9
dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi
oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak
pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa
yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh
terus-menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
6. Refluks
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu
yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai
titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu (Mukhriani,
2014).
7. Destilasi Uap
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap).
Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2
bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang
terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Mukhriani, 2014).
8. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur 96 - 98˚C selama
15 – 20 menit (Fauzana, 2015).
9. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air > 30˚C (Fauzana, 2015).
merusak senyawa dan senyawa dapat dipakai lagi untuk uji-uji yang lain. Metode
yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah spektrofotometer Uv-Vis dan
Spektrofotometer IR atau FTIR (Mukhriani, 2014).
Spektrofotometer Uv-Vis memiliki daerah pengukuran spektrofotometer UV
adalah pada panjang gelombang 200-400 nm dan Visible pada panjang gelombang
400-800 nm. Spektrum UV disebut juga spektrum elektronik karena terjadi
sebagai hasil interaksi radiasi UV terhadap molekul yang mengakibatkan molekul
tersebut mengalami transisi elektronik. Apabila radiasi elektromagnetik dikenakan
pada suatu molekul atau atom maka sebagian dari radiasi tersebut diserap oleh
molekul atau atom tersebut sesuai dengan strukturnya yang mempunyai gugus
kromofor (Mukhriani, 2014).
Sedangkan spektrofotometer IR adalah radiasi infrared (IR) merupakan
bagian dari spektrum elektro magnetik antara daerah gelombang cahaya tampak
dan gelombang mikrowafe. Radiasi IR dalam daerah panjang gelombang 10000-
100 cm-1 diabsorbsi dan diubah oleh sebuah molekul organik ke dalam energi
vibrasi molekul. Serapan ini juga dihitung. Tapi, spektrum vibrasi muncul sebagai
tanda lebih baik karena sebuah perubahan energi vibra tunggal diikuti oleh
sejumlah perubahan energi rotasi. Absorbsi frekuensi atau panjang gelombang
tergantung pada massa relatif atom, gaya konstan ikatan dan geometri atom
(Mukhriani, 2014).
BAB III
TATA KERJA
3.1 Alat
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah HPLC (Water 1525), neraca
analitik (Ohaus Carot Series), chamber KLT, kertas saring, spektrofotometer Uv-
Vis (Shimadzu), FTIR (Shimadzu), plat silika gel GF 254 dan alat-alat gelas
(Pyrex).
3.2 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kumis kucing
(Manoko), standar sinensetin (Sigma Aldric), n-heksana teknis, kloroform teknis,
magnesium, amil alkohol, etanol teknis, etil asetat teknis, tetrahidrofuran, HCl
pekat, metanol pro analis dan aquades pro analis (Merck).
3.3 Metode
3.3.1 Persiapan Bahan Baku
Sejumlah daun kumis kucing disortasi basah untuk dipisahkan dari
kotoran kotoran atau bahan-bahan asing, dicuci dengan air sebanyak 3 kali
hingga bersih, ditiriskan agar bebas dari air sisa cucian kemudian
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan matahari langsung selama 7 hari,
setelah kering kemudian disortasi kering. Ditimbang kemudian dihaluskan
menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Kemudian serbuk simplisia
disimpan dalam wadah bersih dan kering.
Aziz, A. H. A., Mohd Azizi Che Yunus, Lee Nian Yian, Zuhaili Idham, Fahim
Rithwan, Hafizah Mohd Hadzri, Ana Najwa Mustapha. 2018.
“Enhancement And Optimization Of Sinensetin Extract From Orthosiphon
stamineus Using Supercritical Carbon Dioxide Extraction.” Malaysian
Journal Of Analytical Sciences 22(5): 868.
Febjislami, S., Maya, M., Ani, K., dan Yudiwanti, W. 2018. “Karakter Agronomi
dan Kadar Sinensetin Beberapa Aksesi Tanaman Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus).” J. Hort. Indonesia. Hal: 207.
Handayani, B. 2018. “Isolasi Katekin Dari Teh Hijau (Camellia sinensin L.).”
Skripsi. Jurusan Farmasi. Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
Hal. 17.
Himani, B., Bisht, S., Nath, B., Yadav, M., Singh, V., and Singh, M. 2013. “Misai
Kuching: A Glimpse of Maestro. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research 22(2): 55-59.
Mohamed, E. A., Ahmad, M., Ang, L. F., Asmawi, M. Z., and Yam, M. F. 2015.
“Evaluation Of Α-Glucosidase Inhibitory Effect Of 50% Ethanolic
Standardized Extract Of Orthosiphon stamineus Benth In Normal
AndStreptozotocin-Induced Diabetic Rats.” Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine 15: 1.
Samidurai, D., Ashok, K. P., Senthil, K. K., Madan, K. P., Raaman, N. 2019.
“Sinensetin Isolated From Orthosiphon Aristatus Inhibits Cell
Proliferation And Induces Apoptosis In Hepatocellular Carcinoma Cells.”
Journal Pre-proof 19: 4.
Singh, M. K., Gidwani, B., Gupta, A., Dhongade, H., Kaur, C. D., Kashyap, P. P.
and Tripathi, D. K. 2015. “A review of the medicinal plants of genus
orthosiphon (Lamiaceae).” International Journal of Biological Chemistry
9(6): 318.
Umbare, R. P., Patil, S. M., Mate, G. S., and Dongare, S. S. 2009. “Hypolipidemic
Activity of Orthosiphon Stamineus Benth Bark Extract.” Journal of
Pharmacy Research 2(11): 1735.
Yam, M. F., Chu, S. T., Mariam, A., and Ruan, S. 2016. “Vasorelaxant Action of
the Chloroform Fraction of Orthosiphon stamineus via NO/cGMP
Pathway, Potassium and Calcium Channels.” The American Journal of
Chinese Medicine 44(7): 1414.
LAMPIRAN
ALUR KERJA PENELITIAN
Residu Filtrat
- Diambil sebanyak 5 ml
- Ditambahkan serbuk magnesium dan 1 ml
HCl pekat
- Dikocok kuat
- Ditambahkan amil alkohol
- Dibiarkan memisah
Terbentuk warna merah, kuning dan jingga pada
lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid
3. Ekstraksi
Serbuk simplisia daun kumis kucing
- Ditimbang sebanyak 1 kg
- Direndam menggunakan n-heksan sebanyak 8 L (3 × 24 jam)
- Disaring
Residu Filtrat
18
4. Pemurnian Senyawa
Ekstrak kering n-heksan
- Ditambahkan kloroform
- Disaring
Residu Filtrat
Diuji KLT - Diuapkan
- Diuji KLT
Ekstrak kering kloroform
- Ditambahkan etil asetat
- Disaring
Residu Filtrat
Diuji KLT - Diuapkan
- Diuji KLT
Ekstrak kering etil asetat
- Ditambahkan etanol
- Disaring
Residu Filtrat
Diuji KLT - Diuapkan
- Diuji KLT
Ekstrak etanol
- Diuapkan dalam lemari
asam
Isolat sinensetin
5. Karakterisasi Sinensetin
Isolat sinensetin
- Dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer Uv-Vis,
HPLC dan FTIR
- Diuji titik lelehnya
Hasil