Anda di halaman 1dari 10

HASIL ANALISIS

PERATURAN PEMERINTAH N0 81 TAHUN 2012

Disusun oleh:

Alvira Songo (P07133118013)

Ashava Kusumawardhani (P07133118015)

Nurul Fitriyana (P07133118016)

Herlina Dyah Utami (P07133118017)

Maria Candra Kusuma (P07133118018)

Rezha Andra Dwiki (P07133118019)

Dwiyan Maharani (P07133118020)

Resha Bella M (P07133118021)

Khoirunisa Dwi P (P07133118022)

PROGRAM STUDI DIII SANITASI

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


 Pada Bab II tentang Kebijakan dan Stategi Pengelolaan Sampah, pasal 4

Pada pasal 4 menyebutkan bahwa pemerintah, pemerintah provinsi, serta


pemerintah kabupaten/kota telah menyusun dan menetapkan kebijakan dan
strategi bagi pemerintahan masing-masing dalam mengelola sampah yang dapat
diterapkan di pemerintahan sebagai pedoman bagi masyarakat dalam memulai
mengolah sampah.

 Pada Bab II tentang Kebijakan dan Stategi Pengelolaan Sampah, pasal 5

Pada pasal 5 menjelaskan isi dari kebijakan dan strategi pengolahan sampah
yang dijelaskan pada pasal 4 yang diantaranya, yaitu arah kebijakan pengurangan
dan penanganan sampah serta program pengurangan dan penanganan sampah.
Dalam program pengurangan dan penanganan sampah berisi mengenai target
pengurangan timbulan sampah, prioritas jenis sampah, serta penanganan sampah
pada kurun waktu tertentu.

 Pada Bab II tentang Kebijakan dan Stategi Pengelolaan Sampah, pasal 6

Pada pasal 6 menjelaskan bahwa segala ketentuan yang ada pada pasal 4 ayat
(1) telah ditetapkan oleh peraturan presiden.

 Pada Bab II tentang Kebijakan dan Stategi Pengelolaan Sampah, pasal 7

Pada pasal 7 menjelaskan bahwa kebijakan dan strategi provinsi dalam


pengolahan sampah telah ditetapkan dengan peraturan gubernur yang berpedoman
pada kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah.

 Pada Bab II tentang Kebijakan dan Stategi Pengelolaan Sampah, pasal 8

Pada pasal 8 menjelaskan bahwa kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam


pengolahan sampah telah ditetapkan dengan peraturan gubernur yang harus
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional serta provinsi dalam pengolahan
sampah.
 Pada Bab II tentang kebijakan dan strategi pengelolaan sampah, pasal 9
Pada pasal 9, Pemerintah kabupaten/kota menetapkan kebijakan dan
strategi nasional dalam pengelolaan sampah, pemerintah juga merencanakan
dokumen rencana induk serta studi kelayakan pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis rumah tangga. Dimana pada rencana induk tersebut
akan ditetapkan untuk jangka waktu paling sedikit 10 tahun, yang mencakup
hal pokok dalam penanganan sampah antara lain adalah pembatasan timbulan
sampah, pendaur ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah, pemilahan
sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah,
pemrosesan akhir sampah dan pendanaan.

 Pada Bab III tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah, pasal 10


Pada pasal 10 mewajibkan bagi setiap orang untuk menyelenggarakan
pengelolaan sampah yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan
sampah.

 Pada Bab III tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah, pasal 11


Pada pasal 11 menjelaskan bahwa pengurangan sampah itu meliputi
pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan/atau pemanfaatan
kembali sampah. Pengurangan sampah tersebut dilakukan dengan cara
menggunakan bahan yang dapat digunakan ulang, bahan yang dapat di daur
ulang dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam. Serta
mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari produk dan/atau
kemasan yang sudah digunakan.

 Pada Bab III tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah, pasal 12


Pada pasal 12, menjelaskan bahwa produsen wajib melakukan
pembatasan timbulan sampah dengan menyusun rencana atau program
pembatasan timbulan sampah dalam usahanya. Dan produsen diwajibkan
untuk menghasilkan produk dengan kemasan yang mudah terurai oleh proses
alam dan yang menimbulakan sampah sesedikit mungkin.
 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, Pasal 13
Penjelasan :
Menjelaskan tentang kewajiban produsen untuk melakukan pendauran ulang
sampah, pendauran ulangan sampah dapat dilakukan oleh pihak ketiga dan
dalam melakukan pendauran ulang sampah untuk kemasan pangan wajib
mengikuti peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan obat dan
makanan.
Pendapat :
Kebijakan ini sangat baik, karna produsen penghasil sampah harus
bertanggung jawab dengan sampah yang telah dihasilkan dengan cara
melakukan pendauran sendiri atau dibantu dengan pihak ketiga, dimana
kegiatan ini sebagai cara agar sampah dengan merk tertentu dapat didaur ulang
langsung oleh penghasil sampah tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
membuat kemasan produknya kembali tanpa harus memproduksi sampah yang
baru. Namun, pada kenyataannya produsen masih banyak yang belum
melakukan pendauran ulang produknya, produsen terus membuat kemasan
baru dengan bahan baku baru.

 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, Pasal 14


Penjelasan :
Menjelaskan tentang kewajiban produsen untuk memanfaatkan kembali
sampah dengan berbagai cara.
Pendapat :
Kebijakan tersebut sangat baik jika dilakukan oleh semua pihak, terutama
apabila sudah dilakukan dari produsen penghasil sampah tersebut yang
dijelaskan dimana produsen tersebut harus menyusun program pendauran
sampah, menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang dan
menarik kembali sampah produk kemasan untuk didaur ulang. Namun,
kenyataannya kebijakan ini tidak dilakukan oleh produsen, masih banyak
terlihat produk merk tertentu yang tidak ramah lingkungan dan dibuang
sembarangan tanpa adanya daur ulang.
 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, Pasal 15
Penjelasan :
Menjelaskan tentang penggunaan bahan baku produksi dan kemasan yang
dapat diurai oleh proses alam yang diawasi oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berkoordinasi dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perindustrian.
Pendapat :
Kebijakan tersebut sangat baik apabila dapat bekerjasama secara baik, dengan
produsen yang menggunakan bahan baku ramah lingkungan serta pengawasan
ketat dari pemerintah kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik. Namun,
kenyataannya sampah yang pada kemasannya bertuliskan ramah lingkungan
tetapi tidak dapat didaur ulang dengan proses alam, seharusnya baik produsen
maupun pemerintah dan konsumen lebih berperan lagi untuk mengurangi
sampah.

 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, Pasal 16


Penjelasan :
Menjelaskan tentang kegiatan penanganan sampah, yang meliputi : pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
Pendapat :
Kebijakan tersebut sangat baik, sampah ditangani secara lengkap yang
tujuannya agar tidak berbahaya bagi lingkungan, sehingga sudah seharusnya
kegiatan pengolahan tersebut dilakukan oleh semua pihak. Namun,
kenyatannya masih sedikit masyarakat yang menerapkan kegiatan tersebut,
masyarakat masih menggunakan sistem pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan, kesadaran untuk memilah dan mengolah sampah masih rendah.

 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, Pasal 17


Aturan pemilahan sampah sesuai dengan pasal 17 dalam PP No 81 Tahun
2012 sudah tepat. Terbukti dalam setiap ayatnya yang menerangkan dengan
jelas teknis dan peran setiap individu.
 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, Pasal 18
Aturan pengumpulan sampah sesuai dengan pasal 18 dalam PP No 81 Tahun
2012 belum sepenuhnya tepat. Berdasarkan isi dari ayat 5, lebih baik apabila
bisa dijelaskan lebih rinci terkait dengan persyaratan

 Pada Bab III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 19


Menjelasakan tentang pemerintah kabupaten/ kota yang menyediakan
alat angkut sampah terpilah agar tidak mencemari lingkungan dan melakukan
pengangkutan sampah dari TPS atau TPAS 3R ke TPA atau TPST. Selain itu
pemerintah juga menyediakan stasiun peralihan antara.
Kebijakan tersebut sangat baik karena selain produsen penghasil
sampah mengolah limbah yang tidak dapat diurai dijadikan barang lain,
sampah yang yang dapat diurai dapat dibedakan sesuai dengan jenisnya.
Setelah terkumpul, dapat diambil oleh petugas untuk dibawa ke TPA dengan
menggunakan angkutan sampah yang telah disediakan tanpa harus ke TPA
langsung.
 Pada BAB III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 20
Menjelaskan tentang pemerintah kabupaten/ kota dapat mengusulkan
kepada pemerintah provinsi untuk menyediakan alat angkut sampah.
Kebijakan tersebut sangat baik, karena pemerintah provinsi
membawahi kabupaten/kota. Sehingga pemerintah provinsi memiliki
tanggungjawab atas kebutuhan pemerintah dibawahnya termasuk
menyediakan alat angkut sampah. Pada saat ini, pemerintah provinsi telah
menyediakan angkutan sampah untuk dibawa ke TPA.
 Pada BAB III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 21
Menjelaskan tentang cara pengelolaan sampah meliputi pemadatan,
pengomposan, daur ulang materi dan daur ulang energi. Sampah tersebut
dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya, pengelola kawasan permukiman
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, serta pemerintahan kabupaten/kota.
Pengelola kawasan tersebut menyediakan fasilitas pengolahan sampah berupa
TPS 3R. fasilitas tersebut berupa TPAS 3R, stasiun peralihan, TPA, dan TPS.
Kebijakan tersebut sangat baik, karena dengan kebijakan tersebut masyarakat
dapat mengolah sampah sebelum dibuang ke TPA. Selain itu, fasilitas yang
disediakan sangat berguna demi melindungi lingkungan dari sampah yang
tidak dapat diurai. Namun, untuk sekarang masih banyak masyarakat yang
tidak melakukan pengolahan sampah sebelum dibuang ke TPA.
 Pada BAB III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 22
Menjelaskan tentang proses akhir sampah yaitu dengan metode lahan
urug terkendali, metode lahan urug saniter, dan teknologi ramah lingkungan.
Kegiatan ini akan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/ kota.
Kebijakan tersebut sangat baik, karena dengan menggunakan
metode- metode tersebut sampah akan diolah agar tidak merusak lingkungan
serta tidak terjadi pencemaran. Sampah yang dapat terurai diolah dengan
penimbunan dan akan dijadikan kompos, untuk sampah jenis lain dapat
menggunakan metode- metode yang telah ditentukan seperti diatas.
 Pada Bab III Tentang Penanganan Samapah, pasal 23
Menjelasakan tentang pemerintah kabupaten/ kota yang menyediakan
dan mengoprasikan TPA.
Kebijakan tersebut Telah dilakdanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota. Pengoprasian TPA telah dijalankan oleh pemerintah kususnya
privinsi Yogyakarta. Adanya TPA sebagai tempat pembuangan dan
pengelolahan akhit dari sampah. Dalam melakukan pengelolahan telah sesyai
dengan peraturan yang ada.
 Pada BAB III Tentang Penanganan sampah, pasal 24
Menjelaskan tentang pengoprasian TPA harus sesuai dengan
persyaratan Pengoprasian.
Kebijakan tersebut sangat baik, karena Dengan adanya peraturan
tersebut mencegah pengoprasian TPA yg asal asalan. Ada berbagai
persyaratan dan aturan yang harus dipenuhi agar pengoprasian TPA berhalan
optimal. Apabila dalam melakukan pengoprasian tidak sesuai dwngan
peesyaratan maka TPA tersebut harus dilakukan penutupan atau rehabilitasi.
 Pada BAB III Tentang Penanganan Sampah, pasal 25
Menjelaskan tentang kegiatan penyediaan fasilitas pengelolahan dan
pemerosesan akhir Sampah. Meliputi perencanaan, pembangunan, dan
pengoprasian dan pemeliharaan.
Kebijakan tersebut sangat diputuhkan dalam pengoperasian TPA. Perlunya
aturan mengenai pengelolahan sampah di TPA akan menentukan bagaimana
out put dari sampah yg di hasilkan. Perlunya perancangan dalam membangun
TPA dan teknik pengelolaham ketika sampah telah sampai di TPA.

 Pada Bab III tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 26


Pada pasal 26 menjelaskan bahwa pemerintah kabupaten/kota dapat
membentuk kelembagaan pengelola sampah, bermitra dengan badan usaha
atau masyarakat; dan/atau bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Kebijakan tesebut sudah sangat baik, karena pemerintah dapat
membentuk kelembagaan pengelola sampah bersama masyarakat dan
bekerjasama dalam melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

 Pada Bab III tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 27


Pada pasal 27 menjelaskan bahwa pemerintah provinsi dapat
melakukan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
Kebijakan tersebut sangat baik, karena pemerintah provinsi harus
menjadi contoh oleh pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah provinsi
bertanggung jawab atas proses pengangkutan, pengolahan dan perosesan akhir
sampah.

 Pada Bab III tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 28


Pada pasal 28 menjelaskan tentang sampah yang tidak dapat diolah
melalui kegiatan pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan daur ulang
energi kemudian akan dilakukannya penimbunan sampah di TPA.
Kebijakan tersebut sangatlah baik, karena jika tidak ada proses
penimbunan sampah di TPA, sampah tersebut lama kelamaan akan melebihi
kapasitas TPA dan dapat tercemar pada tanah

 Pada Bab III tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 29


Pada pasal 29 menjelaskan tentang pemerintah kabupaten/kota
memungut retribusi kepada setiap orang atas jasa pelayanan yang diberikan.
Retribusi ini sesuai jenis, karakteristik, dan volume sampah. Hal ini sesuai
keputusan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
dalam negeri.
Kebijakan tersebut sudah sangat baik,karena pemerintah
kabupaten/kota ini memberikan tarif retribusi berdasarkan jenis, karakteristik,
dan volume sampah kepada setiap orang atas jasa pelayanan yang diberikan

 Pada BAB III Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah, pasal 30

Dalam pasal tersebut dapat di jelaskan bahwa petugas pengelola sampah


harus memiliki sertifikat kompetensi yang sudah diatur dalam KEPMEN
KETENAGAKERJAAN No. 329 Tahun 2013 mengenai tata cara memperoleh
sertifikat kompetensi secara rinci.

 Pada BAB IV Tentang Kompensasi, pasal 31

Dalam pasal tersebut dapat di jelaskan bahwa pemerintah siap memberikan


kompensasi kepada petugas pengelola sampah maupun masyarakat yang terkena
dampak negatif akibat aktifitas pengelolaan sampah yang di lakukan. Kompensasi
di berikan jika adanya dampak negatif yang ditimbulkan seperti; pencemaran air,
pencemaran udara, pencemaran tanah, longsor, kebakaran, ledakan gas metan,
dan/atau hal lain yang dapat menimbulkan dampak negative dan merugikan baik
petugas pengelola sampah maupun masyarakat sekitar. Kompensasj yang dapat di
berikan oleh pemerintah dapat berupa; relokasi penduduk, pemulihan lingkungan,
biaya kesehatan dan pengobatan, penyediaan fasilitas sanitasi dan kesehatan,
dan/atau kompensasi dalam bentuk lain.
 Pada BAB IV Tentang Kompensasi, Pasal 32

Dalam pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa kompensasi yang diberikan oleh
pemerintah sudah diatur dalam peraturan daerah setempat sesuai dengan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang sudah di buat.

 Pada BAB V Tentang Pengembangan dan Penerapan Teknologi, Pasal 33

Aturan pengelolaan sampah yang terdapat dalam pasal 33 PP no 81 tahun


2012 sudah tepat, hal ini terbukti dengan adanya ayat yang menjelaskan
bagaimana pemerintah dalam hal ini menteri, melakukan kebijakan pemerintah
yang mendukung untuk pengelolaan sampah melalui penelitian dan
pengembangan teknologi

Anda mungkin juga menyukai