Anda di halaman 1dari 7

Zat Aditif Pada Makanan : Contoh &

Bahayanya
Advertisement

Dalam bahasa yang sederhana, zat aditif bisa diartikan sebagai bahan-bahan yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah yang kecil/sedikit, yang bertujuan untuk meningkatkan
atau memperbaiki cita rasa, penampakan, tekstur, flavor, serta agar tahan lebih lama saat disimpan.
Sedang definisi zat aditif menurut BPOM adalah Bahan Tambahan Pangan (BPT) yang dipakai untuk
menghambat dan mencegah proses fermentasi, penguraian atau pengasaman, serta proses perusakan
lainnya yang terjadi pada bahan pangan yang disebabkan mikroorganisme.

Awalnya Zat aditif dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang disebut zat aditif alami. BPT yang dibuat dari
tumbuh-tumbuhan ini relatif aman untuk dikonsumsi karena tidak memiliki pengaruh negatif yang
berbahaya bagi kesehatan. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan bertambahnya
kebutuhan akan pangan, ketersediaan zat aditif alami yang terbatas tidak mampu mencukupi kebutuhan
manusia. Itu sebabnya, industri-industri yang memproduksi makanan, banyak memanfaatkan zat aditif
sintetis yang dibuat dari zat-zat kimia. Karena dibuat dari bahan kimia, tentu saja menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan.

Adapun jenis-jenis zat aditif sintetis dan pemanfaatannya untuk industri atau pembuatan makanan
tersebut diantaranya adalah:
Img : Zat Aditif Pada Makanan

1. Zat Pewarna
Zat pewarna dipakai dengan tujuan untuk membuat tampilan makanan terlihat lebih menarik sehingga
menambah selera untuk menikmatinya. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetis memang
memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya: mempunyai banyak pilihan warna, mudah penyimpanannya,
dan tahan lama. Namun, tidak semua zat pewarna buatan dapat dipakai untuk makanan dan minuman,
beberapa diantaranya dibuat untuk pewarna tekstil.

Efek
Jika zat pewarna tekstil ini yang dicampur ke dalam makanan atau minuman, meskipun warna yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, namun dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Sebab, pewarna tekstil bersifat karsinogen yang menjadi penyebab penyakit kanker.

Jenis Zat Pewarna


Zat pewarna sintetis makanan dibagi menjadi 2 kelompok, yakni dye dan lake.

Dye adalah pewarna buatan berbentuk pasta, cairan, butiran atau serbuk yang memiliki sifat larut
dalam air.

Lake adalah gabungan antara dye dan basa dengan dilapisi zat tertentu yang memiliki sifat tidak
larut dalam air, sehingga cocok dipakai untuk makanan yang tidak boleh kena air.

Contoh :

Beberapa jenis pewarna makanan buatan tersebut diantaranya adalah: brilliant blue CFC, sunset
yellow, tarttrazin, dan karmoisin.

2. Zat Pemanis
Penggunaan zat pemanis buatan pada umumnya dipakai untuk menekan biaya produksi akibat
mahalnya harga pemanis alami, yakni gula. Pemanis sintetis ini tidak bisa dijadikan sumber energi karena
tidak dapat dicerna oleh tubuh.

Efek :
Itu sebabnya, ada pemanis buatan yang dibuat khusus untuk para penderita penyakit diabetes
mellitus/kencing manis sebagai pengganti gula.

Contoh :
Beberapa jenis pemanis buatan tersebut diantaranya adalah: sakarin, aspaltam, dulsin, kalsium
siklamat, magnesium siklamat, dan natrium siklamat.

3. Zat Pengawet
Panjangnya rantai distribusi ditambah lamanya waktu penjualan membuat industri makanan atau
minuman lebih memilih zat pengawet sintetis daripada yang alami. Karena penyimpanan dengan
menggunakan pengawet buatan mempunyai ketahanan lebih lama untuk membuat makanan atau
minuman tidak terkena bakteri/jamur, tidak busuk, tidak berbau, rasa tidak berubah, dan kondisinya tetap
dalam keadaan segar. Makanan atau minuman yang diberi tambahan zat aditif pengawet, tidak hanya
mampu bertahan dalam hitungan hari, minggu atau bulan, bahkan dapat bertahan hingga bertahun-
tahun.

Bahaya Pengawet Makanan

Pastinya adalah penyakit kanker jika dikonsumsi jangka panjang

Contoh :
Beberapa jenis zat aditif pengawet tersebut diantaranya adalah: asam cuka, natrium propionat, natrium
benzoat, asam tartrat, natrium nitrat, senyawa NaNO3, asam fosfat, dan asam sitrat.

Teknik Pengawetan makanan/minuman tanpa zat pengawet


Di beberapa negara maju, cara mengawetkan makanan/minuman menggunakan zat aditif saat ini sudah
mulai ditinggalkan, dan sebagai gantinya dipergunakan tekhnologi pengawet makanan dengan tanpa
menambahkan zat kimia, tapi dengan menggunakan pemanasan suhu tinggi dalam waktu singkat,
menggunakan ozon, serta memanfaatkan sinar ultra violet (UV) untuk membuat makanan/minuman steril
tanpa merusak kualitas dari makanan/minuman yang diolah.

4. Zat Penyedap Rasa


Zat aditif penyedap rasa terdiri atas berbagai macam, namun yang paling populer dan paling banyak
digunakan adalah monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan sebutan vetsin atau micin. Zat
ini jika langsung dimakan memang tidak berasa, tapi jika ditambahkan ke dalam makanan, akan
membuat makanan yang diolah terasa lebih sedap. Rasa yang dihasilkan penyedap rasa sintetis memang
sangat kuat dibanding penyedap rasa alami. Itu sebabnya tidak hanya industri makanan saja yang
memanfaatkan penyedap rasa buatan, tapi juga ibu-ibu rumah tangga, karena penggunaannya memang
lebih praktis dan ekonomis.

Contoh :
Beberapa jenis penyedap rasa sintetis selain monosodium glutamat diantaranya adalah: oktil asetat, etil
butirat, amil asetat, dan amil valerat.

Efek Bahaya MSG :

Kanker, diabetes, dan keluhan penyakit lainnya.

Zat Aditif Lainnya


sponsored links

Selain keempat jenis zat aditif yang paling banyak digunakan sebagaimana tersebut di atas, terdapat pula
beberapa jenis zat aditif yang lain diantaranya adalah:

Zat Penguat Aroma: untuk menambah, mempeerkuat dan mempertegas aroma


makanan/minuman, seperti: isoamil asetat, isoamil valerat, butil butirat, dan isobutyl propionate.

Anti Oksiodan: proses oksidasi yang dapat merusak daging olahan, kaldu, lemak, minyak
makan, margarine dan buah kalengan dapt dicegah dengan menggunakan zat aditif ini. Beberapa zat
kimia yang tergolong anti oksidan diantaranya adalah: asam askorbat, butil hidroksianisol (BHA), dan butil
hidroksitoluen (BHT).

Pengental: Zat aditif ini berguna sebagai pengental atau pengemulsi pada produk agar-agar,
jelly, gom arab, serta gelatin. Sistem kerjanya adalah membantu pembentukan sistem disperse homogeny
pada makanan.

Pemutih: Penggunaan zat aditif ini untuk mempercepat proses pemutihan serta pematangan
pada tepung sehingga dihasilkan mutu pemanggangan yang lebih baik. Contoh dari zat pemutih ini
adalah: aseton peroksida, asam askorbat, serta kalium bromat.

Pengatur Keasaman: Derajat keasaman makanan dapat dinetralkan dan dipertahankan dengan
menggunakan zat ini. Beberapa jenis zat pegatur keasaman diantaranya adalah: asam asetat, amonium
bikarbonat, asam laktat, asam sitrat, aluminium ammonium sulfat, asam klorida, asam tentrat, serta
natrium bikarbonat.

Anti Kempal: Zat aditif ini berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan atau
pengempalan pada makanan yang berbentuk serbuk. Beberapa jenis zat aditif anti kempal diantaranya
adalah: aluminium silikat dan kalsium aluminium silikat.

Pengeras: Zat aditif yang satu ini berfungsi untuk mencegah lunaknya makanan. Beberapa jenis
zat aditif pengeras diantaranya adalah:aluminium ammonium sulfat, dan kalium glukonat.
Sekuestran: Zat aditif ini mengikat ion logam yang terdapat dalam makanan. Beberapa contoh
dari sekuestran adalah: asam fosfat, amonium sulfat, kalium sitrat, dan kalsium dinatrium EDTA, serta
dinatrium EDTA

Berbagai macam zat aditif pada makanan harus kita hindari agar semaksimal mungkin menjaga
kesehatan tubuh dan terhindar dari penyakit kanker.

Bahaya Zat Aditif Pada Makanan


Makanan yang sehat belum tentu makanan yang memiliki rasa lezat, dengan bentuk dan warna yang
menarik, serta aroma yang menggoda. Karena sehat-tidaknya makanan tidak ditentukan oleh bentuk,
rasa dan aromanya, tapi dari kadar gizi dan zat-zat lainnya yang diperlukan oleh tubuh.

Persoalannya, sehat saja masih dirasa belum cukup untuk sebuah makanan, tapi juga harus berasa
lezat, berbentuk menarik, dan beraroma menggoda. Untuk itulah disaat mengolah, banyak orang yang
cenderung memberikan bahan-bahan tambahan pada makanan yang diolah, agar mendapatkan rasa,
bentuk dan aroma sebagaimana yang diinginkan. Bahan-bahan tambahan yang disertakan saat
mengolah makanan itulah yang disebut zat aditif.

Berbagai Dampak Negatif dari Penggunaan Zat Aditif


Dengan diizinkannya penggunaan zat aditif dalam industri makanan oleh pemerintah lewat BPOM, serta
dijual bebas dan digunakan oleh masyarakat secara luas, menjadi satu pertanda bahwa zat aditif boleh
dikonsumsi sepanjang tidak berlebihan atau sesuai dengan aturan yang tercantum pada etiket
penggunaan. Gaya hidup sehat yang dapat kita lakukan paling mudah adalah menghindari makanan
yang mengandung zat aditif.

Namun demikian, sesedikit apapun, yang namanya zat kimia tetap saja memberi dampak negatif bagi
kesehatan tubuh. Dampak negatif dari zat aditif tersebut diantaranya adalah:

Penggunaan sakarin sebagai pemanis buatan secara berlebihan, dapat merangsang tumbuhnya
sel-sel tumor kandung kemih.

Penggunaan garam siklamat dapat membuat proses metabolisme tubuh menghasilkan senyawa
sikloheksamina, dimana senyawa ini dapat menjadi penyebab penyakit kanker, dan mengganggu sistem
pencernaan.

Formalin dan boraks yang sebenarnya merupakan bahan pengawet non-pangan namun masih
sering dipakai untuk mengawetkan makanan, menimbulkan dampak yang kompleks bagi kesehatan,
diantaranya: gangguan sistem syaraf, pendarahan di lambung, komplikasi pada otak, gagal ginjal, dan
berbagai jenis penyakit lainnya yang menyerang organ otak, hati, ginjal, serta kulit (Bahaya
Formalin & Bahaya Boraks).
Monosodium Glutamat (MSG) atau vetsin dapat menyebabkan Chinese Restaurant Syndrome,
yaitu rasa sakit pada bagian kepala, seperti kepala berdenyut serta pusing. Selain itu juga dapat merusak
jaringan syaraf, trauma, stress, hipertensi, depresi, alergi kulit dan mempercepat penuaan.

Zat sulfit serta turunannya merupakan pemicu serangan asthma.

Hampir semua jenis zat aditif pewarna dapat memicu terjadinya reaksi anapilaksis, yakni reaksi
terhadap alergi yang akut dengan disertai shock secara tiba-tiba.

Zat nitrat dengan berbagai macam variasinya merupakan pemicu terjadinya reaksi gatal-gatal dan
munculnya bilur-bilur pada kulit.

Natamysin untuk mengawetkan makanan dapat menyebabkan mual dan muntah, diare, dan
menurunnya nafsu makan.

Kalium Asetat pada zat pengawet dapat menjadi penyebab rusaknya fungsi ginjal.

Kalsium Benzoat pada zat pengawet dapat memicu serangan asthma.

Kalsium dan Natrium propionate yang digunakan secara berlebihan, dapat menjadi peyebab
penyakit migren, sulit tidur dan kelelahan.

Rhodamin B pada zat pewarna dapat menyebabkan kanker, keracunan paru-paru, dan penyakit
pada hidung, tenggorokan, serta usus.

Sunset Yellow pada zat pewarna dapat merusak kromosom.

Quinoline Yellow pada pewarna makanan, mengakibatkan hyperplasian, hypertrophy, dan


carcinomas kelenjar tiroid.

Carmoisine pada zat pewarna, menjadi penyebab kanker hati serta menimbulkan alergi.

Natrium metasulfat untuk pengawet makanan, dapat menyebabkan alergi kulit.

Ponceau 4R untuk pewarna makanan bisa menimbulkan anemia serta kepekatan hemoglobin.

Nitrit dan Nitrat pada pengawet makanan, dapat menimbulkan keracunan, sulit bernapas,
mengurangi kemampuan sel darah dalam membawa oksigen ke organ-organ tubuh, anemia, radang
ginjal, sakit kepala, dan muntah-muntah.

Siklamat pada zat pemanis, menjadi penyebab penyakit kanker (karsinogenik).

Sakarin pada zat pemanis dapat menimbulkan infeksi serta kanker kandung kemih

Aspartan sebagai pemanis buatan, adalah penyebab gangguan saraf dan tumor otak.
Sulfur Dioksida pada zat pengawet, dapat mennyebabkan luka lambung, serangan asma, kanker,
alergi, serta mutasi genetic.

CFC dan Tetrazine pada zat pewarna bisa merusak organ ginjal, hati serta meningkatkan risiko
hiperaktif pada anak-anak.

Beberapa zat aditif di atas juga terdapat pada rokok, oleh karenanya bahaya merokok sangat mematikan,
begitu juga dengan bahaya rokok elektrik.

Demikian penjelasan tentang zat aditif pada makanan, beserta jenis-jenisnya, serta dampak negatif yang
ditimbulkan bagi kesehatan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai