SERANG – BANTEN
2023 /2024
1
KATA PENGANTAR
Walhamdulilahirabbil’alamin
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul ......................................................................................................... 1
Kata pengantar ........................................................................................ 2
Daftar isi ................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan
BAB III
Penutup................................................................................................... 25
Kesimpulan ............................................................................................ 25
Saran ....................................................................................................... 25
Daftar Pustaka ....................................................................................... 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang
sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga
pada peserta didik anak berkebutuhan khusus, mereka perlu
mendapat layanan pendidikan dan rehabilitasi yang dibantu pihak
Medik, Sosial, Pendidikan dan keterampilan yang terkoordinasi
dalam upaya melatih kemampuan fungsionalnya setinggi mungkin.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang
dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang
professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak
berkebutuhan khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan
program- program rehabilitasi.
Pendidikan jasmani adaptif adalah salah satu mata pelajaran
yang di dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah,
bahkan pada pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani yaitu
untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis,keterampilan sosial, penalaran,
stabilitas emosional dan aspek pola hidup.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayata nilai-nilai. Di samping itu
pendidikan jasmani meupakan salah satu mata pelajaran wajib di
sekolah termasuk di sekolah dasar maupun di SLB, karena
pendidikan jasmani masuk dalam kurikulum pendidikan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Mendiskripsikan pengertian Rehabilitas Pada Pendidikan
Jasmani Adaptif
2. Mendiskripsikan rekreasi pada pendidikan jasmani adaptif
3. Menjelaskan terapi pada pendidikan jasmani adaptif
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian rehabilitas pada pendidikan
jasmani adaptif
2. Untuk menjelaskan tujuan rekreasi pada pendidikan jasmani
adaptif
3. Untuk menjelaskan tujuan terapi pada pendidikan jasmani
adaptif
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Arah tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan
pengembangan. Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi
lebih diarahkan pada pengembalian fungsi dari peserta didik,
sedangkan pengembangan diarahkan untuk menggali atau
menemukan dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih
ada serta potensi yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan
fungsi sosial dimana ia berada.
2. Tujuan rehabilitasi
Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan
bahwa rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan
mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang
cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
sesuai dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman.
Tujuan utama rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian
optimal secara fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai
dengan kemampuannya. Jadi tujuan rehabilitasi adalah
terwujudnya anak atau peserta didik berkelainan yang berguna.
7
d. Memiliki tanggung jawab dan mampu berpartisipasi terhadap
lingkungan masyarakat (civic responsibility).
3. Fungsi rehabilitasi
8
menyembukan dan meningkatkan serta memelihara status
kesehatan individu/peserta didik.
b. Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki
masalah sosial, baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri,
isolasi diri, dsb). Melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi
memupuk kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan
lingkungannya.
c. Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik
akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi
fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesi
4. Jenis-Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi terdiri dari tiga jenis dimana satu sama lainnya berkaitan
erat dalam menangani suatu kasus
1) Jangka pendek
Pasien segera keluar dari tempat tidur dapat berjalan tanpa
atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.
2) Jangka panjang
9
Pasien dapat hidup kembali ditengah masyarakat, paling tidak
mampu memelihara diri sendiri, ideal dan dapat dan kembali
kepada kegiyatan kehidupan semula paling tidak mendekatinya.
a. Rehabilitasi Karya ( Vocational Rehabilitation )
10
1) Bimbingan dan Konseling yang merupakan proses kontinu selama
program keseluruhan diberikan.
2) Pelayanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan
emosional.
3) Pelayanan membaca, pelayanan oreintasi dan mobilitasi bagi
tunanetra dan banyak lagi pelayanana n yang dapat diberikan
dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi vocasional ini.
4) Pelayanan kepada keluarga, karena hal ini perlu untuk pencapaian
penyesuaian terhadap rehabilitasi yang diberikan kepada penderita
atau kelien
5) Pelayanan pemulihan, pemugara, fisik, mental, psikologis, dan
emosional
6) Pelayanan penterjemah. interpreter untuk tunarungu
7) Sebelum latihan kerja ataupun memberikan bekal ketrampilan
tenaga rehabilitasi, intruktur, bersama-sama dengan klien dan juga
orangtua, wali, atau keluarga lain menyesuaikan program
rehabilitasi atas tujuan vokasional.
8) Ketiga latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian
informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan
pekerjaan yang sesuai untuknya.
9) Keempat penempatan kerja dan follow up setelah mendapat latihan
kerja dan individu sudah memiliki ketrampilan bekerja, maka
individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik
sebagai karyawan pemerintah maupun sebagai karyawan
perusahaan/swasta, Atau kembalikemasyarakat dengan
berusahasendiri.
a. Rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation )
Rehabilitasi Sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi
penderita hambatan yang berusaha untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi semaksimal mungkin pengaruh negatif
11
yang disebabkan kehambatannya, sehingga penderita dapat aktif
dalam kehidupan dimasyarakat.
1) Pencegahan
2) Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat, baik
masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri, maupun
masalah yang datang dari lingkungannya
3) Tahap rehabilitasi
4) Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan
mental, bimbingan ketrampilan.
5) Resosialisasi
6) Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang cacat
agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
7) Pembinaan tidak lanjut
8) Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan klien dalam
proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan,
12
dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui apakah klien dapat
menyesuaikan diri dan dapat diterima di masyarakat.
13
3. Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa
sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan
rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu
didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada
kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu
memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
14
bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang
kesulitan dan hambatannya, dsb.
9. Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan
kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi
tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian,
dsb.
15
tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak
tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua
anak tunarungu memerlukan latihan komunikasi, semua anak
tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb
c. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
1) Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-
masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya.
Kerjasama yang baik entar anggota tim rehabilitasi akan sangat
menentukan keberhasilan program rehabilitasi.
2) Prinsip kerja atas dasar profesi.
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang
sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih
mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu juga akan
memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi
dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan
masing-masing dan disusun pembagian togas secara tertulis
atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim
rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim
rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup sekolah,
demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari
kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat
menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang
disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh
pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung
jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik,
social psikologis dan ketrampilan. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan
kemamputan dan kewenangannya.
16
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru
dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan
permasalahannya. Dalam hal ini perlu disertai administrasi
seperlunya (buku rujukan).
d. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
1) Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara
ber-saina-sama, kecuali rehabilitasi ketrampilan sebaiknya
dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti
rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk
mengikuti latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah
menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki
motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.
Prinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan
rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat
penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
2) Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana
saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus
tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah
sakit.
3) Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah
didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan
lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti
alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese,
dsb.
4) Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka orangtua atau
pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan
pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah
17
waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau
diasrama.
6 Pelaksanaan Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak
dan berbagai tempat. Agar dapat mengetahui serba sedikit perihal
tugas-tugas dalam rehabilitasi, berikut ini akan dibahas para
petugas yang tergabung dalam tim rehabilitasi di suatu sekolah
serta pembagian tugasnya.
Tiap-tiap satuan pendidikan PLB, sudah tentu yang menjadi
anggota tim rehabilitasi jumlah dan kualifikasinya disesuaikan
dengan kebutuhan anak/peserta didik dan kemampuan sekolah
yang bersangkutan.
a. Tenaga Rehabilitasi
Ahli rehabilitasi pada satuan PLB, paling tidak terdiri dari 4
bidang keahlian, berdasarkan aspek yang perlu memperoleh
pelayanan rehabilitasi.
1) Aspek Medis
a) Dokter spesialis, seperti dokter spesialis rehabilitasi,
ortopedi, THT, Mesta, jiwa dan spesialis anak.Tugas
utamanya adalah memeriksa, menegakkan diagnoses dan
menentukan garis besar program rehabilitasi medis untuk
dilaksanakan oleh pelaksana rehabilitasi.
b) Para medis, terdiri dari:
1. Fisioterapis
Mempunyai keahlian dalam memanfaatkan tenaga
fisik dalam pengobatan, melaksanakan program
sesuai dengan yang telah ditentukan oleh tim
rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu
diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun Cara
18
pelaksanaannya (assesmen). Target utamanya
adalah melatih mobilisasi.
2. Okupasional terapis
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi
gangguan fungsi tangan serta memberikan latihan
pengembaliannya sesuai dengan program yang telah
ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum
dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik
bentuk maupun cara pelaksanannya (assesmen).
Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
3. Protetis dan ortotis
Mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam
mengukur, membuat dan mengepas komponen tubuh
palsu (protesa) atau alai penunjang (ortosa) baqian
tubuh yang lumpuh, lemah, sakit, sesuai program
keputusan tim.
4. Terapis bicara
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi
serta melatih gangguan komunikasi (speech
problem).
5. Perawat rehabilitasi
Mempunyai keahlian selain perawatan umum, juga
perawatan khusus problem rehabilitasi seperti
mencegah komplikasi istirahat lama.
6. Ahli optical
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran
tajam penglihatan, dan memilih alat bantu melihat.
7. Ahli audiologi
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran
tajafn pendengaran, dan memilih alat bantu
mendengar.
19
2) Aspek psikologi
Tenaga ahli rehabilitasi di bidang psikologi adalah seorang
psikolog, yang mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi
dan mengobati gangguan mental psikologis akibat cacat untuk
meningkatkan motivasi, berusaha mengatasi kecacatan serta
akibatnya.
3) Aspek Sosial
Seorang pekerja ilato memiliki peranan dalam mengevaluasi
dan membantu memecahkan masalah – masalah ilato yang
berhubungan dengan keberadaan kecacatan.
4) Aspek vokasional
Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan
rehabilitasi itu menuju berbagai bentuk kegiatan yang
bersifat ketrampilan / kecakapan kerja, yang nantinya akan
berguna dalam hidup /kehidupan anak di masa datang. Anak didik
diharapkan akan memperoleh keahlian / kecakapan dalam suatu
bentuk pekeriaan tertentu yang akan dapat dijadikan modal /
pegangan dalam hidupnya.
a. Guru
Buku pedoman rehabilitasi ini memang diperuntukkan bagi
para guru di satuan pendidikan luar biasa dan orangtua yang
diharapkan juga dapat menangani kegiatan rehabilitasi.
Dalam hal ini guru pendidikan luar biasa berfungsi sebagai
asisten ahli rehabilitasi, karena sebelum sebagai guru
telah dibekali berbagai disi-plin ilmu yang berhubungan dengan
kegiatan rehabilitasi. Tugas utama guru dalam hal ini adalah:
1) Melakukan assesmen dalam rangka pengumpulan data
anak berkelainan yang ada di sekolahnya, baik yang
berhubungan dengan aspek fisik, psikhis dan ilato dan
ketrampilan. Terutama assesmen untuk memperoleh
20
data kemampuan dan ketidakmampuan anak. Data yang
dapat dikumpulkan oleh guru antara lain :
a) Identitas anak
b) Keadaan fisik dan kesehatan umum
c) Kemampuan/kecekatan fisik ( ADL)
d) Kesehatan gigi (umum)
e) Aspek psikologis (kecuali tes IQ)
f) Aspek psikhiatris
g) Aspek ilato anak
h) Aspek Agama dan budi pekerti
i) Aspek ketrampilan.
2) Mengadakan pencatatan yang berhubungan dengan
kecacatannya, termasuk perkembangan kemampuan,
dan ketidaktinampuannya.
3) Melaksanakan bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi, yang
sebenarnya melaksanakan proses belajar mengajar,
yang disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang
dipedomankan oleh bagian ilat, ilato psikolgis dan
ketrampilan serta ilator belakangi oleh pengetahuan,
pengalaman dan tujuan rehabilitasi secara keseluruhan.
4) Melakukan pembinaan kepada orangtua untuk
membantu melakukan rehabilitasi dan pengawasan
terhadap aktivitas anak keseharian di lingkungan
keluarga.
5) Melakukan perujukan anak untuk memperoleh
pelayanan rehabilitasi sesuai dengan kebutuhan.
b. Orang Tua
Di samping kedua petugas rehabilitasi di atas, tidak
kalah pentingnya peranan orangtua dan masyarakat. Para
orangtua anak berkelainan banyak berperan dalam tugas-
tugas rehabilitasi. Pada hakekatnya, banyak macam dan
21
bentuk serta corak kegiatan rehabilitasi yang erat
hubungannya dengan kegiatan sehari-hari (bagi anak
sendiri, dalam kebersamaannya dengan keluarga dan
dengan lingkungannya).
Dengan demikian, kedudukan dan peranan prang tua
dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat
penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya
diharapkan berperan serta dalam kegiatan pelayanan
rehabilitasi, terutama pads saat anak tinggal di rumah.
Sebagaimana persyaratan bagi para petugas rehabilitasi
lainnya, orangtua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu
dan cara melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan
dengan kegiatan praktis keseharian anak di rumah.
22
Hal di atas merupakan manfaat dari olahraga secara umum
yang dilakukan kebanyakan orang. Sekarang, bagaimana dengan
disabilitas yang juga memiliki hak untuk hidup sehat? Terkait
dengan keolahragaan, dunia pendidikan khusus memiliki solusinya
tersendiri. Tidak jauh berbeda dengan tujuan dirancangnya
pendidikan adaptif, olahraga adaptif juga dirancang atau diprogram
untuk membantu para disabilitas merasakan bagaimana nikmatnya
berolahraga.
Olahraga adaptif merujuk pada olahraga yang dimodifikasi
atau diciptakan untuk memenuhi kebutuhan khusus atau
kedisabilitasan. Penyelenggaraan program olahraga adaptif dapat
dilakukan dengan beragam setting yang terpadu untuk anak atau
individu berkebutuhan khusus. Settingan ini membantu para anak
atau individu berkebutuhan khusus agar dapat berinteraksi dengan
partisipan yang nondisabilitas ataupun sebaliknya.
Bertolak pada pengertian di atas, sebuah olahraga dikatakan
sebagai olahraga adaptif apabila cara melakukan, peralatan, dan
aturannya dimodifikasi berdasarkan kebutuhan anak atau individu
berkebutuhan khusus, contohnya saja olahraga basket. Olahraga
basket bisa dimodifikasi menjadi bola basket kursi roda, yakni
olahraga basket menggunakan kursi roda yang mendukung anak
atau individu disabilitas tubuh.
Dilaporkan oleh Gannon (1981) dalam Sri Widati dan
Murtadlo (2007), pada tahun 1870-an sekolah Ohio menjadi
sekolah pertama untuk disabilitas pendengaran yang mengajarkan
olahraga basket dan sekolah negara bagian di Illinois
memperkenalkan football pada murid berkebutuhan khusus pada
1885. Pada 1906, sekolah Wisconsin memperkenalkan olahraga
basket pada murid-murid disabilitas pendengaran. Sejak
dikenalkannya bola basket pada murid-murid disabilitas
pendengaran, sekolah-sekolah untuk murid disabilitas pendengaran
23
terus bertanding satu sama lainnya dan semakin berkembang
melawan para atlet dari sekolah-sekolah reguler.
C. Terapi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah
Luar Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk
pelaksanaan pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak.
Aktivitas jasmani yang diorganisasir oleh guru pendidikan jasmani
adaptif perlu melibatkan bentuk-bentuk aktivitas jasmani yang
berdasar pada:
1. Movement oriented method (metode berorientasi gerak) dan
2. Body oriented method (metode berorientasi tubuh). Penerapan
pendekatan terapi gerak dalam pelaksanaan pengajaran
pendidikan jasmani adaptif perlu mempertimbangkan:
a. Pemikiran
b. Perasaan
c. Perilaku siswa, atas interaksi antara intervensi guru
pendidikan jasmani dengan respon yang diperlihatkan
siswa. Interaksi intervensi dan respon ini menjadi alat
pengamatan dalam pelaksanaan terapi gerak.
Tujuan dari dilaksanakannya program penjas adaptif
tersebut yaitu menjaga kebugaran fisik dan kesehatan jasmani,
melatih keterampilan, kepercayaan diri, kedisiplinan dan
sebagai terapi pada anak serta mengembangkan prestasi anak
dalam bidang olahraga sesuai dengan bakat dan minatnya.
1. Program Therapi Fisik
Kegiatannya:
a. Evaluasi kemampuan gerak seperti duduk merangkak,
berdiri, berjalan menggerakkan anggota tubuh.
24
b. Latihan : reedukasi motorik, berjalan, menggunakan
alat-alat bantu seperti menggunakan tongkat, kruk,
kursi roda.
Tujuannya: mengembangkan kekuatan, koordinasi,
keseimbangan dan belajar menggunakan alat-alat
bantu.
2. Program Therapi Okupasional
Program ini memusatkan pada latihan aktivitas
kehidupan sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi,
berpakaian, bersolek dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan
latihan keluesan dan mrnggunakan alat-alat bantu
tujuannya: mengembangkan kemandiriannya dalam
kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwasannya rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak
berkebutuhan khusus agar mereka mampu mengoptimalkan diri
sehingga mampu untuk mengembangkkan dirinya terlebih untuk
kemandiriaannya atau untuk mengurus diri. Jika mampu lebih jauh
mereka juga dapat prestasi melalui pengenbangan yang diberikan
kepada mereka melalaui orang yang berperan dalam pelaksanaan
rehabilitasi tersebut. Peran mereka yang sangat mendukung anak
berkebutuhan khusus untuk lebih baik lagi dari keadaaan semula.
25
Jadi dapat di simpulkan Rehabilitasi adalah proses
perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap
berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani,
rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah
Luar Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk
pelaksanaan pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terutama
bagaimana keterampilan berbahasa di terapkan dalam kehidupan
sehari – hari.
Kemudian, diharapkan dengan adanya makalah ini, semua
mahasiswa yang membacanya untuk selalu menggunakannya
secara baik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Selain itu penulis beharap semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
26
(http://eprints.uny.ac.id/14625/1/SKRIPSI.pdf). Di akses
September 2019.
27