Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ PENANGANAN DAN REHABILITASI DENGAN


AKTIVITAS ADAPTIF “
Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah sport medicine
Dosen Pengampu : Fadlilah Fahmi, S.Or, M.pd
Sauma ( 200359 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PJKR

UNIVERSITAS PRIMA GRAHA

SERANG – BANTEN

2023 /2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya tanpa ada
halangan suatu apapun.

Dalam makalah ini kami membahasa mengenai “ Penanganan


dan rehabilitasi dengan aktivitas adaptiff “. Makalah ini dapat
terselesaikan tentunya tidak lepas dari peran semua pihak, baik dari segi
material maupun spritual. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang dapat membangun karya kami. Kritik
konstruktrif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


kita semua.

Walhamdulilahirabbil’alamin

Serang, 23 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Judul ......................................................................................................... 1
Kata pengantar ........................................................................................ 2
Daftar isi ................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan

Latar belakang ......................................................................................... 4

Rumusan masalah .................................................................................. 5

Tujuan penulisan ..................................................................................... 5


BAB II Pembahasan ........................................................................... 6/ 24

BAB III
Penutup................................................................................................... 25

Kesimpulan ............................................................................................ 25

Saran ....................................................................................................... 25
Daftar Pustaka ....................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang
sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga
pada peserta didik anak berkebutuhan khusus, mereka perlu
mendapat layanan pendidikan dan rehabilitasi yang dibantu pihak
Medik, Sosial, Pendidikan dan keterampilan yang terkoordinasi
dalam upaya melatih kemampuan fungsionalnya setinggi mungkin.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang
dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang
professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak
berkebutuhan khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan
program- program rehabilitasi.
Pendidikan jasmani adaptif adalah salah satu mata pelajaran
yang di dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah,
bahkan pada pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani yaitu
untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis,keterampilan sosial, penalaran,
stabilitas emosional dan aspek pola hidup.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayata nilai-nilai. Di samping itu
pendidikan jasmani meupakan salah satu mata pelajaran wajib di
sekolah termasuk di sekolah dasar maupun di SLB, karena
pendidikan jasmani masuk dalam kurikulum pendidikan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Mendiskripsikan pengertian Rehabilitas Pada Pendidikan
Jasmani Adaptif
2. Mendiskripsikan rekreasi pada pendidikan jasmani adaptif
3. Menjelaskan terapi pada pendidikan jasmani adaptif
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian rehabilitas pada pendidikan
jasmani adaptif
2. Untuk menjelaskan tujuan rekreasi pada pendidikan jasmani
adaptif
3. Untuk menjelaskan tujuan terapi pada pendidikan jasmani
adaptif

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rehabilitasi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif


1. Pengertian rehabilitasi
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada
penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki
seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan
dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai “satu program
holistik dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik,
psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang
(individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian pribadi
kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional dengan
dunia. ( Banja, 1990:615 )
Menurut Soewito dalam (Sri Widati, 1984:5) menyatakan
bahwa : Rehabilitasi penderita cacat merupakan segala daya
upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan,
ekonomi, maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi continous
process ,dan yang bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita
cacat baik jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali
tempat di masyarakat sebagai anggota penuh yang swasembada,
produktif yang berguna bagi masyarakat dan negara.
Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi
adalah berupa bantuan, dengan pengertian setiap usaha
rehabilitasi harus selalu berorientasi kepada pemberian
kesempatan kepada peserta didik yang dibantu untuk mencoba
melakukan dan memecahkan sendiri masalah-masalah yang
disandangnya.

6
Arah tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan
pengembangan. Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi
lebih diarahkan pada pengembalian fungsi dari peserta didik,
sedangkan pengembangan diarahkan untuk menggali atau
menemukan dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih
ada serta potensi yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan
fungsi sosial dimana ia berada.
2. Tujuan rehabilitasi
Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan
bahwa rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan
mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang
cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
sesuai dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman.
Tujuan utama rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian
optimal secara fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai
dengan kemampuannya. Jadi tujuan rehabilitasi adalah
terwujudnya anak atau peserta didik berkelainan yang berguna.

Aspek berguna dapat mencakup self realization, human relationship,


economic efficiency, dan civic responsibility. Artinya melalui kegiatan-
kegiatan rehabilitasi peserta didik cacat diharapkan

a. Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri


sedemikian rupa, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang
lain (self realization).
b. Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam
kelompok, tahu akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri
dengan perannya di lingkungannya (human relationship).
c. Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif
tertentu yang dapat menjamin kehidupannya kelak dibidang
ekonomi (economic efficiency).

7
d. Memiliki tanggung jawab dan mampu berpartisipasi terhadap
lingkungan masyarakat (civic responsibility).

3. Fungsi rehabilitasi

Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik


berkelainan berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau pemulihan
dan pemeliharaan.

a. Fungsi pencegahan ,melalui program dan pelaksanaan kegiatan


rehabilitasi peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat
menambah kecacatan yang lebih berat/lebih parah. Misalnya
melalui terapi ,penyebaran kecacatan dapat dicegah dan dibatasi.
b. Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi
peserta didik dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula
tidak kuat menjadi kuat, yang tadinya tidak berfungsi menjadi
berfungsi, dsb. Dengan demikian fungsi penyembuhan dapat
berarti pemulihan atau pengembalian atau penyegaran kembali.
c. Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah
memperoleh layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi medik,
sosial, dan keterampilan organ gerak/keterampilan vokasional
tertentu yang sudah dimiliki dapat tetap terpelihara/tetap terjadi
melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang dilakukan.

Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medik,


sosial dan keterampilan :

a. Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas


rehabilitasi medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit,

8
menyembukan dan meningkatkan serta memelihara status
kesehatan individu/peserta didik.
b. Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki
masalah sosial, baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri,
isolasi diri, dsb). Melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi
memupuk kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan
lingkungannya.
c. Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik
akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi
fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesi
4. Jenis-Jenis Rehabilitasi

Rehabilitasi terdiri dari tiga jenis dimana satu sama lainnya berkaitan
erat dalam menangani suatu kasus

a. Rehabilitasi Medis ( Medical Rehabilition )


Menurut M. Minn ( Ahmad Tohamuslim 1985:3 ) Rehabilitasi
medis adalah lapangan specialisasi ilmu kedokteran baru,
berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien
yang mengalami gangguan fungsi/cedera, kehilangan
fungsi/disability, yang berasal dari susunan otot-tulang, susunan
otot syaraf, susunan jantung dan paru-paru, serta gangguan
mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kelainan tersebut.

Tujuan rehabilitasi medis( Ahmad tohamuslim 1985:7 ) Mempunyai


tujuan yaitu:

1) Jangka pendek
Pasien segera keluar dari tempat tidur dapat berjalan tanpa
atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.
2) Jangka panjang

9
Pasien dapat hidup kembali ditengah masyarakat, paling tidak
mampu memelihara diri sendiri, ideal dan dapat dan kembali
kepada kegiyatan kehidupan semula paling tidak mendekatinya.
a. Rehabilitasi Karya ( Vocational Rehabilitation )

Organisasi perburuhan internasional rokamdasi nomor 99 tahun 1955


tentang rehabilitasi vocasional untuk penyandang cacat ( Depneker
1981:14 ), memberikan definisi sebagai berikut:

Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses


rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang
menyangkut pengadaan pelayanan pelayanan dibidang jabatan seperti
bimbingan jabatan, latihan kerja, penempatan yang selectif, adalah
diadakan guna memungkinkan para penderita kebutuhan memperoleh
kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Dari definisi tersebut maka kegiatan dalam rehabilitasi vocasional


meliputi:

1) Pertama Kegiatan evaluasi, baik medis, personal, sosial maupun


vocasional, dengan melalui berbagai teknik dan oleh para ahli yang
berwewenang, dan menggunakan data dari berbagai sumber yang
ada.
2) Kedua bimbingan vocasional, ialah membantu individu untuk
mengenal dirinya, memahami dirinya, memahami dirinya dan
menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya.

Adapun pelayanan-pelayanan yang dapat diberikan dalam bimbingan-


bimbingan rehabilitasi vocasional seperti:

10
1) Bimbingan dan Konseling yang merupakan proses kontinu selama
program keseluruhan diberikan.
2) Pelayanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan
emosional.
3) Pelayanan membaca, pelayanan oreintasi dan mobilitasi bagi
tunanetra dan banyak lagi pelayanana n yang dapat diberikan
dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi vocasional ini.
4) Pelayanan kepada keluarga, karena hal ini perlu untuk pencapaian
penyesuaian terhadap rehabilitasi yang diberikan kepada penderita
atau kelien
5) Pelayanan pemulihan, pemugara, fisik, mental, psikologis, dan
emosional
6) Pelayanan penterjemah. interpreter untuk tunarungu
7) Sebelum latihan kerja ataupun memberikan bekal ketrampilan
tenaga rehabilitasi, intruktur, bersama-sama dengan klien dan juga
orangtua, wali, atau keluarga lain menyesuaikan program
rehabilitasi atas tujuan vokasional.
8) Ketiga latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian
informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan
pekerjaan yang sesuai untuknya.
9) Keempat penempatan kerja dan follow up setelah mendapat latihan
kerja dan individu sudah memiliki ketrampilan bekerja, maka
individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik
sebagai karyawan pemerintah maupun sebagai karyawan
perusahaan/swasta, Atau kembalikemasyarakat dengan
berusahasendiri.
a. Rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation )
Rehabilitasi Sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi
penderita hambatan yang berusaha untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi semaksimal mungkin pengaruh negatif

11
yang disebabkan kehambatannya, sehingga penderita dapat aktif
dalam kehidupan dimasyarakat.

Tujuan rehabilitasi sosial adalah segala upaya untuk:

1) Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaarn serta


tanggung jawab terhaap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2) Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka kegiatan yang dilakukan


adalah sebagai berikut:

1) Pencegahan
2) Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat, baik
masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri, maupun
masalah yang datang dari lingkungannya
3) Tahap rehabilitasi
4) Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan
mental, bimbingan ketrampilan.
5) Resosialisasi
6) Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang cacat
agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
7) Pembinaan tidak lanjut
8) Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan klien dalam
proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan,

12
dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui apakah klien dapat
menyesuaikan diri dan dapat diterima di masyarakat.

5 Prinsip-Prinsip Dasar Kegiatan Rehabilitasi

Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan


khusus, diantaranya:

a. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi


Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah
agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar
mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam
kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi
tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:
1. Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau
lengkap, baik pada aspek fisik, psikhis, sosial maupun ketrampilan
(total care concept rehabilitation). Seorang anak yang mengalami
amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic
tidak terbatas ke-pada mempercepat penyembuhan luka-
penguatan ptot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan
mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih
ketrampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.
2. Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau
segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan
masing-masing anak.

13
3. Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa
sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan
rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu
didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada
kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu
memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.

4. Kegiatan berpusat pada anak


Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih banyak
memberikan kesempatan kepada anak/peserta didik untuk
mencoba sendiri, memecahkan masalahnya sendiri serta
melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka memperoleh
penjelasan secukupnya dari provider.
5. Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang
telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi setiap kemajuan yang
dicapai anak/peserta didik secara konsisten.
6. Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan
kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
7. Prinsip pentahapan.
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan
yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang
maksimal (luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan
bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.
8. Prinsip kesinambungan, berulang & terus menerus.
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu
dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi
tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi

14
bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang
kesulitan dan hambatannya, dsb.
9. Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan
kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi
tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian,
dsb.

b. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan


1) Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada
pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak
primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak
primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan
jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang
lain/ketrampilan tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ
yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak
dapat melihat, kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan
dengan tulisan braille, peragaan dengan bendy yang dapat
diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio, dampak primer
ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan
kursi roda, kruk, brace, dsb.
2) Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan
kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
3) Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara
kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus,

15
tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak
tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua
anak tunarungu memerlukan latihan komunikasi, semua anak
tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb
c. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
1) Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-
masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya.
Kerjasama yang baik entar anggota tim rehabilitasi akan sangat
menentukan keberhasilan program rehabilitasi.
2) Prinsip kerja atas dasar profesi.
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang
sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih
mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu juga akan
memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi
dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan
masing-masing dan disusun pembagian togas secara tertulis
atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim
rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim
rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup sekolah,
demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari
kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat
menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang
disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh
pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung
jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik,
social psikologis dan ketrampilan. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan
kemamputan dan kewenangannya.

16
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru
dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan
permasalahannya. Dalam hal ini perlu disertai administrasi
seperlunya (buku rujukan).
d. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
1) Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara
ber-saina-sama, kecuali rehabilitasi ketrampilan sebaiknya
dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti
rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk
mengikuti latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah
menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki
motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.
Prinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan
rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat
penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
2) Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana
saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus
tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah
sakit.
3) Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah
didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan
lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti
alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese,
dsb.
4) Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka orangtua atau
pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan
pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah

17
waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau
diasrama.
6 Pelaksanaan Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak
dan berbagai tempat. Agar dapat mengetahui serba sedikit perihal
tugas-tugas dalam rehabilitasi, berikut ini akan dibahas para
petugas yang tergabung dalam tim rehabilitasi di suatu sekolah
serta pembagian tugasnya.
Tiap-tiap satuan pendidikan PLB, sudah tentu yang menjadi
anggota tim rehabilitasi jumlah dan kualifikasinya disesuaikan
dengan kebutuhan anak/peserta didik dan kemampuan sekolah
yang bersangkutan.

a. Tenaga Rehabilitasi
Ahli rehabilitasi pada satuan PLB, paling tidak terdiri dari 4
bidang keahlian, berdasarkan aspek yang perlu memperoleh
pelayanan rehabilitasi.
1) Aspek Medis
a) Dokter spesialis, seperti dokter spesialis rehabilitasi,
ortopedi, THT, Mesta, jiwa dan spesialis anak.Tugas
utamanya adalah memeriksa, menegakkan diagnoses dan
menentukan garis besar program rehabilitasi medis untuk
dilaksanakan oleh pelaksana rehabilitasi.
b) Para medis, terdiri dari:
1. Fisioterapis
Mempunyai keahlian dalam memanfaatkan tenaga
fisik dalam pengobatan, melaksanakan program
sesuai dengan yang telah ditentukan oleh tim
rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu
diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun Cara

18
pelaksanaannya (assesmen). Target utamanya
adalah melatih mobilisasi.
2. Okupasional terapis
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi
gangguan fungsi tangan serta memberikan latihan
pengembaliannya sesuai dengan program yang telah
ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum
dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik
bentuk maupun cara pelaksanannya (assesmen).
Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
3. Protetis dan ortotis
Mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam
mengukur, membuat dan mengepas komponen tubuh
palsu (protesa) atau alai penunjang (ortosa) baqian
tubuh yang lumpuh, lemah, sakit, sesuai program
keputusan tim.
4. Terapis bicara
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi
serta melatih gangguan komunikasi (speech
problem).
5. Perawat rehabilitasi
Mempunyai keahlian selain perawatan umum, juga
perawatan khusus problem rehabilitasi seperti
mencegah komplikasi istirahat lama.
6. Ahli optical
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran
tajam penglihatan, dan memilih alat bantu melihat.
7. Ahli audiologi
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran
tajafn pendengaran, dan memilih alat bantu
mendengar.

19
2) Aspek psikologi
Tenaga ahli rehabilitasi di bidang psikologi adalah seorang
psikolog, yang mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi
dan mengobati gangguan mental psikologis akibat cacat untuk
meningkatkan motivasi, berusaha mengatasi kecacatan serta
akibatnya.
3) Aspek Sosial
Seorang pekerja ilato memiliki peranan dalam mengevaluasi
dan membantu memecahkan masalah – masalah ilato yang
berhubungan dengan keberadaan kecacatan.
4) Aspek vokasional
Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan
rehabilitasi itu menuju berbagai bentuk kegiatan yang
bersifat ketrampilan / kecakapan kerja, yang nantinya akan
berguna dalam hidup /kehidupan anak di masa datang. Anak didik
diharapkan akan memperoleh keahlian / kecakapan dalam suatu
bentuk pekeriaan tertentu yang akan dapat dijadikan modal /
pegangan dalam hidupnya.
a. Guru
Buku pedoman rehabilitasi ini memang diperuntukkan bagi
para guru di satuan pendidikan luar biasa dan orangtua yang
diharapkan juga dapat menangani kegiatan rehabilitasi.
Dalam hal ini guru pendidikan luar biasa berfungsi sebagai
asisten ahli rehabilitasi, karena sebelum sebagai guru
telah dibekali berbagai disi-plin ilmu yang berhubungan dengan
kegiatan rehabilitasi. Tugas utama guru dalam hal ini adalah:
1) Melakukan assesmen dalam rangka pengumpulan data
anak berkelainan yang ada di sekolahnya, baik yang
berhubungan dengan aspek fisik, psikhis dan ilato dan
ketrampilan. Terutama assesmen untuk memperoleh

20
data kemampuan dan ketidakmampuan anak. Data yang
dapat dikumpulkan oleh guru antara lain :
a) Identitas anak
b) Keadaan fisik dan kesehatan umum
c) Kemampuan/kecekatan fisik ( ADL)
d) Kesehatan gigi (umum)
e) Aspek psikologis (kecuali tes IQ)
f) Aspek psikhiatris
g) Aspek ilato anak
h) Aspek Agama dan budi pekerti
i) Aspek ketrampilan.
2) Mengadakan pencatatan yang berhubungan dengan
kecacatannya, termasuk perkembangan kemampuan,
dan ketidaktinampuannya.
3) Melaksanakan bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi, yang
sebenarnya melaksanakan proses belajar mengajar,
yang disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang
dipedomankan oleh bagian ilat, ilato psikolgis dan
ketrampilan serta ilator belakangi oleh pengetahuan,
pengalaman dan tujuan rehabilitasi secara keseluruhan.
4) Melakukan pembinaan kepada orangtua untuk
membantu melakukan rehabilitasi dan pengawasan
terhadap aktivitas anak keseharian di lingkungan
keluarga.
5) Melakukan perujukan anak untuk memperoleh
pelayanan rehabilitasi sesuai dengan kebutuhan.
b. Orang Tua
Di samping kedua petugas rehabilitasi di atas, tidak
kalah pentingnya peranan orangtua dan masyarakat. Para
orangtua anak berkelainan banyak berperan dalam tugas-
tugas rehabilitasi. Pada hakekatnya, banyak macam dan

21
bentuk serta corak kegiatan rehabilitasi yang erat
hubungannya dengan kegiatan sehari-hari (bagi anak
sendiri, dalam kebersamaannya dengan keluarga dan
dengan lingkungannya).
Dengan demikian, kedudukan dan peranan prang tua
dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat
penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya
diharapkan berperan serta dalam kegiatan pelayanan
rehabilitasi, terutama pads saat anak tinggal di rumah.
Sebagaimana persyaratan bagi para petugas rehabilitasi
lainnya, orangtua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu
dan cara melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan
dengan kegiatan praktis keseharian anak di rumah.

B. Rekreasi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif


Pendidikan jasmani adaptif sebuah program yang bersifat
individual yang meliputifisik atau jasmani, kebugaran, pola gerak
dan keterampilan gerak dasar. Rekreasi adalah merupakan
permainan gerak sadar dalam meningkatkan gerak manipilatif
siswa. Adapun contoh dari rekreasi jasmani adaptif yaitu permainan
sepak bola bagi anak tunagrahita ringan, dimana di sini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh permainan rekreasi
dalam meningkatkan gerak dasar manipulative khususnya dalam
menendang bola.
Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang dibutuhkan
tubuh. Selain membantu mejaga kelancaran kerja metabolisme
tubuh, olahraga juga membantu melancarkan peredaran darah,
membakar kalori, serta bisa mendukung program diet (penurunan
berat badan).

22
Hal di atas merupakan manfaat dari olahraga secara umum
yang dilakukan kebanyakan orang. Sekarang, bagaimana dengan
disabilitas yang juga memiliki hak untuk hidup sehat? Terkait
dengan keolahragaan, dunia pendidikan khusus memiliki solusinya
tersendiri. Tidak jauh berbeda dengan tujuan dirancangnya
pendidikan adaptif, olahraga adaptif juga dirancang atau diprogram
untuk membantu para disabilitas merasakan bagaimana nikmatnya
berolahraga.
Olahraga adaptif merujuk pada olahraga yang dimodifikasi
atau diciptakan untuk memenuhi kebutuhan khusus atau
kedisabilitasan. Penyelenggaraan program olahraga adaptif dapat
dilakukan dengan beragam setting yang terpadu untuk anak atau
individu berkebutuhan khusus. Settingan ini membantu para anak
atau individu berkebutuhan khusus agar dapat berinteraksi dengan
partisipan yang nondisabilitas ataupun sebaliknya.
Bertolak pada pengertian di atas, sebuah olahraga dikatakan
sebagai olahraga adaptif apabila cara melakukan, peralatan, dan
aturannya dimodifikasi berdasarkan kebutuhan anak atau individu
berkebutuhan khusus, contohnya saja olahraga basket. Olahraga
basket bisa dimodifikasi menjadi bola basket kursi roda, yakni
olahraga basket menggunakan kursi roda yang mendukung anak
atau individu disabilitas tubuh.
Dilaporkan oleh Gannon (1981) dalam Sri Widati dan
Murtadlo (2007), pada tahun 1870-an sekolah Ohio menjadi
sekolah pertama untuk disabilitas pendengaran yang mengajarkan
olahraga basket dan sekolah negara bagian di Illinois
memperkenalkan football pada murid berkebutuhan khusus pada
1885. Pada 1906, sekolah Wisconsin memperkenalkan olahraga
basket pada murid-murid disabilitas pendengaran. Sejak
dikenalkannya bola basket pada murid-murid disabilitas
pendengaran, sekolah-sekolah untuk murid disabilitas pendengaran

23
terus bertanding satu sama lainnya dan semakin berkembang
melawan para atlet dari sekolah-sekolah reguler.
C. Terapi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah
Luar Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk
pelaksanaan pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak.
Aktivitas jasmani yang diorganisasir oleh guru pendidikan jasmani
adaptif perlu melibatkan bentuk-bentuk aktivitas jasmani yang
berdasar pada:
1. Movement oriented method (metode berorientasi gerak) dan
2. Body oriented method (metode berorientasi tubuh). Penerapan
pendekatan terapi gerak dalam pelaksanaan pengajaran
pendidikan jasmani adaptif perlu mempertimbangkan:
a. Pemikiran
b. Perasaan
c. Perilaku siswa, atas interaksi antara intervensi guru
pendidikan jasmani dengan respon yang diperlihatkan
siswa. Interaksi intervensi dan respon ini menjadi alat
pengamatan dalam pelaksanaan terapi gerak.
Tujuan dari dilaksanakannya program penjas adaptif
tersebut yaitu menjaga kebugaran fisik dan kesehatan jasmani,
melatih keterampilan, kepercayaan diri, kedisiplinan dan
sebagai terapi pada anak serta mengembangkan prestasi anak
dalam bidang olahraga sesuai dengan bakat dan minatnya.
1. Program Therapi Fisik
Kegiatannya:
a. Evaluasi kemampuan gerak seperti duduk merangkak,
berdiri, berjalan menggerakkan anggota tubuh.

24
b. Latihan : reedukasi motorik, berjalan, menggunakan
alat-alat bantu seperti menggunakan tongkat, kruk,
kursi roda.
Tujuannya: mengembangkan kekuatan, koordinasi,
keseimbangan dan belajar menggunakan alat-alat
bantu.
2. Program Therapi Okupasional
Program ini memusatkan pada latihan aktivitas
kehidupan sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi,
berpakaian, bersolek dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan
latihan keluesan dan mrnggunakan alat-alat bantu
tujuannya: mengembangkan kemandiriannya dalam
kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwasannya rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak
berkebutuhan khusus agar mereka mampu mengoptimalkan diri
sehingga mampu untuk mengembangkkan dirinya terlebih untuk
kemandiriaannya atau untuk mengurus diri. Jika mampu lebih jauh
mereka juga dapat prestasi melalui pengenbangan yang diberikan
kepada mereka melalaui orang yang berperan dalam pelaksanaan
rehabilitasi tersebut. Peran mereka yang sangat mendukung anak
berkebutuhan khusus untuk lebih baik lagi dari keadaaan semula.

25
Jadi dapat di simpulkan Rehabilitasi adalah proses
perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap
berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani,
rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah
Luar Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk
pelaksanaan pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terutama
bagaimana keterampilan berbahasa di terapkan dalam kehidupan
sehari – hari.
Kemudian, diharapkan dengan adanya makalah ini, semua
mahasiswa yang membacanya untuk selalu menggunakannya
secara baik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Selain itu penulis beharap semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Mamad, Widya. (2015). Modifikasi Pembelajaran Dalam Pendidikan


jasmani Adaptif. (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA
/195208231978031-MAMAD_WIDYA/
KONSEP_DASAR_PENDIDIKAN_JASMANI_ADAPTIF.pdf
). Di akses September 2019.

Nugroho, Satrio. (2015). Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani


Adaptif Anak Tunarungu Di Slb Negeri Se Kabupaten
Bantul. (Online)

26
(http://eprints.uny.ac.id/14625/1/SKRIPSI.pdf). Di akses
September 2019.

27

Anda mungkin juga menyukai