Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
ataubiologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami
maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara,panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
danlokal, regional, maupun global.
Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi
udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual
tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat pencemaran udara
sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumbersumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran
udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan
lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup,
termasuk manusia. Komposisi seperti itu merupakan udara normal dan dapat

mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak


ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya.Oleh karena itu dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat ditemukan solusi alternatif untuk
mengatasi bahayanya pencemaran udara. dan dengan dilaksanakanya solusi
alternatif tersebut diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan
misalnya berkurangnya polusi udara,dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat
pencemaran udara, dampak terhadap tanaman, Tanaman yang tumbuh di daerah
dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan
rawan penyakit, mengurangi efek rumah kaca, hujan asam, kerusakan lapisan
ozon.
Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan
partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan menjadi:

Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)

Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan


nitrogen dioksida)

Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)

Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)

Sedagkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi


tiga, yaitu:

Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah

Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan,


benzene

Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan
menjadi dua, yaitu:

Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi,


pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya
berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor.

Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di
ruangan.

Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi:

Sulfur dioksida (SO2)

Karbon monoksida (CO)

Nitrogen dioksida (NO2)

Ozon (O3)

Hidro karbon (HC)

PM 10, Partikel debu ( PM 2,5 )

TSP (debu)

Pb (Timah Hitam)

Beberapa definisi gangguan fisik pada polusi udara diantaranya :

polusi udara.

panas.

radiasi.

Beberapa definisi gangguan kimia pada polusi udara diantaranya :

asap industri.

asap kendaraan bermotor.

asap pembangkit listrik.

asap kebakaran hutan.

asap rokok.

Beberapa definisi gangguan biologi pada polusi udara diantaranya :

timbunan gas metana pada lokasi urungan tanah.

timbunan gas metana pada tempat pembuangan sampah.

uap pelarut organik.

2.2 Efek Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Tubuh


Tabel 1 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap
makhluk hidup. Rentang nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat
kesehatan untuk dihuni oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur
dioksida dan partikulat matter adalah beberapa parameter polusi udara yang
dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari pantauan lain diketahui bahwa
dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak sehat berdasarkan
ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1
titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik),
Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang
diketahui merupakan daerah kategori sangat tidak sehat berdasarkan pantauan
lapangan [1].
Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Karbon

Sulfur

Rentan
Kategori

Nitrogen
monoksida

Ozon (O3)

Luka

Tidak

(SO2)
padaLuka pada

Beberapa

Beberapa

spesies

spesies

tumbuhan

tumbuhan

akibat

akibat

adaSedikit

Tidak

0-50
efek

berbau
kombinasi

dengan SO2dengan
(Selama
Jam)
Luka

Perubahan
kimia darah

Sedang

ada

efek
kombinasi

51

Partikulat

(NO2)
(CO)

Baik

dioksida

O3

4(Selama
Jam)
padaLuka

padaTerjadi

Beberapa

Beberapa

penurunan

spesies

spesies

pada

tumbuhan
Bau,

pandang
Jarak

Berbau
100

Tidak

101

Sehat

199

tapi

tidak

terdeteksi
Peningkatan Bau
pada

tumbuhan
danPenurunan

kehilangan kemampuan Meningkatn pandang

kardiovaskul warna.
ar
perokok
yang
jantung

jarak

pada

atlitya

padaPeningkatan yang berlatihkerusakan


reaktivitas
sakitpembuluh
tenggorokan
pada

keras

tanaman

turun

dan

terjadi
pengotoran
debu

di

mana-mana

penderita
asma
Meningkatn
ya
kardiovaskul

Olah

ar

ringan

pada

raga

Meningkatn
orang bukan

Meningkatn Meningkatn
mengakibatk

ya

ya

perokok
Sangat

sensitivitas
200-

yang

Tidak

sensitivitas sensitivitas
parnafasan

pasien yang
299

berpenyakit

Sehat

ya

an pengaruh
pada pasienpada pasien
pada

pasien

berpenyakit
Jantung, dan

berpenyakit berpenyakit
yang

asma

dan

akan tampak

asma

danasma

berpenyaklt
bronchitis

bronchitis

beberapa

paru-paru

kelemahan

kronis

bronchitis

yang terlihat
secara nyata
Berbahay 300

Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar


a
lebih
Sumber: Bapedal [1]
Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar
Karbon

Sumber
Keterangan
Buangan kendaraan bermotor;Standar kesehatan: 10 mg/m3

monoksida (CO) beberapa proses industri


(9 ppm)
Sulfur dioksidaPanas
dan
fasilitasStandar kesehatan: 80 ug/m3
(S02)

dan

pembangkit listrik

(0.03 ppm)

Buangan kendaraan bermotor;Standar kesehatan: 50 ug/m3


Partikulat Matter
Nitrogen

beberapa proses industri


selama 1 tahun; 150 ug/m3
Buangan kendaraan bermotor;Standar kesehatan: 100 pg/m3

dioksida (N02) panas dan fasilitas


Ozon (03)

(0.05 ppm) selama 1 jam


Standar kesehatan: 235 ug/m3

Terbentuk di atmosfir
(0.12 ppm) selama 1 jam

Sumber: Bapedal [2]


Tabel 2 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun
mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori
baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada
tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan
di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun) [3]. Hal ini
menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang
pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut.
Selain itu tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi
dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas
utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kedungwaru, pada kelas XII semester
2 tahun pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahaptahap pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Januari 2012, meliputi pengajuan
judul.
b. Tahap penulisan pada bulan Januari-Februari 2012, yaitu pengambilan data
melalui browsing internet dan literatur-literatur yang sudah ada yang
disesuaikan dengan materi yaitu Pentingnya Air Cucian Beras .
c. Tahap penyelesaian pada bulan awal Maret 2012, meliputi pengolahan data
dan penyusunan laporan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pemanasan global belakangan ini menjadi isu yang hangat dibicarakan


selain isu krisis finansial global. Pemanasan global tidak lagi menjadi tanggung
jawab beberapa negara saja, namun menjadi tanggung jawab seluruh negara di
dunia ini.

Pada dasarnya permasalahan lingkungan memang bukan lagi suatu


masalah yang baru untuk saat ini. Terlebih lagi manusia memiliki peran yang
cukup besar dalam memberikan dampak terhadap masalah lingkungan ini, karena
kebutuhan hidup dan ketergantungan mereka terhadap alam sehingga mereka
banyak memanfaatkan lingkungan.
Pemanasan global adalah sebuah dampak negatif dari pencemaran udara
kronis. Pencemaran udara dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai kehadiran satu
atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan,
atau merusak properti.
Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter kurang
dari 10 m (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon
monoksida (CO) dan timbal.
Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada
umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan
dengan sektor lainnya. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70% di kota-kota besar.
Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap
sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi
konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor
transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu

mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total


hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal.
Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan
di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik
seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak
kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawasenyawa lain.
Sepeda motor tak lagi menjadi kendaraan yang langka di negeri ini. Bagi
para pekerja yang tidak ingin terjebak kemacetan di kota besar, sepeda motor
menjadi pilihan utama kendaraan mereka. Namun apa yang terjadi?
Sepeda motor menjadi penyebab utama kemacetan lalu lintas. Terbukti,
jumlah sepeda motor di Indonesia sudah mencapai 75 persen dari total seluruh
kendaraan bermesin, termasuk roda empat dan angkutan umum. Padahal, idealnya
hanya 20 persen di antara seluruh moda kendaraan bermotor.
Data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menunjukkan
peningkatan progresif jumlah kendaraan roda dua tersebut. Pada tahun 2006,
jumlah kendaraan roda dua adalah 33.413.222 buah. Pada tahun 2007, jumlah ini
bertambah menjadi 41.955.128 buah. Kemudian pada tahun 2008, jumlah sepeda
motor mencapai angka 47.683.681 buah dari total jumlah kendaraan bermotor
sebanyak 65.273.451 buah.
Berdasarkan data tersebut, fakta ini tentu berkorelasi linier dengan jumlah
gas emisi karbon yang dihasilkan sepeda motor. Menurut data dari RETA Asian

Development Bank, pada tahun 2015 diprediksikan kendaraan bermotor


menghasilkan emisi gas polutan sebanyak 4.461.898 ton per tahun dengan tingkat
kenaikan emisi karbon 3.68 persen tiap tahun.
Mirisnya, pada tahun 2009, dalam Copenhagen Summit, Indonesia telah
meningkatkan target reduksi emisi 26 persen menjadi 41 persen tahun 2020.
Usaha untuk menurunkan angka pengguna sepeda motor, tentu tidak bisa
dilakukan secara semerta-merta oleh pemerintah mengingat sepeda motor adalah
kendaraan yang paling ekonomis dan paling realistis untuk digunakan oleh
masyarakat yang memiliki pekerjaan dengan tuntutan mobilitas tinggi. Maka, hal
yang bisa dilakukan pemerintah adalah memperhatikan kualitas bahan bakar dan
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
Oleh sebab itu, kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah dalam
pengendalian pencemaran udara yang salah satunya diperankan oleh emisi dari
sepeda motor, adalah melaksanakan kebijakan penggunaan energi bahan bakar
yang bersih bagi lingkungan hidup, pengembangan bahan bakar alternatif,
penaatan ambang batas emisi kendaraan, penaatan sistem transportasi, dan
peningkatan peran masyarakat. Peningkatan peran masyarakat dapat dilakukan
dengan cara mengadakan lomba pengendalian emisi kendaraan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam
menurunkan emisi gas buang dengan cara merawat kendaraannya secara teratur.
Sepeda motor, bagaimana pun juga adalah kendaraan ideal bagi
mayoritas masyarakat Indonesia dan sudah sepatutnya pemerintah lebih
memperhatikan dan mengimbangi fenomena menjamurnya kendaraan sepeda

motor di Indonesia dengan sigap. Jika pemerintah mampu menyusun dan


melaksanakan strategi untuk menghadapi fakta ini, diharapkan akselerasi jumlah
pengguna sepeda motor dari tahun ke tahun tidak akan menjadi masalah besar
yang menghasilkan petaka di akhir.

3.1 Faktor Penyebab


1.

Semakin banyaknya warga yang menggunakan kendaraan pribadi (sepeda


motor), sehingga emisi gas yang dihasilkan semakin banyak. Kendaraan
bermotor merupakan sumber pencemar udara yang paling dinamis seiring
dengan perkembangan peradaban manusia. Tingkat pencemaran kendaraan
bermotor tergantung bergerak atau tidaknya kendaraan bermotor tersebut.
Seperti yang tersaji di artikel 2 bahwa dari tahun 2006 sampai sekarang
Indonesia khususnya menunjukan peningkatan yang significan penggunaan
kendaraan roda dua. Semakin banyaknya penggunaan roda dua maka semakin
banyak pula emisi gas pencemar yang dikelurkan oleh kendaraan yang
semakin memperburuk pencemaran udara. Emisi gas pencemar meningkat
pada saat kendaraan diperlambat atau dipercepat, sehingga dapat diketahui
pada perempatan atau pertigaan jalan atau pada tempat pengatur lalulintas
mempunyai konsentrasi cemaran gas yang tinggi. Demikian pula pada jalan
yang menurun atau naik konsentrasi gas pencemarnya juga tinggi.
Sumber cemaran udara dalam suatu kota sangat banyak memberikan
kontribusi yang beragam adalam penurunan kualitas lingkungan perkotaan.
Semakin tidak bisa terkendalinya penggunan kendaraan roda dua dikota besar

membuat kualitas udara di kota besar semakin buruk untuk kesehatan manusia.
Sebagai contoh adalah DKI Jakarta yang saat ini menduduki peringkat tiga
dunia kota yang mempunyai kualitas udara yang buruk.
Menurut Harssema (1998), pencemaran udara diawali oleh adanya
emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yng dikeluarkan ke udara
dalam suatu waktu. Emisi dapat disebabkan oleh emisi alam maupun kegiatan
manusia. Emisi yang disebabkan oleh alam disebut biogenic emissions,
contohnya gas metan (CH4) yang timbul akibat dekomposisi bahan organic
oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan oleh manusia disebut
anthropogenic emissions contohnya hasil pembakaran fosil, pemakaian zat-zat
kimia yang disemprotkan ke udara.
2. Semakin sedikitnya pohon dan ruang terbuka hijau di kota besar. Dengan
semakin kompleksnya aktifitas manusia semakin banyak pula lahan yang
diperlukan oleh manusia. Penggunaan lahan yang banyak ini harus
mengorbankan banyak pohon. Dikota-kota besar banyak berdiri bangunanbangunan dan jalan raya, sehingga ruang untuk tumbuhnya pohon sangat
jarang ditemukan. Kondisi seperti ini membuat tingkat pencemaran udara yang
dihasilkan dari kendaraan bermotor tidak dapat didireduksi secara maksimal.
Manfaat pohon salah satunya adalah dapat mengikat, menjerat, dan
mengabsorbsi gas-gas berbahaya diudara yang dihasilkan oleh aktifitas
manusia.
3. Tidak adanya regulasi dari pemerintah dalam melarang pengoperasian
kendaraan dengan emisi gas yang tidak bersih bagi lingkungan.

4. Tidak adanya batasan khusus kepemilikan kendaraan bermotor untuk satu


keluarga sebagai pengendali pencemar udara dan pengurai kepadatan lalulintas.
3.2 Dampak
1. Kemacetan
Kemacetan lalu lintas ditandai dengan kondisi lalu lintas dengan kecepatan ratarata rendah. Serendah apa kecepatan yang masih dianggap ideal? Dilihat dari
pendekatan lingkungan, kecepatan yang dianggap ideal adalah kecepatan optimum
kendaraan sehingga ketika dijalankan akan menghasilkan polusi paling minimal. Pada
kondisi kecepatan rendah, pembakaran bensin menjadi tidak sempurna sehingga
menghasilkan lebih banyak CO. Semisal, pada kendaraan berkecepatan 7 km/jam
dapat memberikan konsentrasi CO di udara lima kali lipat lebih besar dibandingkan
kendaraan berkecepatan normal 30 km/jam. Di perkotaan rata-rata kecepatan
optimumnya 30 50 km/ jam tergantung lokasi dan kualitas jalan. Jika kecepatan ratarata akibat macet berjam-jam menjadi 18 20 km/jam, bisa dibayangkan polusi yang
dikeluarkan akan lebih besar.
Parameter utama penyebab kemacetan adalah volume dan kepadatan lalu lintas.
Makin bertambahnya volume dan kepadatan lalu lintas, maka makinmengurangi
kecepatan lalu lintas. Dari aspek pergerakan transportasi, ledakan volume kendaraan
dalam 5 tahun terakhir, khususnya kendaraan roda dua, membuat lalu lintas menjadi
sangat sensitif terhadap gangguan. Sedikit saja terjadi gangguan lalu lintas, dengan
cepat mengakibatkan kemacetan yang luas dan lama.
Dari aspek sistem pengaturan lalu lintas, beragam cara telah dicoba untuk
menyebar, melancarkan, hingga memisah lalu lintas berdasarkan karakter moda
transportasi dan kecepatannya. Namun, banyak upaya pengaturan masih bersifat
reaktif dan berdiri sendirisendiri. Padahal, pengaturan ini penting agar jaringan jalan
yang tersedia bisa saling mendukung satu sama lain untuk melayani volume lalu lintas

yang tinggi. Dari aspek infrastruktur, secara teknis banyak prasarana jalan yang rusak,
mudah tergenang saat hujan dan menyebabkan kemacetan. Kemudian, masih banyak
bottle neck dan tumpang tindih jalan.
Akhirnya, kondisi ini menyebabkan kemacetan akibat penyempitan jalan atau
konflik pergerakan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Secara kualitas kinerja,
infrastruktur jalan masih jauh dari memadai untuk dapat menciptakan kelancaran dan
sebaran lalu lintas yang merata.

2. Meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor.


Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran yang dihasilkan oleh pembakaran
di dalam mesin kendaraan bermotor. Gas sisa pembakaran ini beracun dan akan
merusak lapisan ozon, atau menjadi penyebab adanya pemanasan gobal. Strategi

pengendalian yang dirumuskan berdasarkan pengamatan terhadap kejadian


sesaat atau perilaku dalam suatu kurun waktu singkat hanya akan mengobati
gejala saja dan dikhawatirkan justru menimbulkan persoalan baru. Misal,
pelebaran ruas jalan untuk mengatasi kemacetan merupakan penyelesaian
masalah yang bersifat sesaat. Ke depannya, kebijakan ini justru memancing
terjadinya peningkatan jumlah kendaraan bermotor, yang akhirnya akan
kembali menimbulkan kemacetan.
Oleh karena itu mari kita kembali pada struktur paling dasar yang
menentukan beban pencemar dari sektor transportasi jalan, yakni pada
prinsipnya beban pencemar dari kendaraan bermotor dapat diturunkan dengan
menekan emisi per km dan panjang perjalanan kendaraan bermotor serendahrendahnya.

3.3 Penanganan dan Solusi


Berdasarkan artikel berita disurat kabar yang penulis ambil, bahwa tingkat
pencemaran udara saat ini sudah mulai menunjukan dampak yang semakin meluas
dan fatal bagi keberlangsungan hidup mahluk di bumi. Pencemaran udara yang
hanya mencakup skala local seperti yang terjadi di Watu Tugu dan saat ini
semakin meluas ke regional dan puncaknya adalah terjadinya pemanasan global.
Akibat aktifitas dan gaya hidup manusia membuat kualitas udara tidak baik.
Pencemaran udara tidak terlepas dari campur tangan manusia. Semakin lama
pencemaran udara ini berlanjut baik yang dilakukan dalam lingkup rumah tangga
maka berdampak pada efek rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan
global.
Untuk mengurangi dan memperlambat dampak terjadinya masalah global
akibat pencemaran udara yang bisa kita lakukan saat ini, antara lain :
1.

Mengurangi

penggunaan

kendaraan

pribadi,

lebih

mengutamakan

penggunaan kendaraan secara bersama. Dipandang dari segi ekonomis


penggunaan kendaraan secara pribadi hanya melakukan pemborosan uang
dan bahan bakar. Semakin banyak orang yang menggunakan kendaraan
pribadi semakin banyak pula emisi gas cemar udara berbahaya yang
dikeluarkan ke udara. Emisi gas pencemar meningkat pada saat kendaraan
diperlambat atau dipercepat, sehingga dapat diketahui diperempatan jalan,
pertigaan jalan, tempat yang menurun atau naik mempunyai konsentrasi
cemaran udara yang tinggi.

2.

Melakukan pemeliharaan mesin kendaraan kita dan juga memberikan


pandangan kita pada perusahaan pembuat kendaraan untuk merancang
mesin yang mengurangi emisi gas berbahaya ke udara. Pencemar kendaraan
bermotor di kota besar semakin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan
bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping
karbon monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida, belerang oksida,
partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor timbale. Senyawa ini selalu
terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Rancangan mesin
dan macam bensin menentukan akan jumlah pencemar yang ditimbulkan.
Pembakaran yang sempurna memakan jumlah oksigen yang memadai dan
komposisi bahan bakar yang cocok. Pembakaran tidak sempurna dapat
mengahasilkan bahan pencemar seperti jelaga dan karbon monoksida,
sedangkan pada pembakaran sempurna hanya dihasilkan karbondioksida.
Pembakaran bensin akan lebih efisien jika mobil dilarikan dengan
kecepatan yang konstan dan mengurangi frekuensi pengereman dan
menstarter. Pemeliharaan mesin yang teratur akan menambah efisiensi kerja
mobil atau kendaraan. Penyetelan mesin yang teratur juga menambah
efisiensi kerja mesin.

3. Membuat kawasan hutan kota dan ruang terbuka hijau di kota-kota besar.
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari
udara didaerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70% partikel timbale
diudara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Berdasarkan penelitian
Smith (1976) kandungan Pb dijalan sngat tergantung pada kepadatan

laulintas, jarak dari sumber dan jenis pohon serta kerapatannya.


Mikroorganisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang
baik dalam menyerap karbon monoksida. Tanah dan mikroorganisme
dapat menyerap karbon monoksida sebesar 120 ppm menjadi hampir
mendekati nol dalam waktu 3 jam. Tanah dibawah tegakan hutan
mempunyi pern besar dalam mengurangi cemaran gs CO. Disamping itu,
pohon dapat menyerap cemaran hydrocarbon (HC). Kandungan HC yang
diemisikan oleh pembakaran minyak dari kendaraan terserap cukup besar
dalam hutan kota. Hutan kota juga merupakan penyerap gas CO2 yng
cukup penting, selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut
disamudera.
4. Melarang operasi kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi gas
berbahaya yang melampaui batas dan membatasi kepemilikan kendaraan
bermotor.
5. Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan untuk penggunaan bahan bakar
yang ramah lingkungan setiap kendaraan bermotor yang ada.
Pencegahan :
Untuk pencegahan terhadap pencemaran udara dikota besar akibat
penggunaan kendaraan bermotor sebenarnya sama dengan penanganan atau solusi
diatas, hanya masalah waktu saja. Berikut pencegahan yang bisa kita lakukan
mulai saat ini dan seterusnya :
1.

Menggalakkan penanaman pohon dikota-kota besar sebagai kawasan hutan


kota atau ruang terbuka hijau. Manfaat adanya pohon dikota-kota besar
yang syarat akan padatnya lalulintas adalah sebagai penyerap gas CO, CO2,

HC maupun partikel timbal yang dihasilkan dari adanya pembakaran bahan


bakar kendaraan. Selain itu adanya pohon dikota besar dapat menyerap
partikel debu. Semakin banyak pohon yang ditanam dikota besar
memungkinkan berkurangnya pencemaran udara.
2.

Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan gunakan alat transportasi


secara massal atau bersama-sama. Penggunaan kendaraan secara bersama
akan mengurangi emisi gas yang dihasilkan oleh kendaraan. Selain itu
penggunaan transportasi secara bersama dapat menjadi solusi pengurai
kepadatan lalulintas dikota besar. Peningkatan jumlah kendaraan dan
peningkatan jumlah bilangan oktan bensin menambah pencemar timbal
diudara.

3.

Bila tetap memilih menggunakan kendaraan pribadi, lakukanlah perawatan


mesin kendaraan secara baik dan rutin dan pilih bahan bakar yang ramah
lingkungan. Perawatan mesin kendaraan yang baik dan rutin dapat
mengurangi emisi gas berbahaya yang dikeluarkan oleh kendaraan.
Penggunaan bahan bakar juga menentukan emisi yang dihasilkan.
Rancangan mesin dan mcam bensin ikut menentukan akan jumlah pencemar
yang timbul. Pembakaran yang tidak sempurna dapat menghasilkan bahan
yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran udara.

4. Penerapan Road Pricing. Banyak cara bisa dilakukan untuk mengendalikan


volume lalu lintas, terutama di kota besar. Salah satunya adalah penerapan road
pricing (retribusi lalu lintas) untuk menjawab kerugian ekonomi yang sangat
besar akibat kemacetan. Karena sejauh ini para pengguna kendaraan pribadi
cenderung yang menyebabkan peningkatan volume lalu linta. Sebenarnya belum

pernah secara langsung menanggung beban kerugian ekonomi tersebut. Kedua,


road pricing berusaha memfasilitasi masalah besarnya subsidi tidak langsung
biaya operasional kendaraan pribadi yang ditanggung pemerintah, antara lain:
rendahnya harga BBM, biaya parkir, dan fasilitas kendaraan pribadi lainnya.
Yang terjadi, tingginya subsidi dinikmati oleh pengguna kendaraan pribadi
sehingga mereka menggunakan kendaraan secara maksimal, bahkan berlebihan.
Belajar dari pengalaman negara-negara maju, paradigma ini tidak menyelesaikan
masalah. Malah menyebabkan masalah baru yang lebih besar di masa datang,
yaitu memicu arus lalu lintas baru yang makin besar dan makin sulit dikelola.
Paradigma baru yang sekarang berkembang adalah pendekatan predict & manage
(perkiraan dan pengendalian) yang menitikberatkan pada upaya pengendalian lalu
lintas, terutama kendaraan pribadi. Pendekatan ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu
push & pull (tekan dan tarik). Pendekatan Tekan adalah upaya mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi untuk mengurangi volume lalu lintas. Sedangkan,
pendekatan Tarik adalah upaya menambah daya tarik modal transportasi yang
lebih efisien sebagai alternatif selain kendaraan pribadi.

5. Lebih lanjut emisi per km kendaraan bermotor dapat ditekan dengan


mengupayakan intervensi berikut:
Bahan bakar yang lebih bersih, baik dengan meningkatkan kualitas jenis
bahan bakar yang saat ini digunakan maupun mengembangkan bahan
bakar alternatif yang menghasilkan emisi per km lebih rendah.
Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor yang lebih ketat baik
bagi kendaraan bermotor baru maupun lama, agar mendorong alih
teknologi ke kendaraan bermotor yang lebih rendah emisi.

Perawatan dan pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor. Namun


ketiga intervensi di atas tidak dapat mengurangi panjang perjalanan
kendaraan bermotor. Keberhasilan ketiga intervensi di atas dalam
menurunkan emisi per km kendaraan bermotor tidak akan banyak berarti
bila panjang perjalanan kendaraan bermotor terus meningkat. Oleh
karenanya intervensi untuk menurunkan panjang perjalanan kendaraan
bermotor menjadi sangat krusial dalam mengendalikan beban pencemar
dari emisi sektor transportasi jalan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada
pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini
kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil
menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.
*

Pembatasan

usia

kendaraan,

terutama

bagi

angkutan

umum,

perlu

dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,


terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi
polutan udara.

* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas
dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas
terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu
lintas dan mengurangi polusi udara.
* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang
sering diistilahkan dengan polisi tidur justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju
* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi
meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan
adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di
samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama
yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
* Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)

5.2 Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan bias lepas dari pengaruh
lingkungan. Oleh karena perlu adanya kesadaran yang harus ditumbuhakn pada
diri kita masing-masing akan pentingnya menjaga keseimbangan antara
komponen-komponen kehidupan.. Contohnya dengan menggalakkan tanam seribu
pohon dan mengadakan penghijau kota agar polusi udara dapat diminimalisir.
Dengan sikap sadar lingkungan dari berbagai pihak akan sedikitnya bisa
mengurangi dan menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai