Anda di halaman 1dari 11

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama mahasiswa : Bahrun Rahmadi


No. : 201502079581
Kelas :C

Analisis
Masalah yang
eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab
diidentifikasi
masalah
1. Pedagogik Guru sering menilai hasil pembelajaran Guru mencari cara
Penilaian yang dari aspek pengetahuan saja. yang cepat untuk
dilakukan guru melakukan
tidak sesuai Kajian literatur : penilaian, sehingga
dengan 1. Menurut Djemari Mardapi (dalam M. hasil penilaian
perencanaan Makbul, 2020:3) kualitas kurang akuntabel.
penilaian yang pembelajaran dapat dilihat dari hasil
telah dibuat. penilaiannya. Sistem penilaian yang
baik akan mendorong pendidik
untuk menentukan strategi mengajar
yang lebih baik.
2. Eko Putro Widoyoko.2009: 33-34
mengatakan bahwa secara umum
penilaian terhadap hasil belajar
dapat dilakukan dengan tes, (tes
tertulis, tes lisan maupun tes
perbuatan), pemberian tugas,
penilaian kinerja (performance
assessment), penilaian proyek ,
penilaian hasil kerja peserta didik
(product assessment), penilaian
sikap, dan penilaian berbasis
portofolio (portofolio based
assessment). Setiap teknik penilaian
penilaian mempunyai keterbatasan.
Penilaian yang komprehensif
memerlukan lebih dari satu teknik
penilaian.
3. Slameto (dalam Minsih dan Aninda
Galih,2018:24) menyatakan bahwa
penilai hasil belajar yaitu mengikuti
semua hasil belajar yang telah
dicapai siswa.

Daftar Pustaka :
1. Makbul, M.2020.Deskripsi
Pengukuran, Penilaian, dan
Evaluasi.PPS UIN Alauddin
Makassar.
2. Minsih dan Aninda
Galih.2018.Profesi Pendidikan Dasar.
Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.Vol.5.No.01.Juli 2018.
https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.
6144.
3. Widoyoko, Eko Putro. 2009.Evaluasi
Program Pembelajaran.
Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Hasil wawancara :
Sebaiknya guru melakukan penilaian
dari aspek afektif, kognitif, dan
psikomotor, sehingga penilaian pada
anak lebih maksimal.
2. Literasi Guru jarang melatih siswa untuk Guru lebih sering
Siswa tidak mengelola dan menganalisis informasi melatih siswa
mempunyai yang ada dalam sebuah bacaan. untuk membaca
kemampuan dan memahami isi
mengelola dan Kajian literatur : bacaan.
menganalisis Menurut Blankton dan kawan-kawan
informasi yang ada (dalam Sehati Kaban dan Tria
dalam sebuah Lutmila,2015:5), tujuan membaca
bacaan. antara lain yaitu: (1) kesenangan, (2)
menyempurnakan membaca nyaring,
(3) menggunakan strategi tertentu, (4)
memperbaharui pengetahuannya
tentang suatu topik, (5) mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang
telah diketahuinya, (6) memperoleh
informasi untuk laporan lisan atau
tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau
menolak prediksi,(8) menampilkan
suatu eksperimen atau mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu
teks dalam beberapa cara lain
dan mempelajari tentang struktur
teks, dan (9) menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang spesifik.

Daftar Pustaka :
Kaban, Sehati dan Tria Lutmila.2015.
Peningkatan Kemampuan Membaca
Pemahaman Melalui Pendekatan Santifik
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pondok
Labu 12 Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah
PGSD Vol.VIII No.2.2015.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/
pgsd/article/view/7990/5670
3. Numerasi Guru jarang melatih siswa untuk Guru lebih sering
Siswa tidak menganalisis dan menginterpretasikan melatih siswa
mempunyai data yang ada di bacaan atau materi. untuk membaca
kemampuan dan memahami isi
menganalisis dan Kajian literatur : bacaan.
menginterpreta- Menurut Al-Tabany (dalam Anik
sikan data yang Handayani dan Henny Dewi
ada di bacaan atau Koeswanti,2021:2) mengatakan bahwa
materi. masalah yang sering terjadi pada
pendidikan formal adalah masih
rendahnya daya serap siswa dalam
berpikir kreatif. Meskipun kreatifitas
siswa dapat tumbuh dan berkembang
melalui latihan, namun pada
kenyataannya pada proses
pembelajaran guru lebih banyak
menggunakan metode ceraman dan
mengarahkan siswa untuk menghafal,
sedangkan guru masih jarang
mengarahkan siswa untuk berpikir
tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif.

Daftar Pustaka :
Handayani, Anik dan Henny Dewi
Koeswanti.2021. Meta-Analisis Model
Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreati.Jurnal Basicedu Vol 5 No
3 Tahun 2021.
4. Mengidentifikasi Saat di rumah, siswa tidak ada yang Beberapa orang tua
kesulitan belajar mendampinginya dalam belajar. siswa bekerja,
siswa (termasuk beberapa orang tua
siswa Kajian literatur : tidak paham materi
berkebutuhan 1. Wiwin Yulianingsih (dalam menheere pembelajaran,
khusus) & hooge,2021:1141) mengatakan beberapa siswa di
Siswa mengalami bahwa keterlibatan orang tua sangat pesantren, dan
kesulitan saat penting karena memberikan beberapa siswa
belajar di rumah. pengaruh yang besar terhadap yang lain bersama
keberhasilan anak. Dengan kakek neneknya,
keterlibatan orang tua maka, akan sehingga banyak
membantu anak dalam siswa tidak ada
perkembangan literasi, intelektual, pendampingan saat
motivasi, dan prestasi. belajar di rumah.
2. Abtokhi (dalam Retno Ambaryanti,
dkk,2013:45) mengatakan bahwa
peran ibu dalam kegiatan
pendampingan belajar memiliki
peran penting. Hal tersebut
disebabkan selain ibu sebagai
seseorang yang dalam kesehariannya
memiliki kedekatan emosional
dengan anak, pendampingan juga
merupakan salah satu pondasi vital
bagi kemajuan anak secara umum,
bukan hanya pada segi akademik
saja, lebih dari itu aspek afektif, dan
konatif dapat diapresiasikan oleh
seorang ibu kepada anak pada saat
pendampingan. Selain itu, fungsi
pendampingan bukan bermaksud
untuk meniadakan hal-hal yang
telah diperoleh anak dalam
pendidikan formal, namun
mendukung dan memberikan nilai
kepuasan psikologis pada anak
sehingga anak lebih senang belajar,
tidak mengalami kejenuhan dan
meminimalkan gangguan-gangguan
belajar yang bisa muncul di
kemudian hari.

Daftar Pustaka :
1. Ambaryanti,Retno.2013. Hubungan
Intensitas Pendampingan Belajar
Orang Tua dengan Kualitas Hasil
Belajar Siswa di RA Al-Islam
Mangunsari 02 Semarang Tahun
pelajaran 2011/2012. Indonesian
Journal of Early Childhood
Education Studies
http://journal.unnes.ac.id/sju/inde
x.php/ijeces. Indonesian Journal of
Early Childhood Education Studies 2
(2).
2. Yulianingsih,Wiwin, Suhanadji, Rivo
Nugroho, dan Mustakim.2021.
Keterlibatan Orangtua dalam
Pendampingan Belajar
Anak selama Masa Pandemi Covid-
19. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini.
10.31004/obsesi.v5i2.740.Volume 5
Issue 2 (2021) Pages 1138-1150.

Hasil wawancara :
a. Guru bisa mengadakan tambahan
waktu belajar di sekolah.
b. Dibentuk kelompok belajar di rumah.
Pembentukan kelompok dengan
mencampur antara siswa yang
pandai dan yang kurang pandai.
Siswa yang pandai bisa mengajari
siswa yang kurang pandai.

5. Mengidentifikasi Guru tidak melakukan apersepsi Saat pembelajaran,


masalah pembelajaran dengan baik. guru sering
pembelajaran langsung masuk ke
berdiferensiasi Kajian literatur : materi
Siswa tidak siap Yoki Ariyana, MT, dkk (2018:1) pembelajaran tanpa
mengikuti mengatakan bahwa guru sebagai melakukan
pembelajaran. pendidik pada jenjang satuan apersepsi, sehingga
pendidikan anak usia dini, dasar, dan beberapa siswa ada
menengah memiliki peran yang sangat yang tidak siap
penting dalam menentukan mengikuti
keberhasilan peserta didik sehingga pembelajaran.
menjadi determinan peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah.

Daftar Pustaka :
Ariyana,Yoki, MT., Dr. Ari Pudjiastuti
M.Pd., Reisky Bestary, M.Pd., dan Prof.
Dr. Zamroni, Ph.D.2018. Buku
Pegangan Pembelajaran Berorientasi
pada Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta
6. Mengidentifikasi Guru dan orang tua jarang melakukan Kebanyakan orang
masalah terkait komunikasi. tua sibuk dengan
membangun urusan
relasi/hubu-ngan Kajian literatur : kehidupannya
dengan siswa dan Anwar Arifin (dalam Ety Nur masing-masing,
orang tua siswa Inah,2015:151) mengatakan bahwa sehingga jarang
Pola hubungan komunikasi merupakan proses melakukan
guru dengan orang penyampaian pesan atau interaksi dari koordinasi dengan
pengirim kepada penerima. Oleh karena guru.
tua kurang itu, komunikasi harus ada timbal balik
komunikasi. (feed back) antara komunikator dengan
komunikan.

Daftar Pustaka :
Inah,Ety Nur.2015.Peran Komunikasi
dam Interaksi Guru dan Siswa.Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Kendari. Jurnal Al-
Ta’dib.Vol.8.No.2,Juli-Desember.2015

Hasil wawancara :
a. Saat penerimaan rapor, orang tua
atau wali diharuskan datang ke
sekolah untuk koordinasi.
b. Di sekolah sebaiknya diadakan
program parenting sebulan sekali
atau 2 bulan sekali. Program ini bisa
untuk menyampaikan program
sekolah, perkembangan siswa,
kesulitan siswa, masalah siswa, dan
lain-lain.
7. Mengidentifikasi a. Guru sering menggunakan metode a. Guru
masalah ceramah. menggunakan
pemahaman/ b. Guru tidak menggunakan model metode yang
pemanfaatan pembelajaran yang menarik. mudah dan
model-model mencakup
pembelajaran Kajian literatur : banyak
inovatif 1. Djamarah dan Zain (dalam Mardiah audien/siswa.
berdasarkan Kalsum Nasution,2017:9) b. Guru tidak
karakteristik menyebutkan bahwa kedudukan menguasai
materi dan siswa metode adalah sebagai alat motivasi model-model
Guru tidak ekstrinsik, sebagai strategi pembelajaran.
menggunakan pengajaran dan juga sebagai alat
berbagai model untuk mencapai tujuan.
pembelajaran yang 2. Fathurrohman, S.Pd (2006:1)
inovatif. mengatakan bahwa dalam proses
belajar, setiap siswa harus
diupayakan untuk terlibat secara
aktif guna mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini memerlukan
bantuan dari guru untuk memotivasi
dan mendorong agar siswa dalam
proses belajar terlibat secara
totalitas. Guru harus menguasai
baik materi maupun strategi dalam
pembelajaran.
3. Esmaeili, dkk (dalam Minsih dan
Aninda Galih,2018:23) yang
menyimpulkan para guru harus tahu
bahwa masing-masing siswa
memiliki sifatnya sendiri dan guru
yang memiliki kreativitas dan
semangat akan menggunakan
metode yang tepat dengan
mengamati perbedaan masing-
masing siswa, memberi hukuman
dan penghargaan pada waktu yang
tepat dapat menggambarkan proses
pembelajaran yang menyenangkan
dan suasana kelas begitu gembira
sehingga proses pembelajaran
menjadi menyenangkan bagi siswa.
4. Aunurrahman (dalam Minsih dan
Aninda Galih,2018:25) menyatakan
bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tidak terlepas dari
kemampuan guru mengembangkan
model-model pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara
efektif di dalam proses pembelajaran.
Hal ini juga senada dengan
penelitiannya Arifin (2012) yang
menyatakan bahwa dengan model
pembelajaran yang banyak
melibatkan siswa untuk aktif akan
mempengaruhi prestasi belajar anak
didik.

Daftar Pustaka :
1. Djamarah dan Zain.2017.
Penggunaan Metode Pembelajaran
Dalam Peningkatan Hasil Belajar
Siswa. STUDIA DIDAKTIKA: Jurnal
Ilmiah Bidang Pendidikan Vol. 11,
No. 1, 2017; ISSN 1978-
8169.Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN “SMH” Serang,
Banten.
2. Fathurrohman, S.Pd.2006.Pelatihan
Guru Post Traumatik.PKO
Muhammadiyah.Yogyakarta.
3. Minsih dan Aninda
Galih.2018.Profesi Pendidikan Dasar.
Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.Vol.5.No.01.Juli 2018.
https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.
6144

Hasil wawancara :
Sebaiknya guru menggunakan berbagai
metode pembelajaran, misalnya metode
diskusi, eksperimen, kerja kelompok,
berbasis projeject, dan lain-lain.
Hal ini bisa membuat siswa lebih aktif
dan pembelajaran lebih menarik.
8. Menganalisis/ Guru lebih sering memberikan soal-soal Pemberian soal
mengidentifikasi standar atau biasa selama proses yang HOTS akan
masalah terkait pembelajaran daripada soal HOTS. memakan waktu
materi seperti yang lama dalam
literasi, numerasi, Kajian literatur : proses
advanced 1. Yoki Ariyana,T.dkk.2018:2, pembelajaran,
material, mengatakan bahwa HOTS atau sehingga materi
miskonsepsi, keterampilan bepikir tingkat tinggi utama menjadi
HOTS yaitu berpikir kritis (criticial thinking), terbengkelai atau
Guru jarang kreatif dan inovasi (creative and tidak selesai.
melatih siswa innovative), kemampuan
dengan soal HOTS. berkomunikasi (communication skill),
kemampuan bekerja sama
(collaboration) dan kepercayaan diri
(confidence).
2. Resnick (dalam Yoki Ariyana,T.dkk.
2018:5) berpikir tingkat tinggi adalah
proses berpikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat
kesimpulan, membangun
representasi, menganalisis, dan
membangun hubungan dengan
melibatkan aktivitas mental yang
paling dasar.

Daftar Pustaka :
Ariyana,Yoki, MT., Dr. Ari Pudjiastuti
M.Pd., Reisky Bestary, M.Pd., dan Prof.
Dr. Zamroni, Ph.D.2018. Buku
Pegangan Pembelajaran Berorientasi
pada Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta.
9. Menganalisis/ Guru tidak menggunakan inovasi Waktu dan ilmu
identifikasi teknologi yang variatif dalam yang tidak dimiliki
masalah terkait pembelajaran. guru
pemanfaatan mengakibatkan
teknologi/inovasi Kajian literatur : tidak mampunya
dalam Zakaria Siregar dan Topan Bilardo menggunakan
pembelajaran Marpaung (2020: 63) mengatakan teknologi yang
Guru jarang bahwa penggunaan interaktif teknologi variatif dalam
memanfaatkan canggih itulah telah mengubah wajah pembelajaran.
teknologi yang pendidikan dengan cepat diantaranya:
produksi bahan pembelajaran,
variatif dalam merancang bahan pembelajaran itu
pembelajaran. sendiri, telah tersedia sangat banyak
Guru jarang dan begitu canggih.
menggunakan
inovasi teknologi Daftar Pustaka :
dalam Siregar,Zakaria dan Topan Bilardo
pembelajaran. Marpaung.2020. Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam
Pembelajaran di Sekolah.Jurnal Vol.3
No.1 Hal. 61 – 69 ISSN (Print) : 2614 –
8064 ISSN (Online): 2654 – 4652 61.
Juni 2020.

Hasil wawancara :
Untuk mengatasi masalah ini, sekolah
bisa mengadakan pelatihan pada guru.
Dengan pelatihan di sekolah, para guru
akan mampu menggunakan IT dalam
pembelajaran, sehingga pembelajaran
akan lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai