Skor Nilai:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review berjudul “Penerapan Model
Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar” pada mata kuliah Pembelajaran IPA SD. Ucapan
terimakasih saya sampaikan kepada Ibu Lala Jelita Anansa, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing,
yang sudah memberikan arahan dan bimbingan sehingga Critical Journal Review ini dapat
diselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas yang harus diselesaikan selama proses
pembelajaran. Saya menyadari Critical Journal Review ini masih belum sempurna dan saya
akan terus belajar untuk memperbaiki, oleh sebab itu saya mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga Critical Journal Review ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, dan bagi saya khususnya dalam memahami materi Pembelajaran
IPA SD.
Frentina Nababan
(1203111094)
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat CJR
1. Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat dalam
suatu jurnal.
2. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya
D. Identitas Artikel dan Jurnal yang direview
- Jurnal Utama
Judul Artikel : Penerapan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Siswa Sekolah Dasar
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar
Edisi terbit (Vol dan No) : Vol. 5 No.3
Tahun Terbit : 2021
Pengarang artikel : Wahyu Candra Dwi Safitri, Nani Mediatati
Nomor ISSN (online) : 2580-1147
Alamat Situs : https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.925
- Jurnal Pembanding
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan upaya membangun peradaban, sebagai suatu bentuk kegiatan kehidupan
dalam masyarakat untuk mewujudkan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan merupakan proses bantuan yang diberikan secara sadar dan terencana untuk
mengembangkan berbagai ragam potensi siswa, sehingga dapat beradaptasi secara kreatif dengan
lingkungan, serta berbagai perubahan yang terjadi (Fatonah & Prasetyo, 2014).
Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak, dan meningkatkan SDM yang
berkualitas tinggi. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki manusia secara
optimal, yaitu mengembangkan potensi individu yang setinggitingginya dalam aspek fisik, intelektual,
emosional, sosial dan spiritual, untuk itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah maupun jenjang pendidikan tinggi guna
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas (Juniati dan Widiana, 2017).
Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang mengadakan program pendidikan selama
enam tahun. SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peranan penting untuk
sumber daya manusia (Sulistianingsih, Susiani, dan Salimi, 2017).
Peran sentral guru dalam menginternalisasi nilai-nilai adalah Pertama, guru berperan sebagai
pribadi yang dapat dipercayai, dalam hal ini guru bertanggung jawab terhadap perkembangan moral,
baik itu dalam hubungannya dengan Tuhan, Negara, masyarakat, sesama, dan diri sendiri. Kedua, guru
berperan sebagai pribadi yang diteladankan.Tugas ini memang sulit karena untuk dilakukan tetapi guru
berusaha untuk memberikan atau menunjukkan sikap-sikap yang baik kepada siswa (We’u, 2018). Hai
itu, tidak terlepas juga dalam pembelajaran IPA, guru IPA berusaha menampilkan yang terbaik dihadapan
siswa baik dari sisi memberikan materi mapun dari sisi karakter atau tindakan-tindakan guru di dalam
proses pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Dalam rangka mengasah kemampuan berpikir kritis siswa, diperlukan suatu model, metode,
strategi maupun pendekatan pembelajaran yang inovatif agar siswa tertarik dan termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran. Guru yang telah menerapkan suatu model, metode, strategi maupun
pendekatan pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa, tentu akan lebih
mudah mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran yang menarik dan memotivasi
siswa tentu akan bertahan lama pada memori siswa sampai dewasa.
Review Journal Utama
Tujuan Penulisan Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa klas
IV SD Negeri 2 Gunung tumpeng dengan menerapkan model
pembelajaran Discovery Learning.
Kata Kunci Discovery learning, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar.
Subjek Penelitian Siswa kelas IV dengan jumlah 24 siswa
Assesment Data Menggunakan beberapa cara yaitu:
-Penelitian Tindakan kelas
-Observasi
-Tes
Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian ilmiah yang
dilakukan oleh tenaga pendidik atau guru untuk meningkatkan atau
memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian ini mengacu pada
model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart. Rencana tindakan
dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
komponen yakni perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Komponen
tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dilakukan dalam
waktu bersamaan. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 4 SD
Negeri 2 Gunungtumpeng yang berjumlah 24 orang. Siswa laki-laki
sebanyak 10 orang, dan siswa perempuan sebanyak 14 orang.
Hasil Penelitian Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sesudah
diterapkan model pembelajaran Discovery learning. Hasil deskriptif
komparatif kemampuan berpikir kitis mulai dari siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis pada
siswa kelas 4 SD Negeri 2 Gunungtumpeng. Siklus I menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dengan kategori sangat
tinggi tidak ada, kategori tinggi sebanyak 3 siswa atau sebesar 13%,
kategori sedang sebanyak 9 siswa atau sebesar 13%, kategori
rendah sebanyak 10 siswa atau sebanyak 42%, kategori sangat
rendah sebanyak 2 siswa atau sebesar 8%. Berbeda dengan hasil
siklus II yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
dengan kategori sangat tinggi sebanyak 13 atau sebesar 54%,
kategori tinggi sebanyak 7 siswa atau sebesar 30%, kategori sedang
sebanyak 2 siswa atau sebesar 8%, dan kategori rendah sebanyak
2 siswa atau sebesar 8%. Ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus
I dan siklus II juga menunjukkan peningkatan. Siswa yang tuntas
melampaui KKM (70) pada siklus I sebanyak 3 siswa atau sebesar
13%, dan yang tidak tuntas sebanyak 21 siswa atau sebanyak 87%.
Berbeda dengan siklus II, siswa yang tuntas KKM (70) sebanyak 20
siswa atau sebesar 83%, dan yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa
atau sebesar 17%. Pada siklus 1 kemampuan berpikir kritis siswa
masih banyak dalam kategori rendah dan kecil dalam kategori tinggi
dan tidak ada dalam kategori sangat tinggi walaupun sudah
diterapkan model pembelajaran discovery learning karena siswa
kurang kondusif belajar melalui aplikasi daring, sehingga
pembelajaran yang dilakukan guru belum maksimal. Selain itu
kendala sinyal yang dimiliki beberapa siswa kurang bagus, sehingga
penyampaian materi oleh guru kurang dicerna baik oleh siswa. Hal
ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa masih banyak yang
belum tuntas. Namun setelah dilakukan perbaikan pada siklus II
dengan penerapan tata tertib penggunaan microphone ketika ingin
menjawab atau bertanya, akses materi yang dapat dibuka melalui
google drive, serta penggabungan beberapa siswa di tempat yang
memiliki sinyal bagus, kemampuan berpikir kritis siswa meningkat
pada kategori sangat tinggi dan tinggi mencapai 84% serta
ketuntasan hasil belajar mencapai 83% melampaui indikator
keberhasilan dari penelitian ini.
Kekuatan Penelitian - Jurnal ini sudah cukup baik dan telah memenuhi standart
penulisan, sehingga cocok digunakan sebagai referensi
yang baik dalam penelitian
- Dasar teori yang kuat
- Bahasa dan gaya penulisan yang digunakan dalam jurnal ini
cukup mudah dipahami sehingga pembaca mudah untuk
mengerti bagaimana Penerapan Model Discovery Learning
dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar
- Penelitian ini memiliki abstrak yang jelas dan sesuai dengan
isi materi jurnal yang terkandung didalam nya.
- Terdapat grafik pendukung untuk melihat hasil penelitian
grafik presentase keberhasilan hasil pengamatan belajar peserta
didik
Kelemahan Penelitian - Tulisan yang berwarna hitam saja tanpa ada perpaduan
dengan warna lain
- Ukuran font pada teks sedikit kecil
Kesimpulan Berdasarkan Hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut ; dengan menerapkan model Discovery learning dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Gunungtumpeng.
Kemampuan berpikir kritis siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa
yang melampaui KKM (70) meningkat dari siklus I ke siklus II.
Dengan demikian, model pembelajaran Discovery learning dapat
dijadikan alternatif model pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam pembelajaran di seklah dasar. Selain itu, dengan penerapan
model Discovery learning siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritisnya dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka Safitri, W. C. D., & Mediatati, N. (2021). Penerapan Model Discovery
Learning dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1321-1328.
Tujuan Penulisan Untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDI
Onekore 5 dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dan
untuk mengetahui aktivitas guru pada saat proses belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri.
Kata Kunci Model pembelajaran inkuiri, hasil belajar siswa
Subjek Penelitian Siswa kelas III SDI Onekore 5 sebanyak 35 orang