Anda di halaman 1dari 61

`TUGAS CJR

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN


MUTU PENDIDIKAN” DAN “PENGEMBANGAN PROFESI
GURU DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU”

Mata Kuliah (Profesi Kependidikan)

Dosen Pengampu : Yusra Nasution S.Pd., M.Pd

OLEH :

NAMA : WIDYA KHAIRANDI

KELAS : BK REG C 2019

NIM : 1193151021

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat AllahYang Maha Esa karena atas kemurahan yang telah diberikan
oleh-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Critical Journal Report Mata Kuliah profesi
kependidikan ini dengan baik. Penulis menyadari di dalam penyusunan Critical journal
Report ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki,
baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pembahasan.
Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan Critical
journal Report ini dan juga memohon kritik dan saran untuk agar bisa lebih baik lagi.
Harapan penulis mudah-mudahan apa yang penulis susun ini bisa memberikan manfaat untuk
diri penulis sendiri, teman-teman, serta orang lain.

Medan, Maret 2020

Penulis
REVIEW JURNAL

Judul PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN


MUTU PENDIDIKAN

Jurnal LENTERA PENDIDIKAN

Download file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2074-4241-1-SM.pdf

Volume dan Halaman Vol. 19, No.1. hal 112-128


Tahun Juni 2016
Penulis Muhammad Yunus

Reviewer Widya Khairandi

Tanggal 16 Maret 2020

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profesionalisme guru


dalam peningkatan mutu pendidikan di SDN 65 Katteong
Kabupaten Pinrang.
Subjek Penelitian Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang
Assesment Data analisis dengan teknik deskriptif (non statistik)
Metode penelitian Dengan menggunakan penelitian kualitatif
Langkah Penelitian Pertama dengan cara mengumpulkan data dari berbagai subjek dan
beberapa sumber buku dan jurnal lalu peneliti melakukan observasi
dan melakukan wawancara terhadap subjek
Hasil Penelitian gambaran profesionalisme guru dalam bidang kompetensi
pedagogik yang telah dilaksanakan di sekolah ini terhitung cukup
banyak dan berjalan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Hal-hal yang telah dilaksanakan tersebut diharapkan senantiasa
terus ditingkatkan dan dikembangkan dalam rangka pencapaian
peningkatan mutu pendidikan di sekolah ini.
Kekuatan Penelitian Kekuatan pada jurnal ini terdapat pada pemaparan hasil wawancara
yang dilakukan sehingga menjadi suatu hal yang menguatkan hasil
data penjelasan hasil data cukup dijelaskan dengan baik
Kelemahan Penelitian Kelemahan dari jurnal ini adalah pada kata “obyek” yang
seharusnya menjadi “objek” dan pada kata “obyektifitas” yang
seharusnya menjadi “objektiftas”
Kesimpulan Gambaran profesionalisme guru dalam peningkatan mutu
pendidikan di SDN 65 Katteong Pinrang dapat dilihat dari 4
(empat) aspek kompetensi, yaitu: a) Kompetensi pedagogik, yaitu:
penguasaan karakteristik peserta didik, pengembangan kurikulum,
pengembangan potensi peserta didik, penilaian dan evaluasi,
penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, b)
Kompetensi kepribadian, yaitu: pengaktualisasian pribadi yang
dewasa dan keteladanan, etos kerja, tanggung jawab dan rasa
bangga menjadi guru, serta bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, c) Kompetensi sosial,
yaitu: dilakukan dengan cara bersikap inklusif, bertindak obyektif,
serta tidak diskriminatif, guru menyampaikan informasi tentang
kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik kepada orang
tuanya, guru ikut berperan aktif pada kegiatan di luar pembelajaran
yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat, dan guru
memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat,
berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, serta berperan dalam
kegiatan sosial di masyarakat, d) Kompetensi profesional, yaitu:
Referensi
penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu, guru melakukan evaluasi
diri secara spesifik, lengkap, dan didukung dengan contoh
pengalaman diri sendiri, guru memiliki jurnal pembelajaran,
catatan masukan dari teman sejawat atau hasil penilaian proses
pembelajaran.

Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Peningkatan


Profesionalisme Tenaga kependidikan, Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2002. Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahnya,
Cetakan Ketiga, Bandung: Diponegoro, 2007. Ghufron, Anik,
Kompetensi Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta: FIP-UNY, 2008.
Kuntjoro, Pendidik dan Peserta Didik, Kediri: UNP Kediri, 2008.
Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas,
Jakarta: CV. Haji Agung, 1989. Nurdin, Syafruddin, Guru
Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum
Teacing, 2005. Sallis, Edward, Total Quality Management In
Education, Cetakan Ketujuh, Jakarta: IRCiSoD, 2008. Suderadjat,
Hari, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika, 2005. Suryosubroto, Proses
Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Takdir,
Abd. Jabbar R, Menuju Guru Yang Profesional, Pinrang: Dewan
Pendidikan Kab. Pinrang, 2007. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
Amandemen Keempat, Surabaya: Karya Utama. Usman, Moh.
Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999.
PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Muhammad Yunus

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DDI Pinrang

Jl. Andreas Wahani No. 27

Email: staiddipinrang@yahoo.co,id
Abstrak:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profesionalisme guru


dalam pening-katan mutu pendidikan di SDN 65 Katteong
Kabupaten Pinrang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan
instrumen penelitian yang digunakan adalah ob-servasi,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya
adalah teknik analisis deskriptif (non statistik). Hasil penelitian:
Pertama, profesionails-me guru dalam peningkatan mutu
pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang dapat dilihat dari 4
(empat) aspek kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi
profesional. Kedua, Faktor pendukung terdiri dari 2 (dua), yaitu:
faktor intern dan faktor ekstern. Se-dangkan faktor penghambat,
yaitu: banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh,
adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang
lulu-sannya asal jadi, kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas. Ketiga, Strategi guru mengatasi
penghambat, yaitu: 1) belajar sendiri di rumah; 2) belajar di
perpustakaan; 3) membentuk persatuan pendidik sebidang studi;
4) mengikuti pertemuan ilmiah 5) belajar secara formal di
lembaga pendidikan; 6) mengikuti pertemuan organisasi profesi
pendidikan; dan 7) ikut kompetisi ilmiah.

Abstract:

The purpose of this research is to describe the professionalism of


teachers in im-proving the quality of education in SDN 65
Katteong Pinrang. This study is a qua-litative research, the data
was cellected by observation, interview, and documen-tation.
The data analysis technique was descriptive (non-statistical). The
results of this study were: first, the professionalism of teachers in
improving the quality of education in SDN 65 Katteong could be
seen from four aspects of competence, namely: pedagogic,
personal, social, and professional. Second, supporting factors
consist of two factors, namely: internal factors and external
factors. While the in-hibiting factors were: many teachers did not
concentrate on their profession, the private colleges did not work
properly to produce teachers candidate, this made teachers lack
of motivation in improving quality of education. Third, teachers
strategies to overcome inhibitors, namely: 1) learning at home;
2) studying in the library; 3) performing union of teachers; 4)
involving scientific meetings 5) a for-mal learning in educational
institutions; 6) participating education professional organizations
meeting; and 7) involving in follow scientific competition.

Kata kunci:

Pendidikan, Profesionalisme, Mutu Pendidikan

PENDIDIKAN merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasaan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan po-tensi dirinya untuk memiliki pengendalian,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Dengan
demikian, pendidikan sebagai salah satu instrumen

112 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


utama dalam pengembangan sumber daya manusia yang
penyelenggaraannya dapat dilakukan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif. Subjek utama dalam proses pengembangan itu
dilakukan oleh tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan dengan sasaran untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tenaga kependidikan memiliki tanggung jawab untuk


mengembangkan tugas itu. Pengertian tenaga kependidikan dapat dilihat
dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5, menjelaskan bahwa tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengab-dikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. 1

Di samping itu, kedudukan guru sebagai tenaga kependidikan yang


profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional
dalam mewujudkan tuju-an pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa,
berilmu, cakap, serta kreatif.

Profesi guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia, meskipun


hakikat, fungsi, latar tugas, dan kedudukan sosiologisnya telah banyak
mengalami peruba-han. Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan
pembangunan nasional akan ditentu-kan oleh keberhasilan dalam
mengelola pendidikan nasional dimana di dalamnya gu-ru menempati
posisi utama dan penting.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara


keseluru-han dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar
mengajar juga meru-pakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk menca-pai tujuan tertentu.
Interaksi antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. 2 Dalam situasi pembelajaran,
gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas
kepemimpinannya yang dilakukan itu.3

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting dari


proses pendidikan. Guru merupakan pelaksana pendidikan yang memiliki
peranan penting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan. Demikian
juga guru memiliki upaya yang sangat penting dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.

Tugas utama guru adalah membimbing dan membantu keberhasilan


siswa da-lam proses belajar mengajar. Profesionalisme seorang guru
mutlak diperlukan seba-gai bekal dalam mengakses perubahan baik itu
metode pembelajaran ataupun kema-juan teknologi yang kesemuanya
ditujukan untuk kepentingan proses pembelajaran. Berdasarkan Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasio-nal, tugas
guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi
le-bih kepada bagaimana menyiapkan mereka menjadi sumber daya
manusia yang te-rampil dan siap mengakses kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta liberali-sasi yang terjadi di masa nanti.

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 113


Permasalahan di atas juga menjadi permasalahan yang terjadi di
lembaga pen-didikan di Pinrang terutama SDN 65 Katteong Kab. Pinrang.
Pengalaman peneliti di SDN 65 Katteong menunjukkan adanya keterkaitan
antara profesionalisme guru ter-hadap peningkatan mutu pendidikan.
Beberapa pendukung dan penghambat dalam peningkatan profesionalisme
guru bisa dilihat dari kompetensi dan kualifikasi guru yang bersangkutan.
Guru yang memiliki kompetensi dan kualifikasi bagus akan ber-dampak
pada mutu pengajaran di kelas dan berujung pada peningkatan mutu
pendi-dikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang.

Bertolak dari landasan berfikir di atas, peneliti dapat mengemukakan


problema-tika yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini,
sebagai berikut:

1. Bagaimana profesionalisme guru dalam peningkatan mutu pendidikan di


SDN 65 Katteong Kab. Pinrang?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat profesionalisme guru


dalam pe-ningkatan mutu pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang?

3. Bagaimana strategi guru dalam mengatasi faktor penghambat


peningkatan mutu pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang?

KAJIAN TEORETIS

Profesionalisme Guru

Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa Inggris profession atau


bahasa Latin Profecus, yang artinya mengakui, pengakuan menyatakan
mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.4

Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan


yang mem-persyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental
yang dimaksudkan di sini ada-lah adanya persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis. 5

Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu


pengetahuan (gu-ru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas
mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Firman Allah swt., dalam
QS al-Mujadilah (58): 11:

‫نيذهل ُِ ل‬
‫للهِعَِفرَْي‬ ِ ْ ‫مكُن‬
َ َِ ‫ماوُنمآ‬ ْ ِ‫لو‬
َ
‫ه‬
‫ردَِمَلْعْلِاوُتوُأ َِنيذ‬
َ َ‫تا ِج‬

.... Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara


kamu

dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat ....” 6

Secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat
memenu-hi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya
bertakwa kepada Allah swt., berilmu, sehat jasmaniahnya, baik akhlaknya,
bertanggung jawab dan berjiwa nasionalis.

Hakikat keprofesionalan jabatan guru tidak akan terwujud hanya


dengan mengeluarkan pernyataan bahwa guru adalah jabatan atau
pekerjaan profesional. Se-baliknya, status profesional hanya dapat dicapai
melalui perjuangan yang berat dan cukup panjang.

114 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


Syafruddin Nurdin mengemukakan bahwa ada enam tahap dalam
proses pro-fesionalisasi, yaitu:

1. Bidang layanan ahli “unik” yang diselenggarakan itu harus ditetapkan;

2. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan prajabatan yang


mempersiap-kan tenaga guru yang profesional;

3. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada


program pendi-dikan prajabatan yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan sebelumnya;

4. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan


program pendidikan prajabatan yang memiliki kemampuan minimal
yang disyaratkan (ser-tifikasi);

5. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja profesional


bertanggung jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya; dan

6. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk


melindu-ngi para anggota yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesional,
disamping meru-

pakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap anggota


yang mela-kukan perbuatan yang tidak sesuai dengan suara dan
semangat kode etik itu.7

Untuk memenuhi keenam tuntutan tersebut tentu membutuhkan


waktu serta melalui proses yang panjang dan berkesinambungan. Dalam
upaya peningkatan pro-fesi guru sekurang-kurangnya menghadapi dan
memperhitungkan empat faktor, yai-tu: 1) ketersediaan dan mutu calon
guru, 2) pendidikan prajabatan, 3) mekanisme pembinaan dalam jabatan,
dan 4) peranan organisasi profesi.8

Sebagai seorang profesional, guru harus memiliki kompetensi


keguruan yang memadai. Seorang guru dinyatakan kompeten bila mampu
menerapkan sejumlah konsep, asas kerja, dan teknik dalam situasi
kerjaanya, mampu mendemonstrasikan keterampilan di lingkungan
kerjanya, serta dapat menata seluruh pengalamannya un-tuk
meningkatkan efisiensi kerjanya.

Tuntutan kompetensi seorang guru dapat dirunut dalam penguasaan


segi kon-septual, penguasaan berbagai keterampilan, dan dalam
keseluruhan sikap profesi-onalnya. Secara singkat dapatlah dikemukakan
bahwa seorang guru dinyatakan kom-peten jika secara nyata ia mampu
menjalankan tugas keguruannya yaitu mampu membelajarkan siswa yang
dibimbingnya secara efisien, efektif, dan terpadu. Kompe-tensi keguruan
tidak sekedar menunjuk kuantitas kerja, tetapi lebih-lebih menunjuk atau
menuntut kualitas kerja keguruan.

Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu/kualitas


layanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi
kebutuhan masyarakat, bangsa, dan pengguna serta memaksimalkan
kemampuan peserta didik berdasar po-tensi dan kecakapan yang dimiliki
masing-masing individu. Untuk menjadi guru yang profesional harus
memiliki beberapa kompetensi.

Berbicara tentang kompetensi guru, maka Kuntjojo mengemukakan


bahwa kompetensi guru terdiri dari 4 (empat) hal, yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik,

2. Kompetensi Kepribadian,

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 115


3. Kompetensi Sosial, dan

4. Kompetensi Profesional.9

Hal senada dikemukakan Anik Ghufron bahwa kompetensi yang wajib


dimiliki oleh seorang guru, yaitu:

1. Kompetensi kepribadian, yaitu ditunjukkan dengan cirri-ciri


berkepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan bagi peserta didik.

2. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang


meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan
pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

3. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan untuk menguasai materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan untuk
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi lulusan yang
ditetapkan.

4. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan


berinteraksi seca-ra efektif dan efisien dengan peserta didik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali, dan warga masyarakat sekitar. 10

Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, dimana


mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan semua
pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik. Mutu
pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil
pendidikan (output) yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi
yangmelekat pada wujud pengembangan kualitas sum-ber daya manusia.
Sebagai suatu lembaga pendidikan formal dalam pelaksanaan se-kolah
sangat ditekankan adanya peningkatan mutu sebagai jawaban terhadap
kebu-tuhan dan dinamika masyarakat yang sedang berkembang sehingga
peningkatan mu-tu sumber daya manusia dapat diwujudkan melalui
pelaksanaan pendidikan.

Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh


dari ba-rang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output
pendidikan.11

Adapun standar-standar mutu menurut Edward Sallis, yaitu:


1. Standar Produk dan Jasa

a. Kesesuaian dengan spesifikasi

b. Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat

c. Tanpa cacat (zero defects)

d. Selalu baik sejak awal

2. Standar Pelanggan

a. Kepuasan pelanggan

b. Memenuhi kebutuhan pelanggan

c. Menyenangkan pelanggan.12

116 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


Sementara Hari Suderadjat mengemukakan bahwa: standar yang
dipakai dalam pengukuran quality in fact adalah standar proses dan
pelayanan, yaitu yang sesuai de-ngan spesifikasi dalam perencanaan,
cocok dengan tujuan pendidikan, dan time and every time. Standar yang
dipakai dalam pengukuran quality in perception adalah stan-dar pelanggan,
yaitu kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan
harapan pelanggan, yaitu orang tua siswa dan masyarakat lingkungan
sekolah.13

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu


menghasilkan lu-lusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi, baik
kompetensi akademik mau-pun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh
kompetensi personal dan sosial, yang secara menyeluruh disebut sebagai
kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang
bermutu, baik quality in fact maupun quality in perception. Pendidikan
yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan manusia
seutuhnya atau manusia dengan pribadi yang integral yang
berkemampuan.14

Lulusan yang bermutu dapat dicapai dengan proses pembelajaran


yang bermu-tu, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa, cara belajar
siswa aktif dengan menggunakan metoda ilmiah. Pendidikan dasar yang
berorientasi pada penguasaan kecakapan Ca-Lis-Tung adalah pendidikan
berbasis kompetensi dan berbasis luas yang bermuara pada pemilikan
kecakapan hidup.15

Mengenai mutu pendidikan dijelaskan dalam Undang-undang Republik


Indo-nesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
1 ayat 17 bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di se-luruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selanjutnya dalam pasal 35 ayat 1 dijelaskan bahwa
standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, pro-ses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.16

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini


dikon-sentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan yang terjadi di
lapangan, serta dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan
dengan bahasa yang pro-porsional.

Sumber Data

Data merupakan hal yang esensi untuk mengkaji suatu permasalahan,


dan data juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Maka untuk
memperoleh data yang obyektif sesuai dengan sasaran yang menjadi
obyek penelitian, data berasal dari:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung,
diamati dan dicatat secara langsung, seperti, wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 117


2. Data Sekunder, yaitu data-data pendukung yang didapat dari buku-buku
yang bi-sa dijadikan referensi, seperti: buku-buku yang berkaitan dengan
peran masyara-kat, proses belajar mengajar, peningkatan mutu
pendidikan, arsip atau dokumen sekolah, media internet dan literatur
lainya yang relevan dan berkaitan erat de-ngan penelitian ini.

Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, pokok pembahasan ada 3 (tiga), yaitu:

1. Gambaran profesionalisme guru dalam peningkatan mutu pendidikan di


SDN 65 Katteong Kab. Pinrang.

2. Faktor pendukung dan penghambat profesionalisme guru dalam


peningkatan mu-tu pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang.

3. Strategi guru dalam mengatasi faktor penghambat peningkatan mutu


pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang

Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Metode Dokumentasi; metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data


yang ber-sumber dari dokumen yang ada di sekolah ataupun di luar
sekolah.

2. Metode Observasi; metode ini dilakukan untuk mengumpulkan fakta,


yaitu me-ngumpulkan pernyataan-pernyataan yang merupakan
deskripsi, penggambaran dari kenyataan yang menjadi perhatiannya.

3. Metode Wawancara/Interview; metode ini dilakukan untuk memperoleh


ketera-ngan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka anta-ra si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden.

Teknik Analisis Data

Proses analisis data yang dilakukan peneliti adalah:

1. Pengumpulan data, dimulai dari berbagai sumber, yaitu dari beberapa


informan dan pengamatan langsung yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, trans-krip wawancara, dan dokumentasi. Setelah
dibaca dan dipelajari serta ditelaah, maka langkah berikutnya
mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat
abstraksi.

2. Proses pemilahan, yang selanjutnya menyusun dalam satu-satuan yang


kemudian diintegrasikan pada langkah berikutnya dengan membuat
koding.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk


berupaya se-maksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin.
Sebagai seorang profe-sional, maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar,
dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini
guru hendaknya dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan
modal bagi keberhasilan pendidikan.

118 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


Mengingat peran guru yang sangat penting, pemerintah bersama
komponen bangsa lainnya telah bersepakat dan hal ini dibuktikan dengan
melahirkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasio-nal, Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Do-sen, dan Peraturan pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Na-sional menyataakan
bahwa guru adalah tenaga profesional.

Dalam wawancara Hj. Jasniah, S.Pd selaku kepala SDN 65 Katteong


Kab. Pin-rang mengemukakan bahwa:

Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang


dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran, dalam hal ini: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profe-sional. 17

Berdasarkan pernyataan kepala SDN 65 Katteong Kab.Pinrang di atas,


maka da-pat disimpulkan bahwa guru-guru di sekolah tersebut dianggap
profesional jika telah memenuhi 4 (empat) kompetensi di atas.Oleh karena
itu, untuk melihat gambaran tentang profesionalisme guru di SDN 65
Katteong Kab.Pinrang, maka penulis menga-dakan observasi terkait dengan
hal itu.

Kompetensi Pedagogik

Upaya memperdalam pemahaman terhadap peserta didik didasari


oleh kesa-daran bahwa bakat, minat, dan tingkat kemampuan mereka
berbeda-beda sehingga layanan secara individual juga berbeda-beda.

Dari pengamatan penulis usaha dalam pemahaman tentang


karakteristik peser-ta didik di SDN 65 Katteong oleh guru berusaha untuk
tetap mencapai tujuan pembe-lajaran yang ada dengan tetap memahami
karakteristik peserta didik sebagai mana dikatakan oleh guru di SDN 65
Katteong, sekalipun bahan ajar yang disajikan dalam kelas secara klasikal
sama, namun ketika sampai kepada pemahaman individual, gu-ru harus
mengetahui tingkat perbedaan individual siswa, sehingga dapat memandu
siswa yang percepatan belajarnya terbelakang, sehingga pada akhir
pembelajaran me-miliki kesetaraan. Pada dasarnya proses pembelajaran ini
adalah bagaimana kemam-puan pendidik membantu pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. 18
Hj. Rastinah, S.PdI. selaku guru PAI SDN 65 Katteong Kab. Pinrang
berpanda-ngan bahwa:

Bentuk kompetensi pedagogik yang telah diterapkan di sekolah


ini dalam hal pe-ngembangan kurikulum, yaitu: guru dapat
menyusun silabus yang sesuai de-ngan kurikulum, guru
merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan si-labus
untuk membahas materi ajar tertentu, guru mengikuti urutan
materi pem-belajaran dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran, dan guru memilih materi pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran, tepat dan mutakhir, sesu-ai
dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, dapat
dilaksanakan di kelas dan sesuai dengan konteks kehidupan
sehari-hari peserta didik.19

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 119


Sementara pengaktualisasian kompetensi pedagogik dalam hal
penilaian dan evaluasi, Laintang, S.Pd. selaku guru Penjas SDN 65 Katteong
Kab. Pinrang dalam wawancara mengemukakan bahwa:

Gambaran kompetensi pedagogik dalam hal penilaian dan


evaluasi yang telah di-laksanakan, diantaranya: guru menyusun
alat penilaian yang sesuai dengan tu-juan pembelajaran, guru
melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan je-nis
penilaian, guru menganalisis hasil penilaian untuk
mengidentifikasi to-pik/kompetensi dasar yang sulit, guru
memanfaatkan masukan dari peserta di-dik dan
merefleksikannya, dan guru memanfatkan hasil penilaian
sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya.20

Arno, S.Pd.I. selaku guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang melalui


wawancara kembali mengemukakan bahwa:

Bentuk kompetensi pedagogik dalam hal penguasaan teori


belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah ini, yaitu:
Guru memberi kesempatan kepada pe-serta didik untuk
menguasai materi pembelajaran sesuai kemampuan belajarnya
melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang
bervariasi, guru menggunakan berbagai teknik untuk
memotiviasi kemauan belajar peserta didik, guru merencanakan
kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, de-
ngan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses
belajar peserta didik, dan guru memperhatikan respon peserta
didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang
diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan
pembelajaran berikutnya.21

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa gambaran profesionalisme guru dalam bidang
kompetensi pedagogik yang telah di-laksanakan di sekolah ini terhitung
cukup banyak dan berjalan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Hal-hal yang telah dilaksanakan tersebut diharapkan senantiasa terus
ditingkatkan dan dikembangkan dalam rangka pencapaian peningkatan
mutu pendidikan di sekolah ini.

Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yaitu; guru memiliki kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.22 Guru sering dianggap sebagai sosok yang
memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap
sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru.

Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang


berhubungan de-ngan pengembangan kepribadian, diantaranya: (1)
kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai
dengan keyakinan agama yang dianutnya;

(2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama;


(3) ke-mampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan
sistem nilai yang ber-laku di masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat
terpuji sebagai seorang guru mi-salnya sopan santun dan tata krama; dan
(5) bersikap demokratis dan terbuka terha-dap pembaruan dan kritik.

120 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


Melalui wawancara yang dilakukan penulis, Nurjannah, S.Pd. selaku
guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang mengemukakan bahwa:

Bentuk kompetensi kepribadian dalam hal pengaktualisasian


pribadi yang de-wasa dan keteladanan di sekolah, yaitu: guru
bertingkah laku sopan dalam ber-bicara, berpenampilan, dan
berbuat terhadap semua peserta didik, orang tua, dan teman
sejawat, guru mampu mengelola pembelajaran yang
membuktikan bahwa guru dihormati oleh peserta didik, sehingga
semua peserta didik selalu memper-hatikan guru dan
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, guru bersikap
dewasa dalam menerima masukan dari peserta didik dan
memberikan kesem-patan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, ser-ta guru
berperilaku baik untuk mencitrakan nama baik sekolah. 23

Sementara Nurmilawati, S.Pd. selaku guru menyatakan bahwa:

Bentuk kompetensi kepribadian dalam hal etos kerja, tanggung


jawab, dan rasa bangga menjadi guru yang dilakukan di sekolah
ini, antara lain: guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran
dengan tepat waktu, guru memenuhi jam menga-jar dan dapat
melakukan semua kegiatan lain di luar jam mengajar
berdasarkan ijin dan persetujuan pengelola sekolah, guru
menyelesaikan semua tugas admi-nistratif dan non-
pembelajaran dengan tepat waktu sesuai standar yang ditetap-
kan, dan guru memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk
kegiatan yang produktif terkait dengan tugasnya. 24

Sementara Hj. Rusniah mengemukakan bahwa:

Bentuk kompetensi kepribadian dalam hal bertindak sesuai


dengan norma aga-ma, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
di sekolah ini, antara lain: guru menghargai dan mempromosikan
prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar ideolo-gi dan etika bagi
semua warga Indonesia, guru mengembangkan kerjasama dan
membina kebersamaan dengan teman sejawat tanpa
memperhatikan perbedaan yang ada, guru saling menghormati
dan menghargai, guru memiliki rasa persatu-an dan kesatuan,
serta guru mempunyai pandangan yang luas tentang kebera-
gaman bangsa Indonesia.25
Dari beberapa pernyatan di atas, maka dapat digambarkan bahwa
professional-isme guru dalam kaitannya dengan kompetensi kepribadian
yang dilakukan guru di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang telah berjalan
maksimal untuk peningkatan mutu pen-didikan dan pencapaian standar
nasional pendidikan.

Kompetensi Sosial

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai


anggota ma-syarakat dan sebagai makhluk sosial, yang meliputi: (1)
kemampuan untuk berinter-aksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan profesional; (2) kemampuan untuk
mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan;
dan (3) kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual
maupun secara kelompok.

Dalam sebuah wawancara, Supratman, A.Ma, selaku guru SDN 65


Katteong mengungkapkan bahwa:

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 121


Pelaksanaan kompetensi sosial di sekolah ini dilaksanakan dalam
beberapa cara, di antaranya: bersikap inklusif, bertindak
obyektif, serta tidak diskriminatif. Da-lam hal ini, guru
memperlakukan semua peserta didik secara adil, memberikan
perhatian dan bantuan sesuai kebutuhan masing-masing tanpa
memperdulikan faktor personal, guru menjaga hubungan baik
dan peduli dengan teman sejawat (bersifat inklusif), serta
berkontribusi positif terhadap semua diskusi formal dan informal
terkait dengan pekerjaannya, serta guru sering berinteraksi
dengan pe-serta didik dan tidak membatasi perhatiannya hanya
pada kelompok tertentu.26

Sementara Asriana, S.PdI selaku pegawai perpustakaan SDN 65 Katteong


Kab.

Pinrang mengemukakan bahwa:

Bentuk pelaksanaan profesionalisme guru dalam bidang


kompetensi sosial yang dilakukan di sekolah ini, diantaranya:
guru menyampaikan informasi tentang ke-majuan, kesulitan, dan
potensi peserta didik kepada orang tuanya, guru ikut ber-peran
aktif pada kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan
oleh seko-lah dan masyarakat, dan guru memperhatikan sekolah
sebagai bagian dari ma-syarakat, berkomunikasi dengan
masyarakat sekitar, serta berperan dalam kegi-atan sosial di
masyarakat.27

Dari hasil wawancara di atas, maka bentuk profesionalisme guru yang


berkait-an dengan kompetensi sosial yang telah diterapkan dalam
lingkungan sekolah cukup mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan
di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang.

Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang


berhubung-an dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini
merupakan kompeten-si yang sangat penting sebab langsung berhubungan
dengan kinerja yang ditampil-kan.

Arno, S.PdI selaku guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang mengemukakan


bahwa:
Bentuk pelaksanaan kompetensi profesional dalam hal
penguasaan materi, struk-tur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang di-ampu oleh guru di
sekolah ini antara lain: guru melakukan pemetaan standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang
diampunya, guru menyertakan informasi yang tepat dan
mutakhir di dalam perencanaan dan pe-laksanaan pembelajaran,
serta guru menyusun materi, perencanaan, dan pelaksa-naan
pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan
yang mem-bantu peserta didik untuk memahami konsep materi
pembelajaran.28

Sementara Muh. Nasir, S.Pd.I. selaku Sekretaris Komite SDN 65 Katteong


Kab.

Pinrang memberikan pernyataan bahwa:

Bentuk pelaksanaan kompetensi profesional yang telah dan


sedang dilaksanakan di sekolah ini, diantaranya: guru melakukan
evaluasi diri secara spesifik, leng-kap, dan didukung dengan
contoh pengalaman diri sendiri, guru memiliki jurnal
pembelajaran, catatan masukan dari teman sejawat atau hasil
penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang
menggambarkan kinerjanya, dan guru dapat memanfaatkan TIK
dalam berkomunikasi dan pelaksanaan Pengembangan Ke-
profesian Berkelanjutan.29

122 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui tentang
gambaran atau bentuk pelaksanaan profesionalisme guru di SDN 65
Katteong Kab. Pinrang yang di-harapkan mampu mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal.

Faktor pendukung dan penghambat profesionalisme guru dalam


peningkatan mutu pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang ada 2
(dua), yaitu faktor dari da-lam dan faktor dari luar diri guru itu sendiri.
Contohnya: faktor dari dalam, yaitu: la-tar belakang pendidikan guru,
pengalaman mengajar, penguasaan materi, kesadaran untuk
meningkatkan kemampuan, lingkungan sekolah yang kondusif, kompetensi
manajerial kepala sekolah, kelengkapan sarana dan prasarana, partisipasi
masyarakat terutama orang tua/wali murid.30

Sedangkan faktor penghambat adalah 1) kualifikasi dan latar belakang


pendi-dikan tidak sesuai dengan bidang tugas, 2) tidak memiliki
kompetensi yang diperlu-kan sesuai bidang tugas, 3) penghasilan tidak
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, dan 4) kurangnya kesempatan
untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan. 31 Strategi yang
diterapkan di SDN 65 Katteong untuk mengembangkan profesi-

onalisme guru di sekolah ini antara lain;

1. Pembinaan secara rutin sebulan sekali yang berkaitan dengan mental


dan karir ba-gi tenaga pendidik;

2. Menerapkan kelompok diskusi bidang studi di luar jam efektif;

3. Mengirim tenaga pengajar untuk mengikuti workshop/diklat, seminar,


lokakarya dan lain-lain yang berkaitan dengan pendidikan;

4. Melengkapi sarana prasarana pendidikan agar proses pendidikan dapat


berjalan sesuai harapan;

5. Mengawasi, memantau, dan mengevaluasi kinerja para pengajar dengan


member-kan bimbingan;

6. Memberikan reward pada guru yang berprestasi, serta apresiasi positif


terhadap prestasi yang diraihnya;

7. Selalu mengadakan supervisi, baik langsung maupun tidak langsung. 32

Pembahasan Hasil Penelitian

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam


kehidupan ber-bangsa dan bernegara. Hal ini sesuai dengan tujuan Sistem
Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945 pasal 31 ayat 3 menegas-kan bahwa:

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem


pendidikan nasio-nal yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rang-ka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. 33

Keberhasilan suatu pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh tenaga


pendidik yang dalam hal ini adalah guru. Sehubungan dengan pentingnya
peranan seorang guru dalam pendidikan, maka guru harus meningkatkan
kompetensinya.

Guru akan selalu menjadi unsur penting yang menentukan berhasil


tidaknya pendidikan. Oleh karena itu guru selalu berperan dalam
pembentukan sumber daya

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 123


manusia yang potensial di bidang pembangunan bangsa dan negara. Guru
adalah orang kedua setelah orang tua yang selalu mendidik dan
mengawasi anak untuk me-nuju cita-cita dan tujuan hidupnya sewaktu
akan diserahkan padanya.

Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangatlah besar


pengaruhnya ter-hadap perubahan tingkah laku anak didik. Untuk dapat
mengubah tingkah laku anak didik sesuai dengan yang diharapkan maka
diperlukan seorang guru yang profesio-nal yaitu seorang guru yang mampu
menggunakan seluruh komponen pendidikan, sehingga proses pendidikan
dapat berjalan dengan baik.

Dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa:

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas


merencanakan dan me-laksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pem-bimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 34

Hadari Nawawi mengemukakan bahwa:

Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan


konsekuensi jabatan ter-hadap tugas dan tanggung jawabnya.
Tinggi rendahnya pengakuan profesional-isme bergantung pada
keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh. Setiap guru
harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya
terhadap ca-ra bertindak dan berbuat dalam menunaikan
tugasnya sehari-hari di sekolah dan di masyarakat. Pengetahuan
dan pemahamnnya tentang kompetensi guru akan mendasari
pola kegiatannya dalam menunaikan profesi guru. 35

Guru sebagai pekerja profesional, sekurang-kurangnya harus


menguasai empat kompetensi dengan baik, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompeten-si kepribadian, dan kompetensi profesional.

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan


dengan pe-mahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup
kemampuan pemahaman terhadap peser-ta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pe-ngembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki-nya.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran


peserta di-dik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan, dan pelaksana-an pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan beberapa
kompeteni yang dimilikinya

Secara rinci elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan


menjadi sub kompetensi, sebagai berikut:

1. Memahami peserta didik

2. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan


untuk ke-pentingan pembelajaran.

124 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


3. Melaksanakan pembelajaran

4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan sebagai


potensi yang di-milikinya.

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang


mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhak mulia.

Bakat dan minat menjadi guru merupakan faktor penting untuk


memperkokoh seseorang memilih profesi guru. Guru adalah teladan bagi
anak didik dan masyara-kat sekitarnya. Oleh karena itu, kepribadian yang
mantap menjadi syarat pokok bagi guru agar tidak mudah terombang-
ambing secara psikologis oleh situasi-situasi yang terus berubah secara
dinamis (baik positif maupun negatif). Dengan kepribadian se-perti ini guru
akan mampu tampil berwibawa, arif dalam menyapa, dan mendidik para
siswa serta cerdas dalam melayani masyarakat dengan segala
perbedaannya.

Kompetensi Sosial

Guru adalah sosok yang dapat secara luwes berkomunikasi ke segala


arah kare-na bidang tugasnya harus berhubungan dengan siswa, antar
guru, dengan atasan-nya,dan kepada masyarakat di luar sekolah. Kunci
keberhasilan guru dalam membi-na dan membelajarkan siswa maupun
anggota masyarakat lainnya, adalah pada ke-mampuan guru melakukan
interaksi sosial ini kepada siswa dan masyarakat lainnya.

Dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa:

Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik


sebagai bagian dari masyarakat untuk: a) berkomunikasi lisan
dan tulisan, b) menggunakan teknolo-gi komunikasi dan
informasi secara fungsional, dan c) bergaul secara santun de-
ngan masyarakat sekitar.36
Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik meme-nuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru diwajibkan menguasai
dengan baik mata pelajaran yang diasuhnya, sejak dari dasar-dasar
keilmuannya sampai dengan bagaimana metode dan teknik untuk
mengajarkan serta cara menilai dan mengevaluasi siswa yang mengikuti
proses belajar mengajar. Akhir dari proses pembelajaran adalah siswa
memiliki standar kompetensi minimal yang harus dikuasai dengan baik
sehingga ia dapat melakukan aktivitas sesuai de-ngan kompetensi
tersebut. Guru profesional adalah guru yang menguasai mata pe-lajaran
dengan baik dan mampu membelajarkan siswa secara optimal, menguasai
se-mua kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru.

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 125


Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang
dibayang-kan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya ke-pada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategori sebagai guru yang memi-liki pekerjaan profesional. Guru yang
profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan
khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain
sebagainya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, maka


dapat di-simpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Gambaran profesionalisme guru dalam peningkatan mutu pendidikan di


SDN 65 Katteong Pinrang dapat dilihat dari 4 (empat) aspek kompetensi,
yaitu: a) Kompe-tensi pedagogik, yaitu: penguasaan karakteristik
peserta didik, pengembangan kuri-kulum, pengembangan potensi
peserta didik, penilaian dan evaluasi, penguasaan teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran, b) Kompetensi kepribadian, yaitu:
pengaktualisasian pribadi yang dewasa dan keteladanan, etos kerja,
tanggung ja-wab dan rasa bangga menjadi guru, serta bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, c)
Kompetensi sosial, yaitu: dilakukan de-ngan cara bersikap inklusif,
bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, guru me-nyampaikan
informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik ke-
pada orang tuanya, guru ikut berperan aktif pada kegiatan di luar
pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat, dan
guru memperhatikan se-kolah sebagai bagian dari masyarakat,
berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, serta berperan dalam
kegiatan sosial di masyarakat, d) Kompetensi profesional, yaitu:
penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu, guru melakukan evaluasi diri
secara spesifik, leng-kap, dan didukung dengan contoh pengalaman diri
sendiri, guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari teman
sejawat atau hasil penilaian proses pembelajaran.

2. Faktor pendukung dan penghambat profesionalisme guru dalam


peningkatan mu-tu pendidikan di SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, yaitu:
Faktor pendukung, yaitu: 1) faktor dari dalam, seperti: latar belakang
pendidikan guru, pengalaman menga-jar, penguasaan materi, kesadaran
untuk meningkatkan kemampuan, dan lain-la-in, 2) faktor dari luar,
seperti: lingkungan sekolah yang kondusif, kompetensi ma-najerial
kepala sekolah, kelengkapan sarana dan prasarana, partisipasi
masyarakat terutama orang tua/wali murid, dan lain-lain. Faktor
penghambat, antara lain: masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara utuh, adanya perguru-an tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhi-tungkan
outputnya kelak di lapangan, kurangnya motivasi guru dalam mening-
katkan kualitas guru, dan lain-lain.

3. Strategi guru dalam mengatasi faktor penghambat peningkatan mutu


pendidikan di SDN 65 Katteong Kabupaten Pinrang, yaitu: 1) dengan
belajar sendiri di rumah;

126 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128


2) belajar di perpustakaan khusus pendidik atau di perpustakaan umum; 3)
de-ngan membentuk persatuan pendidik sebidang studi; 4) mengikuti
pertemuan il-miah, diklat, seminar dan lainnya; 5) belajar secara formal
di lembaga pendidikan;

6) mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan; serta 7) ikut


mengambil ba-gian dalam kompetisi ilmiah.

CATATAN AKHIR:

1. Abd. Jabbar R. Takdir, Menuju Guru Yang Profesional, Pinrang: Dewan


Pendidikan Kab. Pinrang, 2007, h. 1.

2. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2004, h. 1.

3. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,


1997, h. 3-4.

4. Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kepen-didikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h.
21.

5. Ibid.

6. Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahnya, cet. III; Bandung:
Diponegoro, 2007, h. 543.

7. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum”,


Jakarta: Quantum Tea-ching, 2005, h. 19-21.

8. Ibid., h. 23

9. Kuntjojo, Pendidik dan Peserta didik, Kediri: UNP Kediri, 2008, h. 8-12.

10. Anik Ghufron, Kompetensi Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta: FIP-UNY, 2008,
h. 11 – 14.

11. Artikel Pendidikan, Konsep Dasar MPMBS,


(www.dikdasmen.depdiknas.go.id), diakses tanggal 19 oktober 2009.

12. Edward Sallis, Total Quality Management In Education, cetakan ketujuh,


Jakarta: IRCiSoD., 2008, h. 57.

13. Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah


(MPMBS), Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika, 2005, h. 2.

14. Ibid., h. 17 – 18
15. Ibid. h. 18

16. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional

17. Hj. Jasniah, S.Pd., Kepala SDN 65 Katteong Pinrang, Wawancara, Tanggal
29 Mei 2013.

18. Arno, S.Pd.I, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara, Tanggal 29
Mei 2013.

19. Hj. Rastinah, S.PdI, Guru PAI SDN 65 Katteong Kab. Pinrang,
Wawancara, Tanggal 29 Mei 2013.

20. Laintang, S.Pd, Guru Penjas SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara,
Tanggal 29 Mei 2013.

21. Arno, S.Pd.I, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara, Tanggal 29
Mei 2013.

22. Bustami, Loc.cit.

23. Nurjannah, S.Pd, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara, Tanggal
29 Mei 2013.

24. Nurmilawati, S.Pd, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara,


Tanggal 29 Mei 2013.

25. Hj. Rusniah, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara, Tanggal 29
Mei 2013.

26. Supratman, A.Ma, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara,


Tanggal 29 Mei 2013.

27. Asriana, S.PdI, Pegawai Perpustakaan SDN 65 Katteong Kab. Pinrang,


Wawancara, Tanggal 29 Mei 2013.

28. Arno, S.PdI, Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara, Tanggal 29
Mei 2013.

PROFESIONALISME GURU DALAM DALAM PENINGKATAN MUTU (MUHAMMAD YUNUS) 127


29. Muh.Nasir, S.PdI, Sekretaris Komite SDN 65 Katteong Kab. Pinrang,
Wawancara, Tanggal 29 Mei 2013.

30. Laintang, S.pd., Guru SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara, Tanggal
29 Mei 2013.

31. Muh. Nasir, S.PdI, Sekretaris Komite SDN 65 Katteong Kab. Pinrang,
Wawancara, Tanggal 29 Mei 2013.

32. Hj. Jasniah, S.Pd, Kepala SDN 65 Katteong Kab. Pinrang, Wawancara,
Tanggal 29 Mei 2013.

33. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Amandemen


Keempat, Surabaya: Karya Utama, 2002, h. 23.

34. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional

35. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: CV.
Haji Agung, 1989), h. 123

36. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA:

Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Peningkatan Profesionalisme


Tenaga kependidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.

Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahnya, Cetakan Ketiga,


Bandung: Diponegoro, 2007.

Ghufron, Anik, Kompetensi Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta: FIP-UNY, 2008.

Kuntjoro, Pendidik dan Peserta Didik, Kediri: UNP Kediri, 2008.

Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: CV. Haji
Agung, 1989.

Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:


Quantum Teacing, 2005.

Sallis, Edward, Total Quality Management In Education, Cetakan Ketujuh,


Jakarta: IRCiSoD, 2008.

Suderadjat, Hari, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),


Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika, 2005.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Takdir, Abd. Jabbar R, Menuju Guru Yang Profesional, Pinrang: Dewan


Pendidikan Kab.

Pinrang, 2007.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Amandemen


Keempat, Surabaya:

Karya Utama.

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 1999.

128 LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 19 NO. 1 JUNI 2016: 112-128

REVIEW JURNAL
Judul Pengembangan profesi guru dalam meningkatkan kinerja guru
(Professional development of teachers in improving the
performance of teacher)
Jurnal PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN

Download file:///C:/Users/ASUS/Downloads/8109-16283-4-PB%20(1).pdf

Volume dan Halaman Vol. 2 No. 2, Hal. 202-211


Tahun Juli 2017
Penulis Ayu Dwi Kesuma Putri
Nani Imaniyati
Reviewer Widya Khairandi

Tanggal 16 Maret 2020

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
pengembangan profesi guru, untuk mengetahui gambaran tingkat
kinerja guru, dan untuk mengetahui pengaruh pengembangan
profesi guru terhadap kinerja guru.
Subjek Penelitian 21 orang guru tetap yayasan di salah satu SMK di Bandung
Assesment Data  studi dokumen
 Quisioner
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey
Langkah Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan memberikan
angket kepada 21 guru dan mengambil gambaran (catatan
lapangan, foto, dan dokumen lainnya)
Hasil Penelitian Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh gambaran bahwa
efektivitas pengembangan profesi guru di SMK Kencana Bandung
berada pada kategori cukup efektif. Hal ini dibuktikan dengan hasil
perhitungan persentase frekuensi jawaban angket dari 21
responden yang menunjukan hasil sebesar 53,1%.
Kekuatan Penelitian Kekuatan pada jurnal ini terdapat pada pemaparan hasil informasi
angket yang diperoleh. Dimana dalam jurnal ini hasil data yang ada
dicantumkan dalam bentuk frekuensi dan presentasi sehingga
membuat pembaca lebih memahami dengan jelas hasil penelitian
Kelemahan Penelitian Kelemahan dari jurnal ini adalah adanya kosa kata “baik-bulat”
yang tidak diketahui artinya sehingga membuat pembaca tidak
mengerti arti dari kosa kata tersebut dan pada kata “obyektif”
yang seharusnya menjadi “objektif”
Kesimpulan Ada pengaruh yang signifikan pengembangan profesi guru
terhadap kinerja guru. Dengan demikian pengembangan profesi
guru, hal yang penting adalah membangun kemandirian di
kalangan guru sehingga dapat lebih mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Dengan adanya peningkatan guru akan diikuti pula
peningkatan kinerja guru. Upaya-upaya untuk terus
mengembangkan profesi guru menjadi suatu hal diperhatikan.
Meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada
peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.

Amstrong, & Kotler. (2003). Dasar- Dasar Pemasaran, Jilid I, Edisi


Kesembilan. Jakarta: PT. Indeks Gramedia. Ana-Maria Petrescu,
M. N. (2015). Innovative Aspects of the PROFILES Professional
Development Programme Dedicated to Science Teachers. Procedia
- Social and Behavioral Sciences 19, 1355 – 1360 . Avalos, B.
(2011). Teacher professional development in Teaching and Teacher
Referensi
Education over ten years. Teaching and Teacher Education, 27, 10-
20. Dee, T., & Wyckoff, J. (2013). Incentives, Selection, and
Teacher Performance. National Bureau of Ecomomic Research
Working Paper Series. Elliot, K. (2015). Teacher Performance
Appraisal: More about Performance or Development? Australian
Journal of Teacher Education, 40(9). Finch, R, C., & Crunkilton, J.
R. (1999). Curriculum Development in Vocational and Technical
Education Planing, Content, and Implementation (5th ed.).
Bostom: Allyn and Bacom. Hameed, A., & Waheed, A. (2011).
Employee Development and Its Affect on Employee Performance
A Conceptual Framework. International Journal of Business and
Social Science, 2(13). Hani, T. H. (2001). Manajemen Personalia
dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Jankingthong, K.,
& Rurkkhum, S. (2012). Factors Affecting Job Performance: A-
Review of Literature. Silpakorn University Journal of Social
Science, Humanities, and Arts, 12(2), 115-127. Jennifer Gallo-Fox,
K. S. (2016). Coteaching as professional development for
cooperating teachers. Teaching and Teacher Education , 191-202.
Kevin C. Bastian, G. T. (2016). Teacher candidate performance
assessments: Local scoring and implications for teacher
preparation program improvement. Teaching and Teacher
Education 59, 1-12.

JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN


PERKANTORAN VOL. 2 NO. 2, JULI 2017,
HAL. 202-211

Availabel online at:


http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/
00000

Pengembangan profesi guru dalam meningkatkan


kinerja guru
(Professional development of teachers in improving the performance of
teacher)

Ayu Dwi Kesuma Putri1, Nani Imaniyati2*

1,2
Program Studi Pendidikan Manajemen
Perkantoran, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Pendidikan Indonesia,

Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung, Jawa Barat Indonesia

Email: naniimaniyati@upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengembangan


profesi guru, untuk mengetahui gambaran tingkat kinerja guru, dan untuk
mengetahui pengaruh pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru. Inti
kajiannya difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, adapun
faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengembangan profaesi guru.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan angket. Responden dalam
penelitian ini adalah guru tetap yayasan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Kota Bandung yang berjumlah 21 orang guru. Teknik analisis data menggunakan
regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) ) pengembangan profesi
guru berada dalam kategori cukup efektif,dan kinerja guru berada pada kategori
cukup tinggi; (2) pengembangan profesi guru berpengaruh positif terhadap kinerja.

Kata Kunci: pengembangan profesi guru, kinerja guru

ABSTRACT

This study aims to describe the development of the teaching profession, to


describe the level of teacher performance, and to determine the influence of
teachers' professional development on teacher performance. Core studies focused
on the factors that affect the performance of teachers, while the factors examined
in this study is the development profaesi teacher. The method used is a survey
method. Data collection techniques in this study using a questionnaire.
Respondents in this research is the foundation of permanent teachers Vocational
High School (SMK) in Bandung, which has 21 teachers. Data were analyzed using
simple regression. The results showed: (1)) professional development of teachers
are in a category quite effective, and the performance of teachers at a fairly high
category; (2) professional development positively affects performance.

Keyword: professional development of teachers, teacher performance


PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik untuk kualitas guru dan
pendidikan guru memiliki kebijakan mendorong dan akreditasi lembaga di Amerika
Serikat untuk mengadakan program persiapan guru (TPPs) bertanggung jawab untuk

* Corresponding author Copyright © 2017, EISSN


2656-4734 202
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

efektivitas lulusan mereka (Kevin C. Bastian, 2016). Pendidikan adalah mungkin salah
satu kegiatan sosial yang paling penting dal am kehidupan manusia. Guru dan pendidik
memainkan peran penting dalam mendukung dan memotivasi siswa. Mereka harus selalu
memperbaiki diri untuk menjadi visioner dan baik-bulat di bidang yang mereka ajarkan.
Mereka harus disiplin di tempat kerja (Ninlawan, 2015). Dikarenakan, tujuan utama dari
pembelajaran adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi pekerja yang sukses di
dunia kerja (Finch, R, & Crunkilton, 1999).

Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru
dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting
untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang
baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Namun,

kenyataan menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih tergolong relatif rendah.
Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualitas pendidikan. Maka dari itu,
kinerja guru sangat diperhatikan, dan berusaha untuk terus ditingkatkan (Markos &
Sridevi, 2010).

Salah satu upaya dalam pengembangan profesi guru dengan cara peningkatan dan
pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui proses pembelajaran. Pengembangan
profesional guru dipelajari dan disajikan dalam sastra relevan di banyak berbeda cara. Tapi
selalu merupakan inti dari upaya tersebut adalah memahami bahwa pengembangan
profesional adalah tentang guru belajar, belajar cara belajar, dan mengubah pengetahuan
mereka praktek untuk kepentingan siswa mereka (Avalos, 2011). Pada prinsipnya, dapat
dikatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan, secara umum, pencapaian persiapan
optimal profesional masa depan.

Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji dari sosok seorang guru adalah aspek
kinerja, karena kinerja guru menurut merupakan input yang paling penting dalam
penyelenggaraan pendidikan (Nadeem & et.al, 2011). Akan tetapi berdasarkan Fakta
menunjukkan kinerja guru masih belum optimal. Belum optimalnya kinerja guru, hal
tersebut ditunjukkan antara lain guru tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), mengabaikan kelengkapan administrasi guru, memberikan tugas tanpa adanya
proses tatap muka, kurangnya bahan ajar yang menarik penggunaan model dan metode
yang monoton, dan evaluasi pembelajaran yang belum optimal.

Mengingat pentingnya kinerja guru dalam pendidikan, maka diperlukan upaya


untuk meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan teori perilaku dari Luthans banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
kinerja guru tersebut diantaranya adalah faktor pengembangan profesi guru, faktor tersebut
yang dijadikan kajian dari penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Profesi Guru
Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatan dalam rangka menyesuaikan
kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan pengajaran. Pengembangan
profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas profesional, penilaian
kinerja secara obyektif, transparan dan akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi (Soewarni, 2004). Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah
peningkatan kualitas kompetensi guru. Beberapa dimensi utama dalam kompetensi guru
adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi
profesional (Ana-Maria Petrescu, 2015).

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

203
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan


pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses
belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya (Zainal & Elham,
2007). Pengembangan profesi merupakan peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan
seseorang untuk mencapai suatu rencana profesi (Hani, 2001, hal. 123). Profesi ialah suatu
jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain.
Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna
mengantisipasi perubahan dan besarnya tuntutan terhadap profesi guru yang utamanya
ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan (Ondi & Aris, 2010) Pengembangan
profesional dapat didefinisikan sebagai proses karir panjang di mana pendidik
menyempurnakan mengajar mereka untuk memenuhi kebutuhan siswa (Maggioli, 2004).

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah berdasarkan pendapat dari
Abdul Majid (2011, hlm. 8) mengungkapkan terdapat beberapa indikator pengembangan
profesi guru yaitu : (1) Mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung
profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) Mengembangkan berbagai model
pembelajaran, (3) Menulis karya ilmiah, (4) Membuat alat peraga/media, (5) Mengikuti
pendidikan kualifikasi, (6) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks
kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan,
sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan
peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus
mengembangkan profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu
bangsa, meningkatnyakualitas pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas
pendidikan baik proses maupun hasilnya.

Kinerja Guru

Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas sebagai
guru profesional (Wahyuni, Christiananta, & Eliyana, 2014) (Hussain, Ahmedy, & Haider,
2014). Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian kualitas, kuantitas, kerjasama,
kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli, Abdullah, & Yaakob, 2011), kinerja berarti
produktivitas dan output karyawan sebagai hasil dari pengembangan karyawan. Kinerja
pada akhirnya akan mempengaruhi efektivitas organisasi (Hameed & Waheed, 2011).
Kinerja yang baik mencerminkan kemampuan untuk berkontribusi melalui karya-karya
mereka mengarah pada pencapaian perilaku yang sesuai dengan tujuan dari perusahaan
atau organisasi (Muda, Rafiki, & Harahap, 2014).

Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau


kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru yang
sebenarnya adalah pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Kinerja guru
adalah segala hasil dari usaha guru dalam mengantarkan proses pembelajaran untuk
mencapai
tujuan pendidikan, yang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut tugasnya sebagai
guru. Tugas profesional seorang guru mencakup kegiatan mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pesrta didik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai
oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru
dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

204
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta


memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang diperoleh oleh
seorang guru.

Kinerja dipandang sebagai pelaksanaan dari suatu tindakan atau kemampuan


seseorang. Kinerja yang baik juga terkait dengan pencapaian kualitas, kuantitas, kerjasama,
kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli, Abdullah, & Yaakob, 2011), selain itu juga
kinerja berarti produktivitas dan output karyawan sebagai hasil dari pengembangan
karyawan. Kinerja karyawan pada akhirnya akan mempengaruhi efektivitas organisasi
(Hameed & Waheed, 2011).

Penilitian ini menitikberatkan terhadap penilaian kirerja guru yang dipengaruhi oleh
faktor, yaitu pengembangan profesi guru. Terdapat beberapa indikator yang mengukur
kinerja guru, yaitu : Penyusunan program belajar, Pelaksanaan program pembelajaran,
Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi, Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan.

Kinerja atau prestasi kerja adalah salah satu variabel dependen yang paling penting
dan telah dipelajari selama satu dekade panjang (Jankingthong & Rurkkhum, 2012),
selama dekade tersebut juga telah dilakukan penelitian empiris, meskipun pengamatan
mengenai kinerja guru tersedia relatif sedikit (Dee & Wyckoff, 2013). Penelitian mengenai
kinerja sangat menarik dilakukan karena mencapai tingkat tinggi kinerja karyawan
dianggap tujuan umum bagi banyak organisasi (Yvonne, Rahman, & Long, 2014).

Berdasarkan tinjauan pustaka sebagaimana dipaparkan di atas, dapat digambarkan


theoretical framework sebagai berikut :

(Y)

Kinerja Guru
(X)
Pengembangan Profesi Guru

Gambar 1
Model Hubungan Variabel Penelitian
Keterangan :

1. : Pengembangan Profesi
Y : Kinerja Guru
ɛ : Faktor lain yang mempengaruhi Y
Berdasarkan Gambar 1, hipotesis penelitian sebagai berikiut :

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengembangan profesi guru terhadap


kinerja guru pada SMK Negeri di Kota Bandung.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan pengembnagan profesi guru terhadap kinerja


guru pada SMK Negeri di Kota Bandung.

METODOLOGI

Metode dalam peneletian ini menggunakan metode survey. Metode ini dilakukan
dengan dengan mengumpulkan informasi faktual dengan menggunakan kuesioner sebagai
alat. responden dari penelitian ini adalah 21 orang guru tetap yayasan di salah satu SMK di
Bandung. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Pengambilan data yang digunakan berupa angket yang terdiri atas tiga bagian.
Bagian yang pertama adalah kuesioner untuk mengukur persepsi responden mengenai
pengembangan profesi guru yang dijabarkan dari enam indikator yaitu mengikuti informasi
perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

205
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

mengembangkan berbagai model pembelajaran, menulis karya ilmiah, membuat alat


peraga/media, mengikuti pendidikan kualifikasi, mengikuti kegiatan pengembangan
kurikulum.Bagian ini terdiri atas 13 item. Bagian kedua adalah kuesioner untuk mengukur
persepsi responden mengenai kinerja guru yang dijabarkan dari lima indikator yaitu
penyusunan program belajar, pelaksanaan program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi,
analisis evaluasi, pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Bagian ini terdiri atas 11 item.

Statistik survey deskriptif ini adalah alat pengumpul data berupa kuesioner yang
dibuat, disebarkan kepada guru-guru yang berada pada SMK di Kota Bandung, sebagai
unit analisisnya, yang berjumlah 21 orang guru tetap yayasan yang digunakan untuk
memperoleh gambaran tingkat persepsi responden mengenai kinerja guru, pengembangan
profesi guru. Sementara jika dilihat berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini
termasuk kedalam penelitian verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan
pengujian terhadap suatu fenomena dengan teori yang sudah ada. (Uep & Sambas, 2011,
hal. 5-6)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pengembangan Profesi Guru

Berdasarkan hasil analisis, variabel pengembangan profesi guru diperoleh melalui


perhitungan frekuensi dan persentase terhadap perolehan data pengembangan profesi guru,
sebagaimana tercantum pada lampiran. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil tanggapan
responden tentang pengembangan profesi guru berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan:

Tabel 1. Frekuensi Variabel Pengembangan Profesi Guru

Ukuran Pengembangan Profesi Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)


Guru Option

Sangat Tidak Efektif 1 2 0,7

Tidak Efektif 2 40 14,7

Cukup Efektif 3 145 53,1

Efektif 4 63 23,1

Sangat Efektif 5 23 8,4

Jumlah 273 100

Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden

Gambaran pengembangan profesi guru sebagaimana digambarkan pada tabel dan


diagram di atas menunjukan bahwa sebesar 53,10% dari keseluruhan responden yang
diteliti, menyatakan cukup efektif. Dengan demikian secara empirik diketahui bahwa
efektivitas pengembangan profesi guru adalah cukup efektif.
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh gambaran bahwa efektivitas
pengembangan profesi guru di SMK Kencana Bandung berada pada kategori cukup
efektif. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan persentase frekuensi jawaban angket
dari 21 responden yang menunjukan hasil sebesar 53,1%. Sedangkan hasil perhitungan
yang diperoleh berdasarkan dari jawaban angket mengenai pengembangan profesi guru
yang didalamnya terdapat indikator mengenai pengembangan profesi guru dapat
digambarkan pada diagram.

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

206
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2,
No. 2, Juli 2017

3,35 3,31

3,27
3,3 3,26

3,25 3,21

3,19

3,17
3,2

3,15

3,1

Mengikuti informasi Mengembangkan berbagaiMenulis Karya Ilmiah Membuat alat Mengikuti pendidikan Mengikuti kegiatan

perkembangan IPTEK model pembelajaran peraga/media kualifikasi pengembangan kurikulum

Indikator Pengembangan Profesi Guru

Sumber : Skor Jawaban Responden

Gambar 2.

Rekapitulasi Perhitungan Data Variabel Pengembangan Profesi Guru


Berdasarkan data yang diperoleh penulis di lapangan dapat diperoleh bahwa untuk

skor jawaban tertinggi ada pada indikator mengikuti informasi perkembangan IPTEK
dengan skor 3,31, sedangkan skor jawaban terendah ada pada indikator menulis karya
ilmiah dengan skor 3,17. Pada indikator mengikuti perkembangan IPTEK sebagai
indikator dengan perolehan skor tertinggi dari data tersebut dibuktikan dengan fakta
lapangan. Artinya, guru selalu aktif dalam mengikuti perkembangan IPTEK dalam
mendukung proses kegiatan belajar.

Sementara itu, indikator menulis karya ilmiah sebagai indikator dengan perolehan
skor terendah yakni 3,17 mengandung arti bahwa kenyataan dilapangan telah ditemukan
yakni tingkat guru dalam menulis karya masih rendah. Selain itu, guru kurang memahami
dan sudah jarang dalam menulis karya ilmiah. Jika dilihat dari hasil pengolahan data
mengenai gambaran pengembangan profesi guru dinyatakan cukup efektif.

Kinerja Guru

Kinerja guru dalam penelitian ini diukur menggunakan lima indikator.Deskripsi


variabel kinerja guru diperoleh melalui perhitungan frekuensi dan persentase terhadap
perolehan data variabel kinerja guru. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil seperti
tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 2.
Kecenderungan Jawaban Responden terhadap Variabel Kinerja Guru
Ukuran Kreativitas Kategori Option Frekuensi (f) Persentase (%)

Sangat Rendah 1 1 0,4

Rendah 2 31 13,4

Cukup Tinggi 3 126 54,5

Tinggi 4 60 26,0

Sangat Tinggi 5 13 5,6

Jumlah 231 100

Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden

Gambaran tingkat kinerja guru sebagaimana digambarkan pada tabel dan diagram di
atas menunjukan bahwa kinerja guru sebesar 54,5% dari keseluruhan responden yang
diteliti, menyatakan cukup tinggi.

Adapun gambaran tingkat kinerja guru dilihat dari masing-masing indikator dapat
lebih jelas digambarkan dalam diagram berikut ini:

3,6
3,38

3,4 3,24 3,19 3,26


3,10
3,2
3

2,8

Penyusunan Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis Evaluasi Pelaksanaan


Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

program belajar program Evaluasi perbaikan dan

pembelajaran 207 pengayaan

Indikator Kinerja Guru


Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

Sumber : Skor Jawaban Responden

Gambar 3.
Rekapitulasi Perhitungan Data Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan lima indikator tersebut indikator pelaksanaan program pembelajaran

memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 3,38. Artinya indikator pelaksanaan program
pembelajaran sudah dikatakan baik karena adanya prosedur yang sudah baku, sehingga
mewajibkan seorang pendidik untuk melaksanakan program pembelajaran.

Sedangkan untuk indikator terendah berada pada indikator analisis evaluasi dengan
skor 3,10 Pada indikator analisis evaluasi tersebut dengan fakta lapangan bahwa guru
cenderung melakukan analisis evaluasi terhadap siswa.

Pengaruh Pengembangan Profesi Guru terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan teori para ahli dapat disimpulkan definisi pengembangan profesi


guru adalah kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan
keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar mengajar dan
profesionalisme tenaga kependidikan lainnya. kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan
pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses
belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan kinerja
guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru. Oleh
karena itu, dalam meningkatkan kinerja guru, harus didukung oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

Perhitungan hasil penelitian secara regresi sederhana antara pengembangan


profesi guru terhadap variabel kinerja guru maka di peroleh persamaan regresi Ŷ = 5,576 +
0,817. Persamaan tersebut mengandung makna jika variabel pengembangan profesi guru
efektif maka tingkat kinerja guru tinggi. Dari model regresi yang di peroleh (a) sebesar
5,576 artinya arah regresi positif menunjukan hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat berjalan satu arah, dimana setiap peningkatan atau penurunan variabel
bebas (pengembangan profesi guru) akan diikuti dengan peningkatan/penurunan variabel
terikatnya (Kinerja Guru).

Perhitungan pengujian hipotesis diperoleh F sebesar 5,2474 sedangkan

dengan tingkat kesalahan ∝ = 0,05 dan dk / = 1 dan dk = n - 2 = 21 - 2 = 19 sebesar 4,3248

artinya F ≥ F
yaitu 5,2474 > 4,3248, maka H ditolak dan H diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

“terdapat pengaruh positif dari pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru.

Berdasarkan nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini variabel


pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru sebagaimana ditujukan pada perhitungan
diperoleh sebesar 21,6%. Artinya pengembangan profesi guru mempengaruhi kinerja guru
sebesar 21,6%. Sisanya sebesar 78,4% kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain. Kinerja
seseorang didasarkan pada pemahaman ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian dan
perilaku yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik (Amstrong & Kotler,
2003). Guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan
kompetensinya baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
sehingga diperoleh hasil yang optimal menurut pandangan (Mulyasa, 2007).

KESIMPULAN

Pengembangan profesi guru yang diukur melalui indikator Mengikuti informasi


perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,
Mengembangkan berbagai model pembelajaran, Menulis karya ilmiah, Membuat alat

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

208
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

peraga/media, Mengikuti pendidikan kualifikasi, Mengikuti kegiatan pengembangan


kurikulum berada pada kategori cukup efektif. Kinerja guru yang yang diukur melalui
indikator Penyusunan program belajar, Pelaksanaan program pembelajaran, Pelaksanaan
Evaluasi, Analisis Evaluasi, Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Kelima indikator
tersebut berada pada kategori cukup tinggi.

Ada pengaruh yang signifikan pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru.
Dengan demikian pengembangan profesi guru, hal yang penting adalah membangun
kemandirian di kalangan guru sehingga dapat lebih mampu untuk mengaktualisasikan
dirinya guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Dengan adanya peningkatan guru
akan diikuti pula peningkatan kinerja guru. Upaya-upaya untuk terus mengembangkan
profesi guru menjadi suatu hal diperhatikan. Meningkatnya kualitas pendidik akan
mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.

Daftar Pustaka
Amstrong, & Kotler. (2003). Dasar- Dasar Pemasaran, Jilid I, Edisi Kesembilan. Jakarta:

PT. Indeks Gramedia.

Ana-Maria Petrescu, M. N. (2015). Innovative Aspects of the PROFILES Professional


Development Programme Dedicated to Science Teachers. Procedia - Social and
Behavioral Sciences 19, 1355 – 1360 .

Avalos, B. (2011). Teacher professional development in Teaching and Teacher Education


over ten years. Teaching and Teacher Education, 27, 10-20.

Dee, T., & Wyckoff, J. (2013). Incentives, Selection, and Teacher Performance. National
Bureau of Ecomomic Research Working Paper Series.

Elliot, K. (2015). Teacher Performance Appraisal: More about Performance or


Development? Australian Journal of Teacher Education, 40(9).

Finch, R, C., & Crunkilton, J. R. (1999). Curriculum Development in Vocational and


Technical Education Planing, Content, and Implementation (5th ed.). Bostom:
Allyn and Bacom.

Hameed, A., & Waheed, A. (2011). Employee Development and Its Affect on Employee
Performance A Conceptual Framework. International Journal of Business and
Social Science, 2(13).
Hani, T. H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

BPFE.

Jankingthong, K., & Rurkkhum, S. (2012). Factors Affecting Job Performance: A-Review
of Literature. Silpakorn University Journal of Social Science, Humanities, and
Arts, 12(2), 115-127.

Jennifer Gallo-Fox, K. S. (2016). Coteaching as professional development for cooperating


teachers. Teaching and Teacher Education , 191-202.

Kevin C. Bastian, G. T. (2016). Teacher candidate performance assessments: Local scoring


and implications for teacher preparation program improvement. Teaching and
Teacher Education 59, 1-12.

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

209
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

Maggioli. (2004). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Markos, S., & Sridevi, M. S. (2010). Employee Engagement: The Key to Improving
Performance. International Journal of Busniness and Management, 5(12).

Muda, I., Rafiki, A., & Harahap, M. R. (2014). Factors Influencing Employees
Performance: A Study on the Islamic Banks in Indonesia. International Journal of
Business and Social Science, 5(2).

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan .

Bandung: Rosdakarya.

Nadeem, & et.al. (2011). Teacher’s Competencies and Factors Affecting the Performance
of Female Teachers in Bahawalpur (Southern Punjab) Pakistan. International
Journal of Business and Social Science 2 (19), 218.

Nicoleta DuĠă*ª, E. R. (2014). Importance of the lifelong learning for professional


development of university teachers - needs and practical implications. P r o c e d i
a - S o c i a l a n d B e h a v i o r a l S c i e n c e s 1 2 7, 801–806.

Ninlawan, G. (2015). Factors which Affect Teachers’ Professional Development in


Teaching Innovation and Educational Technology in the 21st Century under the
Bureau of Special Education, Office of the Basic Education Commission. Social
and Behavioral Sciences , 1732 – 1735.

Ondi, S., & Aris, S. (2010). Etika Profesi Keguruan. Bandung: Rafika Aditama.

Saleh, F., Dzulkifli, Z., Abdullah, W. A., & Yaakob, N. M. (2011). The Effect of Motivation
on Job Performance of State Government Employees in Malaysia. International
Journal of Humanities and Science, 1(4).

Soewarni, E. (2004). Kebijakan Pedoman Pengembangan Profesi. Jakarta: Rajawali Press.

Tehseen, S., & Hadi, N. U. (2015). Factors Influencing Teachers Performance and
Retention. Mediterranean Journal of Social Science, 6(1).
Uep, S. S., & Sambas, A. M. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya
Andika Utama.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen . (n.d.).

Usman, H. (2009). Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.

Vrgovic, I. J., & Pavlovic, N. (2014). Relationship Between the School Principal
Leadership Style and Teachers Job Satisfaction In Serbia. Montenegrin Journal of
Economics, 10(1), 43-57.

Yousef, D. A. (2000). Organizational Commitment: A Mediator of The Relationships of


Leadership Behavior with Job Satisfaction and Performance in A non Western
Country. Journal of Managerial Psychology, 15(1), 6-24.

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

210
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 2, No. 2, Juli
2017

Yvonne, W., Rahman, R. A., & Long, C. (2014). Employee Job Satisfaction and Job
Performance: A Case Study in a Franchised Retail-Chain Organization. Research
Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology, 8(17), 1875-1883.

Zainal, A., & Elham, R. (2007). Pengembangan Profesi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Copyright © 2017, EISSN 2656-4734

211
PERBANDINGAN JURNAL

JURNAL 1 JURNAL 2
Pada jurnal 1 membahas tentang Pada jurnal 2 membahas tentang
profesionalisme guru dalam peningkatan Pengembangan profesi guru dalam
mutu pendidikan meningkatkan kinerja guru
Assesment data yang digunakan pada jurnal 1 Assesment data yang digunakan pada jurnal 2
adalah analisis dengan teknik deskriptif (non adalah studi dokumen dan quisioner
statistik)
Metode penelitian pada jurnal 1 adalah Metode penelitian pada jurnal 2 adalah
metode penelitian kualitatif metode survey
Pada langkah penelitian jurnal 1 melakukan Pada langkah penelitian jurnal 2 memberikan
wawancara terhadap subjek quisioner terhadap subjek

Anda mungkin juga menyukai