2021
PREFERENCE
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan CBR ini dengan tepat waktu. Sekaligus pula kami
menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk pengampu, selaku dosen
mata kuliah kepemimpinan yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan CBR ini dengan tepat waktu.
Saya juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya CBR ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait kepemimpinan
Selain itu saya juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar
menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan saya tulis di masa yang
selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa disertai saran yang konstruktif. Saya pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
MARCH 2021
TABLE OF CONTENT
Contents
PREFERENCE................................................................................................................................................2
TABLE OF CONTENT.....................................................................................................................................3
CHAPTER I....................................................................................................................................................4
PRELIMINARY...............................................................................................................................................4
CHAPTER II...................................................................................................................................................5
BOOK SUMMARY.........................................................................................................................................5
CHAPTER III................................................................................................................................................13
DISSCUSION...............................................................................................................................................13
CHAPTER IV................................................................................................................................................14
CLOSING....................................................................................................................................................14
Reference..................................................................................................................................................15
CHAPTER I
PRELIMINARY
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuandalam meringkas dan
menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yangdianalisis dengan buku yang
lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritiksebuah karya tulis yang dianalisis.
D. Peranan guru selain mengajar juga sebagai ahli intruksional ,manajer mtivator
,konselor dan model.
E. Psikologi pendidikan mengajukan tuntutan di bidang penelitian dan teori yang tidak
ditemukan di psikologi tradisonal yaitu
1. Belajar mengajar dikelas
2. Belajar afektif dan humaniktif dikelas
3. Motivasi dan pengelolaan kelas
4. Program untuk siswa yang gifted
5. Mengoordinasikan strategi mengajar individu yang berbeda.
BAB II Perkembangan Masa Kanak-Kanak Sampai Remaja
Pada umur 3 tahun, anak-anak siap untuk mampu berbicara, mulai dari
mengenalkemudian memperbaiki bahasa mereka termasuk kata-kata pengecualian.
Dianjurkan bagiorang tua dan orang dewasa untuk mendorong anak untuk membaca dan
menulis.Anak-anak mulai berinteraksi dengan anak yang lain dan membuat hubungan
antar temansebayanya. Antara umur 5 dan 7 tahun anak-anak masuk ketahap operasional
konkret,dimana pikiran masih dibatasi.Umur 9 sampai 12 tahun anak dapat menunjukkan
logika berfikir yang sebaliknya, dapatmemberikan alasan tanpa memanipulasi objek, dan
menyadari Perbedaan berbagai variabel.
Disadari bahwa gejala pertumbuhan yang mempunyai kaitan erat dengan perkembangan
sangat berarti bagi proses belajar yang akan dialami seorang anak. Dalam kajian teoritis
maka gejala pertumbuhan yang dicerminkan dengan perkembangan jiwa seorang
disestematisasikan pada pengelompokan usia sebagai berikut:
a. Masa Kanak kanak yaitu sejak lahir sampai 05.00
b. Masa Anak yaitu umur 06.00 sampai 12.00
c. Masa Puberitas yaitu masa 13.00 sampai kl. 18.00 bagi anak putri dan sampai umur
22.00 bagi anak putera.
d. Masa Adolesen sebagai masa transisi kemasa dewasa. (Agus Sujanto,1986:1).
Disamping gejala pertumbuhan diri seseorang maka ia juga mengalami gejala
perkembangan, dimana gejala ini tidak ditekankan pada segi materil, melainkan pada segi
fungsional. Untuk itu perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari
fungsi fungsi. Sementara itu fungsi fungsi yang berkembang dalam aspek kejiwaan secara
kualitatif tampak dalam sifat kejiwaan sebagaimana pendapat Wasty Soemanto,
diantaranya:
a. Perhatian Perhatian bukan merupakan fungsi, melainkan modus dari fungsi.
Sementara modus itu sendiri adalah cara berposisi dan menggerakkan. Dengan kata
lain bahwa perhatian merupakan cara menggerakkan bentuk umum dan cara
bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku.
b. Pengamatan Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan
seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang dapat diamati.
Pengamatan sebagai suatu fungsiprimer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas
intelektualnya.
c. Tanggapan Tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Selain itu,
tanggapan juga merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari
pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam
hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan
untuk masa yang akan datang.
d. Ingatan Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan cara
pengecaman secara aktif. Ada 3 fungsi ingatan, diantaranya: mencamkan
(menangkap atau menerima kesankesan), menyimpan kesan-kesan dan
mereproduksi kesankesan tersebut.
e. Fantasi Fantasi dapat didefenisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang
telah ada dan tanggapan baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada. Dalam fantasi itu sendiri terbagi 2 yakni fantasi sengaja secara pasif (yang
tidak dikendalikan oleh pikiran dan kemauan) dan fantasi sengaja secara aktif (yang
dikendalikan oleh pikiran dan kemauan)
f. Pikiran Pikiran diartikan sebagai kondisi letak hubungan antara bagian
pengetahuan yang ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Dalam hal ini akal
berfungsi sebagai pengendali pikiran. Sementara itu, pengetahuan sendiri
mencakup
Tiga hal penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada tingkat awal adalahorang
tua dan keluarga, kelompok remaja (peer group) dan sekolah.
BAB III Teori Belajar dan Penerapan Pelajaran
Siswa yang sukses telah memperoleh keterampilan metakognitif yang diperlukan
untukmenjadi siswa yang mandiri. Siswa dapat diajar metakognitif (strategi belajar)
untukmengatur dan mengontrol belajar mereka sendiri.Penerapan belajar yang dapat
dibuat yaitu membuat catatan kesimpulan sebagai teknikmengingat bahan-bahan
pelajaran.
Seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk menjelaskan kenyataan mengenai
belajar disebut dengan teori belajar. Ada banyak teori belajar dalam pendidikan. Dalam
kesempatan ini akan membahas tentang 3 teori belajar yaitu teori belajar behavioristik,
teori belajar kognitif dan teori belajar humanistik.
A. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka sering
disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “s-r psychologists”. Latar belakang
teori belajar behavioristik bersumber pada pandangan John Locke mengenai jiwa anak
yang baru lahir yaitu jiwanya dalam keadaan kosong seperti meja lilin yang putih bersih
disebut tabularasa. Dengan demikian, pengaruh dari luar sangat menentukan
perkembangan jiwa anak dan pengaruh dari luar dapat dimanipulasi (ditreatment) secara
leluasa. Teori ini, berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
Belajar menurut teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon, adapun akibat adanya
interaksi antara dengan respon siswa mempunyai pengalaman baru yang menyebabkan
mereka mengadakan tingkah laku dengan cara yang baru.
B. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif berasal dari psikologi Gestalt. Tokoh-tokoh psikologi Gestalt adalah
Koffka, Kohler, Wertheimer. Koffka menguraikan secara terperinci hukum-hukum
pengamatan, sedangkan Kohler yang meneliti tentang insight (pengamatan/pemahaman
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan)
dan Wertheimer yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Psikologi Gestalt
berpendapat bahwa proses pemerolehan pengetahuan didapat dengan memandang sensasi
secara keseluruhan sebagai suatu objek yang memiliki struktur atau pola tertentu, dengan
demikian tingkah laku seseorang tergantung pada insight terhadap hubungan-hubungan
yang ada di dalam suatu situasi.
Belajar menurut teori belajar kognitif selalu didasarkan pada kognisi yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
BAB IV Tujuan Intruksional
Lima unsur yang dapat membuat pengajaran lebih efektif yaitu:
1) Kecerdasan;
2) Kemampuan untuk mengerti pelajaran
3) Ketekunan
4) Kesempatan
5) Mutu pengajaran.
Tujuan pendidikan dan pengajaran diartikan sebagai suatu bentuk usaha untuk
memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa/mahasiswa sebagai subjek belajar,
sehingga memberi arah kemana proses belajara mengajar itu harus dibawa dan
dilaksanakan.
Oleh karena itu, tujuan harus dirumuskan dan harus memiliki deskripsi yang jelas yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Adapun tujuan institusional biasanya
dibagi pada dua bagian yaitu: tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK).
a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Ada beberapa pengertian tujuan instruksional umum (TIU) yang dirumuskan para ahli
terdahulu, dan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan dosen dalam
pengembangan tujuan instruksional, yaitu:
a. Menurut SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No.8/U/1975, TIU diartikan
sebagai tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada program
pengajaran suatu bidang pelajaran.
b. Tujuan instruksional umum (TIU) menggariskan hasil-hasil dibidang studi yang
seharusnya dicapai siswa. Tujuan instruksional sekaligusmenjadi hasil yang
harus diperoleh siswa yang akan tampak setelah proses belajar-mengajar selesai
(Djiwandono, 2005:1999)
Menyediakan bahan atau media untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan guru lainnya.
BAB V Pengelolaan Kelas
Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu
mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Menurut Eliana (2010: 1) pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Pengelolaan
kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut Weber (WordPress:
2011) diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter
(autorityapproach), pendekatan permisif (permissive approach) dan pendekatan
modifikasi tingkah laku. Sedangkan menurut J.M Cooper dalam Eliana (2010: 3) Ada lima
pengelompokkan definisi tentang pengelolaan kelas.
BAB VI Motivasi
Motivasi menurut Bahasa latin adalah motivatum yang berarti alasan yang menyebabkan
sesuatu bergerak. Woolfolk (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan
internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu
perilaku. Motivasi pada dasarnya bermakna kontekstual, mempunyai intensitas dan arah.
Konsep motivasi berawal dari konsep para ahli filsafat, bahwa tidak semua tingah laku
manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan yang telah dilakukan
oleh manusia di luar kontrol manusia.
Guru dapat mempertinggi motifasi yaitu dengan menggunakan peragaan;
pertanyaan- pertanyaan dan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa; simulasi; pel
ajaran yang berdasarkan minat siswa sendiri; kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerja
sama.
BAB VII Evaluasi Hasil Belajar
Tujuan evaluasi yaitu:
1) Sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau semangat siswa
2) Umpan balik bagi siswa
3) Umpan balik bagi guru
4) Memberikan informasi kepada orang tua
5) Informasi untuk seleksi
Memahami konsep evaluasi dalam psikologi belajar bisa sangat membantu terutama bagi
mereka para pengajar untuk mengukur kemampuan masing-masing siswanya. Psikologi
belajar memang berfokus mengenai bagaimana suatu ilmu pengetahuan bisa dipelajari
oleh orang lain. Pengajar dalam konteks ini memegang peranan penting dalam
menyalurkan keilmuan yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk mengetahui seberapa
besar serapan yang diterima tersebutlah diperlukan pengukuran berupa evaluasi. Evaluasi
pada dasarnya memiliki pengertian sebagai kegiatan untuk meninjau kembali hal-hal yang
sudah dilakukan sebelumnya. Evaluasi ini sangat penting untuk mengetahui apakah target
atau tujuan yang diinginkan memang sudah tercapai atau belum. Tanpa adanya evaluasi,
proses belajar mungkin bisa saja kurang motivasi atau bahkan tidak tercapai tujuannya.
Berikut adalah beberapa macam konsep dari evaluasi jika dilihat dari segi psikologi belajar:
A. Memiliki Tiga Macam Aspek Utama
Evaluasi memiliki objek dengan tiga aspek utama yaitu aspek afektif, kognitif dan
psikomotorik. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan ketiga hal ini karena sesuai dengan
teori domain belajar yang sudah dikemukakan oleh Bloom. Aspek ini pula yang menjadi
tolak ukur apakah seseorang sudah mencapai semua target atau belum dalam proses
pembelajaran. Proses belajar yang baik akan menggunakan ketika aspek tersebut sebagai
bahan evaluasi sehingga ketika ada satu aspek yang kurang, bisa segera diperbaiki.
B. Menggambarkan Kemampuan Peserta Didik
Evaluasi dalam proses pembelajaran juga akan menggambarkan kemampuan peserta didik
secara keseluruhan. Tanpa adanya evaluasi ini, kita tidak akan bisa melihat bagaimana
kemampuan seseorang secara menyeluruh. Hal ini tentu saja bisa membuat kita kesulitan,
terutama ketika kita akan menelaah seberapa jauh sebenarnya ilmu yang sudah diberikan
kepada para peserta didik.
C. Melihat Sejauh Mana Serapan Ilmu
Evaluasi juga bisa digunakan untuk membandingkan prestasi dari sebelum dan sesudah
proses belajar yang ada. Ini akan berguna terutama untuk mengetahui apakah seseorang
mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran yang ia ikuti. Atau justru mengalami
penurunan? Semua hal ini akan digambarkan dengan adanya proses evaluasi tersebut.
E. Mencari Metode Paling Efektif dalam Pembelajaran
Selanjutnya, konsep evaluasi dalam psikologi belajar juga sangat erat kaitannya dengan
pemilihan metode pembelajaran yang efektif. Melalui evaluasi, kita dapat menentukan
apakah cara yang selama ini dipakai memang sudah sesuai, atau justru membutuhkan
perbaikan. Semua hal tersebut bisa memberikan gambaran yang utuh tentang apa yang
sebaiknya kita lakukan.
F. Memiliki Beberapa Macam Jenis
Ada berbagai macam jenis dari evaluasi yang akan kita gunakan. Setidaknya ada empat
macam jenis evaluasi tersebut yaitu evaluasi formatif, evaluasi sumatif,
evaluasi placement atau penempatan dan evaluasi diagnostik. Evaluasi formatif merupakan
bentuk evaluasi yang digunakan secara bertahap sesuai dengan setiap detil proses
pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang sifatnya menyeluruh
di akhir setelah proses pembelajaran. Evaluasi placement merupakan evaluasi di satu titik
yang sudah ditentukan. Sementara evaluasi diagnostik digunakan lebih pada hal-hal apa
yang dianggap mengganggu pada proses pembelajaran.
G. Menggunakan Teknik Spesifik
Evaluasi akan menggunakan teknik spesifik untuk dilakukan dalam mengukur kemampuan
seseorang. Sebagai contoh, ada teknik evaluasi tes yang bisa dilakukan dengan memberikan
ujian tulis, ujian lisan dan tes lainnya. Ada pula jenis evaluasi non tes yang dilakukan
dengan memberikan angket, melakukan observasi dan melakukan wawancara.
H. Berperan dalam Melihat Kriteria Hasil
Dari semua konsep yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada akhirnya evaluasi akan
memiliki peran dalam melihat kriteria hasil. Bagaimana penentuan dan bagaimana teknik
pencapaian yang diinginkan bisa dilakukan dengan menggunakan evaluasi ini.
CHAPTER III
DISSCUSION
4.2. Saran
Buku ini layak dibaca dan layak juga dirujuk sebagai bahan studi maupun karya ilmiah. Hal
ini terwujud dengan bukti fisik buku ini yang menyajikan banyak data atau informasi
ilmiah yang penyampaiannya mengikuti pekembangan teknologi dan sifat
masyarakat global.Dari kesekian banyak kelebihan maka buku ini tidak menutup
kemungkinan hanyadipergunakan bagi kalangan pelajar/mahasiswa atau pakar ilmu,
tetapi juga layak bagi gurudan khalayak umum sebagai bentuk atau cara adaptif
mempersiapkan diri untuk menyikapi perubahan dalam dunia pendidikan yang cenderung
dinamis berubah terjadi disekitar kita.
Reference
https://www.pdfdrive.com/profesi-kependidikanpdf-e52780099.html