Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ALAT-ALAT UKUR FISIKA (AAUF)


DOSEN PENGAMPU : 1. IRHAM RAMDHANI. S.Pd.,M.Pd
2. Dr. RITA JULIANI M.Si

OLEH :

1. Abdul Rafid Fakhrun Gani (4201121007)


2. Eveline Novriyanti Purba (4203321003)
3. Mira Amelia (4202421012)
4. Nova aulia putri (4201121016)

PENDIDIKAN FISIKA B
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Alat-Alat Ukur
Fisika (AAUF). Dan juga kami berterima kasih pada Bapak IRHAM RAMDHANI. S.Pd.,M.Pd.
dan Ibu RITA JULIANI selaku Dosen mata kuliah AAUF yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Angka Penting. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 22 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 3
1.3. Tujuan Masalah………………………………………………………………….. 3
1.4. Manfaat………………………………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Angka
Penting…………………………………………………………4 2.2. Aturan Angka
Penting…………………………………………………………......4 2.3. Operasi
Angka Penting……………………………………………………………7 2.4. Penulisan
Hasil Pengukuran……………………………………………………....8
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan………………………………………………………………………....11
3.2.
Saran……………………………………………………………………………..12
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fisika adalah sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan
perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti
energi dan gaya. Salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami
bagaimana alam semesta berkerja.
Di dalam fisika,kita biasanya melakukan pengamatan yang diikuti dengan pengukuran.
Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data
kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita
dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka,
berarti kita menghetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu
sendiri adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang
ditetapkan sebagai satuan.
Angka penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan
pengamatan. Aturan angka penting: Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol
yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk bilangan desimal yang
lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda koma,
tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol
adalah angka penting, kecuali ada penjelasan lain.
Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu
yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu
termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka.
Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita
nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu
mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah
indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative. Sehubungan demgan hal tersebut maka
untuk lebih mengetahui cara menggunakan dan menetukan hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukurnya masing – masing maka diadakanlah percobaan “Pengukuran Dasar”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Angka Penting ?
2. Apa saja aturan yang terdapat dalam Angka Penting ?
3. Bagaimana pengoperasian dalam Angka penting ?
4. Bagaimana Penulisan Hasil Pengukuran ?
1.3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari masalah yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Angka Penting.
2. Untuk mrngetahui aturan-aturan yang terdapat dalam Anka Penting.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengoperasian Angka Penting tersebut.
4. Untuk mengetahui bagaimana penulisan dalam Penulisan Hasil Pengukuran.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah yaitu :
1. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pengertian
Angka Penting beserta aturannya.
2. Sebagai bahan dalam mengoperasikan Angka Penting.
3. Dapat digunakan sebagai bahan dalam Penulisan Hasil Pengukuran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Angka Penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh langsung dari proses pengukuran dan
memasukan angka nol untuk tujuan letak titik desimal. Definisi ini dapatdigambarkan dengan
sejumlah contoh:

Dalam memperkirakan hasil suatu pengukuran, kita dapat menuliskan perkiraan terbaik
dengan angka penting serta ketidakpastianya sehingga jumlah angka desimalsesuai dengan
perkiraan terbaik. Untuk penulisan perkiraan terbaik, mengikuti aturanangka penting sedangkan
penulisan ketidakpastian mengikuti aturan jumlah desimal.
Cara menentukkan angka penting adalah
1. Angka bukan nol yang terletak di posisi paling kiri adalah digit paling berarti
2. Jika tidak ada tanda koma desimal, angka bukan nol yang terletak di posisipaling kanan adalah
digit paling kurang berarti
3. Jika ada tanda koma desimal, angka yang terletak di posisi paling kanantermasuk angka nol
adalah digit paling kurang berarti
4. Jumlah angka berarti adalah jumlah seluruh digit yang terletak diantara dijitpaling berarti dan
digit paling kurang berarti ditambah dua
Contoh : 1234|123.400|123,4|1000|10,10|0,0001010|100,0 semua nilai tersebut mempunyai
empat angka.

Bila mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah
menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Ada
mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang skala terkecilnya cm
(mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya adalah mistar milimeter. Dengan
kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1 milimeter dan mempunyai ketelitian ½ skala
terkecil yakni 0.05 cm..Ketika mengukur dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya
diperhatikan dan berada di tempat yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar.
Garis ini ditarik dari titik yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang
benda yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar atau lebih kecil
dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran
yang biasa disebut kesalahan paralaks

Bila melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka


sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang bagian
luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran kedalaman lubang
dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: Rahang yang
tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang disebut skala utama.Rahang yang
dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala pendek yang disebut nonius atau
vernier. Rahang tetap terdapat skalaskala utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada
rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar. Skala inilah
yang disebut sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga
panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah
0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga didapat ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm atau 0.005 cm.
Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah benda didapat
hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala
nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini
kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap
melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih antara skala utama dan skala nonius
adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda
yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 cm.

Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah sebuah
poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder
pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan
satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder
pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala,
poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sehingga diperoleh ketelitian
micrometer sekrup yakni 0.0005 cm.

Jadi, angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur, yang terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada
alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditafsir atau diragukan. Sedangkan angka hasil
perhitungan, bukan termasuk angka penting.

2.2. Aturan Angka Penting


Tujuan dari pengukuran adalah menunjukkan hasil pengukuran tersebut pada orang lain
sehingga orang tersebut mengerti dan paham. Untuk itu diperlukan suatu aturan agar penyajian
hasil pengukuran tersebut mudah dipahami dan tetap memberikan keakuratan yang dibutuhkan.
Aturan yang dimaksud di atas adalah aturan angka penting. Berikut aturan angka penting :
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting,
Contoh : Hasil pengukuran  65,89 cm  (4 angka penting)                       
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 1,002 (4 angka penting)
3. Angka nol di sebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit angka bukan  nol bukan angka
penting,  
Contoh : 25,00   (2 angka penting)
               25,000  (2 angka penting)
               2500    (4 angka penting, mengapa ? sebab tidak ada tanda    desimalnya)  
4. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang  memiliki angka-angka
nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam   notasi ilmiah agar jelas apakah angka-
angka nol tersebut adalah angka penting atau bukan.                                                 
          Contoh :
Angka Jumlah Angka Penting
0,00342 3
342 3
340 2 atau 3
Angka terakhir pada contoh di atas bersifat ambigu. Untuk   menghilangkan sifat ambigu,
notasi ilmiah harus dipakai.
Angka Jumlah Angka Penting
3,42 x 10-3 3
3,42 x 102 3
3,40 x 102 3
3,4 x 102 2
5. Semua angka sebelum orde (Pada notasi ilmiah) termasuk angka penting.
Contoh : 3,2 x 105 memiliki dua angka penting, yakni 3 dan 2. 4,50 x 103 memiliki tiga
angka penting, yakni 4, 5 dan 0.                      
6. Angka nol yang berada di belakang angka bukan nol, bukan termasuk angka penting
kecuali setelah ditentukan letak desimalnya.
Misalnya angka 12500, harus diubah dulu menjadi 1,25 x 104 berarti memiliki 3 angka
penting. Jika kita mengubahnya menjadi 1,250 x 104 berarti terdapat 4 angka penting,
7. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol atau setelah   tanda desimal
bukan angka penting
Contoh : 0,00556 = 3 angka penting, 0,00006500  = 4 angka penting
8. Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada urutan
angka dimaksud.  Dengan kata lain, Angka nol pada deretan akhir sebuah bilangan  
termasuk angka penting, kecuali kalau angka sebelum nol diberi garis bawah.        
Contoh: 1500 ton (memiliki
4 angka penting) tapi kalau ada garis bawah di angka 0 pertama maka angka pentingnya
jadi 3.
 Poin penting yang harus dibuat tentang angka penting:
1. Definisi eksak mempunyai jumlah tak terdefinisi angka penting.
Contoh, satu inch terdefinisi dengan pasti 2,54 centimeter, 1,000000+ inch =
2,54000000+ centimeter di mana tanda”+” mengindikasikan ada jumlah tak terdefinisi
angka nol. Secara umum nol tidak akan ditulis.
2. Angka-angka yang dihasilkan dari hubungan matematika eksak mempunyai jumlah tak
terdefinisi angka penting.

 Untuk mengatasi permasalahan jumlah angka penting yang tak terdefinisi, perlu
dilakukan pembulatan angka.
* Aturan Pembulatan
1. Jika angka pertama setelah angka yang hendak dipertahankan adalah 4 atau lebih kecil,
maka angka itu dan seluruh angka disebelah kanannya ditiadakan.
Contoh (1) : 75,494 = 75,49 (angka 4 yang dicetak tebal ditiadakan).
Contoh (2) : 1,00839 = 1,008 ( kedua angka yang dicetak tebal ditiadakan)
2. Jika angka pertama setelah angka yang akan anda pertahankan adalah 5 atau lebih
besar, maka angka tersebut dan seluruh angka di bagian kanannya ditiadakan. Angka
terakhir yang dipertahankan bertambah satu
Secara ringkas dapat disimpulkan : Membulatkan ke atas jika angka di belakang
pemotongan di antara 5-9. Tidak dibulatkan ke atas jika angka di belakang pemotongan
di antara 0-4.

Hasil pada Kalkulator Jumlah Angka Angka yang Dilaporkan


Penting yang
Dibutuhkan
5.937.458 3 5.940.000
0,23946 3 0,239
0,23956 3 0,240
 Contoh Soal
1. 1,037878 = 1,038 (ketiga angka yang diberi garis bawah dihilangkan, sedangkan angka
7 yang dicetak tebal, dibulatkan menjadi 8).
2. 28,02500 = 28,03 (ketiga angka yang diberi garis bawah ditiadakan. Angka 2 yang
dicetak tebal diubah menjadi 3).
3. 12,897 = 12,90 (angka 7 yang diberi garis bawah ditiadakan. Angka 8 dan 9 yang
dicetak tebal diubah menjadi 90.
2.3 Operasi Angka Penting
1) Pembulatan
.Aturan dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut.
1. Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan.
Contoh:
a. 246,86 dibulatkan menjadi 246,9
b. 416,64 dibulatkan menjadi 416,6
2. Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil, dan
dihilangkan jika angka sebelumnya angka genap.
Contoh:
a. 246,65 dibulatkan menjadi 246,6
b. 326,55 dibulatkan menjadi 326,6.
2) Penjumlahan & Pengurangan
Operasi pengurangan & penjumlahan angka penting mengikuti aturan sebagai
berikut: Penulisan hasil operasi penjumlahan & pengurangan hanya boleh memiliki
satu angka ragu-ragu / taksiran / angka tak pasti.
Contohnya : 12 cm (2 adalah angka tak pasti) + 2,85 cm (5 angka tak pasti) = 14,85
( 4 dan 5 adalah Angka tak pasti) kemudian, dibulatkan agar hanya ada 1 angka tak
pasti, menjadi 15.
3) Perkalian & Pembagian
Operasi perkalian dan pembagian mengikuti aturan sebagai berikut.
a. Jumlah angka penting pada hasil akhir harus mengikuti jumlah AP yang
palingsedikit.
b. Untuk perkalian dan pembagian angka penting dengan angka
eksak, hasil akhir mengikuti jumlah AP tersebut.
Contohnya : 125 cm (3 AP) dikalikan 10 (1 AP)
= 1250, karena masih ada 3 AP, maka harus dijadikan 1 AP saja.
Sehingga hasilnya menjadi 1000 (1 angka penting). 4) Pengkuadratan angka
penting dan pengakaran angka penting Hasil
pengkuadratan angka penting harus mengandung jumlah angka penting yang sama
dengan jumlah angka penting yang dikuadratkan. Demikian juga pada penarikan akar
angka penting.
Contoh mengkuadratkan angka penting. (1,5) 2 hasilnya adalah 2,3.
Kenapa ? 1,5 jika dikuadratkan adalah 2,25 tetapi karena hasil
pengkuadratan angka penting harus memiliki jumlah angka penting yang
sama dengan jumlah angka penting bilangan yang dikuadratkan maka
hasilnya menjadi 2,3.

2.4. Penulisan Hasil Pengukuran


Adapun beberapa penulisan hasil pengukuran yaitu :
1. Pengukuran Tunggal
Apabila pengukuran besaran fisika hanya dilakukan satu kali, ketidakpastian
pengukurannya ditaksir (diperkirakan) berdasarkan skala terkecil alat ukur yang
digunakan, yaitu 2 skala terkecil alat ukur. Jadi, ketidakpastian pengukuran suatu besaran
x adalah
Ax = I skala terkecil alat ukur yang digunakan.

Hasil pengukuran besaran x biasanya dituliskan sebagai berikut. dengan:


 x = besaran yang diukur,
 xo = nilai besaran yang diperoleh pada pengukuran tunggal,
 Ax = ketidakpastian pada pengukuran tunggal.

Ketidakpastian Ax disebut ketidakpastian mutlak yang biasanya berkaitan dengan


ketepatan pengukuran. Makin kecil Ax, makin tepat pengukuran tersebut. Di samping
ketidakpastian mutlak, dikenal pula ketidakpastian relatif, yaitu Ax/x yang biasanya
dinyatakan dengan persentase. Ketidakpastian yang terakhir ini berkaitan dengan
ketelitian pengukuran. Makin kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian
pengukurannya.
Sebagai contoh, sebuah batang tembaga diukur panjangnya dengan mistar
berskala mm. Pengukuran dilakukan satu kali dan menghasilkan nilai 76,65 cm. Mistar
berskala mm mempunyai skala terkecil 1 mm sehingga Ax = —21 x 1 mm = 0,5 mm =
0,05 cm. Jadi, penulisan panjang batang tembaga adalah = (€0 ±Af) = (76,65 ± 0,05) cm.
Perhatikan bahwa dalam penulisan ini to dan A keduanya mempunyai jumlah
angka yang sama di belakang koma. Hasil ini menunjukkan bahwa pengukuran panjang
batang tembaga terletak antara (76,65 0,05) cm dan (76,65 + 0,05) cm atau antara 76,60
cm hingga 76,70 cm.

2. Pengukuran Berulang
Apabila memungkinkan, suatu besaran dapat diukur beberapa kali untuk
memperoleh informasi yang lebih mendekati nilai sebenarnya. Untuk pengukuran yang
dilakukan lebih dari satu kali, nilai besaran xo dapat diperoleh melalui harga rata-rata x dari
seluruh hasil pengukuran:
Ketidakpastiannya dapat ditentukan menggunakan deviasi standar, yaitu: Jam Air
Jam air atau klepsidra mengukur waktu menurut aliran air melalui bejana yang berlubang.
Jam air buatan tahun 1670 bekerja dengan memakai sistem pipa yang diletakkan di dalam
dua bola kaca. Pada waktu jam dibalik, air dari bola kaca di atas mengalir ke bola kaca di
bawah dan udara naik ke atas melalui pipa untuk menggantikan air yang turun. Tekanan
udara yang tetap menjamin aliran air teratur.

3. Akurasi dan Presisi


Dalam melakukan pengukuran, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu akurasi
dan presisi. Akurasi berkaitan dengan pertanyaan apakah nilai yang diukur sama dengan nilai
yang sebenarnya? Misalnya, telah diketahui bahwa massa balok adalah 1 kg. Jika kita
menimbang balok tersebut dan memperoleh hasil 1 kg, dikatakan pengukuran kita akurat.
Akan tetapi, jika diperoleh harga 2 kg, hasil pengukuran tidak akurat.
Presisi menunjukkan ketepatan. Presisi selalu berkaitan dengan alat ukur. Andaikan kita
mengukur volum cairan dengan menggunakan gelas ukur yang skalanya berbeda (Gambar
2.24), gelas ukur yang pertama dapat mengukur hingga 0,1 mL, sedangkan gelas ukur yang
kedua hanya teliti hingga 0,5 mL.
Dikatakan gelas ukur yang pertama memberikan hasil yang lebih presisi dibandingkan
dengan gelas ukur yang kedua. Akan tetapi, kedua volum pada Gambar 2.24 mempunyai
akurasi yang sama, sebab keduanya memberikan hasil yang hampir sama.
Adapun contoh dalam melakukan pengukuran yaitu dengan mengukur sebuah kayu
dengan menggunakan mistar yang memiliki resolusi lebih kecil, seperti pada Gambar di
bawah ini.
Tentunya kita akan mengharapkan hasil yang sama seperti sebelumnya. Namun,
perhatikan bahwa resolusi mistar kali ini adalah 0.025 cm, sehingga ketidakpastiannya adalah
0.0125 cm. Apabila kita perhatikan, ujung akhir kayu terletak paling dekat pada 3.175 cm,
sehingga hasil pengukuran yang kita peroleh adalah 3.175 ± 0.0125 cm.
Sekarang kita akan membandingkan kedua hasil pengukuran ini. Seperti yang telah
dituliskan, pengukuran menggunakan mistar beresolusi 0.1 cm menghasilkan nilai 3.2 ± 0.05
cm, sedangkan apabila menggunakan mistar beresolusi 0.025 cm, kita peroleh hasil 3.175 ±
0.0125 cm. Apabila kita lihat kedua gambar sebelumnya, tentu hasil estimasi 3.175 cm
memiliki nilai yang lebih mendekati hasil aslinya, dibandingkan dengan hasil estimasi 3.2
cm. Ini disebabkan karena jarak antara garis 3.175 cm pada Gambar 2 lebih dekat dengan
titik akhir dari kayu yang merupakan panjang sebenarnya.
Dari fakta ini, dapat kita lihat bahwa penggunaan alat ukur yang memiliki resolusi lebih
kecil dapat menghasilkan hasil pengukuran yang lebih tepat dibandingkan resolusi yang
lebih besar, atau dengan kata lain lebih teliti. Dan perlu dicatat pula bahwa hasil estimasi ini
tentunya memiliki nilai yang merupakan kelipatan dari resolusi. Dengan kata lain, apabila
kita mengukur dengan mistar beresolusi 0.025, maka hasil estimasi yang kita peroleh harus
merupakan kelipatan dari 0.025, sebagaimana dengan hasil estimasi 3.175 yang kita peroleh
sebelumnya yang merupakan kelipatan dari 0.025.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang
ditafsir atau diragukan. Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm
(mempunyai batas ketelitian 0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu
114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong (jangka sorong
mempunyai batas ketelitian 0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting,
misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer sekrup
mempunyai batas ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting,
misalnya 113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan
sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran.
Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut.
Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan
mistar. Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang
mengandung 4 angka penting : 114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah
angka eksak/pasti karena dapat dibaca pada skala, sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5
adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala, tetapi hanya ditaksir.

 Ketentuan Angka Penting :


1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol merupakan angka penting.
Contoh : 2,0067 memiliki lima angka penting.
3. Semua angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal bukan merupakan
angka penting. Contoh : 0,0024 memiliki dua angka penting, yakni 2 dan 4.
4. Semua angka nol yang terletak pada deretan terakhir dari angka-angka yang ditulis di
belakang koma desimal merupakan angka penting. Contoh : 0,003200 memiliki empat
angka penting, yaitu 3, 2 dan dua angka nol setelah angka 32.
5. Semua angka sebelum orde (Pada notasi ilmiah) termasuk angka penting. Contoh : 3,2 x
105 memiliki dua angka penting, yakni 3 dan 2. 4,50 x 103 memiliki tiga angka penting,
yakni 4,5 dan 0
 Ketentuan perkalian dan pembagian angka penting :
Hasil akhir dari perkalian atau pembagian harus memiliki bilangan sebanyak angka
dengan jumlah angka penting paling sedikit yang digunakan dalam perkalian atau
pembagian tersebut.
 Penulisan hasil pengukuran yaitu :
Pengukuran Tunggal
Pengukuran Berulang
Akurasi dan Presisi
3.2. Saran

1. Diharapkan agar pembaca dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa
menambah pengetahuan, terutama tentang angka penting untuk memajukan pemikiran
bangsa indonesia.
2. Diharapkan agar para pembaca dapat memahami setiap pokok materi dari makalah
tersebut untuk dapat menambah wawasan mengenai angka penting, baik dalam
pengoperasian, aturan, dan penulisan hasil pengukurannya.
DAFTAR PUSTAKA

fisikarudy.wordpress.com
https://definisipengertian.blogspot.com/2010/04/definisi-angka-penting.html
https://fukanzennakagakusha.com/2020/08/21/pengukuran-ketidakpastian-penulisan-hasil-
pengukuran-dan-ketelitian/
https://riswanimia26.blogspot.com/2013/11/makalah-angka-penting.html
https://sicphisic.blogspot.com/2012/12/bab-i-pendahuluan-a.html
https://images.app.goo.gl/LWtdwnoVVTeTajn66
https://tugassekolah.co.id/2020/07/penulisan-angka-hasil-pengukuran.html
https://utaga-notice.blogspot.com/2011/07/makalah-angka-penting.html

Anda mungkin juga menyukai