Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan pendidikan yang dirasakan dewasa ini adalah rendahnya


kualitas proses pembelajaran yang mengakibatkan kurang tercapainya hasil
belajar siswa seperti yang diinginkan. Hal ini bisa dilihat dari kesulitan siswa
untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM)
yang ditetapkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar siswa, tidak
lepas dari peran guru dalam pembelajaran.
Banyak hal yang telah dilakukan guru untuk memperbaiki proes
pembelajaran, seperti menggunakan berbagai pendekatan dan model
pembelajaran. Namun, kenyataannya tujuan pendidikan belum juga tercapai
sesuai apa yang diharapkan.
Tujuan pendidikan nasional, diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi siswa yang bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Sisdiknas, 2009: 6).

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas


seorang guru cukup kompleks, karena seorang guru harus mampu
mengembangkan potensi siswa. Untuk itu, guru harus berusaha semaksimal
mungkin dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
sesuai dengan apa yang diharapkan.

1
Menurut pengamatan peneliti proses pembelajaran pada mata pelajaran
PKn kelas V SD Negeri 06 Maje diketahui bahwa :
1. Proses pembelajaran khususnya pada pelajaran PKn masih belum
maksimal, dimana guru aktif dan siswa pasif.
2. Guru memberikan materi pelajaran jarang melibatkan langsung siswa,
sehingga siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
3. Tingkat penguasaan materi pelajaran rendah, ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada tahun
yang lalu di kelas V SD Negeri 06 Maje Kabupaten Kaur ditemukan nilai rata-rata
yang diperoleh siswa rendah yaitu 63,5 sedangkan ketuntasan belajar klasikal
35%. Menurut Depdiknas (2006) proses pembelajaran dikatakan tuntas secara
klasikal apabila 85% siswa di kelas memperoleh nilai 7,0 dan proses pembelajaran
tuntas secara individu apabila siswa memperoleh nilai 7,0.
Menindak lanjuti permasalahan di atas maka, perlu adanya tindakan
strategis, sebagai upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn dalam
rangka memperbaiki hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya perbaikan dalam
proses pembelajaran. Dari berbagai model pembelajaran inovatif, di temukan
salah satu model pembelajaran yang penulis anggap efektif dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan model bermain peran.
Dipilihnya model bermain peran karena memiliki kelebihan antara lain :
“(1) Memberikan pengalaman kongkrit dari apa yang telah di pelajari;(2)
Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran; (3)
Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial; (4)
Menyiapkan dasar-dasar diskusi yang kongkrit; (5) Menumbuhkan minat dan
mitivasi belajar siswa; (6) Menyediakan sarana untuk mengekspresikan
perasaan yang tersembunyi di balik suatu kegiatan".(Ismail, 2010 : 84)

Melalui model bermain peran ini siswa belajar untuk berpikir kritis, logis
dan rasional serta berpartisipasi secara aktif, karena bermain merupakan bagian
terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan

2
mengembangkan keterampilan sosial dan fisik. Secara umum bermain sering
dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam
suasana riang gembira.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Mengapa hasil belajar Pkn siswa kurang memuaskan ?
2. Mengapa proses pembelajaran menjadi menoton?
3. Apakah metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat ?

C. Analisis Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan, observasi, refleksi diri, diskusi dengan super


visor, menganalisis penyebab kurang efektifnya proses pembelajaran dan
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan diantaranya sebagai berikut:

1. Proses pembelajran yang terjadi masih menggunakan paradigma lama.


2. Dalam proses pembelajaran guru aktif dan siswa pasif
3. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat
Berdasarkan analisis tersebut di atas penulis mengambil judul :
“Peningkatan kualitas proses pembelajaran melalui model bermain peran pada
mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri 06 Kecamatan Maje Kabupaten Kaur”

D. Rumusan masalah
Melalui data yang teridentifikasi dari analisis masalah, maka rumusan
masalahyang penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan model bermain peran dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 06
Kecamatan Maje Kabupaten Kaur?

3
2. Apakah dengan menggunakan model bermain peran dapat meningkatkan
hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 06 Kecamatan Maje Kabupaten
Kaur?
E. Tujuan Perbaikan
Tujuan yang ingin dcapai dan di capai dan diharapkan dalam Penulisan
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional melalui perbaikan pembelajaran ini
adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar PKn
siswa
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar PKn siswa
3. Menemukan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar dalam
upaya meningkatkan hasil belajar
4. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan professional guru.

F. Manfaat Perbaikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan aktifitas belajar siswa melalui model pembelajaran
Bermain Peran sehingga proses belajar PKn siswa menjadi lebih baik.
b. Membantu siswa dalam mengatasi kejenuhan dan kebosanan dalam
proses pembelajaran PKn.
c. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
2. Bagi Guru
a. Sebagai masukan bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran
Bermain Peran sebagai alternatif pendekatan lain yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Membantu guru dalam meningkatkan keterampilan belajar mengajar
dengan menerapkan pembelajaran model Bermain Peran.
c. Dapat mengembangkan kualitas pembelajaran ke arah yang lebih baik.

4
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas sekolah melalui peningkatan hasil belajar
siswa dan kinerja guru.
b. Meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran.
c. Menemukan inovasi dalam penggunaan model-model dan metode
mengajar.
d. Sebagai sumbangan bagi pemikiran yang baik dalam hal perbaikan
pembelajaran dengan penggunaan model bermain peran.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, dan
usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
dilandasi oleh UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan
kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara
cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Secara garis besar, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki 3
dimensi, yaitu;

Pertama, dimensi pengetahuan kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang


mencakup bidang politik, hukum, dan moral kedua, dimensi keterampilan
kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara ketiga, dimensi nilai-nilai
kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri,
penguasaan atas nilai keagamaan, norma, dan moral luhur. (Depdiknas,
2006: 1)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran


PKn seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi
pada diri siswa juga harus berkembang sikap positif, keterampilan, dan nilai-nilai
hal ini sesuai dengan tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu
mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman,
keterampilan sosial dan intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah
di lingkungannya.

6
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru
berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelola oleh guru, upaya ini bisa
dicapai jika siswa mau belajar. Untuk itu pembelajaran PKn harus dinamis dan
mampu menarik perhatian peserta didik dengan cara meningkatakan efektifitas
proses pembelajaran di sekolah sehingga dapat membantu peserta didik
mengembangkan pemahaman materi maupun keterampilan intelektual dan
partisipasi dalam kegiatan sekolah baik secara ekstra maupun intra sekolah.

2. Model Pembelajaran Bermain Peran


a. Pengertian Bermain Peran
Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di
gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan
untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain.

“Menurut Marck dalam (Models of Teaching: 328) Mengemukakan Bermain


Peran merupakan sebuah Model Pembelajaran yang bersal dari dimensi
pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu masing-masing
siswa untuk menekankan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dalam
membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial.
Dalam dimensi sosial model ini memudahkan individu untuk bekerjasama
dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antar manusia. Model
ini juga menyokong beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan,
berfikir kritis, tanggung jawab, demokratis dalam menghadapi masalah”.

Dari pendapat di atas, maka menurut peneliti bahwa yang dimaksud dengan
Bermain Peran adalah suatu model pembelajaran yang dapat menyajikan bahan
pelajaran dengan cara memainkan peranan dan mendramatisasikan suatu situasi
sosial yang mengandung suatu problem,dengan harapan agar peserta didik dapat
memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.

7
b. Tujuan Model Bermain Peran
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk
membantu siswa menemukaan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan
memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran
siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang
berbeda dan memikirkan prilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat
memberikan contoh kehidupan prilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi
siswa untuk mengembangkan kreatifitas serta memupuk kepercayaan diri mereka.
Sejalan dengan pendapat (Hamzah, 2008:26) tujuan bermain peran adalah untuk
(1) menggali perasannya, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang
berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, (3) mengembangkan
keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah dan, (4) mendalami mata
pelajaran dengan berbagai macam cara.
Dari pendapat di atas tujuan dari bermain peran adalah membekali siswa
pada saat terjun ke masyarakat kelak, bagaiamana mereka bersikap dan bertindak
serta dapat mengambil keputusan, karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu
situasi di mana begitu banyak peran yang terjadi, seperti dalam lingkungan
keluarga, sekolah, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain-lain.

c. Manfaat model pembelajaran bermain peran


Dengan bermain peran siswa dapat mengekspresikan perasaannya melatih
untuk lebih berinisiatif, dapat menumbuhkan rasa percaya diri, berani dan
kreatif.
Adapun manfaat model pembelajaran bermain peran yang dikemukakan
Ismail (2010: 85), sebagai berikut:
1. Memberikan pengalaman kongkrit dari apa yang telah di pelajari
2. Mengilustrasikan prinsup-prinsip dari materi pelajaran
3. Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial
4. Menyiapkan/menyediakan dasar-dasar diskusi yang kongkrit
5. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa/ perserta didik

8
6. Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang
tersembunyi di balik suatu keinginan.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa model bermain peran


sangatlah efektif untuk di gunakan dalam proses pembelajaran, karena dapat
membantu mempermuda dalam penyampaikan materi pelajaran, dapat memotivasi
siswa dan menyediakan sarana bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan
memupuk rasa percaya diri siswa.

9
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1. Tempat Pelaksanaan
 Nama Sekolah : SD Negeri 06 Maje
 Alamat Sekolah : Jln Tanjung Harapan
Desa : Tanjung Baru
Kecamatan : Maje
Kabupaten : Kaur
 Kelas : V (lima)
 Jumlah Siswa : 20 Siswa

2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dimulai tanggal 08,12,31 Mei 2014 Dengan jadwal
Sebagai berikut :
No Hari Tanggal Mata Pelajaran Keterangan
1 Kamis 08 Mei 2014 PKn Siklus I
2 Senin 12 Mei 2014 PKn Siklus II
3 Sabtu 31 Mei 2014 PKn Siklus III

B. Deskripsi Per Siklus


Secara rinci tahap-tahap tindakan penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Tahapan Pra Siklus
Prosesdur yang harus dilakukan oleh penulis dalam perbaikan
pembelajaran PKn ini adalah :
 Mengondisikan kelas untuk siap belajar
 Menggali pengetahuan awal siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai
 Membentuk kelompok belajar

10
 Menguraikan materi pembelajaran
 Melakukan kegiatan diskusi secara kelompok untuk membahas latihan
yang diberikan
 melakukan simulasi (bermain peran) tentang musyawarah
 membuat kesimpulan materi pelajaran

2. Tahapan Tindakan
Pada tahapan ini pelaksanaan pembelajaran direncanakan 3 siklus yang
dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai berdasarkan faktor2 yang
diamati, langkah-langkah tindakan adalah sebagai berikut:
1). Siklus I
Siklus I meliputi beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan
observasi dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1. Membuat RPP skenario pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model bermain peran.
2. menyiapkan lembar observasi kegiatan rencana pembelajaran
3. menyusun alat evaluasi dan lembar jawaban.
4. menyiapkan lembar diskusi siswa (LDS).
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatannya adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah disusun di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
 Kegiatan Awal
1. Guru melakukan apersepsi dengan kembali mengingatkan siswa
tentang pelajaran sebelumnya (Pengertian Organisasi) dengan
bertanya, “apa pengertian organisasi?” bagaimana cara memilih
pengurus organisasi?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

11
 Kegiatan inti
1. Siswa dan guru berdiskusi secara klasikal, guru membuka diskusisi
klasikal dengan bertanya pada siswa, menurut kalian, apakah yang
dimaksud dari musyawarah?
2. Siswa diminta menyebutkan musyawarah yang pernah mereka ikuti.
3. Siswa diminta secara berkelompok (kelas memang telah dibagi
secara berkelompok) menemukan 3 jenis cara pemilihan.
4. Guru memberikan pemantapan dan penguatan.
5. Guru menjelaskan kegiatan belajar selanjutnya yaitu mensimulasikan
tata cara bermusyawarah.
 Penutup
1. Siswa dibantu guru menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Evaluasi
c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi disiklus ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Hasil pengamatan yang
dilakukan selanjutnya dianalisis kemudian direfleksi untuk digunakan dalam
mengukur keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan guru.

d. Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil observasi
dan hasil tes belajar siswa. Setelah menganalisis hasil observasi dan hasil tes,
selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan pengamat (observer) untuk
mengetahui hal apa saja yang telah tercapai dan kelemahan-kelemahan apa saja
yang masih ada pada saat pembelajaran berlangsung. Dari hasil yang didapat oleh
peneliti dan observer, selanjutnya peneliti penyusun perbaikan pembelajaran yang
akan dilakukan pada pembelajaran siklus 2.

12
2). Siklus II
Perlakuan pada siklus II ini dapat merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran dari siklus I, dengan cara memperbaiki kelemahan-kelemahan pada
siklus I untuk direncanakan lagi di siklus II. Urutan kegiatannya adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1. Membuat RPP skenario pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan perbaikan model bermain peran.
2. menyiapkan lembar observasi kegiatan rencana pembelajaran
3. menyusun alat evaluasi dan lembar jawaban.
4. menyiapkan lembar diskusi siswa (LDS).
b. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II ini berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
 Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas sehingga siap untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan melakukan pengecekan terhadap
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan apersepsi dengan kembali mengingatkan siswa
tentang pelajaran sebelumnya (memahami keputusan bersama)
dengan bertanya, “Apa tujuan dari di lakukan musyawarah?”
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
 Kegiatan inti
1. Siswa dan guru berdiskusi secara klasikal, guru membuka diskusi
klasikal dengan bertanya “ada berapa cara untuk melakukan
musyawarah?”
2. Guru memberikan penguatan dan pemantapan terhadap jawaban
siswa.
3. Guru menjelaskan kegiatan belajar selanjutnya yaitu mensimulasikan
tata cara bermusyawarah.

13
4. Guru menunjuk siswa sesuai perannya.
5. Kegiatan simulasi berlangsung.
6. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
 Penutup
1. Siswa dibantu guru menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Evaluasi
a. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi di siklus ini kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Pengamatan dilakukan oleh supervisor I dan II.
b. Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil
observasi dan hasil tes belajar siswa. Dari hasil tersebut dilakukan refleksi
untuk mengkaji terhadap kegiatan yang dilakukan, serta untuk mengetahui
apakah sudah terdapat perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I.

3). Siklus III

Perlakuan pada siklus III ini dapat merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran dari siklus I dan II, dengan cara memperbaiki kelemahan-kelemahan
pada siklus I dan II untuk direncanakan lagi di siklus III. Urutan kegiatannya
adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1. Membuat RPP skenario pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan perbaikan model bermain peran.
2. menyiapkan lembar observasi kegiatan rencana pembelajaran

14
3. Mempersiapkan alat-alat dan media yang digunakan pada waktu
pembelajaran berlangsung.
4. menyusun alat evaluasi dan lembar jawaban.
5. menyiapkan lembar diskusi siswa (LDS).
6. Menyiapkan hadiah sebagai penghargaan terhadap kelompok terbaik
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatannya adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan skenario yang telah disusun di Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
 Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas sehingga siap untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan melakukan pengecekan terhadap
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan apersepsi dengan kembali mengingatkan siswa
tentang pelajaran sebelumnya (memahami keputusan bersama)
dengan bertanya, “Apa yang harus di lakukan apabila antar anggota
organisasi terdapat perbedaan pendapat?” “Kemudian mengaitkan
pertanyaan tersebut dengan materi yang akan di pelajari ( Bentuk-
bentuk Musyawarah)”.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
 Kegiatan inti
1. Siswa dan guru berdiskusi secara klasikal, guru membuka diskusi
klasikal dengan mengulas kembali pelajaran sebelumnya yakni cara
untuk melakukan musyawarah
2. Siswa diminta untuk menjelaskan perbedaan musyawarah untuk
mufakat dan pemungutan suara?
3. Guru memberikan penguatan dan pemantapan terhadap jawaban
siswa.
4. Guru menjelaskan kegiatan belajar selanjutnya yaitu mensimulasikan
tata cara pemungutan suara.
5. Guru menunjuk siswa sesuai perannya.

15
6. Kegiatan simulasi berlangsung.
7. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
8. Guru memberi reword kepada kelompok terbaik.
 Penutup
1. Siswa dibantu guru menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Evaluasi
c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi di siklus ini kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Pengamatan dilakukan oleh supervisor I dan II.
d. Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil
observasi dan hasil tes belajar siswa. Dari hasil tersebut dilakukan refleksi
untuk mengkaji terhadap kegiatan yang dilakukan, serta untuk mengetahui
apakah sudah terdapat perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I
siklus II dan siklus III.

16
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Persiklus
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus pada
mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri 06 Maje dengan jumlah siswa kelas V 20
orang.
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis melakukan
observasi awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada proses
pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 06 Maje. Temuan awal yang peneliti
dapat dari proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran khususnya pada pelajaran PKn masih belum
maksimal, dimana guru aktif dan siswa pasif.
2. Guru memberikan materi pelajaran jarang melibatkan langsung siswa,
sehingga siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
3. Tingkat penguasaan materi pelajaran rendah, ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa.
4. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa rendah yaitu 50,65 dan ketuntasan
belajar klasikal 60%. Sedangkan menurut Depdiknas (2006) proses
pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal apabila 85% siswa di kelas
berhasil mendapat nilai sesuai dengan KKM.
Maka dengan itu menurut penulis perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan model bermain peran pada proses
pembelajaran PKn siswa Kelas V SD Negeri 06 Maje agar kualitas proses
dan hasil pembelajaran dapat meningkat.

17
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan perencanaan berdasarkan hasil refleksi awal
yang mencakup :
1. Membuat RPP skenario pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model bermain peran.
2. Menyiapkan lembar observasi kegiatan rencana pembelajaran
3. menyiapkan lembar diskusi siswa (LDS).
4. menyusun alat evaluasi dan lembar jawaban.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatannya adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah disusun di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan observasi
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada akhir pembelajaran di
siklus I diadakan tes yang berisikan soal yang berbentuk isian yang berjumlah 3
butir soal. Tes ini digunakan untuk mengetahui nilai akhir siswa pada siklus I.
Nilai akhir ini digunakan sebagai nilai ketuntasan belajar klasikal data nilai siswa
kelas V SD Negeri 06 Maje pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :

18
No Nama Siswa Nilai Ket
1 Ana Dasela 70 Tuntas
2 Anjas Asmara 70 Tuntas
3 Diki Nurhadi 60 Belum Tuntas
4 Edwin Alegro 50 Belum Tuntas
5 Eti Nurhayati 70 Tuntas
6 Indah Tri Setia 60 Belum Tuntas
7 Ira Erlian 60 Belum Tuntas
8 Lisa Lfiah 75 Tuntas
9 Nurkia Gustian 60 Belum Tuntas
10 Putri Yanti 65 Belum Tuntas
11 Rensi Zurnita 60 Tuntas
12 Riska Rahmawati 70 Tuntas
13 Riski Utami 60 Belum Tuntas
14 Sinta Patria 80 Tuntas
15 Sri Utami 60 Belum Tuntas
16 Titi Murniati 55 Belum Tuntas
17 Uana Minatun 60 Belum Tuntas
18 Wahyu Saputra 70 Tuntas
19 Yoan Agustia 70 Tuntas
20 Yopanka 50 Belum Tuntas
Jumlah 1275
Rata-rata Nilai 63,75
Ketuntasan Belajar Klasikal 40%

Cara mencari rata-rata nilai ketuntasan belajar klasikal :

a. Rata-rata Nilai
∑X
X ¿
N
Keterangan:
X = Rata-rata nilai
∑X = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa (aspek penilaian)
( Sudjana, 2004 )

b. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

19
NS
x 100%
N
KB =

Keterangan:
Ns = Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas 70
N = Jumlah siswa
( Depdiknas, 2006 )

Dari hasil tes akhir diperoleh rata-rata yaitu 63,75 dan Ketuntasan belajar
klasikal yaitu 40%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan pada siklus 1 belum tuntas karena dari 20 siswa, ternyata yang
mendapat nilai ≥70 hanya 8 siswa, sedangkan proses belajar mengajar dikatakan
tuntas secara klasikal apabila 85% siswa dikelas memperoleh nilai ≥70
(Depdiknas, 2006).

Dari analisis data akhir siswa pada siklus I dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran siswa belum tuntas. Ketidak tuntasan proses pembelajaran pada
siklus I karena penggunaan model bermain peran belum begitu optimal, oleh
Karena itu perlu adanya perbaikan proses pembelajaran pada siklus II

d. Tahap Refleksi Siklus I


Berdasarkan hasil refleksi aktifitas guru ditemukan kelemahan dan
kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I. Adapun kelemahan
yang perlu diperbaiki pada pembelajaran pada siklus selanjutnya antara
lain :
a. Guru kurang mengkondisikan kelas dengan baik
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tidak secara rinci dan hanya
menjelaskan secara lisan.
c. Guru memberikan bimbingan saat diskusi hanya kepada sebagian
siswa saja
d. Guru hendaknya mengarahkan terlebih dahulu poin-poin penting
dalam bermain peran sebelum meminta siswa bermain peran.

20
e. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah
dipelajari agar tersusun suatu kesimpulan materi yang mudah dipahami
siswa.
2. Siklus II
Perlakuan pada siklus ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran siklus I. Urutan kegiatannya adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan perencanaan berdasarkan hasil refleksi awal
yang mencakup :
1. Membuat RPP skenario pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan perbaikan model bermain peran.
2. Menyiapkan lembar observasi kegiatan rencana pembelajaran
3. menyiapkan lembar diskusi siswa (LDS).
4. menyusun alat evaluasi dan lembar jawaban.

b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki kekurangannya di siklus I.
c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan observasi
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada akhir pembelajaran di
siklus II diadakan tes yang berisikan soal yang berbentuk isian yang berjumlah 3
butir soal. Tes ini digunakan untuk mengetahui nilai akhir siswa pada siklus II.
Nilai akhir ini digunakan sebagai nilai ketuntasan belajar klasikal data nilai siswa
kelas V SD Negeri 06 Maje pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

21
No Nama Siswa Nilai Ket
1 Ana Dasela 70 Tuntas
2 Anjas Asmara 70 Tuntas
3 Diki Nurhadi 60 Belum Tuntas
4 Edwin Alegro 70 Tuntas
5 Eti Nurhayati 70 Tuntas
6 Indah Tri Setia 60 Belum Tuntas
7 Ira Erlian 60 Belum Tuntas
8 Lisa Lfiah 75 Tuntas
9 Nurkia Gustian 65 Belum Tuntas
10 Putri Yanti 70 Tuntas
11 Rensi Zurnita 60 Belum Tuntas
12 Riska Rahmawati 70 Tuntas
13 Riski Utami 65 Belum Tuntas
14 Sinta Patria 80 Tuntas
15 Sri Utami 70 Tuntas
16 Titi Murniati 70 Tuntas
17 Uana Minatun 60 Belum Tuntas
18 Wahyu Saputra 70 Tuntas
19 Yoan Agustia 70 Tuntas
20 Yopanka 60 Belum Tuntas
Jumlah 1395
Rata-rata Nilai 69,75
Ketuntasan Belajar Klasikal 60%

Cara mencari rata-rata nilai ketuntasan belajar klasikal :

a. Rata-rata Nilai
∑X
X ¿
N
Keterangan:
X = Rata-rata nilai
∑X = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa (aspek penilaian)
( Sudjana, 2004 )

22
c. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
NS
x 100%
N
KB =

Keterangan:
Ns = Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas 72
N = Jumlah siswa
( Depdiknas, 2006 )

Dari hasil tes akhir diperoleh rata-rata yaitu 69,75 dan Ketuntasan belajar
klasikal yaitu 60% Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan pada siklus II mengalami perubahan kearah yang lebih baik yakni dari 8
0rang yang mendapatkan nilai ≥70 menjadi 12 orang dan ketuntasan belajar secara
klasikal menjadi 60%. Namun, pembelajaran ini belum bias dikatakan tuntas
secara klasikal karena ketuntasan belajar secara klasikal menurut Depdiknas
(2006) pembelajaran dikatakan tuntas apabila secara klasikal siswa yang
mendapatkan nilai diatas 70 keatas mencapai 85%.

Dari analisis data akhir siswa pada siklus II dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran siswa belum tuntas. Ketidak tuntasan proses pembelajaran pada
siklus II karena penggunaan model bermain peran belum optimal, oleh Karena itu
perlu adanya perbaikan proses pembelajaran pada siklus II

d. Tahap Refleksi Siklus II


Berdasarkan hasil refleksi aktifitas guru ditemukan kelemahan dan
kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II. Adapun kelemahan yang
perlu diperbaiki pada pembelajaran pada siklus selanjutnya antara lain :
a. Guru hendaknya mengontrol jalannya diskusi pada setiap kelompok
agar semuanya bisa bekerja sama tidak hanya mengandalkan teman
sekelompoknya.

23
b. Guru hendaknya memberi penguatan setiap kelompok selesay bermain
peran.
c. Guru hendaknya memberi riword kepada kelompok yang sukses
memerankan perannya

3. Siklus III
Perlakuan pada siklus ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran siklus I dan siklus II. Urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan perencanaan berdasarkan hasil refleksi awal
yang mencakup :
1. Membuat RPP skenario pembelajaran mata pelajaran PKn dengan
menggunakan perbaikan model bermain peran.
2. Menyiapkan lembar observasi kegiatan rencana pembelajaran
3. menyiapkan lembar diskusi siswa (LDS).
4. menyusun alat evaluasi dan lembar jawaban.
b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus III ini dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki kekurangannya di
siklus I dan II.

c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada akhir
pembelajaran di siklus III diadakan tes yang berisikan soal yang berbentuk isian
yang berjumlah 3 butir soal. Tes ini digunakan untuk mengetahui nilai akhir siswa
pada siklus III. Nilai akhir ini digunakan sebagai nilai ketuntasan belajar klasikal.
Data nilai siswa kelas V SD Negeri 06 Maje pada siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

24
No Nama Siswa Nilai Ket
1 Ana Dasela 100 Tuntas
2 Anjas Asmara 70 Tuntas
3 Diki Nurhadi 80 Tuntas
4 Edwin Alegro 70 Tuntas
5 Eti Nurhayati 75 Tuntas
6 Indah Tri Setia 70 Tuntas
7 Ira Erlian 70 Tuntas
8 Lisa Lfiah 75 Tuntas
9 Nurkia Gustian 95 Tuntas
10 Putri Yanti 95 Tuntas
11 Rensi Zurnita 75 Tuntas
12 Riska Rahmawati 70 Tuntas
13 Riski Utami 70 Tuntas
14 Sinta Patria 100 Tuntas
15 Sri Utami 100 Tuntas
16 Titi Murniati 70 Tuntas
17 Uana Minatun 100 Tuntas
18 Wahyu Saputra 70 Tuntas
19 Yoan Agustia 70 Tuntas
20 Yopanka 65 Belum Tuntas
Jumlah 1590
Rata-rata Nilai 79,5
Ketuntasan Belajar Klasikal 95%

Cara mencari rata-rata nilai ketuntasan belajar klasikal :

a. Rata-rata Nilai
∑X
X ¿
N
Keterangan:
X = Rata-rata nilai
∑X = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa (aspek penilaian)

25
( Sudjana, 2004 )

d. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal


NS
x 100%
N
KB =

Keterangan:
Ns = Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas 72
N = Jumlah siswa
( Depdiknas, 2006 )

Dari hasil tes akhir diperoleh rata-rata yaitu 79,5 dan Ketuntasan belajar
klasikal yaitu 95% Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan pada siklus III mengalami perubahan kearah yang sangat baik yakni
dari 12 0rang yang mendapatkan nilai ≥70 menjadi 19 orang dan ketuntasan
belajar secara klasikal menjadi 95%. Berdasarkan ketentuan Depdiknas (2006)
yang berisikan bahwa pembelajaran dikatakan tuntas apabila secara klasikal siswa
yang mendapatkan nilai diatas 70 keatas mencapai 85%. Maka dengan itu
pembelajaran PKn kelas VSD Negeri 06 Maje dengan menggunakan model
bermain peran ini dapat dikatakan berhasil dan tuntas denga hasil yang baik.

d. Tahap Refleksi Siklus III


Berdasarkan hasil refleksi aktifitas guru dan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran PKn siklus III diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model bermain peran ini dapat berjalan dengan baik dan materi pembelajaran
dapat dipahami sepenuhnya oleh siswa dan telah meningkat dari setiap siklusnya.
B. Pembahasan Dari Tiap Siklus
Dari hasil pengolahan data, penulis mendapatkan gambaran, bahwa dalam
pembelajaran siklus I terdapat 8 anak yang tuntas dalam pembelajaran atau 40%
dari jumlah siswa 20 orang. Hal ini berarti membutuhkan penanganan serius.
Setelah penulis mengadakan perbaikan pada aspek-aspek yang dianggap kurang

26
maka pada siklus II terlihat peningkatan dalam pencapaian hasil belajar siswa
yaitu dari 8 siswa yang tuntas menjadi 12 siswa yang mendapat nilai sesuai
dengan KKM atau 60% siswa telah tuntas pembelajarannya. Namun, dengan
persentase ini belum mejadikan pembelajaran ini bisa dikatakan sepenuhnya
berhasil karena menurut Depdiknas (2006) pembelajaran dikataka berhasil secara
klasikal bila 85% siswa mencapai nilai KKM. Untuk itu diadakan lagi perbaikan
pada siklus selanjutnya dengan memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang
optimal pafda siklus I dan II tadi.Hingga akhirnya hasil belajar siswa meningkat
secara signitfikan pada pembelajaran siklus III ini dimana dari 12 siswa yang bias
mencapai KKM tadi meningkat menjadi 19 siswa dari 20 siswa keseluruhan dan
dapat dinyatakan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal siswa naik dari 60%
menjadi 95% dapat mencapai nilai sesuai dengan KKM.
Berdasarkan perolehan data atau temuan deskripsi dan refleksi, terlihat
bahwa aktifitas kegiatan siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Proses
belajar mengajar memiliki makna dan pengertian yang lebih luas daripada
mengajar karena proes belajar mengajar berarti melibatkan siswa dan guru secara
langsung. Menurut Belen (1993) Pengembangan keterampilan yang dilaksanakan
untuk mengaktifkan siswa dalam belajar ada 3 keterampilan, yaitu keterampilan
berfikir, keterampilan social dan keterampilan praktis. Hal ini sesuai dengan
model yang dipakai pada pembelajaran PKn ini yakni dengan menerapkan model
bermain peran maka guru dan siswa di tuntut untuk berfikir, bersosialisasi dan
melakukan cara-cara yang praktis dalam simulasi bermain peran yang
dilaksanakan. Oleh karena itu penggunaan model bermain peran pada proses
pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 06 Maje ini dapat meningkatakan
kualitas proses dan hasil pembelajaran PKn siswa kels V SD Negeri 06
Kecamatan Maje Kabupaten Kaur ini.

27
BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

1. Kesimpulan
Setelah melakukan perbaikan proses pembelajaran PKn kelas V SD
Negeri 06 Maje dengan menggunakan model bermain peran pada 20
siswa, pada awalnya diperoleh data ketuntasan belajar klasikal
pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri 06 Maje yakni 35%.
Selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 40% siswa yang
tuntas belajarnya dari jumlah siswa 20 orang. Setelah penulis mengadakan
perbaikan maka pada siklus II terlihat peningkatan dalam pencapaian hasil
belajar siswa, yaitu 60% siswa telah tuntas pembelajarannya. Kemudian
diadakan lagi perbaikan pada siklus III dengan memperbaiki hal-hal yang
dianggap masih kurang optimal pada siklus I dan II tadi.Hingga akhirnya
hasil belajar siswa meningkat secara signitfikan pada pembelajaran siklus
III ini dimana ketuntasan belajar secara klasikal siswa naik dari 60%
menjadi 95%.
Pada pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran siklus III, Penulis
menggunakan keterampilan mengajar dengan menggunakan penguatan
dan bimbingan yang merata pada seluruh siswa sehingga hasil yang
dicapai meningkat secara signifikan.
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran penulis menyimpulkan bahwa
proses pembelajaran dengan menggunakan model bermain peran sangat
dapat membuat siswa menjadi senang, giat dan berlomba-lomba untuk
menjadi lebih baik dan juga menjadikan guru lebih baik, teliti dan
sistematis dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

28
2. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan guru bisa menerapkan
model bermain peran dalam proses pembelajaran yang menuntut keaktifan
dan pehaman siswa secara konkrit.Ada beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran ini yakni:
1. Bagi siswa kiranya dapat meningkatkan minat belajar dan antusias
dalam proses pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna.
2. Disarankan kepada guru untuk benar-benar memperhitungkan alokasi
waktu pembelajaran ketika menggunakan model bermain peran pada
proses pembelajaran, agar pembelajaran bisa selesai tepat waktu.
3. Disarankan kepada guru untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada semua siswa pada saat kegiatan pembelajaran, agar siswa tidak
ribut atau rebutan maju ke depan kelas untuk bermain peran.
4. Disarankan pada guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk
dapat menggunakan model bermain peran dalam pembelajaran agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
5. Bagi pengelola pendidikan dan dinas instansi terkait hendaknya dapat
memfasilitasi keperluan pendidikan dalam rangka kelancaran tugas
dalam proses kegiatan belajar mengajar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk.(2009). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka
Depdiknas. (2006). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Fokusindo Mandiri.

Hamzah (2008). Kemampuan Bermain Peran. Jakarta: Prestasi Pustaka

IGAK, Wardani. (2003). Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta: Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka

IGAK, Wardani, Wihardit, K. & Nasoerion, N. (2003). Penelitian Tindakan


Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Ismail (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Marck (2009). Models of Teaching. Solo: Tiga serangkai Pustaka

Sisdiknas. (2009). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:


Fokusindo Mandiri.

Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Thoyeb (2006). Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas V. Jakarta: Erlangga

30

Anda mungkin juga menyukai