BAB I
PENDAHULUAN
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Rantau Bujur Kecamatan Labuan
Amas Utara kabupaten Hulu Sungai Tengah ada beberapa masalah yang
dapat menghambat pencapian tujuan pembelajaran khususnya pada
pembelajaran IPA diantaranya :
a. Siswa banyak yang tidak memperhatikan di saat pembelajaran
b. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena
proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
c. Siswa tidak antusias dalam pembelajaran
d. Metode yang dipakai cenderung monoton tidak bervariasi.
e. Hasil tes formatifnya rendah
2. Analisis Masalah
Pada awalnya mungkin guru bingung untuk mengidentifikasi masalah,
oleh karena itu guru tidak mesti memulai dengan masalah. Setelah penulis
mengidentifikasi masalah yang ada dalam pelajaran IPA, maka penulis
dapat merumuskan analisis masalah sebagai berikut :
a. Guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga kondisi kelas
tidak kondusif, siswa merasa tidak nyaman ketika pembelajaran
berlangsung.
b. Model pembelajaran dan Metode yang digunakan oleh guru kurang
tepat karena terlalu banyak ceramah mengakibatkan pembelajaran
menoton dan membosankan
c. Guru kurang menguasai materi sehingga kurang percaya diri, dan
pelajaran hanya tertuju kepada siswa yang aktif saja.
siswa akan lebih bersemangat sehingga hasil belajar lebih meningkat dan
guru juga sebainya menguasai berbagai macam tekhnik pembelajaran. Tidak
hanya yang tersedia disekolah melainkan mampu menciptakan atau
menggunakan media pembelajaran sendiri yang ada dilingkungan sekitar,
disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang diajarkan.
Adapun alternatif yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan kelas
adalah dengan menggunakan model dan metode yang tepat, maka penulis
merencanakan melakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dengan mencoba mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT) pada
pembelajaran IPA di kelas V SDN Rantau Bujur Kecamatan Labuan Amas
Utara kabupaten Hulu Sungai Tengah pada materi “Faktor-faktor Penyebab
Perubahan Benda”.
Oleh sebab itu, penulis ingin mengadakan penelitian perbaikan dengan
judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Faktor-faktor Penyebab
Perubahan Benda Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Game Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN Rantau Bujur
Kecamatan Labuan Amas Utara kabupaten Hulu Sungai Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA Kelas V
SDN Rantau Bujur ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe team game tournament (TGT) ?
2. Bagaimana aktivitas guru dalam proses pembelajaran IPA Kelas V
SDN Rantau Bujur ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe team game tournament (TGT) ?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Kelas V SDN
Rantau Bujur ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
team game tournament (TGT) ?
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Menilai pencapaian hasil belajar siswa merupakan tugas pokok
seseorang guru sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun setiap awal semester. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengambil keputusan tentang keberhasilan siswa dalam
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa untuk setiap mata pelajaran
tidak sama, tergantung pada karakteristik mata pelajaran tersebut. Tetapi
secara garis besar dapat dikatakan bahwa pencapaian kompetensi suatu mata
pelajaran mencakup kompetensi dalam ranah kognetif, afektif, dan
psikomotor.
Untuk mengetahui apakah seseorang siswa sudah berhasil mencapai
kompetensi atau belum, diperlukan informasi hasil belajar. Informasi hasil
belajar dapat diperoleh dari tagihan-tagihan yang harus dipenuhi oleh siswa.
Setiap jenis tagihan memerlukan seperangkat alat ukur atau penilaian.
Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi
pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi
belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir kritis dan ilmiah pada siswa sekolah dasar, dapat dikaji proses
maupun hasil berdasarkan; 1) kemampuan membaca, mengamati dan atau
menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan; 2) kemampuan
mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan
suubstansi yang dibaca, diamati dan atau didengar; 3) kemampuan
mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan
dan perbedaan; dan 4) kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
8
a. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan
suatumata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis,
misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan
sendiri”. IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan
yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur
kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk
akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Obyektif artinya sesuai dengan
obyeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman
pengamatan melalui pancaindera.
b. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri
oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat
hafalan belaka.
c. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
C. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15)
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan
menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada siswa agar
bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni
(2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar
siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam
perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
10
a. Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering kali
yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta
untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua
anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.
b. Level kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan
bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi
yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa
semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara
akademik).
c. Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa
mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling
menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak
penjelasan masingmasing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan
saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan.
Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok
kooperatif.
d. Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya
biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap
siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa,
ataupun sekolah. Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar
kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan inter
personal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu
memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan.
13
lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. (Trianto,
2010).
Adapun komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe team
game tournament sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas (Penyajian Kelas)
Sama seperti dalam STAD, yaitu: Materi dalam TGT pertama- tama
diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan
pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi Audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran
biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus
pada TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka
harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan
kuis-kuis/game-game, dan skor kuis mereka menentukan skor tim
mereka.
2. Kelompok (tim)
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnistas.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering
terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3. Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya
dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerjaa tim. Game tersebut
15
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Rantau Bujur yang
terdaftar tahun pelajaran 2021-2022 semester genap dengan jumlah siswa
sebanyak 19 orang, 13 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan.
2. Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Hulu Rasau
yang beralamat di Jalan Keramat Desa Rantau Bujur Kecamatan Labuan
Amas Utara kabupaten Hulu Sungai Tengah. Sekolah ini berdiri pada tahun
1981. dengan NIS 10602032, NPSN 30302177, yang terdiri dari ruang
belajar,ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang UKS,
dan lapangan bermain. Jumlah siswa keseluruhan 56 orang dengan tingkat
kelulusan 3 tahun terakhir 100%. Lokasi sekolah berada pada lingkungan
perumahan padat, pada masyarakat pedesaan.
Kepala Sekolah bernama H. Suhria,S.Pd dengan jumlah guru tetap 5
orang dengan latar pendidikan semuanya S1, GTK Kontrak 2 orang dengan
latar pendidikan S1, dan guru honorer 2 dengan latar pendidikan S1,
Pustakawan 1 dengan latar pendidikan S1, serta PSD 1 orang dengan latar
pendidikan SMA/Sederajat. Fasilitas yang dimiliki cukup memadai.
Pembelajaran dikelas menggunakan sistem guru kelas. Dalam pembelajaran
di kelas guru lebih banyak mendominasi sehingga siswa terlihat pasif, dan
perlu adanya perbaikan salah satunya adalah dengan adanya perbaikan ini.
.
18
3. Waktu
Rencana pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak 2
siklus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan perbaikan Pembelajaran
Mata
No Siklus Hari/Tanggal Waktu Materi
Pelajaran
Faktor-
faktor
Kamis 10.00 -
2 IPA 2 penyebab
7 Maret 2022 11.10
perubahan
benda
B. Deskripsi Persilkusan
1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan temuan pada studi pendahuluan dan hasil diskusi dengan
supervisor 2, penulis merencanakan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan di kelas dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT). Secara
operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menganalisis masalah
2. Pemecahan masalah
3. Menentukan kompetensi dasar
4. Mentukan standar kompetensi
5. Menentukan indikator
6. Menentukan tujuan perbaikan
7. Menentukan materi.
8. Menentukan metode.
9. Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan yang telah dirumuskan. Setiap langkah yang telah
direncanakan diamati dan dikumpulkan data-datanya, baik data aktifitas
selama proses pembelajaran maupun data hasil pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas, dan hasil
pembelajaran dari siklus satu ke siklus berikutnya.
d. Tahap Refleksi
Hasil observasi yang dilaksanakan bersama-sama supervisor 2,
kemudian didiskusikan. Berbagai masalah yang muncul selama pelaksanaan
tindakan diidentifikasi dan dianalisis. Hasil identifikasi dan analisis masalah
dicari dan ditentukan solusinya untuk perbaikan pada siklus berikutnya.