Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KESIAPAN GURU KELAS DALAM IMPLEMENTASI

PENILAIAN OTENTIK PADA KOMPETENSI RANAH SIKAP


DI SD NEGERI KECAMATAN TEBING TINGGI KOTA

Juli Andriani1* Deny Setiawan2 Rahmad Husein3


1. Guru SD Negeri Kecamatan Tebingtinggi Kota
2. Dosen Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan
3. Dosen Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan
Email : juliandriani.raisha@gmail.com

Abstract: This study aimed to obtain a factual description of teacher’s readiness in the
implementation of authentic assessment for attitude domain in elementary schools
Tebingtinggi. The problems of this study were the lack of socialization and training
provided to the teacher, the teachers were still not optimal in the process of implementing
the assessment was still considered very difficult. The method used in this research was
descriptive qualitative research. The fourth grade teachers at 3 different elementary
schools, SD Negeri 163080, SD Negeri 163084 and SD Swasta Inti Nusantara Tebing
Tinggi. Data collection techniques used in this research were observation, interviews, and
documentation. The data analysis from interviews, observation and documentation
showed that the readiness of teachers authentic assessment for attitude domain
implementation was still not ready.

Abstrak: Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran faktual


mengenai kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian otentik pada
kompetensi ranah sikap di sekolah dasar kecamatan Tebing Tinggi kota. Permasalahan
penelitian ini adalah masih minimnya sosialisasi dan pelatihan yang diberikan
kepada guru, masih kurang optimalnya guru dalam proses pelaksanaan penilaian
sikap yang dianggap masih sangat sulit karena selalu mengalami perubahan
penilaian dalam setiap tahunnya juga begitu banyak indikator yang harus dicapai.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penenlitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalalah guru kelas IV di 3
Sekolah Dasar. SD Negeri 163080, SD Negeri 163084, dan SD Swasta Inti Nusantara di
Tebing Tinggi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis dari wawancara observasi dan
dokumentasi menunjukkan bahwa kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi
penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap di sekolah dasar kecamatan Tebing Tinggi
masih belum optimal.
Kata Kunci: Authentic Assessment, Penilaian Otentik, Sikap

PENDAHULUAN bertujuan melaksanakan sistem


nasional dan mewujudkan tujuan
Pendidikan Nasional berakar pendidikan nasional.
pada kebudayaan bangsa Indonesia Dalam mewujudkan
dan berdasarkan pada Pancasila dan Pendidikan Nasional, diterbitkannya
Undang-undang Dasar Negara Undang-undang Nasional Sistem
Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan Nasional No. 20 tahun
Undang-undang Dasar Negara 2003 yang berdasarkan pendidikan
Republik Indonesia Tahun 1945 nasional, yaitu berkembangnya potensi
mengamanatkan upaya untuk didik agar menjadi manusia beriman
mencerdaskan kehidupan bangsa yang dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha

172
Juli Andriani: Analisis Kesiapan Guru Kelas...

Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, negatif siswa yang dapat menghambat
kreatif, mandiri dan menjadi warga keberhasilan akademik.
Negara yang demokratis serta Implementasi kurikulum 2013
bertanggung jawab. merupakan kurikulum dalam
Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran dan pembentukan
mengamanahkan agar pendidikan tidak kompetensi serta karakter peserta didik.
hanya memberi kesempatan untuk Hal tersebut menuntut keefektifan guru
membentuk insan Indonesia yang dalam menciptakan dan menumbuhkan
cerdas semata, tetapi juga berbagai kegiatan sesuai dengan
berkepribadian atau berkarakter, rencana yang telah diprogramkan.
sehingga nantinya akan lahir generasi Dalam hal yang dimaksud di
bangsa yang tumbuh berkembang atas bahwa guru harus dapat
dengan karakter yang bernafas nilai- mengambil keputusan atas dasar
nilai luhur bangsa serta agama. Tujuan penilaian yang tepat ketika peserta
yang terkandung dalam Bab I Undang- didik belum dapat membentuk
undang Sisdiknas tahun 2003 agar kompetensi dasar, apakah kegiatan
peserta didik secara aktif pembelajaran dihentikan, diubah
mengembangkan potensinya yaitu metodenya, atau mengulang dulu
kekuatan spritual keagamaan, pembelajarn yang lalu. Seorang guru
pengendalian diri, kepribadian, dituntut harus menguasai prinsip-
kecerdasan, akhlak mulia dan prinsip pembelajaran, pemilihan dan
keterampilan. Secara hakiki empat penggunaan media pembelajaran,
komponen yang disebutkan pertama pemilihan dan penggunaan metode
dari enam potensi peserta didik dalam pembelajaran, keterampilan menilai
Undang-undang tersebut merupakan hasil-hasil belajar peserta didik, serta
pengembangan karakter. memilih dan menggunakan strategi dan
Pendidikan karakter sangat pendekatan pembelajaran. Kompetensi-
penting dan diperlukan dalam kompetensi tersebut merupakan bagian
kehidupan sebagai individu, integral bagi seorang guru sebagai
masyarakat, bangsa, dan negara. tenaga profesionL, yang hanya dapat
Pendidikan karakter didasarkan pada dikuasai dengan baik melalui
keyakinan bahwa pengembangan etika, pengalaman praktik yang intensif.
sosial dan emosional peserta didik Dalam mengimplementasikan
sama pentingnya dengan prestasi kurikulum, guru sebagai ujung tombak
akademik. Banyak penelitian telah serta garda terdepan dalam pelaksanaan
membuktikan dampak positif kurikulum. Oleh karena itu betapa
pendidikan karakter terhadap pentingnya kesiapan guru dalam
keberhasilan akademik. Dalam bulletin mengimplementasikan kurikulum itu
hasil studi Marvin Berkowitz dari selain kompetensi, komitmen, dan
University of Missouri St. Louis (2005) tanggung jawabnya serta
diungkapkan bahwa terdapat kesejahteraannya yang harus terjaga.
peningkatan motivasi siswa sekolah Kompetensi guru bukan saja menguasai
dalam meraih prestasi akademik pada apa yang harus dibelajarkan (content)
sekolah-sekolah yang menerapkan tapi bagaimana membelajarkan siswa
pendidikan karakter. Kelas-kelas yang yang menantang, menyenangkan,
secara komprehensif terlibat dalam memotivasi, menginspirasi dan
pendidikan karakter menunjukkan memberi ruang kepada siswa untuk
adanya penurunan drastis pada perilaku melakukan keterampilan proses yaitu

173 p-ISSN:1979-6633
e-ISSN:2460-7738
JURNAL TEMATIK Volume 8 No. 2 Agustus 2018

mengobservasi, bertanya, mencari tahu, menciptakan pola interaksi belajar-


merefleksi. mengajar yeng menuntut peserta didik
Guru berhadapan langsung melakukan pola berfikir tingkat tinggi.
dengan peserta didik di kelas melalui Tidak hanya sekedar pada tahap
proses belajar mengajar. Di tangan hafalan atau pemahaman, tapi lebih
gurulah akan dihasilkan peserta didik jauh dari itu yaitu berfikir analisis,
yang berkualitas, cukup secara sintesis, atau bahkan lebih tinggi dari
akademis, skill, kematangan emosional, itu. Namun kenyataan di lapangan,
dan moral secara spiritual, sehingga masih banyak pendidik di
akan dihasilkan generasi masa depan sekolah/Madrasah yang belum
yang siap dengan tantangan zamannya. melakukan penilaian sesuai dengan
Oleh karena itu diperlukan sosok guru kondisi nyata dan standar penilaian.
yang mempunyai kualifikasi, Oleh karena itu
kompetensi, dan dedikasi yang tinggi untuk memperkuat sistem penilaian
dalam menjalankan tugas dalam pembelajaran perlu adanya
profesionalnya. literatur sebagai pedoman yang
Penilaian merupakan senantiasa dapat digunakan oleh setiap
serangkaian kegiatan yang sistematis orang yang berperan dalam penilaian.
dan berkesinambungan untuk Penilaian otentik ini sangat urgen
memeroleh data dan informasi tentang keberadaannya dalam rangka
proses dan hasil belajar peserta didik. meningkatkan kompetensi penilaian
Penilaian juga digunakan untuk bagi pendidik dalam pembelajaran di
mengumpulkan data dan informasi kelas.
tentang kekuatan dan kelemahan dalam Berdasarkan observasi awal
proses pembelajaran sehingga dapat yang telah dilakukan peneliti di empat
dijadikan dasar untuk pengambilan (4) Sekolah Dasar Kecamatan Tebing
keputusan dan perbaikan proses Tinggi Kota bahwa ada beberapa hal
pembelajaran. yang penting untuk diperhatikan.
Standar Penilaian kurikulum Pertama melihat bagaimana kesiapan
2013 bertujuan untuk guru kelas dalam mengimplementasi
menjamin perencanaan penilaian penilaian otentik pada kompetensi
peserta didik sesuai dengan kompetensi sikap dalam proses penilaian yang
yang akan dicapai dan berdasarkan dulunya kurikulum KTSP dan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan melanjutkan pelaksanaan kurikulum
penilaian peserta didik secara 2013. Hal ini perlu ada perubahan
profesional, terbuka, edukatif, efektif, mindset dari metodologi pembelajaran
efisien, dan sesuai dengan konteks pola lama menuju pada metodologi
sosial budaya; dan pelaporan hasil pembelajaran pola baru sesuai dengan
penilaian peserta didik secara objektif, yang diterapkan pada kurikulum 2013.
akuntabel, dan informatif. Kedua, infrastuktur kurikulum belum
Saat ini kita sebagai fasilitator tersedia sepenuhnya, Ketiga, melihat
atau pendidik banyak di harap untuk bagaimana peran pemerintah terhadap
bisa melakukan pola pendidikan dan pelaksanaan kurikulum 2013.
pengajaran dengan Kurikulum yang secara serentak
mengedepankan high order thingkin diberlakukan mulai tahun ajaran
skill (HOTS), yaitu suatu pola 2014/2015 di semua jenjang sekolah,
pembelajaran yang mengharuskan mulai dasar hingga menengah ini
fasilitator atau pendidik untuk bisa dinilai terlalu dipaksakan dalam

p-ISSN:1979-6633 174
e-ISSN:2460-7738
Juli Andriani: Analisis Kesiapan Guru Kelas...

penerapannya. Masalah yang timbul 2009) .Penilaian dalam kurikulum 2013


adalah minimnya kesiapan guru dalam mengacu pada Permendikbud Nomor
melaksanakan kurikulum 2013, 66 Tahun 2013 tentang Standar
banyak guru yang sebagian besar Penilaian Pendidikan.
belum mendapatkan pelatihan dan Penilaian otentik pada
sosialisasi tentang penilaian kurikulum kompetensi ranah sikap dimaksudkan
2013 ini. Kemudian ada beberapa guru sebagai penilaian terhadap kemampuan
yang sudah mengikuti pelatihan 2013 perilaku peserta didik dalam proses
yang hanya dilaksanakan seminggu, pembelajaran kegiatan kurikuler
mereka juga mengeluh dan merasa maupun ekstrakurikuler, yang meliputi
belum cukup mendapatkan materi sikap spiritual, sosial dan keterampilan.
kurikulum 2013 seutuhnya meski yakin Penilaian kompetensi sikap memiliki
bisa mengajarkan materi pelajaran karakteristik yang berbeda dari
sebagaimana mengajar pada saat penilaian pengetahuan dan
kurikulum sebelumnya. Hal ini keterampilan, sehingga teknik penilaian
berdampak terhadap kualitas belajar yang digunakan juga berbeda. Dalam
mengajar di sekolah dikhawatirkan hal ini, penilaian kompetensi sikap
semakin rendah, karena guru belum lebih ditujukan untuk membina
menguasai materi tentang penilaian perilaku sesuai budipekerti dalam
kurikulum 2013. rangka pembentukan karakter peserta
Tidak hanya itu, guru juga didik sesuai dengan proses
mengeluhkan metode penilaian siswa pembelajaran.
yang dianggap memberatkan dimana Penilaian kompetensi sikap
dalam proses penilaiannya guru harus bertujuan untuk mengetahui perilaku
menarasikannya untuk setiap siswa. spiritual dan sosial peserta didik dalam
Hal ini bermasalah terutama bagi guru kehidupan sehari-hari di dalam dan di
yang mengelola murid dalam kelas luar kelas sebagai hasil pendidikan.
besar dan juga bagi guru yang tidak Penilaian kompetensi sikap di SD
menguasai TIK. Selanjutnya kesulitan dilakukan oleh guru kelas, guru muatan
yang lain adalah nengubah pola pikir pelajaran agama, PJOK, dan pembina
siswa dalam mengikuti pelajaran yang ekstrakurikuler. Teknik penilaian yang
harus terintegratif dan menimbulkan digunakan meliputi: observasi,
kesulitan tersendiri pada guru dalam wawancara, catatan anekdot (anecdotal
penerapan pembelajaran kurikulum record), catatan kejadian tertentu
2013. (incidental record) sebagai unsur
penilaian utama. Teknik penilaian diri
KAJIAN PUSTAKA dan penilaian antar-teman dapat
dilakukan dalam rangka pembinaan dan
Penilaian Otentik pembentukan karakter peserta didik,
Penilaian otentik (authentic sehingga hasilnya dapat dijadikan
assesment) adalah suatu proses sebagai salah satu alat konfirmasi dari
pengumpulan , pelaporan dan hasil penilaian sikap oleh pendidik.
penggunaan informasi tentang hasil Hal terakhir yang dapat digunakan
belajar siswa dengan menerapkan untuk mengembangkan karakter adalah
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan melalui penilaian otentik. Penilaian
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, Otentik adalah proses pengumpulan
akurat, dan konsisten sebagai berbagai data yang bisa memberikan
akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum, gambaran perkembangan belajar siswa.

175 p-ISSN:1979-6633
e-ISSN:2460-7738
JURNAL TEMATIK Volume 8 No. 2 Agustus 2018

Gambaran perkembangan belajar siswa mata untuk menilai hasil belajar siswa
perlu diketahuioleh guru agar bisa saja, melainkan juga berbagai faktor
memastikan bahwa siswa mengalami yang lain, antara lain kegiatan
proses pembelajaran dengan benar. pengajaran yang dilakukan itu sendiri.
Apabila data yang dikumpulkan guru Artinya, berdasarkan informasi yang
mengidentifikasikan bahwa siswa diperoleh dapat pula dipergunakan
mengalami kemacetan dalam belajar, sebagai umpan baik penilaian terhadap
guru segera bisa mengambil tindakan kegiatan yang dilakukan
yang tepat agar siswa terbebas dari (Nurgiyantoro. 2011:4).
kemacetan belajar. Karena Jadi, assesmen otentik sangat
gambaran tentang kemajuan belajar itu terkait dengan upaya pencapaian
diperlukan di sepanjang proses kompetensi. Kompetensi adalah
pembelajaran, penilaian ini tidak pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dilakukan di akhir periode saja (akhir yang terunjuk kerjakan dalam
semester). kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
Kegiatan penilaian dilakukan suatu persoalan yang dihadapi. Ciri
bersamaan dengan kegiatan utama kompetensi adalah “able to do”,
pembelajaran. Mueller (2008) yaitu siswa dapat melakukan sesuatu
mengemukakan bahwa penilaian berdasarkan pengetahuan dan
otentik adalah suatu penilaian belajar keterampilan yang dipelajarinya.
yang merujuk pada situasi atau konteks Melalui asesmen otentik, hal tersebut
dunia “nyata” yang memerlukan sangat mungkin untuk diterjadikan.
berbagai macam pendekatan untuk Oleh karena itu, KTSP dengan
memecahkan masalah yang jelas menyarankan guru untuk
memberikan kemungkinan bahwa satu mengurangi menggunakan tes-tes
masalah bisa memunyai lebih dari satu objektif, utamanya untuk assesmen
macam pemecahan. yang bersifat formatif. Penilaian
Dengan kata lain, assesmen otentik merupakan sebuah bentuk
otentik memonitor dan mengukur penilaian yang mengukur kinerja nyata
kemampua siswa dalam bermacam- yang dimiliki siswa. Kinerja yang
macam kemungkinan pemecahan dimaksud adalah aktivitas dan hasil
masalah yang dihadapi dalam situasi aktivitas yang diperoleh siswa selama
atau konteks dunia nyata dan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan
suatu proses pembelajaran nyata. pemahaman ini penilaian otentik pada
Dalam suatu proses pembelajaran, prinsipnya mengukur aktivitas yang
penilaian otentik mengukur, dilakukan oleh siswa selama proses
memonitor, dan menilai semua aspek pembelajaran berlangsung.
hasil belajar (yang tercakup dalam Oleh sebab itu, penilaian
domain kognitif, afektif, dan otentik pada dasarnya digunakan untuk
psikomotor), baik yang tampak sebagai mengkreasikan berbagai aktivitas
hasil akhir dari suatu proses belajar yang bermuatan karakter dan
pembelajaran, maupun berupa sekaligus mengukur keberhasilan
perubahan dan perkembangan aktifitas, aktivitas tersebut serta mengukur
dan perolehan belajar selama proses kemunculan karakter pada diri.
pembelajaran didalam kelas maupun
siluar kelas.
Pada hakikatnya, kegiatan
penilaian yang dilakukan tidak semata-

p-ISSN:1979-6633 176
e-ISSN:2460-7738
Juli Andriani: Analisis Kesiapan Guru Kelas...

Ranah Sikap Penilaian Spiritual diri dalam berinteraksi secara efektif


dan Sosial dengan lingkungan sosial dan alam
Evaluasi yang dimaksudkan dalam jangkauan pergaulan dan
dalam penelitian ini adalah keberadaannya. Sikap spiritual dan
melaksanakan penilaian terhadap sikap sikap sosial dalam kompetensi ini
yang dibagi dalam dua kompetensi dijabarkan secara spesifik dalam
sikap yaitu sikap spiritual dan sikap kompetensi dasar. oleh karena itu sikap
sosial. Kurikulum 2013 membagi yang diobservasi juga memperhatikan
kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap yang dikembangkan dalam
sikap spiritual yang terkait dengan kompetensi dasar.
pembentukan peserta didik yang Bentuk instrumen yang
beriman dan bertakwa, dan sikap sosial digunakan untuk observasi adalah
yang terkait dengan pembentukan pedoman observasi yang berupa daftar
peserta didik yang berakhlak mulia, cek atau skala penilaian (rating scale)
mandiri, demokratis, dan bertanggung yang disertai rubrik. Daftar cek
jawab. Pada jenjang SD, kompetensi digunakan untuk mengamati ada
sikap mengacu pada KI I dan KI II. tidaknya suatu sikap atau perilaku.
Sedangkan skala penilaian menentukan
Teknik Observasi posisi sikap atau perilaku siswa dalam
Kemendikbud (2013) suatu rentangan sikap.
menjelaskan bahwa observasi Pedoman observasi secara
merupakan teknik penilaian yang umum memuat pernyataan sikap atau
dilakukan secara berkesinambungan perilaku yang diamati dan hasil
dengan menggunakan indera, baik pengamatan sikap atau perilaku sesuai
secara langsung maupun tidak langsung kenyataan. Pernyataan memuat sikap
dengan menggunakan pedoman atau perilaku yang positif atau negatif
observasi yang berisi sejumlah sesuai indikator penjabaran sikap
indikator perilaku yang diamati. dalam kompetensi inti dan kompetensi
Observasi dilaksanakan oleh guru dasar. Rentangan skala hasil
secara langsung tanpa perantara orang pengamatan antara lain berupa: Selalu,
lain. Sedangkan observasi tidak sering, kadang-kadang, tidak
langsung dengan bantuan orang lain, pernah. Baik sekali, baik, cukup
seperti guru lain, orang tua, siswa, dan baik, kurang baik.
karyawan sekolah. Pedoman observasi dilengkapi
Teknik penilaian observasi juga dengan rubrik dan petunjuk
dapat digunakan untuk menilai pensekoran. Rubrik memuat
ketercapaian sikap spiritual dan sikap petunjuk/uraian dalam penilaian skala
sosial. Pengembangan teknik penilaian atau daftar cek. Sedangkan petunjuk
observasi untuk menilai sikap spiritual penskoran memuat cara memberikan
dan sikap sosial berasarkan pada skor dan mengolah skor menjadi nilai
kompetensi inti kedua ranah ini. Sikap akhir. Agar observasi lebih efektif dan
spiritual ditunjukkan dengan perilaku terarah hendaknya: Dilakukan dengan
beriman, bertaqwa, dan bersyukur. tujuan jelas dan direncanakan
Sedangkan sikap sosial sesuai sebelumnya, perencanaan mencakup
kompetensi inti tingkat SD indikator atau aspek apa yang akan
mengembangkan sikap jujur, disiplin, diamati dari suatu proses.
tanggung jawab, peduli (toleransi, Menggunakan pedoman observasi
gotong royong), santun, dan percaya berupa daftar cek atau skala, model

177 p-ISSN:1979-6633
e-ISSN:2460-7738
JURNAL TEMATIK Volume 8 No. 2 Agustus 2018

lainnya. Pencatatan dilakukan selekas adalah daftar cek dan skala penilaian
mungking tanpa diketahui oleh peserta (rating scale) dengan teknik sosiometri
didik Kesimpulan dibuat setelah berbasis kelas. Guru dapat
program observasi selesai menggunakan salah satu dari keduanya
dilaksanakan. atau menggunakan dua-duanya.
Instrumen ini digunakan sebagai cross
Teknik Penilaian Diri Sendiri check terhadap hasil penilaian diri yang
Penilaian diri merupakan dilakukan oleh peserta didik. Daftar
teknik penilaian dengan cara cek disusun oleh pihak sekolah dan
meminta peserta didik dapat diperbaiki atau disempurnakan
mengemukakan kelebihan dan setiap semester. Instrumen daftar cek
kekurangan dirinya, penguasaan yang disediakan oleh sekolah sekurang-
kompetensi yang ditargetkan, dan kurangnya 10 eksemplar untuk setiap
menghargai, menghayati serta peserta didik atau 20% dari jumlah
pengamalan perilaku berkepribadian peserta didik dalam satu rombongan
Jujur, Jujur adalah perilaku yang belajar. Peserta didik dinilai oleh teman
didasarkan pada upaya menjadikan satu kelasnya.
dirinya sebagai orang yang selaludapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, Jurnal Harian
dan pekerjaan. Skala Likert adalah Harian. Jurnal merupakan
skala yang dapat dipergunakan untuk catatan pendidik di dalam dan di luar
mengukur sikap, pendapat, dan kelas yang berisi informasi hasil
persepsi seseorang atau sekelompok pengamatan tentang kekuatan dan
orang mengenai suatu gejala atau kelemahan peserta didik yang berkaitan
fenomena pendidikan. dengan sikap dan perilaku. Guru
Dalam skala Likert terdapat dua memberikan penilaian kepada peserta
bentuk pernyataan yaitu pernyataan didik dengan memberikan deskripsi
positif yang berfungsi untuk mengukur terhadap sikap dan perilaku peserta
sikap positif, dan pernyataan negative didik khususnya berkaitan dengan
yang berfungsi untuk mengukur sikap Kompetensi Inti 1 (yang mencakup
negative objek sikap. menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya) dan
Penilaian Antarteman Kompetensi Inti 2 ( yaitu menghargai
Penilaian antar peserta didik dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
merupakan teknik penilaian dengan tanggung jawab, peduli, toleransi,
cara meminta peserta didik untuk gotong royong), santun, percaya diri)
saling menilai terkait dengan dalam berinteraksi secara efektif
pencapaian kompetensi. Aspek dengan lingkungan sosial dan alam
kompetensi yang dinilai adalah dalam jangkauan pergaulan dan
kompetensi inti spritual yaitu keberadaannya.
menghargai dan menghayati ajaran Beberapa hal yang perlu
agama yang dianutnya, dan kompetesi diperhatikan dalam membuat jurnal
inti sosial yaitu adalah: (1) catatan atas pengamatan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, guru harus objektif, (2) pengamatan
peduli (toleransi, gotong royong), dilaksanakan secara selektif, artinya
santun, dan percaya diri. yang dicatat hanyalah
Instrumen yang digunakan kejadian/peristiwa yang berkaitan
untuk penilaian antar peserta didik dengan Kompetensi Inti, dan (3)

p-ISSN:1979-6633 178
e-ISSN:2460-7738
Juli Andriani: Analisis Kesiapan Guru Kelas...

pencatatan segera dilakukan. Pedoman peneliti pernah menjadi tenaga


umum penyekoran jurnal: (1) pengajar sehingga akan memudahkan
penyekoran pada jurnal dapat peneliti memahami situasi guru dalam
dilakukan dengan menggunakan skala kesiapan guru mengimplementasikan
likert. Sebagai contoh skala 1 sampai penilaian autentik pada kompetensi
dengan 4. Bisa juga guru membuat ranah sikap. Selanjutnya, penelitian
rentang skala 5, ataupun 7, (2) guru yang sama belum pernah diteliti di
menentukan aspek-aspek yang akan sekolah tersebut.
diamati, (3) masingmasing aspek, guru
menentukan indikator yang diamati, (4) Tabel 1. Sekolah Dasar Kecamatan
setiap aspek yang sesuai dengan Tebing Tinggi Kota
indikator yang muncul pada diri peserta No Nama Sekolah Jumlah
didik diberi skor 1, sedangkan yang Guru Kelas
tidak muncul diberi skor 0, (5) IV
jumlahkan skor pada masingmasing 1. SD Negeri 2 (IV-X dan
aspek, (6) skor yang diperoleh pada 163080 IV-Y )
masing-masing aspek kemudian 2. SD Negeri 163084 1
direratakan, (7) nilai Sangat Baik (SB), 3. SD Swasta Inti 1
Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Nusantara
Jumlah 4
METODE PENELITIAN Sumber: KKG Guru Kelas,2015
Teknik pengumpulan data yang
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
digunakan adalah penelitian kualitatif observasi, wawancara dan
yang bersifat deskriptif. dokumentasi.
Subjek dalam penelitian ini Miles, Huberman, dan Saldana
adalah guru-guru Kelas IV Sekolah (1984) mengemukakan bahwa aktivitas
Dasar di 3 (tiga) Sekolah Dasar yang dalam analisis data kualitatif dilakukan
ada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota secara interaktif dan berlangsung
yeng berbeda yaitu Guru Kelas IV di 2 secara terus menerus sampai tuntas,
(dua) Sekolah SD Negeri dan Guru sehingga datanya sudah jenuh.
Kelas IV di 1 (satu) SD Swasta Kota Aktivitas dalam analisis data, yaitu
Tebing Tinggi. 2 Sekolah Dasar Negeri Reduksi Data (data condensation),
dan 1 Sekolah Dasar Swasta yang Penyajian Data (data display), dan
dipilih adalah Sekolah Dasar di bawah Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
naungan Dinas Pendidikan. (conclusion drawing/verification).
Dalam penelitian ini, 2 (dua)
Sekolah Dasar Negeri dan 1 ( satu) HASIL DAN PEMBAHASAN
Sekolah Dasar Swasta yang dipilih
dengan pertimbangan bahwa ke 3 (tiga) Penelitian pertama kali
sekolah yang sudah menerapkan dan dilaksanakan di SD Negeri 163080
melanjutkan penerapan penilaian dengan guru kelas IV-X dan IV-Y,
otentik pada kompetensi sikap sesuai penelitian yang kedua dilaksankan di
dengan kurikulum 2013, keterbukaan SD Negeri 163084 dengan guru kelas
Kepala Sekolah dan dewan guru IV dan penelitian yang ketiga
menerima perubahan dalam proses dilaksanakan di SD Swasta Inti
pembelajaran, sekolah tersebut Nusantara dengan guru kelas IV di
merupakan sekolah yang di mana Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Hasil

179 p-ISSN:1979-6633
e-ISSN:2460-7738
JURNAL TEMATIK Volume 8 No. 2 Agustus 2018

penelitian analisis kesiapan guru kelas berupa hasil wawancara, hasil obsevasi,
dalam mengimplementasi penilaian sertifikat atau surat tugas guru telah
otentik pada kopetensi ranah sikap di melakukan sosialisasi maupun seminar
sekolah dasar kecamattan Tebing atau workshop mengenai lembar
Tinggi Kota diperoleh melalui penilaian otentik pada kompetensi
observasi wawancara dan dokumentasi. sikap dan rapor.
Hal-hal yang akan dilakukan Berdasarkan hasil penelitian
dalam observasi antara lain : Proses diperoleh bahwa analisis kesiapan
kegiatan pelaksanaan dalam kurikulum guru dalam mengimplementasikan
2013, proses pembelajaran dalam penilaian otentik pada ranah sikap di
kurikulum 2013, pendekatan yang SD Kecamatan Tebing Tinggi Kota
digunakan dalam kurikulum 2013, dan dapat diketahui masih belum
model pembelajaran dalam kurikulum optimal hal ini ditunjukkan pada belum
2013 dan penilaian autentik pada meratanya sosialisasi dan pelatihan
kompetensi sikap. Kisi-kisi pedoman untuk guru-guru yang diadakan oleh
observasi yang telah peneliti susun pemerintah, belum efektifnya
terlihat pada lampiran. pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013
Sedangkan dalam wawancara yang diadakan oleh pemerintah untuk
secara garis besar ingin melihat apakah guru-guru, belum maksimalnya guru-
guru dapat menjelaskan bagaimana guru dalam pelaksanaaan pembelajaran
perubahan yang terjadi dalam struktur dalam kurikulum 2013 yaitu
kurikulum 2013 di sekolah dasar, pengelolaan waktu yang masih sangat
apakah guru dapat menjelaskan tentang terbatas, sarana dan prasarana belum
pendekatan yang digunakan dalam lengkap, serta penilaian yang dianggap
kurikulum 2013, bagaimana proses masih sangat sulit. Penggunaan buku
pembelajaran yang diharapkan dalam siswa dan buku guru sebagai sumber
kurikulum 2013, dari mana saja belajar guru hal tersebut tidak ada
informasi tentang kurikulum 2013 di masalah, dengan adanya buku siswa
dapatkan, menjelaskan bagaimana dan buku guru yang disediakan oleh
penilaian otentik dalam kompetensi pemerintah meringankan guru dan
sikap, apa kendala yang dihadapi siswa. Dengan demikian, guru sebagai
dalam implementasi penilaian otentik pengendali utama di dalam kegiatan
pada kompetensi sikap, serta proses pembelajaran di kelas perlu
bagaimana respon guru terhadap mencermati terlebih dahulu terhadap isi
perubahan kurikulum . Dari wawancara buku siswa maupun pegangan guru
tersebut tentunya akan dapat diketahui yang sudah disediakan oleh
bagaimana kesiapan guru kelas IV pemerintah.
dalam mengimplementasi penilaian
otentik pada kompetensi ranah sikap KESIMPULAN DAN SARAN
pada kurikulum 2013.
Dalam penelitian ini data-data Dari hasil penelitian
yang akan di dokomuntasi adalah foto analisis kesiapan guru dalam
kegiatan penelitian berupa kegiatan mengimplementasi penilaian otentik
guru dalam pembelajaran di kelas, pada ranah sikap di 3 SD Kecamatan
kegiatan guru dalam melakukan Tebing Tinggi Kota dapat diketahui
penilaian, dan kondisi siswa. Dokumen bahwa:
lainnya yang dikumpulkan berupa 1. Kesiapan guru dalam penilaian
rekap seluruh kegiatan penelitian baik otentik pada ranah sikap dengan

p-ISSN:1979-6633 180
e-ISSN:2460-7738
Juli Andriani: Analisis Kesiapan Guru Kelas...

teknik observasi diperoleh 2. Sekolah untuk terus memberikan


kesimpulan sudah sangat baik pengarahan kepada guru-guru
dalam pelaksanaannya terkait pada kurikulum 2013 agar
2. terdapat perbedaan dimana guru memiliki tanggung jawab
pelaksanaan penilain tersebut langsung terhadap kemajuan belajar
mendapat penilaian dari setiap siswa dan mampu mengembangkan
siswa ada yang sudah cukup baik penyusunan penilaian secara
walaupun masih belum optimal mandiri dan sesuaia dengan
dikarenakan alokasi waktu yang kompetensi mengajarnya.
singkat juga jumlah rombel yang Mengundang pembimbing dan nara
begitu besar dan ada yang sudah sumber kurikulum 2013 secara
maksimal karena jumlah rombel rutin untuk berdiskusi atau
yang sedikit juga mudah berdialog tentang penerapan
mengalokasikan waktu penilaian. kurikulum 2013.
3. Belum pernah terlaksana 3. Guru untuk meningkatkan
implementasi penilaian otentik kompetensi guru dalam
pada ranah sikap dengan teknik pelaksanaan kurikulum 2013
penilaian antar teman karena guru dengan harus banyak belajar dan
mengakui kekurangan keterbatasan mencari tahu terhadap perubahan
waktu mengalokasikan penilaian yang terjadi pada komponen
sikap antar teman. Dan perlu pendidikn khususnya mengenai
adanya bimbingan juga pelatihan penilaian yang begitu banyak aspek
yang harus diberikan kepada guru- pada tiap indikatornya.
guru tersebut perihal tentang
bagaimana sistematika penilian DAFTAR RUJUKAN
dalam kurikulum 2013.
4. Teknik penilaian jurnal sudah Abidin, 2014. Desain Sintem
terlaksana dengan sangat baik dan Pembelajaran dalam Konteks
tindak lanjutnya adalah bagi siswa Kurikulum 2013. Bandung:
yang perlu bimbingan lebih di Refika Aditama.
tingkatkan lagi dan terlaksana Hamalik, 2008. Dasar-dasar
sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan Kurikulum,
Adapun saran dari penulis Bandung: Remaja Rosdakarya.
adalah sebagai berikut: Kemendikbud. 2012. Bahan Uji
1. Pemerintah khususnya Dinas Publik Kurikulum 2013
Pendidikan Kota Tebing Tinggi (Pdf). Jakarta: Kemendikbud.
perlu dilakukan berbagai aspek Kemendikbud. 2012. Salinan
untuk memberikan pelatihan dan Lampiran Permendikbud No.
sosialisasi terkait pada kurikulum 54 tahun 2013. Jakarta:
2013 khususnya pada sistematika Kemendikbud.
tentang penilaian yang baik secara Kemendikbud. 2012. Salinan
merata kepada tiap-tiap guru di Lampira-Lampiran
bawah naungan Dinas Pendidikan Permendikbud No. 65 tahun
Kota Tebing Tinggi. Hal ini untuk 2013. Jakarta : Kemendikbud
merubah pemahaman dan Miles BM & AM Huberman. 2007.
pengetahuan guru-guru tentang Analisis Data Kualitatif: Buku
implementasi penilaian otentik Sumber Tentang Metode-
pada ranah sikap. metode Baru. Terjemahan

181 p-ISSN:1979-6633
e-ISSN:2460-7738
JURNAL TEMATIK Volume 8 No. 2 Agustus 2018

Tjetjep Rohendi Rohidi.


Jakarta: UI Pres.
Moleong, 2007, Metodologi
Penelitian Kualitatif,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2009. Standar
Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution S. 2008. Asas-Asas
Kurikulum. Edisi Kedua,
Jakarta: Bumi Aksara
Nurgiyantoro, B. 2011. Penilaian
Otentik. Yogyakarta: UGM
Press.

p-ISSN:1979-6633 182
e-ISSN:2460-7738

Anda mungkin juga menyukai