Anda di halaman 1dari 4

NAMA MAHASISWA: MITLITA WERDANINGSIH, S. Pd.

NOMOR PESERTA: 201699570164

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah terpilih
Akar Penyebab
No. yang akan Eksplorasi Alternatif Solusi Analisis Alternatif Solusi
masalah
diselesaikan
1. Rendahnya Guru kurang 1. Metode pemecahan masalah (problem solving) Berdasarkan hasil kajian literatur
minat baca maksimal dalam Kajian Literatur: dan wawancara yang telah
siswa. menerapkan (Rahmania, dkk.: 2015) menyatakan bahwa dilakukan, maka alternatif solusi
pembiasaan literasi literasi membaca dapat dilatih dengan paling yang tepat diterapkan di
membaca dalam menggunakan metode pemecahan masalah dalam kelas untuk menyelesaikan
kegiatan (problem solving), dalam pemecahan masalah akar penyebab masalah yaitu
pembelajaran. mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri dengan menggunakan
jawabannya tanpa bantuan khusus. pendekatan keterampilan
2. Metode pembelajaran bervariasi proses.
Kajian literatur: 1. Kelebihan pendekatan
(Kamara, dkk.: 2018) Upaya yang dapat keterampilan proses:
dilakukan oleh guru dalam pelaksanakan literasi a. Meningkatkan rasa ingin
di dalam pembelajaran bervariasi seperti tahu dan sikap ilmiah
menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk siswa.
melaksakan pembelajaran, menyediakan media b. Siswa akan aktif dalam
kartu kata, gambar dan teks cerita, membentuk pembelajaran dan
kelompok belajar di dalam kelas, menciptakan mengalami sendiri proses
sudut baca di dalam kelas serta melakukan mendapatkan konsep.
kunjungan keperpustakaan sekolah. c. Siswa menemukan sendiri
3. Pendekatan keterampilan proses konsep-konsep yang
Kajian literatur: dipelajari.
Pembelajaran membaca merupakan suatu proses d. Melatih siswa untuk
dimana terdapat kegiatan seorang pembaca berpikir lebih kritis.
untuk memperoleh kesenangan maupun 2. Kekurangan pendekatan
informasi. Pendekatan keterampilan proses keterampilan proses:
sangat efektif dilakukan untuk mengajarkan a. Membutuhkan waktu yang
pembelajaran membaca pada anak. Ada relatif lama untuk
beberapa tahapan dalam pendekatan proses melakukannya.
untuk mengajarkan anak membaca. Tahapan b. Untuk kelas dalam jumlah
tersebut meliputi tahap yang banyak tidak akan
persiapan,membaca,merespon, mengeksplor efektif, karena setiap siswa
bacaan dan tahap memperluas interpretasi memerlukan perhatian
(Tompkins & Hoskisson dalam Gantari, 2016) dari guru.
c. Memerlukan perencanaan
Hasil Wawancara dengan rekan guru (Theresia yang teliti.
Handayani) tanggal 4 Agustus 2022:
1. Pembiasaan dimulai dari lingkungan keluarga.
2. Memaksimalkan penggunaan sudut baca.
3. Menyelipkan pembiasan membaca bacaan non-
teks 10 menit sebelum pembelajaran dimulai.
4. Penggunaan model pembelajaran bervariasi
untuk meningkatkan daya literasi siswa di dalam
pembelajaran.
5. Menerapkan metode Reward and Punishment.
2. Siswa sulit dalam Kurangnya variasi 1. Pendekatan pembelajaran Matematika Berdasarkan hasil kajian literatur
memahami pembelajaran yang Realistik (PMR) dan wawancara yang telah
konsep dasar diterapkan guru Kajian Literatur: dilakukan, maka alternatif solusi
berhitung dalam pembelajaran. Dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran paling yang tepat diterapkan di
perkalian dan matematika yang dekat dengan pikiran siswa dalam kelas untuk menyelesaikan
pembagian. atau selalu mengaitkan matematika dalam akar penyebab masalah yaitu
kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan dengan menggunakan model
yang dapat digunakan yakni pendekatan pembelajaran kontekstual
pembelajaran Matematika Realistik (PMR). (contextual teaching and
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) learning).
merupakan pendekatan yang bermula pada 1. Kelebihan model
permasalahan yang nyata bagi siswa, pembelajaran kontekstual
mengutamakan keterampilan proses (process of (contextual teaching and
doing mathematics), diskusi dan kolaborasi, learning):
interaktif (tutor sebaya) dengan maksud agar a. Pembelajaran menjadi
mereka berkekuatan penuh untuk lebih bermakna dan riil.
bereksperimen, baik secara individu maupun b. Pembelajaran lebih
kelompok. (Jeheman et al.; Rismawati & Komala; produktif dan mampu
Siregar et al.; Yandiana & Ariani dalam Siregar, menumbuhkan penguatan
dkk.: 2021) konsep kepada siswa
2. Inovasi pembelajaran kooperatif tipe NHT karena metode
(Numbered Heads Together) pembelajaran CTL
Kajian pustaka menganut aliran
Sumarni (2016) menyatakan bahwa salah satu konstruktivisme, dimana
model pembelajaran yang dapat memfasilitasi seorang siswa dituntun
ketercapaian proses pembelajaran adalah untuk menemukan
melalui inovasi pembelajaran kooperatif. pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe, c. Kelas dalam pembelajaran
antara lain tipe NHT (Numbered Heads Together). Kontekstual bukan sebagai
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered tempat untuk memperoleh
Heads Together) lebih memungkinkan siswa informasi, akan tetapi
untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh sebagai tempat untuk
untuk memahami materi pelajaran, baik secara menguji data hasil temuan
berkelompok maupun individual. mereka di lapangan.
3. Model pembelajaran kontekstual (contextual d. Materi pelajaran dapat
teaching and learning) ditemukan sendiri oleh
Kajian literatur: siswa, bukan hasil
pemberian dari guru.
Menurut Wahyuni (2016), model pembelajaran
e. Penerapan pembelajaran
yang dianggap dapat menjadi inovasi dalam Kontekstual dapat
pembelajaran matematika adalah pembelajaran menciptakan suasana
kontekstual (contextual teaching and learning). pembelajaran yang
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching bermakna.
and learning) adalah konsep belajar yang 2. Kekurangan model
membantu guru mengaitkan antara materi yang pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
learning):
mendorong siawa membuat hubungan antara a. Diperlukan waktu yang
pengetahuan yang dimilikinya dengan cukup lama saat proses
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- pembelajaran Kontekstual
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama berlangsung.
pembelajaran kontekstual, yakni: b. Jika guru tidak dapat
konstruktivisme (constructivism), bertanya mengendalikan kelas maka
dapat menciptakan situasi
(questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat
kelas yang kurang
belajar (learning community), pemodelan kondusif.
(modeling), dan penilaian autentik (authentic c. Guru harus lebih intensif
assessment). Maka penulis ingin mengkaji dalam membimbing siswa,
tentang apa dan bagaimana pembelajaran karena dalam model
kontekstual (contextual teaching and learning). pembelajaran CTL, guru
tidak lagi berperan sebagai
Hasil Wawancara dengan rekan guru (Theresia pusat informasi, namun
Handayani) tanggal 4 Agustus 2022: mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja
1. Menggunakan media pembelajaran/ alat peraga
bersama untuk
dalam pembelajaran. menemukan pengetahuan
2. Menerapkan pembelajaran cooperative learning.
3. Memberikan metode-metode mengajar yang dan ketrampilan yang baru
sesuai dengan materi dan perkembangan siswa, bagi siswa.
misalnya membantu siswa menggunakan metode
jarimatika ketika siswa kesulitan menghafal
perkalian dasar.

Anda mungkin juga menyukai