Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA

ANALISIS KEBIASAAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN


BERBASIS PENDEKATAN METAKOGNITIF

Silvia Yanti1,*, Amin Fauzi2, Mulyono3

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebiasaan berpikir siswa melalui pembelajaran berbasis pendekatan
metakognisi. Subjek penelitian kelas VIII-4 MTs Hifzhil Qur’an Medan yang berjumlah 32 siswa. Instrumen penelitian
adalah angket kebiasaan berpikir siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebiasaan berpikir siswa setelah diterapkan
pembelajaran berbasis pendekatan metakognisi didapat bahwa dari 32 siswa terdapat 8 siswa memiliki kebiasaan berpikir
dengan kategori tinggi, 17 siswa memiliki kebiasaan berpikir siswa dengan kategori sedang dan 7 siswa memiliki kebiasaan
berpikir siswa dengan kategori rendah. Untuk setiap indikator kebiasaan berpikir siswa, pada beberapa indicator siswa
sudah memiliki kebiasaan berpikir yang baik. Hal ini dilihat dari jawaban siswa pada angket kebiasaan berpikir yang
diberikan siswa banyak yang setuju dengan pernyataan positif dan tidak setuju pada pernyataan negatif.
Kata Kunci: kebiasaan berpikir, pendekatan metakognisi

PENDAHULUAN permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sehingga


Pada perkembangannya, saat ini manusia membutuhkan dapat menyelesaikan permasalahan sesuai dengan yang di
kecakapan dalam menjalankan kehidupannya. Kecakapan- harapkan. Disinilah letak kebiasaan berpikir untuk
kecakapan hidup yang baik yang ada pada pada manusia menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dalam
tersebut akan membuat manusia bertahan dari persaingan pembelajaran matematika.
global. Namun kenyataannya pada masa sekarang ini “Pembelajaran matematika tidak hanya
banyak siswa yang belum memiliki kecakapan hidup yang mengembangkan aspek kognitif saja, melainkan juga
baik. Masih banyak siswa yang belum siap menghadapi pada aspek afektif, karena dalam proses pembelajaran
evaluasi yang diberikan oleh guru sehingga yang terjadi guru juga dituntut untuk terus mengembangkan nilai-nilai
adalah mereka berpikiran negatif untuk melakukan kehidupan” (Usman, 2009: 6). Artinya dalam diri siswa
kecurangan saat evaluasi diberikan. Hal tersebut dimulai pengembangan aspek afektif (sikap) merupakan aspek
dengan pikiran mereka yang telah kehilangan kekuatan penting yang harus dibentuk pada diri siswa. Hal ini
kebaikan. Mereka tidak membiasakan untuk selalu sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menjelaskan
berpikiran positif sehingga kecurangan tersebut terjadi. Hal bahwa sikap siswa yang identik dengan karakter
tersebut perlu ditinjau lebih dalam lagi melalui kebiasaan merupakan bagian terintegrasi dengan aspek kognitif dan
pikiran. psikomotorik yang memungkinkan individu untuk
Dalam kegiatan pembelajaran matematika konvensional memahami dan menyelesaikan segala sesuatu yang
biasanya kegiatan pembelajaran terpusat kepada guru, berkaitan dengan hidupnya.
mereka selalu menggunakan metode tanya jawab, di mana Dalam pembelajaran di kelas, kebiasaan berpikir
pertanyaan jarang muncul dari siswa, dan aktivitas di dalam (habits of mind) menjadi landasan siswa dalam
kelas didominasi dengan kegiatan catat mencatat yang dapat pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran siswa
mengakibatkan anak menjadi pasif dan kurang/tidak mampu akan dihadapkan pada permasalahan untuk diselesaikan.
mengembangkan kebiasaan berpikir para siswa dalam Maka dari itu siswa harus memiliki kebiasaan berpikir
proses pembelajaran. Maka dari itu siswa harus memiliki yang baik agar mampu merespon setiap permasalahan
kebiasaan berpikir yang baik agar mampu merespon setiap yang muncul dalam pembelajaran sehingga dapat
———————————————— menyelesaikan permasalahan sesuai dengan yang di
1Corresponding Author: Silvia Yanti harapkan.
Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Memiliki kemampuan habits of mind yang baik berarti
Medan, Medan, 20221, Indonesia
E-mail: silviayanti19@gmail.com
memiliki watak perilaku cerdas (to be have intelligently)
ketika menghadapi masalah atau jawaban yang tidak
2
Co-Author: Amin Fauzi segera diketahui. Dalam memecahkan masalah yang
Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri kompleks dituntut strategi penalaran, wawasan,
Medan, Medan, 20221, Indonesia
ketekunan, dan keahlian dari siswa. Tidak hanya perlu
3
Co-Author: Mulyono mengetahui bagaimana siswa menjawab berdasarkan apa
Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri yang diketahuinya saja, akan tetapi lebih mengetahui
Medan, Medan, 20221, Indonesia bagaimana siswa berperilaku ketika mereka dihadapkan
pada apa yang tidak mereka ketahui. Jadi, dengan

Nisa Cahya Pertiwi Lubis, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan
Metakognisi
Page 11
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

membentuk dan mengembangkan kemampuan habits of Pendekatan metakognisi merupakan pembelajaran


mind pada diri siswa berarti guru mendidik siswa agar yang menanamkan kepada siswa bagaimana mengontrol
menjadi pribadi yang memiliki karakter yang unggul, dan memanajemen aktivitas kognitif yang terdapat
peduli, tekun, jujur, kritis dan kreatif. didalamnya proses merencanakan (planning),
Habits of mind terbentuk ketika siswa merespon memonitoring (monitoring), dan mengevaluasi
jawaban atas suatu pertanyaan atau masalah yang (evaluation) informasi atau pengetahuan yang dimiliki
jawabannya tidak segera mereka ketahui, sehingga kita bisa seseorang dalam memecahkan masalah. Pendekatan
mengobservasi tidak hanya bagaimana siswa mengingat metakognitif mengacu kepada metode IMPROVE yang
sebuah pengetahuan akan tetapi lebih kepada bagaimana dikembangkan oleh Mevarech dan Kramarski (Kramarski
siswa menghasilkan sebuah pengetahuan. Kecerdasan dan Mevarech, 2014:171-172) yang menekankan pada
manusia tidak hanya dilihat dari pengetahuan yang pentingnya mengkonstruksi matematika melalui self
dimilikinya saja, tetapi dilihat juga dari bagaimana questioning yang berfokus kepada:
seseorang individu bertindak (Costa & Kallick, 2000:198). 1. Pertanyaan pemahaman masalah
Nurmaulita (2012) menyatakan bahwa habits of mind Pertanyaan ini mendorong siswa untuk merefleksikan
juga dapat dikatakan sebagai suatu perilaku positif yang masalah sebelum diselesaikannya. Dalam sebuah
ditunjukkan oleh siswa yang dilakukan secara berulang- pertanyaan pemahaman, siswa harus membaca masalah,
ulang dari waktu ke waktu secara otomatis. Artinya habits menggambarkan masalah dengan kata-kata mereka
of mind bukan merupakan bakat alamiah atau faktor bawaan sendiri dan mencoba memahami arti masalah tersebut.
melainkan suatu kebiasaan perilaku yang dipelajari dengan 2. Pertanyaan koneksi
sengaja dan sadar selama beberapa waktu dengan cara Pertanyaan ini mendorong siswa untuk melihat
pembiasaan. Habits of mind dapat juga digunakan sebagai persamaan atau perbedaan antara masalah yang mereka
respon terhadap pertanyaan dan jawaban sebuah masalah kerjakan sekarang dengan masalah yang telah mereka
yang tidak segera diketahui sehingga guru dapat mengamati pecahkan terlebih dahulu.
bagaimana siswa menghasilkan sebuah pengetahuan dari 3. Pertanyaan strategi
pada hanya mengingat pengetahuan tersebut. Pertanyaan ini mendorong siswa untuk
Hal yang sama juga disampaikan oleh Umar (2017) “in mempertimbangkan strategi yang tepat untuk
mathematics learning, students are need to be given much memecahkan masalah yang diberikan dan memberikan
opportunities to develop mathematical habits of mind and alasannya.
strong MHM dispositions and smart behavior. Through 4. Pertanyaan refleksi
strong MHM dispositions and smart behavior then they will Pertanyaan ini mendorong siswa untuk merefleksikan
be able to solve various life problems from simple until very cara atau strategi yang telah diajukan. Ini bertujuan agar
complex independently and with self-confident.” Yang siswa teliti dalam menjawab berbagai permasalahan.
bermakna bahwa dalam pembelajaran matematika siswa Sejalan dengan itu pula, Fauzi (2011:25) menyatakan
harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
berpikirnya agar mereka dapat menyelesaikan berbagai metakognitif sangat penting untuk mengembangkan
masalah, baik masalah yang mudah maupun kompleks. kemampuan siswa dalam mempelajari strategi kognitif.
Namun faktanya dilapangan berdasarkan wawancara Contohnya: bertanya pada diri sendiri, memperluas
peneliti dengan guru matematika bahwa masih banyak siswa aplikasi-aplikasi tersebut, dan mendapatkan pengendalian
yang melakukan kecurangan saat ujian, tidak menyelesaikan kesadaran atas diri mereka.
tugas yang diberikan, dan rasa ingin tahu yang rendah. Hal Arifin (2011) mengatakan bahwa umumnya guru
ini menunjukkan bahwa kebiasaan berpikir (habits of mind) menggunakan metode ceramah, penugasan atau berbasis
siswa masih rendah. pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah atau
Berdasarkan uraian keseluruhan latar belakang, peneliti penugasan tersebut berpotensi besar dalam
tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan mengembangkan strategi metakognisi, dan pemahaman
pembelajaran berbasis pendekatan metakognisi dan konsep matematika. Menurut Meichanbaum, Burland,
kebiasaan berpikir siswa yang berjudul “Pengembangan Gruson dan Cameron (Dalam Yamin, 2013:19)
Bahan Ajar Berbasis Kebiasaan Berpikir Siswa”. metacognition sebagai kesadaran orang akan mesin
pengetahuannya sendiri dan bagaimana mesin itu bekerja.
KAJIAN TEORITIS Pembelajaran metakognisi membantu guru dalam
Pendekatan Metakognisi menumbuhkembangkan kemampuan berpikir siswa.

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 12
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan akan dipelajari (materi


pendekatan metakognisi dapat dilakukan dengan prasyarat).
mengajukan pertanyaan-pertanyaan metakognisi kepada • Tenaga pendidik
siswa, dengan itu dapat mengaktifkan proses Berpikir siswa. menyampaikan tujuan
Dalam pendekatan metakognisi siswa dapat mengetahui pembelajaran yang ingin
kemampuan yang dimilikinya dan apa yang ia butuhkan dicapai pada pelajaran tersebut
dalam kegiatan belajarnya. dan memotivasi peserta didik
Pendekatan metakognisi dapat berperan dalam belajar
membantu siswa untuk mampu membimbing dan berperan Step 2 • Tenaga pendidik menjelaskan
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara Menyajikan konsep-konsep pelajaran yang
bermakna, sehingga kemampuan metakognisi sangat perlu informasi akan dipelajari dengan
dimiliki oleh siswa untuk digunakan selama proses mengemukakan masalah,
pembelajaran, dimana kemampuan untuk mengevaluasi memberi contoh bagaimana
pembelajaran metakognisi mereka dikaitan dengan upaya memecahkan masalah,
untuk mengakses pembelajaran dan pemahaman konsep merumuskan masalah, dan
matematis. Guru dalam pembelajaran dengan pendekatan menyelesaikan masalah
metakognisi di dalam kelas harus berusaha membelajarkan Step 3 • Tenaga pendidik memberikan
peserta didik untuk merencanakan, memantau, dan merevisi Planning informasi kepada peserta didik
pekerjaan mereka sendiri. (merancang) bagaimana prosedur
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan pembelajaran dengan
pendekatan metakognisi adalah pendekatan dalam pendekatan metakognisi
pembelajaran yang menanamkan kepada siswa bagaimana • Tenaga pendidik
mengontrol aktivitas kognitifnya melalaui proses mengkondisikan peserta didik
merencanakan (planning), memonitoring (monitoring), dan untuk belajar secara
mengevaluasi (evaluation) informasi atau pengetahuan individu/pasangan/kelompok
yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah. untuk menyelesaikan masalah
Secara sederhana proses pembelajaran dengan yang terdapat pada LKPD
pendekatan metakognitif menurut Yamin (2013:37-38) Step 4 • Tenaga pendidik mengarahkan
yaitu: Monitoring pengetahuan peserta didik
(a) Persiapan/Pembukaan (pebelajar mengingatkan (Memantau) melalui pertanyaan-pertanyaan
siswa materi prasyarat, dan menyampaikan tujuan); (b)
metakognitif yang tertera pada
Penyajian (pembelajar mengemukakan masalah dan
LKPD dan mengacu pada
memberikan contoh memecahkan masalah, pebelajar
materi yang dibahas
mengerjakan tugas, pebelajar membuat kesimpulan
• Tenaga pendidik memantau
materi yang dipelajari); (c) Penutup (pebelajar
peserta didik dalam
memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang
mengerjakan LKPD baik
dibuat pebelajar, pebelajar mengerjakan tes atau tugas
secara
yang diberikan pebelajar, pebelajar membuat
individu/pasangan/kelompok
kesimpulan hasil proses pembelajaran).
serta memberikan bantuan pada
peserta didik yang mengalami
Berdasarkan pendapat diatas adapun sintaks
kesulitan
pembelajaran dengan pendekatan metakognisi terdapat pada
tabel 2.1 berikut ini. • Memberikan kesempatan pada
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran dengan Pendekatan peserta didik untuk bertanya
Metakognisi tentang kesulitan yang
Fase Perilaku Tenaga Pendidik ditemukan dalam LKPD
Step 1 • Tenaga pendidik mengingatkan
Step 5 • Tenaga pendidik memanggil
Evaluasi salah satu peserta didik
Menyampaika peserta didik materi yang
(Penilaian) tertentu, kemudian peserta
n tujuan dan berkaitan dengan materi yang
memotivasi didik yang dipanggil mencoba
peserta didik menjawab pertanyaan pada

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 13
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

LKPD atau presentasi untuk otak; (11) berkarya, berimajinasi, berinovasi; (12)
seluruh kelas. menanggapi dengan kekaguman dan keheranan; (13)
• Tenaga pendidik memberikan berani mengambil resiko; (14) humoris (melakukan
penilaian dari hasil kerja penemuan dengan hal yang menyenangkan); (15) dapat
peserta didik. bekerja dan belajar dengan orang lain dalam tim; dan (16)
belajar berkelanjutan
Kebiasaan Berpikir
Habits of MIind muncul pada tahun 1982 yang bermula METODE PENELITIAN
pada ‘intelligent behaviors’ atau berperilaku cerdas dalam Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
menghadapi berbagai persoalan atau masalah sebagai kualitatif. Denzim dan Lincoln (dalam Moleong, 2017:5)
tingkatan (Zakiah, 2014). Habits dalam bahasa Indoensia menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian
berarti kebiasaan. Kebiasaan merupakan aktivitas yang yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
sering manusia lakukan secara berulang dan dilalui dengan menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
konsisten terjadi terus menerus, akhirnya mengakar pada jalan melibatkan berbagai metode yang ada”. Subjek
kehidupan seorang individu, sehingga terkadang terjadi penelitian ini adalah 32 siswa kelas VIII-4 MTs Hifzhil
secara spontan tanpa dipikir terlebih dahulu dan tanpa Qur’an Medan pada semester genap tahun ajaran
melalui proses kognitif. Kebiasaan dalam menggunakan 2020/2021. Adapun instrumen yang digunakan dalam
akal pikiran dalam bekerja atau melakukan aktivitas dapat penelitian ini adalah angket kebiasaan berpikir yang
disebut habits of mind atau kebiasaan berpikir. berjumlah 32 pernyataan dari 16 indikator kebiasaan
Costa dan Kallick (2000) mendefinisikan kebiasaan berpikir. Instrumen yang sudah dibuat divalidkan terlebih
berpikir sebagai kecenderungan untuk berpikir secara dahulu kepada para ahli kemudian diberikan kepada
intelektual atau cerdas ketika menghadapi masalah, subjek penelitian dan selanjutnya dianalisis lebih lanjut.
khususnya masalah yang tidak dengan segera diketahui Pengolahan data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan
penyelesaiannya. Selain itu, habits of mind adalah sikap dengan menggunakan Micrisoft Office Excel 2010 untuk
siswa dalam menghadapi persoalan yang terdiri dari menghitung presentasi skor kebiasaan berpikir secara
menebak dengan alasan, memeriksa kebenaran solusi suatu keseluruhan dan ditinjau berdasarkan masing-masing
permasalahan, mencari pola, menghemat memori, melihat indikator. Adapun syarat untuk menentukan pencapaian
kasus khusus, menggunakan representasi alternatif, dan kebiasaan berpikir siswa digunakan kriteria sebagai
berpikir aljabar (Ario, 2017). Hal ini berguna dalam berikut.
pembelajaran, bagaimana kebiasaan berpikir siswa dapat Tabel 2. Klasifikasi Pencapaian Kebiasaan Berpikir
diartikan oleh guru dalam pembelajaran secara Klasifikasi Pencapaian Interpretasi
berkelanjutan, sehingga dapat diterapkan oleh siswa dalam 𝑋 < (𝜇 − 1,0𝑠) Rendah
menyelesaikan permasalahan sehari-hari. (𝜇 − 1,0𝑠) ≤ 𝑋 < (𝜇 − 1,0𝑠) Sedang
Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya sebatas (𝜇 − 1,0𝑠) ≤ 𝑋 Tinggi
penekanan penguasaan materi atau konten pembelajaran, Sumber : Azwar, 2011
tetapi juga pengembangan kebiasaan berpikir siswa (habits Keterangan:
of mind) dalam matematika. Kebiasaan berpikir dalam µ : mean teoritis
matematika ini akan terbentuk dengan banyaknya pelatihan, s : deviasi standar
baik dalam keterampilan, sikap, dan pengalaman yang
dimiliki siswa. Selanjutnya, Costa dan Kallick (2000) juga HASIL DAN PEMBAHASAN
mendeskripsikan habits of mind kedalam 16 kebiasaan Analisis Angket Kebiasaan Berpikir Siswa Dilihat
berpikir yaitu: (1) ketekunan (pantang menyerah); (2) dari Distribusi Jawaban Siswa
mengelola tindakan secara tepat (menyelesaikan masalah Data kebiasaan berpikir siswa diperoleh melalui
dengan hati-hati); (3) berempati dengan orang lain; (4) penyebaran angket kebiasaan berpikir kepada siswa kelas
berpikir fleksibel; (5) metakognisi; (6) memeriksa akurasi; VIII-1 MTs Hifzhil Qur’an Medan. Skor kebiasaan
(7) mempertanyakan dan menemukan permasalahan; (8) berpikir siswa didapat dengan cara mempositifkan
menerapkan situasi masa lalu pada situasi yang baru; (9) seluruh pernyataan dan skor diubah dari data ordinal ke
berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat; (10) dalam data interval. Berdasarkan data angket kebiasaan
mencari data dengan semua indera yang dimiliki, baik beripikir siswa diperoleh 𝜇 = 75,84 dan SD = 12,4,
secara pendengaran, penciuman, perasa, peraba, gerakan,
dan penglihatan dalam memasukkan informasi ke dalam
Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 14
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

sehingga kriteria pengelompokkan siswa adalah sebagai Mempertanyakan


berikut. dan menemukan Negatif 1 7 18 6
permasalahan
Tabel 3. Kriteria Pencapaian Kebiasaan Berpikir Menerapkan Positif 5 13 10 4
Klasifikasi Pencpaian Interpretasi 8 pengetahuan masa
Negatif 5 12 10 5
Skor KB < 63,44 Rendah lalu di situasi baru
63,44 ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐾𝐵 < 88,24 Sedang Berpikir dan Positif 2 20 2 8
Skor KB ≥ 88,24 Tinggi berkomunikasi
9
dengan jelas dan Negatif 0 7 20 5
Berikut ini adalah jumlah siswa pada tiap kelompok. cermat
Mengumpulkan Positif 0 13 17 2
Tabel 4. Data Banyaknya Siswa Berdasarkan Skor 10 data dengan semua
Negatif 0 5 15 12
Kebiasaan Berpikir indera
Kelompok Jumlah Siswa Berkarya, Positif 2 16 14 0
Rendah 7 11 berimajinasi, dan
Negatif 0 2 18 12
Sedang 17 berinovasi
Ti nggi 8 Menanggapi Positif 4 16 7 5
Total 32 dengan
12
kekaguman dan Negatif 3 9 19 1
Berdasarkan Tabel … diatas diketahui kebiasaan keheranan
berpikir siswa pada kelompok rendah berjumlah 7 orang, Mengambil resiko Positif 11 19 2 0
13 yang
sedang 17 orang dan tinggu 8 orang. Dengan demikian dapat Negatif 2 5 19 6
bertanggungjawab
dilihat bahwa masih ada siswa yang memiliki kebiasaan Positif 4 21 6 1
berpikir pada kategori rendah. Untuk lebih jelas akan 14 Melihat humor
Negatif 0 4 15 13
dideskripsikan kecenderungan jawaban siswa kelas VIII-4 Berpikir secara Positif 15 16 1 0
15
MTs Hifzhil Qur’an Medan berdasarkan aspek kebiasaan interdependen Negatif 0 8 17 7
berpikir. Distribusi skor angket kebiasaan berpikir siswa Bersedia terus Positif 8 22 2 0
16
disajikan secara keseluruhan pada Tabe 5 berikut. belajar Negatif 0 0 15 17

Tabel 5. Distribusi Jawaban Siswa Distribusi skor angket kebiasaan berpikir pada
N Jawaban Tabel 5 diatas akan dijelaskan secara lengkap sebagai
Indikator Keterangan
o berikut.
SS S TS STS
1. Indikator berteguh hati
Positif 9 20 3 0 Distribusi skor angket kebiasaan berpikir untuk
1 Berteguh hati
Negatif 3 5 22 2 indikator tersebut terlihat pada Tabel 6 berikut.
Mengendalikan Positif 5 15 9 3
2
impulsivitas Negatif 1 4 22 5
Mendengarkan Positif 6 16 8 2 Tabel 6.Distribusi Angket pada Indikator Berteguh
3 dengan pengertian Hati
Negatif 5 7 18 2
dan empati Jawaban
Positif 12 19 1 0 Pernyataan
4 Berpikir fleksibel SS S TS STS
Negatif 3 10 16 3
Saya mencoba berkali-kali 9 20 3 -
Berpikir tentang Positif 6 23 2 1
ketika gagal menyelesaikan 62,5
5 berpikir 28,1% 9,4% -
Negatif 5 9 12 6 soal matematika %
(metakognisi)
Ketika saya menemui 3 5 22 2
Positif 11 17 3 1
6 Memeriksa akurasi kesulitan dalam 9,4% 15,6 68,8 6,2
Negatif 0 10 14 8
menyelesaikan soal, saya % % %
7 Positif 10 20 2 0

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 15
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

tidak mengulang membaca pada proses pembelajaran mereka akan mengalami


soal dengan teliti kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Siswa bertanya kepada guru jika mereka merasa kesulitan
Pada indikator berteguh hati, pada pernyataan positif memahami perintah dalam soal yang diberikan, dengan
sebanyak 28,1% siswa menjawab sangat setuju dan 62,5% begitu dapat disimpulkan bahwa kebiasaan siswa pada
siswa menjawab setuju. Pada pernyataan ini siswa merasa indicator mengendalikan impulsivitasini, siswa berusaha
tertantang ketika kesulitan dalam proses menyelesaikan soal memahami perintah sebelum menyelesaikan masalah
matematika. Sedangkan pada pernyataan negatif sebanyak matematika yang diberikan.
68,8% siswa menjawab tidak setuju dan 6,2% siswa 3. Mendengarkan dengan perhatian dan empati
menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyatan ini terlihat Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut
bahwa siswa akan mengulang membaca soal ketika dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
mengalami kesulitan. Dari kedua pernyataan positif dan
negatif terlihat bahwa masih ada siswa yang belum memiliki Tabel 8. Distribusi Angket pada Indikator
Mendengarkan dengan perhatian dan empati
sikap berteguh hati, hal ini perlu diperhatikan oleh para guru
Jawaban
dalam proses pembelajaran selanjutnya guru tetap Pernyataan
SS S TS STS
memberikan motivasi agar siswa tidak mudah menyerah Saya berkonsentrasi ketika 6 16 8 2
dalam menyelesaikan soal matematika. menyimak penjelasan dari
18,8% 6,2
2. Indikator Mengendalikan Impulsivitas teman dalam proses 50% 25%
% %
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat pembelajaran matematika
dilihat pada Tabel 7 berikut. Saya tidak menerima saran 5 7 18 2
dari teman apabila salah 15,6 21,9 56,3 6,2
Tabel 7. Distribusi Angket pada Indikator dalam mengerjakan soal % % % %
Mengendalikan Impulsivitas Pada indikator mendengarjan dengan perhatian dan
Jawaban empati, pada pernyataan positif sebanyak 18,8% siswa
Pernyataan menjawab sangat setuju dan 50% siswa menjawab setuju.
SS S TS STS
Pada pernyataan ini terlihat bahwa siswa cenderung setuju
Saya berusaha memahami 5 15 9 3 dengan pernyataan mampu memngendalikan
perintah yang ada dalam impulsivitas. Sedangkan pada pernyataan negatif
soal sebelum menyelesaikan 15,6 46, 28,1 9,4 sebanyak 56,3% siswa menjawab tidak setuju dan 6,2%
masalah matematika yang % 9% % % siswa menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyatan ini
diberikan terlihat bahwa siswa tidak setuju dengan pernyataan yang
Saya menyelesaikan 1 4 22 5 diberikan. Dari kedua pernyataan positif dan negatif
masalah matematika yang 3,1 12 68,8 15,6 terlihat bahwa masih ada siswa yang belum memiliki
diberikan tanpa % ,5 % % perhatian dan empati. Dengan demikian dapat
memperhatikan instruksi % disimpulkan bahwa sebagian besar siswa masih memiliki
yang ada kepekaan terhadap sesame, rasa empati kepada teman,
Pada indikator mengendalikan impulsivitas, pada dan juga mau menjadi pendengar yang baik dalam proses
pernyataan positif sebanyak 15,6% siswa menjawab sangat pembelajaran.
setuju dan 46,9% siswa menjawab setuju. Pada pernyataan 4. Berpikir fleksibel
ini terlihat bahwa siswa cenderung setuju dengan Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut
pernyataan mampu memngendalikan impulsivitas. dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Sedangkan pada pernyataan negatif sebanyak 68,8% siswa
Tabel 9. Distribusi Angket pada Indikator Berpikir
menjawab tidak setuju dan 15,6% siswa menjawab sangat fleksibel
tidak setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa siswa tidak Jawaban
setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari kedua Pernyataan
SS S TS STS
pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa masih ada 12 19 1 -
siswa yang tidak memahami perintah dengan baik, sehingga

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 16
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

Saya bersedia menyesuaikan menjawab tidak setuju, dan 3,1% siswa menjawab sangat
pemikiran saya ketika ada tidak setuju. Pada pernyataan ini terlihat bahwa siswa
37,5% 59,4
informasi baru yang lebih 3,1% - cenderung setuju dengan pernyataan mampu berpikir
% %
tepat mengenai masalah tentang berpikir. Sedangkan pada pernyataan negatif
matematika sebanyak 18,8% siswa menjawab sangat tidak setuju,
Saya tidak menyukai 3 10 16 3 37,5% siswa menjawab tidak setuju, 28,1% siswa
penyelesaian masalah 9,4% 31,2 50 9,4 menjawab setuju, dan 15,6% siswa menjawab sangat
matematika dengan cara % % % setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih banyak
yang bervariasi siswa yang setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari
Pada indikator berpikir fleksibel, pada pernyataan positif kedua pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa masih
sebanyak 37,5% siswa menjawab sangat setuju, 59,4% banyak siswa yang tidak dapat mengevaluasi dirinya
siswa menjawab setuju, 3,1 % siswa menjawab tidak setuju, sendiri. Padahal evaluasi diri merupakan hal yang penting
dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. dalam proses pembelajaran. Jika siswa belum bisa
Pada pernyataan ini terlihat bahwa siswa cenderung setuju mengevaluasi diri dalam pembelajaran makan proses
dengan pernyataan mampu berpikir fleksibel. Sedangkan untuk mencapai prestasi yang mebih baik akan sulit
pada pernyataan negatif sebanyak 9,4% siswa menjawab diraih.
sangat tidak setuju, 50% siswa menjawab tidak setuju, 6. Memeriksa akurasi
31,2% siswa menjawab setuju, dan 9,4% siswa menjawab Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut
sangat setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
banyak siswa yang setuju dengan pernyataan yang
diberikan. Dari kedua pernyataan positif dan negatif terlihat Tabel 11. Distribusi Angket pada Indikator
bahwa masih banyak siswa yang tidak menyukai adanya Memeriksa akurasi
pemikiran atau informasi baru, siswa cenderung selalu Jawaban
Pernyataan
melakukan hal yang sama dalam menyelesaikan masalah SS S TS STS
matematika. Sehingga guru harus membuat kegiatan Saya selalu memeriksa 11 17 3 1
pembelajran yang merangsang siswa harus berpikir secara kembali hasil penyelesaian
53,1 3,1
berkelanjutan. Sehingga siswa bisa menyesuaikan dari masalah matematika 34,4% 9,4%
% %
pemikirannya ketika ada informasi baru yang lebih tepat yang saya kerjakan
dalam menyelesaikan masalah matematika. Saya tidak teliti ketika - 10 14 8
5. Berpikir tentang berpikir (metakognisi) menyelesaikan - 31,2 43,4 25
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat permasalahan matematika % % %
dilihat pada Tabel 10 berikut. Pada indikator memeriksa akurasi, pada pernyataan
positif sebanyak 34,4% siswa menjawab sangat setuju,
Tabel 10. Distribusi Angket pada Indikator Berpikir 53,1% siswa menjawab setuju, 9,4 % siswa menjawab
tentang berpikir (metakognisi) tidak setuju, dan 3,1% siswa menjawab sangat tidak
Jawaban setuju. Pada pernyataan ini terlihat bahwa masih ada
Pernyataan
SS S TS STS siswa yang tidak setuju dengan pernyataan mampu
Saya mengevaluasi diri 6 23 2 1 memeriksa akurasi. Sedangkan pada pernyataan negatif
ketika saya berbuat sebanyak 25% siswa menjawab sangat tidak setuju,
kesalahan dalam 18,8 71, 3,1 43,4% siswa menjawab tidak setuju, 31,2% siswa
6,2% menjawab setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab
menyelesaikan persoalan %% 9% %
matematika sangat setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih ada
Saya tidak mengetahui 5 9 12 6 beberapa siswa yang setuju dengan pernyataan yang
dengan baik apa yang sudah 15,6 28 37,5 18,8 diberikan. Dari kedua pernyataan positif dan negatif
dan belum saya kuasai % ,1 % % terlihat bahwa masih banyak siswa yang tidak teliti ketika
ketika mempelajari % menyelesaikan masalah matematika. Padahal ketelitian
matematika merupakan tahapan yang harus dilakukan oleh siswa
Pada indikator berpikir tentang berpikirl, pada mengingat saat mengerjakan soal membutuhkan
pernyataan positif sebanyak 18,8% siswa menjawab sangat ketelitian. Sebaikanya guru dapat memberikan perhatian
setuju, 71,9% siswa menjawab setuju, 6,2 % siswa khusus agar siswa dapat meningkatkan ketelitiannya

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 17
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

dengan melakukan pendekatan saat siswa sedang Saya dapat menggunakan


mengerjakan soal matematika. konsep matematika yang
40,6 31,3 12,5
7. Mempertanyakan dan menemukan permasalahan telah dipelajari untuk 15,6%
% % %
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat mempelajari konsep
dilihat pada Tabel 12 berikut. matematika yang baru
Ketika diberi materi baru 5 12 10 5
Tabel 12. Distribusi Angket pada Indikator maka saya lupa materi 15,6 37,5 31,3 15,6
Mempertanyakan dan menemukan permasalahan sebelumnya % % % %
Jawaban Pada indikator menerapkan pengetahuan masa lalu di
Pernyataan
SS S TS STS situasi baru, pada pernyataan positif sebanyak 15,6%
Saya selalu 10 20 2 0 siswa menjawab sangat setuju, 40,6% siswa menjawab
mempertanyakan tentang setuju, 31,3% siswa menjawab tidak setuju, dan 12,5%
apa yang saya kurang siswa menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyataan ini
31,3% 62,5
pahami kepada teman atau 6,2% - terlihat bahwa masih banyak siswa yang setuju dengan
% %
guru tentang persoalan pernyataan yang diberikan. Sedangkan pada pernyataan
matematika negatif sebanyak 15,6% siswa menjawab sangat tidak
Saya tidak senang mencari 1 7 18 6 setuju, 31,3% siswa menjawab tidak setuju, 37,5% siswa
solusi permasalahan 3,1% 21,9 56,2 18,8 menjawab setuju, dan 15,6% siswa menjawab sangat
matematika yang sulit % setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih banyak
dengan bertanya kepada guru siswa yang setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari
ataupun teman kedua pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa masih
Pada indikator mempertanyakan dan menemukan banyak siswa yang belum mampu menerapkan
permasalahan, pada pernyataan positif sebanyak 31,3% pengetahuan yang telah dimiliki dimasa lalu untuk
siswa menjawab sangat setuju, 62.5% siswa menjawab diterapkan pada situasi yang baru.
setuju, 6,2 % siswa menjawab tidak setuju, dan tidak ada 9. Berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat
siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyataan Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut
ini terlihat bahwa hampir semua siswa tidak setuju dengan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
pernyataan yang diberikan. Sedangkan pada pernyataan
negatif sebanyak 18,8% siswa menjawab sangat tidak Tabel 14. Distribusi Angket pada Indikator Berpikir
setuju, 56,2% siswa menjawab tidak setuju, 21,9% siswa dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat
menjawab setuju, dan 3,1% siswa menjawab sangat setuju. Jawaban
Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih ada beberapa siswa Pernyataan
SS S TS STS
yang setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari kedua Dengan menyusun 2 20 2 8
pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa masih ada perhitungan yang tepat, saya
beberapa siswa yang tidak melatih kemampuannya untuk bersemangat untuk
bertanya tentang apa yang mereka kurang pahami baik 62,5 6,25 25
meyakinkan orang lain 6,25%
kepada teman maupun guru. Hal ini harus bisa diatasi oleh % % %
bahwa solusi dari persoalan
guru dengan menerapkan pembelajaran interaktif. Dengan yang saya kerjakan benar
begitu, kekurangtahuan siswa akan suatu persoalan Saya tidak mampu - 7 20 5
matematika berkurang dan berdampak pada pemahamn menjelaskan konsep - 21,9 62,5 15,6
siswa yang meningkat. matematika yang telah saya % % %
8. Menerapkan pengetahuan masa lalu di situasi baru pahami dengan bahasa yang
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat mudah dimengerti oleh
dilihat pada Tabel 13 berikut. teman baik secara lisan
maupun tulisan
Tabel 13. Distribusi Angket pada Indikator Pada indikator berpikir dan berkomunikasi dengan
Menerapkan pengetahuan masa lalu di situasi baru jelas dan cermat, pada pernyataan positif sebanyak 6,25%
Jawaban siswa menjawab sangat setuju, 62,5% siswa menjawab
Pernyataan
SS S TS STS setuju, 6,25% siswa menjawab tidak setuju, dan 25%
5 13 10 4 siswa menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyataan ini

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 18
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

terlihat bahwa masih banyak siswa yang tidak setuju dengan SS S TS STS
pernyataan yang diberikan. Sedangkan pada pernyataan Saya merasa tertantang untuk 2 16 14 -
negatif sebanyak 15,6% siswa menjawab sangat tidak menemukan hal baru dalam
setuju, 62,5% siswa menjawab tidak setuju, 21,9% siswa matematika, terutama 43,8
menjawab setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab 6,2% 50% -
aplikasinya dalam kehidupan %
sangat setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa sudah lebih sehari-hari
banyak siswa yang berani untuk meyakinkan orang lain Mencari solusi baru dari - 2 18 12
bahwa solusi dari permasalahan matematika yang masalah matematika buang- - 6,2 56,3 37,5
dikerjakannya benar. Hal ini berdampak positif pada buang waktu saja % % %
kepercayaan diri siswa, yang akan berdampak baik pada Pada indikator berkarya, berimajinasi, dan berinovasi,
hasil belajar siswa. pada pernyataan positif sebanyak 6,2% siswa menjawab
10. Mengumpulkan data dengan semua indera. sangat setuju, 50% siswa menjawab setuju, 43,8% siswa
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat menjawab tidak setuju, dan tidak ada siswa yang
dilihat pada Tabel 15 berikut. menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyataan ini terlihat
bahwa masih banyak siswa yang tidak setuju dengan
Tabel 15. Distribusi Angket pada Indikator pernyataan yang diberikan. Sedangkan pada pernyataan
Mengumpulkan data dengan semua indera negatif sebanyak 37,6% siswa menjawab sangat tidak
Jawaban setuju, 56,3% siswa menjawab tidak setuju, 6,2% siswa
Pernyataan
SS S TS STS menjawab setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab
Menggunakan perasaan - 13 17 2 sangat setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih
untuk memperkirakan banyak siswa yang setuju dengan pernyataan yang
40,6 53,1 6,3
jawaban adalah hal yang - diberikan. Dari kedua pernyataan positif dan negatif
% % %
sering saya lakukan terlihat bahwa lebih dari setengah jumlah siswa sudah
Saya tidak aktif menuliskan - 5 15 12 mulai tertantang untuk menemukan hal baru. Ini
materi matematika - 15,6 46,9 37,5 merupakan langkah awal bagi siswa untuk berkarya,
berdasarkan yang saya lihat % % % berimajinasi, dan berinovasi.
dan saya dengar dari 12. Menanggapi dengan kekaguman dan keheranan
penjelasan guru Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut
Pada indikator mengumpulkan data dnegan semua dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
indera, pada pernyataan positif tidak ada siswa menjawab
sangat setuju, 40,6% siswa menjawab setuju, 53,1% siswa Tabel 17. Distribusi Angket pada Indikator
menjawab tidak setuju, dan 6,3% siswa menjawab sangat Menanggapi dengan kekaguman dan keheranan
tidak setuju. Pada pernyataan ini terlihat bahwa masih Jawaban
Pernyataan
banyak siswa yang tidak setuju dengan pernyataan yang SS S TS STS
diberikan. Sedangkan pada pernyataan negatif sebanyak Saya kagum ketika teman 4 16 7 5
37,5% siswa menjawab sangat tidak setuju, 46,9% siswa yang lain dapat
menjawab tidak setuju, 15,6% siswa menjawab setuju, dan menyelesaikan masalah 21,9 15,6
tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju. Pada 12,5% 50%
matematika yang diberikan % %
pernyatan ini terlihat bahwa masih banyak siswa yang setuju oleh guru
dengan pernyataan yang diberikan. Dari kedua pernyataan Saya tidak suka menanggapi 3 9 19 1
positif dan negatif terlihat bahwa siswa sudah terbiasa pendapat teman-teman saya 28,1 59,4 3,1
menggunakan semua inderanya untuk mengumpulkan data ketika berdiskusi 9,4% % % %
guna menyelesaikan masalah matematika. Pada indikator menanggapi dengan kekaguman dan
11. Berkarya, berimajinasi, dan berinovasi keheranan, pada pernyataan positif sebanyak 12,5% siswa
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat menjawab sangat setuju, 50% siswa menjawab setuju,
dilihat pada Tabel 16 berikut. 21,9% siswa menjawab tidak setuju, dan 15,6% siswa
menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyataan ini terlihat
Tabel 16. Distribusi Angket pada Indikator Berkarya, bahwa masih banyak siswa yang tidak setuju dengan
berimajinasi, dan berinovasi pernyataan yang diberikan. Sedangkan pada pernyataan
Pernyataan Jawaban negatif sebanyak 3,1% siswa menjawab sangat tidak

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 19
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

setuju, 59,4% siswa menjawab tidak setuju, 28,1% siswa sesuatu hal yang berbeda dari
menjawab setuju, dan 9,4% siswa menjawab sangat setuju. biasanya
Pada pernyatan ini terlihat bahwa masih ada siswa yang Saya tidak senang jika dalam - 4 15 13
setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari kedua pembelajaran matematika -
pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa siswa mulai 14,5 46,9 40,6
ada teman yang membuat
memiliki rasa kagum terhadap temannya. Hal ini dapat % % %
humor
meningkatkan kemampuan tenggang rasa diantara para Pada indikator melihat humor, pada pernyataan positif
siswa. sebanyak 12,5% siswa menjawab sangat setuju, 65,6%
13. Mengambil resiko yang bertanggungjawab siswa menjawab setuju, 18,8% siswa menjawab tidak
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut dapat setuju, dan 3,1% siswa menjawab sangat tidak setuju.
dilihat pada Tabel 18 berikut. Pada pernyataan ini terlihat bahwa masih ada beberapa
siswa yang tidak setuju dengan pernyataan yang
Tabel 18. Distribusi Angket pada Indikator Mengambil diberikan. Sedangkan pada pernyataan negatif sebanyak
resiko yang bertanggungjawab 40,6% siswa menjawab sangat tidak setuju, 46,9% siswa
Jawaban menjawab tidak setuju, 14,5% siswa menjawab setuju,
Pernyataan
SS S TS STS dan tidak siswa menjawab sangat setuju. Pada pernyatan
Ketika saya mengemukakan 11 19 2 - ini terlihat bahwa hanya sedikit siswa yang setuju dengan
pendapat, saya harus siap pernyataan yang diberikan. Dari kedua pernyataan positif
34,4 59,4
menerima tanggapan dari 6,2% - dan negatif terlihat bahwa siswa merasa senang jika dalam
% %
teman-teman proses pembelajaran matematika ada hal yang berbeda
Saya tidak berani 2 5 19 6 dari biasanya.
mengungkapkan 15. Berpikir secara interdependen
15,6 59,4 18,8 Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut
pengetahuan yang saya 6,2
% % % dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.
miliki walaupun benar %
Pada indikator mengambil resiko yang bertanggung
jawab, pada pernyataan positif sebanyak 34,4% siswa Tabel 20. Distribusi Angket pada Indikator Berpikir
menjawab sangat setuju, 59,4% siswa menjawab setuju, secara interdependen
6,2% siswa menjawab tidak setuju, dan tidak ada siswa yang Jawaban
Pernyataan
menjawab sangat tidak setuju. Pada pernyataan ini terlihat SS S TS STS
bahwa hanya sedikit siswa yang tidak setuju dengan Saya selalu berpartisipasi 15 16 1 -
pernyataan yang diberikan. Sedangkan pada pernyataan secara aktif dalam setiap
negatif sebanyak 18,8% siswa menjawab sangat tidak proses pembelajaran
46,9% 50% 3,1% -
setuju, 59,4% siswa menjawab tidak setuju, 15,6% siswa matematika yang
menjawab setuju, dan 6,2% siswa menjawab sangat setuju. dilaksanakan bersama-sama
Pada pernyatan ini terlihat bahwa hanya sedikit siswa yang Saya tidak senang belajar - 8 17 7
setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari kedua matematika dalam kelompok - 25 53,1 21,9
pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa siswa sudah % % %
mulai berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas Pada berpikir secara interdependen, pada pernyataan
apa yang dikerjakannya. positif sebanyak 46,9% siswa menjawab sangat setuju,
14. Melihat humor 50% siswa menjawab setuju, 3,1% siswa menjawab tidak
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak
dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. setuju. Pada pernyataan ini terlihat bahwa hanya 1 orang
siswa yang tidak setuju dengan pernyataan yang
Tabel 19. Distribusi Angket pada Indikator Melihat diberikan. Sedangkan pada pernyataan negatif sebanyak
humor 21,9% siswa menjawab sangat tidak setuju, 53,1% siswa
Jawaban menjawab tidak setuju, 25% siswa menjawab setuju, dan
Pernyataan
SS S TS STS tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju. Pada
Saya merasa terhibur jika 4 21 6 1 pernyatan ini terlihat bahwa hanya sedikit siswa yang
dalam proses pembelajaran 12,5 65,6 18,8 3,1 tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari
matematika menemukan % % % % kedua pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa siswa

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 20
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PARADIKMA
Vol. 14 No. 2, Desember 2021

sudah terbiasa belajar secara bersama-sama dalam proses DAFTAR PUSTAKA


pembelajaran. Hal ini tentunya sangat baik bagi siswa,
karena dengan belajar secara berkelompok atau bersama- Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
sama siswa dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan. Remaja Rosdakarya
16. Bersedia terus belajar Ario, M. 2017. Perbandingan Peningkatan Kemampuan
Distribusi skor angket kebiasaan berpikir tersebut Penalaran Matematis dan Mathematical Habits of
dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. Mind antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran
Berbasiss Masalah dengan Siswa yang Mendapat
Tabel 21. Distribusi Angket pada Indikator Bersedia Pembelajaran Penemua Terbimbing. Tesis UPI:
terus belajar Tidak diterbitkan
Jawaban Costa, A.L. & Kallick, B. 2000. Belajar dan Memimnpin
Pernyataan
SS S TS STS dengan “ Kebiasaan Pikiran”. Jakarta: Indeks
Saya berusaha untuk tetap 8 22 2 - Fauzi, K.M.S. 2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi
belajar memahami konsep Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan
matematika yang sedang 68,8 Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah
25% 6,2% - Menengah Pertama. International Seminar and the
dipelajari meskipun materi %
tersebut terasa sulit Fourth National Conference on Mathematics
Saya memandang belajar - - 15 17 Education 2011 Department of Mathematics
matematika adalah kegiatan Education, Yogyakarta State University. ISBN:
46,9 53,1 978-979-16353-7-0
yang tidak berguna dan sia- - -
% % Hasanah, Azwar. (2011). Peningkatan Kemampuan
sia
Pada indikator bersedia terus belajar, pada pernyataan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa
positif sebanyak 25% siswa menjawab sangat setuju, 68,8% Sekolah Menengah Atas melalui Pendekatan
siswa menjawab setuju, 6,2% siswa menjawab tidak setuju, Kontekstual Berbasis Intuisi. Disertasi Doktor
dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. pada SPS. UPI: Tidak diterbitkan
Pada pernyataan ini terlihat bahwa hanya 2 orang siswa Kramarski & Mevarech. 2003. “Enhancing Methematical
yang tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. Reasoning in the Classroom: The Effects of
Sedangkan pada pernyataan negatif sebanyak 53,1% siswa Cooperative Learning and Metacognitive
menjawab sangat tidak setuju, 46.9% siswa menjawab tidak Learning.American Educational Research Journal
setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab setuju maupun (Online) Vol.40 : 281-310
sangat setuju. Pada pernyatan ini terlihat bahwa tidak ada Moleong, L. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif,
siswa yang setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari Penerbit: PT Remaja Rosdakarya
kedua pernyataan positif dan negatif terlihat bahwa siswa Nurmaulita. (2014). Pembentukan Habits of Mind Siswa
merasa bahwa belajar matematika itu tidak sulit dan belajar Melalui Pembelajaran Salingtemas pada Mata
matematika itu tidak sia-sia. Pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol.3
No.1. ISSN 2252-732X
Umar, Wahid. 2017. Constructing Means Ends Analysis
KESIMPULAN Instruction to Improve Students’ Critical Thinking
Kebiasaan berpikir siswa setelah diterapkan Ability and Mathematical Habits of Mind
pembelajaran berbasis pendekatan metakognisi didapat Dispositions. International Journal of Education
bahwa dari 32 siswa terdapat 8 siswa memiliki kebiasaan and Research. Vol. 5, No.2
berpikir dengan kategori tinggi, 17 siswa memiliki Yamin. 2013. Strategi dan Metode dalam Model
kebiasaan berpikir siswa dengan kategori sedang dan 7 Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press
siswa memiliki kebiasaan berpikir siswa dengan kategori Group.
rendah. Untuk setiap indikator kebiasaan berpikir siswa, Zakiah, N. E. 2014. Pembelajaran dengan Pendekatan
pada beberapa indicator siswa sudah memiliki kebiasaan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan
berpikir yang baik. Hal ini dilihat dari jawaban siswa pada Metakognitif dan Mathematical Habits of Mind
angket kebiasaan berpikir yang diberikan siswa banyak Siswa SMP. Tesis UPI: Tidak diterbitkan
yang setuju dengan pernyataan positif dan tidak setuju pada
pernyataan negatif.

Silvia Yanti, Amin Fauzi, Mulyono, Analisis Kebiasaan Berpikir Siswa melalui Penerapan Pembelajaran
Page 21

Anda mungkin juga menyukai