Oleh: Nur Hidayati Esti Sasiwi, Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, nur.hidayati2016@student.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam muatan ajar IPS melalui
model Problem Based Learning pada siswa kelas IV SD Negeri Patragaten. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas dengan model spiral berdasarkan Kemmis & McTaggart yang terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data pada
penelitian berdasarkan pada refleksi setiap siklus. Data penelitian diperoleh dari analisis secara deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang ditunjukkan melalui hasil tes evaluasi pada akhir siklus.
Pada pratindakan terdapat 44 % yang mencapai KKM, pada siklus I dan II terdapat 80% dari jumlah siswa yang
mencapai KKM atau sudah mencapai keberhasilan penelitian. Nilai rata-rata pratindakan sebesar 68,4, pada akhir
siklus I sebesar 81,12, dan akhir siklus II sebesar 83,52.
Abstract
This study aims to improve the ability to solve problems in social studies teaching content through Problem Based
Learning models in fourth grade students of Patragaten State Elementary School. This type of research is
Classroom Action Research with a spiral model based on Kemmis & McTaggart which consists of four
components, consist of planning, action, observation, and reflection. Collection techniques used in this study were
observation, interviews, documentation, and field notes. Data analysis techniques in research are based on the
reflection of each cycle. Research data are obtained from quantitative and qualitative descriptive analysis. The
results showed that the utilization of the Problem Based Learning model can improve the ability to solve the
problems shown through the evaluation test results at the end of the cycle. In the pre-action there were 44% who
reached KKM, in the first and second cycles there were 80% of the number of students who reached the KKM or
had achieved research success. The average value of pre-action was 68.4, at the end of the first cycle was 81.12,
and the end of the second cycle was 83.52.
100
80
60 kelompok untuk menyampaikan refleksi atau
40
20 evaluasi tentang pembelajaran yang sudah
0
Pratindakan
dilakukan, 5) Penyajian karya belum maksimal
Siklus I
karena kurangnya koordinasi antar siswa.
Pembelajaran dengan model Problem
Hasil Penilaian Kemampuan… Based Learning sudah berjalan dengan baik.
Gambar 2. Diagram Perbandingan Nilai Hasil dari evaluasi sudah menunjukkan kriteria
Kemampuan Memecahkan Masalah Pratindakan keberhasilan, yaitu sudah terpenuhinya 75% dari
dan Siklus I
jumlah siswa sudah tuntas KKM. Akan tetapi
Dari data tersebut terlihat bahwa pada siklus masih ada beberapa kekurangan yang sebaiknya
I siswa yang tuntas KKM sudah memenuhi
diperbaiki sehingga siklus II dilakukan untuk
kriteria keberhasilan. Dari 25 siswa, sudah ada 20 pemantapan dan diharapkan mendapatkan data
siswa yang tuntas KKM. Berdasarkan data dari
yang akurat bahwa model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan
62 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
memecahkan masalah. Berdasarkan kekurangan- 80% dari keseluruhan siswa di kelas sudah tuntas
kekurangan pada siklus I, maka diadakan KKM. Untuk lebih memahami perbandingan
perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus kemampuan memecahkan masalah pada
II. pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat diamati
Setelah dilakukan tindakan siklus II melalui diagram dibawah ini:
menggunakan model Problem Based Learning,
maka dapat diamati perbandingan hasil
kemampuan memecahkan masalah pada
pratindakan, siklus I, dan siklus II dari 25 siswa
dibawah ini:
Tabel 2. Perbandingan Kategori Kemampuan
Memecahkan Masalah Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II
No Komponen Hasil Hasil Hasil Gambar 3. Diagram Perbandingan Ketuntasan
Pratindakan Siklus Siklus Kemampuan Memecahkan Masalah Siklus I dan
Siklus II
I II
1. Jumlah
1709 2028 2088
Nilai
2. Nilai
85 100 100
Tertinggi
3. Nilai
60 52 56
Terendah
4. Nilai Rata-
68,4 81,12 83,52
rata
5. Jumlah
Siswa 11 20 20
Tuntas
Gambar 4. D
6. Jumlah
Siswa iagram Perbandingan Nilai Kemampuan
14 5 5
Belum Memecahkan Masalah Pratindakan, Siklus I, dan
Tuntas Siklus II
7. Persentase Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
Siswa 44% 80% 80%
ada peningkatan dari pratindakan ke tindakan dan
Tuntas
8. Persentase terjadi konsistensi antara siklus I dan siklus II.
Siswa Berdasarkan data hasil dari pratindakan jumlah
56% 20% 20%
Belum
yang tuntas KKM adalah 11 siswa, siklus I dan
Tuntas
Tabel di atas menunjukkan peningkatan dari siklus II jumlah yang tuntas KKM adalah 20
hasil pratindakan dan setelah diberi tindakan. siswa atau 80% dari jumlah siswa, sedangkan
Terdapat persamaan pada tindakan siklus I dan II yang tidak tuntas KKM adalah 5 siswa atau hanya
yaitu pada kedua siklus terdapat 20 siswa atau 20% dari jumlah siswa kelas IV SD Negeri
Patragaten. Nilai terendah dan rata-rata antara
Upaya Meningkatkan Kemampuan .... (Nur Hidayati Esti Sasiwi) 63
siklus I dan siklus II mengalami kenaikan, yaitu Dalam pelaksanaan langkah tersebut perlu
dari 52 menjadi 56. Kemudian nilai rata-rata adanya kesinambungan antara proses
pratindakan yaitu 68,4, siklus I adalah 81,12, pembelajaran, baik dalam suasana kelas, guru
sedangkan siklus II 83,52. Dari hasil tersebut yang membimbing dalam pembelajaran, dan
maka penelitian siklus II sudah memenuhi kriteria siswa yang antusias dalam penggunaan
penelitian yaitu ketuntasannya minimal 75% dari model Problem Based Learning sehingga
jumlah siswa. Namun, tidak ada peningkatan dari tujuan dalam penelitian dapat tercapai.
siklus I dan siklus II, yaitu tetap 80% dikarenakan 2. Penerapan model pembelajaran Problem
memang ada 4 anak yang memiliki kesulitan Based Learning di kelas IV SD Negeri
belajar. Walaupun begitu, tindakan yang Patragaten Kecamatan Lendah Kabupaten
dilakukan dalam proses pembelajarannya sudah Kulon Progo dapat meningkatkan
terlihat adanya perbaikan sehingga tidak kemampuan memecahkan masalah pada
dilanjutkan ke siklus berikutnya. muatan ajar IPS. Hal tersebut ditunjukkan
Setelah dilakukan perbaikan tindakan dengan perolehan hasil tes yang telah
pada siklus II, kendala-kendala yang dihadapi dilakukan siswa. Pada saat observasi awal
pada siklus I tidak muncul kembali di siklus II. terdapat 11 siswa dari 25 siswa yang
Dengan demikian penerapan model pembelajaran mencapai KKM. Hasil tes pada silklus I
Problem Based Learning untuk meningkatkan menunjukkan 80% (20 siswa) yang mencapai
kemampuan memecahkan masalah dapat berjalan KKM. Kemudian pada siklus II
dengan baik. Hal tersebut menandakan bahwa menunjukkan adanya konsistensi, yaitu 80%
pemantapan penelitian pada siklus II sudah (20) siswa dari jumlah siswa yang mencapai
berhasil, sehingga peneliti tidak perlu KKM. Nilai rata-rata saat observasi awal
melanjutkan penelitian ke siklus selanjutnya. sebesar 68,4 kemudian pada akhir siklus I
nilai rata-rata sebesar 81,12 sedangkan pada
SIMPULAN DAN SARAN akhir siklus 2 nilai rata-rata sebesar 83,52.
Jadi, kemampuan memecahkan masalah
Simpulan
mengalami peningkatan dari setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil deskripsi dan paparan data,
maka dapat dikemukakan simpulan penelitian
sebagai berikut: Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti
1. Langkah-langkah dalam model Problem
mengajukan saran sebagai berikut:
Based Learning yang digunakan oleh peneliti
1. Pihak sekolah sebaiknya lebih mengaktifkan
meliputi langkah orientasi siswa, langkah
siswa dengan cara merekomendasikan guru
mengorganisasi siswa untuk belajar, langkah
untuk menggunakan model Problem Based
membimbingpengalaman individu/kelompok,
Learning dalam rangka meningkatkan
langkah mengembangkan dan menyajikan
kemampuan memecahkan masalah siswa.
hasil karya, serta langkah menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
64 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
2. Guru sebaiknya menggunakan model
Problem Based Learning dalam muatan ajar
IPS maupun muatan ajar lain sebagai
alternatif meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah siswa.
3. Dalam penerapan model Problem Based
Learning, guru sebaiknya lebih kreatif dalam
orientasi siswa sehingga lebih memotivasi
ssiwa dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
4. Siswa sebaiknya lebih aktif namun tetap
kondusif saat proses pembelajaran
berlangsung sehingga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan
hasilnya lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA