Anda di halaman 1dari 11

54 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA


MUATAN AJAR IPS MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI PATRAGATEN
IMPROVING PROBLEM SOLVING SKILLS OF STUDENTS IN LEARNING SOCIAL STUDY
THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL 4TH GRADE STUDENTS OF PATRAGATEN
ELEMTARY SCHOOL

Oleh: Nur Hidayati Esti Sasiwi, Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, nur.hidayati2016@student.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam muatan ajar IPS melalui
model Problem Based Learning pada siswa kelas IV SD Negeri Patragaten. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas dengan model spiral berdasarkan Kemmis & McTaggart yang terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data pada
penelitian berdasarkan pada refleksi setiap siklus. Data penelitian diperoleh dari analisis secara deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang ditunjukkan melalui hasil tes evaluasi pada akhir siklus.
Pada pratindakan terdapat 44 % yang mencapai KKM, pada siklus I dan II terdapat 80% dari jumlah siswa yang
mencapai KKM atau sudah mencapai keberhasilan penelitian. Nilai rata-rata pratindakan sebesar 68,4, pada akhir
siklus I sebesar 81,12, dan akhir siklus II sebesar 83,52.

Kata kunci: kemampuan memecahkan masalah, model Problem Based Learning

Abstract
This study aims to improve the ability to solve problems in social studies teaching content through Problem Based
Learning models in fourth grade students of Patragaten State Elementary School. This type of research is
Classroom Action Research with a spiral model based on Kemmis & McTaggart which consists of four
components, consist of planning, action, observation, and reflection. Collection techniques used in this study were
observation, interviews, documentation, and field notes. Data analysis techniques in research are based on the
reflection of each cycle. Research data are obtained from quantitative and qualitative descriptive analysis. The
results showed that the utilization of the Problem Based Learning model can improve the ability to solve the
problems shown through the evaluation test results at the end of the cycle. In the pre-action there were 44% who
reached KKM, in the first and second cycles there were 80% of the number of students who reached the KKM or
had achieved research success. The average value of pre-action was 68.4, at the end of the first cycle was 81.12,
and the end of the second cycle was 83.52.

Keywords: problem solving ability, Problem Based Learning model

PENDAHULUAN untuk meningkatkan kemampuan masalah warga


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan negara. Dari pengertian itu berarti IPS merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai pelajaran yang komprehensif dan dapat menjadi
dari SD/MI/SDLB. Seperti dikutip oleh salah satu alat untuk membantu memecahkan
Wahidmurni (2017: 17) National Council for the masalah di Indonesia. Melalui pembelajaran IPS,
social studies (NCSS) mendefinisikan ilmu peserta didik diharapkan dapat menjadi warga
pengetahuan sosial (IPS) sebagai suatu studi yang negara Indonesia yang demokratis dan
terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora bertanggung jawab.
Upaya Meningkatkan Kemampuan .... (Nur Hidayati Esti Sasiwi) 55
Di masa yang akan datang peserta didik akan Sedangkan Sapriya (2011: 194) yang
menghadapi tantangan karena kehidupan mengemukakan IPS di tingkat sekolah pada
masyarakat selalu mengalami perubahan dan dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para
perkembangan setiap waktu. Secara sederhana era peserta didik sebagai warga negara yang memiliki
globalisasi dapat dipahami sebagai era dimana kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
mendorong kehidupan manusia dalam dan keterampilan dalam kehidupan sosial yang
berinteraksi menjadi tanpa sekat. Dalam era dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
globalisasi yang sudah didukung dengan ilmu memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial
pengetahuan dan teknologi yang sangat maju, dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
manusia dapat mengetahui segala informasi yang dinamis.
tersebar di dunia dengan cepat dan mudah. Oleh Masalah pada hakikatnya harus dipecahkan
karena itu pembelajaran IPS dirancang untuk dan dihadapi. Dalam memecahkan tiap masalah
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan timbul dalam jiwa seseorang berbagai kegiatan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial yang merupakan suatu rangkaian dalam
masyarakat dalam memasuki kehidupan yang pemecahan masalah itu sendiri (Ahmadi, 2009:
dinamis. 162). Masalah yang datang pada setiap orang
Pembelajaran IPS atau yang dikenal dengan harus dicari jawaban atas penyebab masalah
istilah social science education adalah satu tersebut dan dicari penyelesaiannya. Tidak ada
pembelajaran yang wajib diajarkan di SD. Dalam pertanyaan yang tidak ada jawabannya, begitu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun juga masalah. Tidak ada suatu masalah apapun
2006 dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS yang yang tidak bisa diselesaikan.
kini sebagai muatan ajar dalam tematik di Thobroni (2016: 274) menyatakan bahwa
kurikulum 2013 memuat beberapa tujuan, penyelesaian masalah merupakan proses
diantaranya yaitu melalui muatan ajar IPS, siswa pemikiran dan mencari jalan keluar dari masalah.
SD/MI diharapakan mampu memiliki Setiap siswa harus memiliki kemampuan
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, pemecahan masalah. Oleh karena itu dengan
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, adanya kemampuan pemecahan masalah siswa
dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Hal ini dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan
diperkuat oleh Wahidmurni (2017: 15) yang tidak selalu bergantung pada orang lain dalam
menyatakan bahwa IPS merupakan ilmu menemukan solusi.
pengetahuan yang berisi perpaduan dari berbagai Kemampuan memecahkan masalah adalah
disiplin ilmu sosial. suatu kemampuan yang harus dimiliki seorang
Pemahaman terhadap IPS diharapkan mampu siswa agar dapat berfikir secara kritis. Siswa yang
mengembangkan pola pikir siswa menjadi lebih memiliki kemampuan tersebut diharapkan
kreatif dan mampu memecahkan masalah yang mampu mengatasi masalah yang sedang mereka
berhubungan dengan kehidupannya sehari-hari. hadapi di dalam pembelajaran maupun dalam
56 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, tingkat diperlukan model yang kreatif dan inovatif
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki sehingga dapat berpengaruh terhadap
siswa cenderung rendah. Kemampuan keberlangsungan proses pembelajaran. Hal
memecahkan masalah dapat dilihat dari proses tersebut sejalan dengan pendapat Rusman (2011:
belajar. Melalui latihan memecahkan masalah 133) guru dapat memilih model pembelajaran
siswa akan belajar mengorganisasikan yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
kemampuannya dalam menyusun strategi yang pendidikan. Dengan penggunaan model yang
sesuai untuk menyelesaikan masalah dengan cara kreatif dan menarik bagi siswa dapat membuat
yang sistematis. Jika siswa telah berlatih siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
memecahkan masalah, secara otomatis siswa Pendidik dapat memilih Model Problem Based
akan mempunyai kemampuan dalam Learning dalam meningkat kemampuan
mengumpulkan informasi yang relevan, memecahkan masalah pada siswa.
menganalisis informasi yang diperoleh, dan Tabel 1. Hasil Ulangan Harian Tema 1
mendapatkan sebuah solusi. Subtema 1 Tahun 2019/2020 Kelas IV SD
Berdasar pengamatan yang dilakukan, selama Negeri Patragaten
proses pembelajaran berlangsung, peneliti Materi KK Rat Juml Juml Juml
Bahasan M a- ah ah ah
menemukan beberapa hasil pengamatan pada
Kurikulu Rat siswa siswa siswa
siswa kelas IV di SD Negeri Patragaten, m 2013 a ≥ ≤
KK KK
Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo.
M M
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 25 PPKn 75 76 25 20 5
Juli 2019 diperoleh peneliti dari hasil kerja siswa Bahasa 75 75, 25 21 4
Indonesi 6
pada muatan ajar IPS, masih banyak siswa yang a
tidak mampu memecahkan masalah yang ada Matemat 70 74, 25 21 4
ika 7
muatan ajar IPS dengan baik dan sistematis, IPA 75 73, 25 18 7
padahal memecahkan masalah merupakan salah 2
IPS 70 68, 25 11 14
satu dari beberapa tujuan yang harus dicapai 4
dalam pembelajaran IPS. Siswa tampak tidak SBdP 77 74, 25 24 1
4
menikmati pembelajaran, banyak yang saling Berdasar tabel tersebut terlihat bahwa nilai
berbicara dengan temannya, jalan-jalan jika guru rata-rata ulangan harian Tema 1 Subtema 1 tahun
sedang menerangkan, atau ijin ke kamar mandi. 2019/2020 muatan IPS berada di peringkat
Terkadang fokus mereka juga buyar ketika terbawah dengan rata-rata nilai ulangan harian
teman-teman dari kelas lain sudah keluar 68,4. Penelitian difokuskan pada muatan ajar IPS
istirahat. karena ada 14 siswa yang mendapat nilai dibawah
Salah satu cara yang dapat dilakukan agar KKM, itu berarti bahwa pada muatan ajar IPS
pembelajaran dapat tercapai sesuai tujuan yaitu siswa yang nilainya dibawah KKM paling
dengan menerapkan Model Problem Based banyak. Dari hasil tersebut, berdasarkan
Learning. Dalam pembelajaran muatan ajar IPS ungkapan guru bahwa sebagian siswa masih
Upaya Meningkatkan Kemampuan .... (Nur Hidayati Esti Sasiwi) 57
banyak yang belum mengerti bagaimana mencari akan membuat siswa aktif dalam belajar
penyelesaian dari sebuah masalah yang ada dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
IPS, sebagian siswa menjawab soal dengan Pada penelitian sebelumnya oleh Nur Afifah
melihat pekerjaan teman sebangku, sebagian (2018) “Upaya Meningkatkan Kemampuan
siswa yang lain mengatakan bahwa selama Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran IPS
pembelajaran berlangsung terkesan Materi Lingkungan Alam dan Buatan
membosankan. Hal ini bisa dimungkinkan karena Menggunakan Model Problem Based Learning di
tampak tidak ada penggunaan model Kelas III MI Manbaul Ulum Surabaya”, skripsi
pembelajaran yang tepat, sehingga menyebabkan program studi Pendidikan Guru Madrasah
siswa kurang antusias dan kurang mampu Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
memecahkan masalah dengan baik. Surabaya. Dari penelitian tersebut Hasil
Dari hasil diskusi yang peneliti lakukan penelitian menunjukkan bahwa dengan
dengan guru kelas, diketahui bahwa masalah yang diterapkan Model Problem Based Learning
dihadapi oleh siswa adalah ketidakmampuan terjadi peningkatan hasil penelitian aktivitas guru
siswa dalam memahami persoalan atau pada siklus I memperoleh skor 86 (baik) menjadi
permasalahan dalam IPS, serta belum 94 (sangat baik) pada siklus II. Demikian juga
diterapkannya model pembelajaran yang tepat. peningkatan hasil aktivitas siswa dari skor 77,1
Bu Astuti, selaku Guru Kelas 4 SD N Patragaten (cukup) pada siklus I menjadi 91,3 (sangat baik)
menyatakan “Saya tidak menggunakan model pada siklus II. (2) Peningkatan kemampuan
pembelajaran dalam pembelajaran karena saya memecahkan masalah pada materi lingkungan
merasa kesulitan dalam memilih model alam dan buatan mengalami peningkatan.
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran Dibuktikan dengan nilai kemampuan
menurut saya sulit karena materi yang terlalu memecahkan masalah siswa pada pra siklus
luas”. Selain pemaparan tersebut, guru juga sebesar 47,7 dengan persentase ketuntasan belajar
menjelaskan bahwa siswa juga berbicara dengan 13,79% (sangat kurang), meningkat menjadi
temannya saat pembelajaran berlangsung, tidak 54,14 dengan persentase ketuntasan belajar
tertarik, dan cepat merasa bosan saat dijelaskan 20,6% (sangat kurang) pada siklus I, dan menjadi
materi IPS. Berdasarkan pemaparan masalah di 72,80 dengan persentase ketuntasan belajar
atas maka solusi yang ditawarkan oleh peneliti 82,75% (baik) pada siklus II. Berdasarkan pada
adalah penerapan Model Problem Based penelitian tersebut peneliti juga berusaha
Learning untuk meningkatkan kemampuan memperbaiki proses belajar pada muatan ajar IPS
memecahkan masalah yang ada pada siswa kelas pada kelas IV SD Negeri Patragaten untuk
IV SD Negeri Patragaten, Kecamatan Lendah, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
Kabupaten Kulon Progo. menggunakan Model Problem Based Learning.
Model Problem Based Learning merupakan Alasan dipilihnya Model Problem Based
salah satu model pembelajaran yang sederhana. Learning adalah model tersebut dianggap mampu
Pembelajaran dengan menggunakan model ini mendorong siswa untuk mencari tahu, membaca,
58 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
berpikir kritis, dan menemukan solusi dari Patragaten terletak di Dusun Ngipik, Desa
pemecahan masalah yang dihadapi. Selain itu, Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon
karakteristik siswa SD Negeri Patragaten cocok Progo.
diterapkan model tersebut karena langkah Subjek Penelitian
pemecahan masalah yang ada pada Model Subjek penelitian pada penelitian tindakan
Problem Based Learning ini sejalan dengan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
kemampuan memecahkan masalah pada siswa Patragaten. Jumlah siswa kelas IV ada 25.
yang akan ditingkatkan. Skenario Tindakan
1. Perencanaan
Penyusunan rencaan bertujuan meningkatkan
METODE PENELITIAN
kemampuan memecahkan masalah pada muatan
Desain Penelitian
ajar IPS. Pada tahap perencanaan peneliti dan
Penelitian ini merupakan Penelitian
guru berkolaborasi menyiapkan perangkat yang
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di
diperlukan dalam tindakan dan observasi.
kelas IV SD Negeri Patragaten tahun ajaran
Tindakan yang dilakukan yaitu penggunaan
2019/2020. Penelitian ini bertujuan untuk
model Problem Based Learning. Langkah-
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan
pada muatan ajar IPS.
sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
a. Peneliti bersama guru berdiskusi tentang
secara bersiklus dan setiap siklus dilaksanakan
pokok bahasan muatan ajar IPS yang akan
dua kali pertemuan. Dalam setiap siklus
dilakukan model Problem Based Learning.
dilakukan observasi pada aktivitas guru dan siswa
b. Peneliti dan guru kelas menyiapkan Rencana
untuk mengetahui apakah masih ada kekurangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dalam tindakan yang dilakukan sehingga bisa
memuat serangkaian kegiatan pembelajaran
dilakukan pernaikan apabila diperlilan siklus
menggunakan model Problem Based
berikutnya. Siklus akan diehntikan apabila
Learning.
penelitian telah mencapai kriteria keberhasilan.
c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri
Penelitian ini menggunakan model spiral
dari lembar observasi kemampuan
berdasarkan Kemmis & McTaggart. Model ini
memecahkan masalah dan soal evaluasi.
terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
d. Menyiapkan alat dokumentasi untuk merekam
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
proses pembelajaran
Waktu Penelitian
2. Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
Pada tahap ini, rancangan model dan skenario
pada semester I yaitu pada bulan November 2019.
pembelajaran akan diterapkan. Pelaksanaan
Deskripsi Tempat Penelitian
tindakan dilakukan dalam bentuk pembelajaran
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
dan siklus. Tahap-tahap yang dilakukan dalam
di kelas IV SD Negeri Patragaten. SD Negeri
Upaya Meningkatkan Kemampuan .... (Nur Hidayati Esti Sasiwi) 59
implementasi tindakan mengacu pada RPP yang memperoleh data tentang situasi proses
telah disusun sebelumnya. pembelajaran yang berlangsung di kelas yang
3. Observasi atau Pengamatan diobservasi. Data dari observasi ini dicatat dan
Kegiatan observasi dilakukan pada waktu kemudian ditindaklanjuti dalam pelaksanaan
penelitian dilaksanakan. Observasi dilakukan tindakan kelas. Observasi dilakukan untuk
untuk mengetahui perubahan yang merupakan mengumpulkan data mengenai proses
dampak dari adanya tindakan, hal tersebut dapat pembelajaran, kemampuan memecahkan masalah,
dilihat sejak tindakan diberikan. Hal-hal yang serta hasil belajar siswa selama proses
perlu diamati meliputi: pengamatan terhadap pembelajaran dengan menggunakan model
kegiatan guru dan siswa dalam penerapan model Problem Based Learning.
Problem Based Learning. Selain observasi, 2. Wawancara
peneliti juga mengumpulkan hasil evaluasi siswa Selain observasi, peneliti juga bisa
setelah pembelajaran selesai. Hasil dari kegiatan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman
tersebut untuk memperoleh data penelitian, yang wawancara digunakan untuk mengungkapkan
selanjutnya hasil pengolahan data akan digunakan data secara kualitatif. Wawancara digunakan
untuk menentukan tindakan selanjutnya. untuk memperoleh data mengenai proses
4. Refleksi pembelajaran yang dialami oleh siswa sebelum
Hasil observasi atau pengamatan terhadap diberi tindakan dengan menggunakan model
pelaksanaan tindakan dijadikan bahan analisis Problem Based Learning dan proses yang dialami
(refleksi) untuk mengetahui peningkatan siswa sesudah diberi tindakan dengan
kemampuan memecahkan masalah siswa. Peneliti menggunakan model Problem Based Learning.
dan guru melakukan refleksi untuk mengetahui 3. Dokumentasi
apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
rancangan skenario, terjadi tidaknya yang sudah berlalu. Dalam penelitian ini, teknik
penyimpangan atau kesalahan prosedur, dan dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data
proses seperti apa yang diharapkan. Hasil mengenai sekolah, jumlah siswa, dan dokumen-
pemikiran reflektif ini selanjutnya digunakan dokumen lain yang mendukung dalam proses
sebagai dasar dalam menentukan putaran atau pembelajaran. Dokumen yang digunakan antara
siklus berikutnya, apakah tindakan yang lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
diberikan akan diteruskan, dimodifikasi, atau lembar observasi, daftar nama siswa, daftar nilai
disusun rencana yang sama sekali baru jika siswa. Proses pembelajaran didokumentasikan
ternyata belum mencapai kriteria keberhasilan dalam bentuk foto sehingga dapat digunakan
tindakan. untuk membantu proses refleksi.
Metode Pengumpulan Data 4. Catatan Lapangan
1. Observasi (pengamatan) Catatan lapangan digunakan untuk mencatatan
Kegiatan obsevasi dilakukan di dalam kelas berbagai aspek pembelajaran di kelas,
saat proses pembelajaran berlangsung untuk pengelolaan kelas, suasana kelas, dan berbagai
60 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
kegiatan lain yang terjadi selama penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Fungsi catatan lapangan adalah melakukan cross Model pembelajaran Problem Based
check dengan data-data yang terlah didapatkan. Learning dapat meningkatkan kemampuan
5. Tes memecahkan masalah pada muatan ajar IPS.
Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini Tindakan setiap siklus terdapat dua kali
adalah tes tulis berupa butir soal dan diukur pertemuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan
menggunakan rubrik penilaian. Tes ini dilakukan disetiap akhir siklus. Setelah selesai tindakan
untuk mengukur kemampuan memecahkan siklus, peneliti melakukan refleksi untuk
masalah siswa yang dilihat dari hasil perbaikan proses pembelajaran apabila diperlukan
mengerjakan soal dengan benar pada kelas IV SD siklus berikutnya.
Negeri Patragaten. Hasil penelitian tindakan kelas yang
Teknik Analisis Data dilakukan selama dua siklus ini mengalami
Dalam penelitian tindakan kelas ada dua peningkatan dari hasil pratindakan, siklus I, dan
jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu siklus II. Setelah dilakukan tindakan siklus I
data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan model Problem Based Learning,
digunakan untuk menganalisis hasil observasi maka dapat diamati perbandingan hasil
sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk
kemampuan memecahkan masalah dari 25 siswa
menghitung hasil kemampuan memecahkan dibawah ini:
masalah pada muatan ajar IPS. Tabel 1. Perbandingan Kategori Kemampuan
Indikator Keberhasilan Memecahkan Masalah Pratindakan dan Siklus I
Penelitian ini dianggap berhasil apabila
hasil dari kemampuan memecahkan masalah No Komponen Hasil Hasil
Pratindakan Siklus
siswa pada muatan ajar IPS kelas IV SD N
I
Patragaten dapat meningkat. Meningkatnya 1. Jumlah Nilai 1709 2028
kemampuan memecahkan masalah siswa pada 2. Nilai
85 100
Tertinggi
muatan ajar IPS dapat dilihat selama kegiatan
3. Nilai
pembelajaran berlangsung dan peningkatan 60 52
Terendah
persentase ketuntasan. Peningkatan ini berupa 4. Nilai Rata-
68,4 81,12
nilai rata-rata kelas mencapai persentase rata
5. Jumlah
banyaknya siswa yang tuntas minimum 75% dari 11 20
Siswa Tuntas
jumlah siswa kelas IV SD Negeri Patragaten. Hal 6. Jumlah
ini berdasarkan kurikulum SD Negeri Patragaten Siswa Belum 14 5
Tuntas
mengenai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
7. Persentase
muatan ajar IPS yaitu 70. 44% 80%
Siswa Tuntas
8. Persentase
Siswa Belum 56% 20%
Tuntas
Upaya Meningkatkan Kemampuan .... (Nur Hidayati Esti Sasiwi) 61
Tabel di atas menunjukkan peningkatan dari siklus I, maka penelitian pada siklus ini sudah
hasil pratindakan dan setelah diberi tindakan. mencapai kriteria penelitian.
Terdapat peningkatan hasil pada pratindakan dan Dilihat dari hasil pengamatan menggunakan
tindakan siklus I yaitu dari 11 siswa menjadi 20 model Problem Based Learning sudah cukup baik
siswa dari keseluruhan siswa di kelas sudah walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan
tuntas KKM atau dari 44% siswa yang tuntas dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil refleksi
pada pratindakan meningkat menjadi 80% pada pada pertemuan pertama dan kedua siklus I, maka
siklus I. Untuk lebih memahami perbandingan dapat diambil kesimpulan bahwa kekurangan-
kemampuan memecahkan masalah pada kekurangan yang muncul pada siklus I adalah: 1)
pratindakan dan siklus I, dapat diamati melalui Selama diskusi masih ada beberapa siswa yang
diagram dibawah ini: pasif. Mereka cenderung malu dan belum bisa
ikut andil dalam memecahkan masalah yang
25
Junlah Siswa

20 didiskusikan kelompok, 2) Masih ada beberapa


15
10 kelompok yang kurang memahami materi dan
5
0 Pratindakan masalah yang telah disampaikan guru. Hal
Tuntas Belum
Siklus I tersebut terjadi karena saat guru menjelaskan
KKM Tuntas
KKM materi, perhatian siswa belum semuanya terpusat
Kriteria Penilaian Kemampuan sehingga saat diskusi, masih banyak siswa yang
Memecahkan Masalah sering bertanya kepada guru apa maksud dari
Gambar 1. Diagram Perbandingan Ketuntasan LKPD yang ada, 3)Guru lupa menyampaikan
Kemampuan Memecahkan Masalah Pratindakan
bahwa saat diskusi kelompok, siswa bisa mencari
dan Siklus I
informasi tambahan dari buku atau sumber lain,
120 4) Guru belum memberikan kesempatan setiap
Nilai Siswa

100
80
60 kelompok untuk menyampaikan refleksi atau
40
20 evaluasi tentang pembelajaran yang sudah
0
Pratindakan
dilakukan, 5) Penyajian karya belum maksimal
Siklus I
karena kurangnya koordinasi antar siswa.
Pembelajaran dengan model Problem
Hasil Penilaian Kemampuan… Based Learning sudah berjalan dengan baik.

Gambar 2. Diagram Perbandingan Nilai Hasil dari evaluasi sudah menunjukkan kriteria
Kemampuan Memecahkan Masalah Pratindakan keberhasilan, yaitu sudah terpenuhinya 75% dari
dan Siklus I
jumlah siswa sudah tuntas KKM. Akan tetapi
Dari data tersebut terlihat bahwa pada siklus masih ada beberapa kekurangan yang sebaiknya
I siswa yang tuntas KKM sudah memenuhi
diperbaiki sehingga siklus II dilakukan untuk
kriteria keberhasilan. Dari 25 siswa, sudah ada 20 pemantapan dan diharapkan mendapatkan data
siswa yang tuntas KKM. Berdasarkan data dari
yang akurat bahwa model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan
62 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
memecahkan masalah. Berdasarkan kekurangan- 80% dari keseluruhan siswa di kelas sudah tuntas
kekurangan pada siklus I, maka diadakan KKM. Untuk lebih memahami perbandingan
perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus kemampuan memecahkan masalah pada
II. pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat diamati
Setelah dilakukan tindakan siklus II melalui diagram dibawah ini:
menggunakan model Problem Based Learning,
maka dapat diamati perbandingan hasil
kemampuan memecahkan masalah pada
pratindakan, siklus I, dan siklus II dari 25 siswa
dibawah ini:
Tabel 2. Perbandingan Kategori Kemampuan
Memecahkan Masalah Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II
No Komponen Hasil Hasil Hasil Gambar 3. Diagram Perbandingan Ketuntasan
Pratindakan Siklus Siklus Kemampuan Memecahkan Masalah Siklus I dan
Siklus II
I II
1. Jumlah
1709 2028 2088
Nilai
2. Nilai
85 100 100
Tertinggi
3. Nilai
60 52 56
Terendah
4. Nilai Rata-
68,4 81,12 83,52
rata
5. Jumlah
Siswa 11 20 20
Tuntas
Gambar 4. D
6. Jumlah
Siswa iagram Perbandingan Nilai Kemampuan
14 5 5
Belum Memecahkan Masalah Pratindakan, Siklus I, dan
Tuntas Siklus II
7. Persentase Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
Siswa 44% 80% 80%
ada peningkatan dari pratindakan ke tindakan dan
Tuntas
8. Persentase terjadi konsistensi antara siklus I dan siklus II.
Siswa Berdasarkan data hasil dari pratindakan jumlah
56% 20% 20%
Belum
yang tuntas KKM adalah 11 siswa, siklus I dan
Tuntas
Tabel di atas menunjukkan peningkatan dari siklus II jumlah yang tuntas KKM adalah 20

hasil pratindakan dan setelah diberi tindakan. siswa atau 80% dari jumlah siswa, sedangkan

Terdapat persamaan pada tindakan siklus I dan II yang tidak tuntas KKM adalah 5 siswa atau hanya

yaitu pada kedua siklus terdapat 20 siswa atau 20% dari jumlah siswa kelas IV SD Negeri
Patragaten. Nilai terendah dan rata-rata antara
Upaya Meningkatkan Kemampuan .... (Nur Hidayati Esti Sasiwi) 63
siklus I dan siklus II mengalami kenaikan, yaitu Dalam pelaksanaan langkah tersebut perlu
dari 52 menjadi 56. Kemudian nilai rata-rata adanya kesinambungan antara proses
pratindakan yaitu 68,4, siklus I adalah 81,12, pembelajaran, baik dalam suasana kelas, guru
sedangkan siklus II 83,52. Dari hasil tersebut yang membimbing dalam pembelajaran, dan
maka penelitian siklus II sudah memenuhi kriteria siswa yang antusias dalam penggunaan
penelitian yaitu ketuntasannya minimal 75% dari model Problem Based Learning sehingga
jumlah siswa. Namun, tidak ada peningkatan dari tujuan dalam penelitian dapat tercapai.
siklus I dan siklus II, yaitu tetap 80% dikarenakan 2. Penerapan model pembelajaran Problem
memang ada 4 anak yang memiliki kesulitan Based Learning di kelas IV SD Negeri
belajar. Walaupun begitu, tindakan yang Patragaten Kecamatan Lendah Kabupaten
dilakukan dalam proses pembelajarannya sudah Kulon Progo dapat meningkatkan
terlihat adanya perbaikan sehingga tidak kemampuan memecahkan masalah pada
dilanjutkan ke siklus berikutnya. muatan ajar IPS. Hal tersebut ditunjukkan
Setelah dilakukan perbaikan tindakan dengan perolehan hasil tes yang telah
pada siklus II, kendala-kendala yang dihadapi dilakukan siswa. Pada saat observasi awal
pada siklus I tidak muncul kembali di siklus II. terdapat 11 siswa dari 25 siswa yang
Dengan demikian penerapan model pembelajaran mencapai KKM. Hasil tes pada silklus I
Problem Based Learning untuk meningkatkan menunjukkan 80% (20 siswa) yang mencapai
kemampuan memecahkan masalah dapat berjalan KKM. Kemudian pada siklus II
dengan baik. Hal tersebut menandakan bahwa menunjukkan adanya konsistensi, yaitu 80%
pemantapan penelitian pada siklus II sudah (20) siswa dari jumlah siswa yang mencapai
berhasil, sehingga peneliti tidak perlu KKM. Nilai rata-rata saat observasi awal
melanjutkan penelitian ke siklus selanjutnya. sebesar 68,4 kemudian pada akhir siklus I
nilai rata-rata sebesar 81,12 sedangkan pada
SIMPULAN DAN SARAN akhir siklus 2 nilai rata-rata sebesar 83,52.
Jadi, kemampuan memecahkan masalah
Simpulan
mengalami peningkatan dari setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil deskripsi dan paparan data,
maka dapat dikemukakan simpulan penelitian
sebagai berikut: Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti
1. Langkah-langkah dalam model Problem
mengajukan saran sebagai berikut:
Based Learning yang digunakan oleh peneliti
1. Pihak sekolah sebaiknya lebih mengaktifkan
meliputi langkah orientasi siswa, langkah
siswa dengan cara merekomendasikan guru
mengorganisasi siswa untuk belajar, langkah
untuk menggunakan model Problem Based
membimbingpengalaman individu/kelompok,
Learning dalam rangka meningkatkan
langkah mengembangkan dan menyajikan
kemampuan memecahkan masalah siswa.
hasil karya, serta langkah menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
64 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 1 Tahun ke-9 2020
2. Guru sebaiknya menggunakan model
Problem Based Learning dalam muatan ajar
IPS maupun muatan ajar lain sebagai
alternatif meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah siswa.
3. Dalam penerapan model Problem Based
Learning, guru sebaiknya lebih kreatif dalam
orientasi siswa sehingga lebih memotivasi
ssiwa dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
4. Siswa sebaiknya lebih aktif namun tetap
kondusif saat proses pembelajaran
berlangsung sehingga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan
hasilnya lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran.


Jakarta:Rajawali Press.

Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Thobroni. 2016. Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran


IPS. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai