Anda di halaman 1dari 12

JUPENDAS, Vol. 3, No.

1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL TERHADAP


PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI
PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KELAS V SD N 8 PEUSANGAN

Yulia Santi1) , Rini Rahmawati2)

email: yuliamahira@yahoo.com

email: riniayrini@yahoo.com

Abstrak

Salah satu tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam kurikulum 2013 adalah
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan sosial yang ada
di lingkungannya, namun realitanya diperoleh data bahwa masih rendahnya
kemampuan pemecahan masalah sosial siswa. Hal ini disebabkan kurangnya
pembelajaran dengan mengedepankan kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
penerapan strategi pembelajaran Inkuiri Sosial terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah pada materi pelestarian lingkungan di kelas V SD Negeri 8
Peusangan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan
nonequivalent control group design dimana seluruh sampel yang diambil adalah
seluruh anggota populasi yaitu kelas V.A dengan jumlah 21 siswa sebagai kelas
eksperimen dan V.B dengan jumlah siswa 21 siswa sebagai kelas kontrol. Data di
analisis dengan t-test. Hasil penelitian diperoleh nilai thitung > ttabel (3,01>1,68). Hal
ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah dengan
strategi pembelajaran Inkuiri Sosial pada materi pelestarian lingkungan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V.A sebelum
dan sesudah penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri Sosial ( ̅ = 35 dan ̅ = 85)
dan siswa kelas V.B tanpa adanya perlakuan ( ̅ = 34 dan 78). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Inkuiri Sosial dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Kata Kunci : Inkuiri Sosial, Kemampuan Pemecahan Masalah, Pelestarian


Lingkungan.

1. PENDAHULUAN membelajarkan potensi dirinya untuk memiliki


Pendidikan memiliki peranan yang kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
cukup besar dalam mencapai kelangsungan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
hidup manusia dan perkembangan suatu serta kemampuan yang diperlukan dirinya dan
bangsa. Pendidikan merupakan suatu usaha masyarakat.
manusia yang dilakukan secara terencana untuk Mata pelajaran IPS merupakan bagian
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai- dari sistem pendidikan Indonesia yang
nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya menuntut siswa untuk memiliki berbagai
agar menjadi sosok yang lebih baik. Menurut kemampuan. Sebagaimana yang dikemukakan
UU No. 20 tahun 2003 (Hasbullah, 2009) oleh Supriatna (2007:22) bahwa mata pelajaran
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kemampuan sebagai berikut :
pembelajaran agar peserta didik secara aktif

63
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan sosial. Tak jarang siswa hanya diposisikan
dengan kehidupan masyarakat sebagai penerima, bukannya menggali ilmu
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir dengan berbagai pengalaman mereka,
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, pembelajaran juga bersifat teacher centered,
memecahkan masalah dan kemampuan textbook dan mengandalkan strategi
dalam kehidupan sosial pembelajaran konvensional seperti ceramah.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap Pembelajaran sama sekali tidak membangun
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan kreativitas siswa dan kemampuan memecahkan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, masalah, siswa memang mengenal berbagai
bekerjasama dan berkompetisi dalam masalah yang terjadi di lingkungan sosialnya,
masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, tapi fakta tersebut kurang dibelajarkan kepada
nasional, dan global. siswa, walaupun misalnya ada maka hanyalah
Salah satu dari berbagai kemampuan berupa penghafalan konsep semata, siswa tidak
yang paling diutamakan dalam IPS yaitu menunjukkan adanya pengidentifikasian dan
kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pengambilan keputusan terhadap suatu masalah.
dalam pemecahan masalah sangatlah penting Hal ini sejalan dengan pendapat yang
artinya bagi siswa dan juga masa depannya. diberikan oleh Sumantri (Wardani, 2013)
Wena (2011) mengungkapkan bahwa idealnya bahwa pembelajaran IPS di sekolah-sekolah
aktivitas pembelajaran difokuskan pada lebih diwarnai oleh pembelajaran konvensional
mendapatkan pengetahuan (transfer of yang menitikberatkan pada pembelajaran
knowledge) sebanyak banyaknya serta seperti ceramah sehingga tidak ada rangsangan
bagaimana menggunakan segenap pengetahuan bagi siswa untuk berfikir dan mengeluarkan
yang didapat untuk memecahkan masalah atau ide-ide mereka, pembelajaran IPS cenderung
situasi baru. tidak mengangkat suatu permasalahan yang
Dalam kaitannya dengan kehidupan dekat dengan kehidupan siswa, tetapi lebih ke
sosial tentunya sudah tidak bisa dipungkiri lagi menghafal fakta-fakta sosial tanpa berusaha
bahwa ada begitu banyak isu-isu permasalahan untuk menggapai suatu solusi yang
sosial yang membutuhkan solusi untuk dikehendaki.
memecahkannya. Siswa yang sudah mencapai Selain itu, penelitian Ahmad (2014)
tahap kognitif tinggi akan mampu berdasarkan data yang didapat dari lapangan
mengembangkan kemampuan pemecahan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
masalah dibawah bimbingan para guru, karena diperoleh skor rata-rata sebesar 4,46 atau
kemampuan pemecahan masalah akan 22,30% dari skor ideal 20 dan 4,40 atau 22,00%
menjadikan siswa sebagai pelaku sekaligus dari skor ideal 20. Data tersebut menunjukkan
penyelidik sosial yang secara cakap akan kemampuan yang rendah. Kemudian hal serupa
menggunakan sisi intelektual mereka dalam juga ditemukan berdasarkan penelitian
berpikir tentang suatu permasalahan sosial, Margawani, 2009 (Ahmad, 2011) yang
menumbuhkan sikap dan minat mengenai menjelaskan tentang temuan kemampuan
bagaimana cara atau solusi yang dapat penyelesaian masalah pada pembelajaran IPS
diberikan serta adanya tindakan dalam siswa kelas IV dikatakan tidak berhasil karena
menerapkan solusi untuk menjawab dari 24 siswa yang ada, yang menguasai materi
permasalahan tersebut. Jika hal ini terus pelajaran hanyalah 35% sedangkan yang
dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis lainnya belum memahami masalah sosial
kepada siswa, maka dapat dipastikan kualitas didalam materi pembelajaranya, sedangkan
siswa dalam belajar dan berkemampuan sosial suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil
akan lebih baik. apabila minimal 70% penguasaan materi telah
Namun, dalam faktanya banyak terjadi dikuasai oleh siswa.
kasus-kasus dimana guru kurang atau bahkan Rendahnya kemampuan pemecahan
tidak sama sekali mengembangkan masalah juga diperkuat oleh hasil observasi
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang telah dilakukan penulis di SDN 8

64
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
Peusangan pada siswa kelas V Mata pelajaran Inkuiri Sosial merupakan salah satu dari contoh
IPS, berdasarkan data yang diperoleh dari strategi belajar.
keseluruhan siswa 21 orang, sebanyak 8 siswa Inkuiri dalam bahasa Inggris disebut
atau 38% sudah mulai memahami pemecahan dengan inquiry yang berarti pertanyaan atau
masalah, sedangkan 13 siswa atau 61% lainnya pemeriksaan, penyelidikan. Joyce (Sanjaya,
tidak memahami sama sekali. Sementara itu, 2010) berpendapat bahwa Inkuiri Sosial
hasil wawancara yang penulis lakukan dengan merupakan strategi pembelajaran dari
guru kelas juga menunjukkan bahwa dalam kelompok sosial subkelompok konsep
kegiatan pembelajaran dominannya lebih masyarakat. Subkelompok ini didasarkan pada
berpusat pada guru dimana siswanya hanya asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan
menerima informasi, siswa hanya berpedoman untuk membelajarkan anggota masyarakat ideal
pada materi yang ada di buku, tidak ada yang dapat hidup dan dapat mempertinggi
pembelajaran aktif, siswa terlihat bosan dan kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
sama sekali tidak menggali pengetahuan dengan siswa harus diberi pengalaman yang memadai
cara pemecahan masalah. Sehingga dapat bagaimana caranya memecahkan persoalan-
disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan siswa persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui
dalam memecahkan masalah sangatlah rendah, pengalaman itulah setiap individu akan dapat
bahkan tidak ada sama sekali proses membangun pengetahuan yang berguna bagi
pembelajaran yang berusaha untuk membangun diri dan masyarakatnya.
pengetahuan siswa melalui pemecahan masalah Selain itu, Sapriya (2010) memberikan
tersebut. pendapatnya bahwa strategi pembelajaran
Untuk menjawab permasalahan Inkuiri Sosial diharapkan dapat membantu
tersebut, maka dibutuhkan suatu upaya yang masayarakat dalam memecahkan masalah-
dapat dilaksanakan dalam mengembangkan masalah sosial sehingga mereka dapat
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memperoleh kehidupan yang lebih baik, maka
mata pelajaran IPS. Upaya tersebut dapat dari itu Inkuiri Sosial ini sudah seharusnya
berupa penerapan strategi belajar yang mengacu memberikan prioritas pada masalah-masalah
pada permasalahan sosial, yaitu dengan praktis kemasyarakatan, dimana hal ini
menggunakan strategi pembelajaran inkuri bertujuan untuk memberikan konstribusi untuk
sosial. Pemilihan strategi ini untuk pemecahan para pengambil kebijakan dalam menghasilkan
masalah sosial dikarenakan strategi ini khusus keputusan- keputusannya.
dirancang untuk meningkatkan kemampuan Berdasarkan pengertian yang telah
siswa dalam memecahkan masalah sosial. diberikan maka dapat disimpulkan bahwa
Strategi Inkuiri Sosial dalam pembelajaran IPS strategi pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan
memiliki peranan yang sangat penting dalam strategi pembelajaran yang berpusat kepada
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini pengalaman siswa yang menekankan kepada
dikarenakan penerapan strategi ini akan mampu proses pemecahan masalah sosial melalui
mengembangkan kemampuan pemecahan pengujian hipotesis yang didasarkan kepada
masalah sosial pada siswa, yang sangat fakta. Hal ini berarti dengan Inkuiri Sosial
memfokuskan pada sifat membangun siswa dituntut untuk mencari dan menemukan
pengetahuan berdasarkan pengalaman siswa, jawaban atau kesimpulan dari pertanyaan yang
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. dipermasalahkan.
Pendekatan sosial perlu dikembangkan
2. KAJIAN LITERATUR mengingat proses-proses sosial akan dialami
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial oleh anak didik sehingga kegiatan belajar
Sebagaimana yang telah dipaparkan di mengajar harus membantu anak didik untuk
atas bahwa strategi pembelajaran merupakan membelajarkan kemampuan hubungan dengan
rangkaian kegiatan belajar untuk mencapai masyarakat dan hubungan antarpribadi.
tujuan pendidikan, maka strategi pembelajaran Strategi pembelajaran Inkuiri Sosial
memungkinkan siswa berpikir dan mencari

65
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
fakta-fakta, informasi, atau data yang (ideal), atau antara kenyataan yang terjadi
mendukung pembuktian hipotesis dalam situasi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan
bebas dan terarah. tersebut dapat dirasakan dari adanya keresahan,
Strategi pembelajaran Inkuiri Sosial keluhan, atau kecemasan.
dalam langkah-langkah pelaksanaannya sangat Sementara itu, Richard (Ahmad, 2011)
menekankan kepada cara siswa untuk mengemukakan tentang masalah yang berkaitan
membangun pengetahuan sendiri melalui erat dengan keadaan yang melibatkan
penemuan informasi dan pengumpulan fakta ketidaknyamanan, kondisi dalam penderitaan
dan bukti. Wena (2011) mengungkapkan enam dan keputusasaan maupun situasi buruk lainnya
tahapan dari strategi ini adalah : yang harus segera dicari solusi untuk
a. Orientasi (Orientation): guru membantu menyelesaikannya. Kemudian Sugiyono (2011)
siswa menjadi peka dan membantu untuk mengartikan masalah sebagai penyimpangan
mengembangkan kepekaan siswa terhadap antara yang seharusnya dengan apa yang benar-
permasalahan sosial. benar terjadi, antara teori dengan praktik, antara
b. Pengembangan Hipotesis (hypothesis): aturan dengan pelaksanaan atau antara rencana
mengembangkan hipotesis yang dengan pelaksanaan.
berhubungan dengan masalah yang dikaji. Oleh karena itu, dapat ditarik
c. Definisi (definition): membuat definisi kesimpulan bahwa masalah merupakan
istilah atau konsep yang jelas tentang kesenjangan antara apa yang diharapkan
masalah yang akan dipecahkan. sebagai kondisi ideal dengan keadaan yang
d. Eksplorasi (exploration): memperluas sebenarnya terjadi/fakta sehingga menyebabkan
hipotesis yang telah dilakukan . orang yang mendapat masalah tersebut dalam
e. Pengumpulan bukti dan fakta (evidencing): keadaan resah dan membutuhkan solusi sebagai
pertanyaan dijawab dan hipotesis diuji pemecahan masalahnya.
dengan bukti dan fakta yang dikumpulkan. Masalah dapat bersumber dari mana
f. Generalisasi (generalization): saja seperti masalah dari diri pribadi, dari
pengungkapan penyelesaian masalah yang sekolah, dari keluarga, dari lingkungan
dipecahkan. masyarakat atau bahkan masalah nasional dan
Berdasarkan langkah-langkah diatas global yang menjadi isu permasalahan. Masalah
dapat disimpulkan bahwa dalam strategi yang paling sering muncul dalam lingkungan
pembelajaran Inkuiri Sosial pembelajaran adalah masalah sosial. Ahmadi (2003)
terkesan lebih hidup, partisipasi siswa menjadi memberikan pengertian masalah sosial sebagai
lebih baik, dan siswa menjadi aktif dalam suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
mengikuti proses belajar mengajar, strategi ini kebudayaan atau masyarakat, yang
tidak hanya mampu membelajarkan membahayakan kehidupan kelompok sosial.
kemampuan pemecahan masalah sosial yang Masalah sosial adalah suatu kondisi
ada di sekitar siswa, tetapi juga membantu atau perkembangan yang terwujud dalam
siswa untuk dapat membangun pengetahuan masyarakat terhadap kehidupan warga
sendiri melalui pengumpulan data dan hipotesis masyarakat secara keseluruhan, Adanya
yang diberikan. masalah sosial dalam suatu kelompok
masyarakat dapat membawa pengaruh bagi
Kemampuan Pemecahan Masalah Sosial sebagian besar anggota masyarakatnya. Jika
Masalah merupakan sesuatu hal yang terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada
selalu ingin dihindari oleh setiap orang. dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial
Masalah juga berarti keadaan dimana fakta seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok
bertentangan dengan apa yang diharapkan atau masyarakat. Salah satu masalah sosial yang
seharusnya. Sanjaya (2010) memberikan penting adalah masalah pencemaran pada
pendapatnya bahwa masalah adalah gap atau lingkungan hidup.
kesenjangan yang terjadi antara situasi nyata Pada umumnya, setiap masalah memuat
(sebenarnya) dengan kondisi yang diharapkan situasi yang mendorong seseorang untuk

66
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
menyelesaikannya baik itu secara langsung prosedur pemecahan masalah yang terdiri dari
dikerjakan maupun tidak. Untuk memperoleh empat tahap proses pemecahan masalah yaitu :
kemampuan dalam pemecahan masalah maka 1. Mengenal adanya masalah
seseorang harus memiliki banyak pengalaman 2. Mencari alternatif pendekatan untuk
dalam berbagai masalah. Pendapat Santrock memecahkan masalah
(Ahmad, 2011) menjelaskan bahwa pemecahan 3. Memilih dan menerapkan pendekatan-
masalah meliputi usaha menemukan cara yang pendekatan
sesuai untuk mencapai suatu tujuan yaitu 4. Mencapai solusi yang dapat dipertanggung
masalah yang sedang dihadapi. Hal serupa juga jawabkan
diungkapkan oleh Slameto (Pamungkas, 2013) Dari paparan yang dikemukakan oleh para
pemecahan masalah dipandang sebagai suatu ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
proses untuk menemukan kombinasi dari kemampuan memecahkan masalah sosial
sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam adalah kemampuan siswa dalam
upaya mengatasi situasi yang baru. mengidentifikasi masalah yang bersumber dari
Kemampuan pemecahan masalah sangat masyarakat sendiri dan mencari solusi masalah
penting artinya bagi siswa dan masa depannya. yang efektif dan terbaik diantara beberapa
Para ahli pembelajaran sependapat bahwa alternatif dengan menggunakan segenap
kemampuan pemecahan masalah dalam batas- kemampuan. Pentingnya mengajarkan
batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang kemampuan memecahkan masalah sosial pada
studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. siswa akan menjadikan siswa aktif dan kreatif
Peranan guru diperlukan dalam dalam mengkaji berbagai permasalahan sosial
kemampuan menyelesaikan masalah pada yang ada di lingkungan sosial siswa, sehingga
siswa, guru perlu memberikan arahan dan siswa akan mampu untuk memberikan sebuah
bimbingan secara tidak langsung bila solusi sebagai pemecahan masalahnya.
diperlukan agar siswa mampu memahami Kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki
pertanyaan dan dapat menyelesaikan masalah siswa untuk dapat memahami masalah,
yang diajukan guru, hal ini dikarenakan bahwa merencanakan pemecahan, menyelesaikan
mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa masalah, dan memeriksa kembali hasil dari
merupakan kegiatan dari seorang guru dimana suatu masalah sosial yang diberikan.
guru itu membangkitkan siswa agar menerima Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah
dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang bagian dari proses berpikir. Sering dianggap
diajukan olehnya dan kemudian ia membimbing merupakan proses paling kompleks diantara
siswa-siswinya untuk sampai kepada semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah
penyelesaian masalah. telah didefinisikan sebagai proses kognitif
Dalam mengangkat suatu masalah tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan
dalam proses pembelajaran, akar desain kontrol lebih dari kemampuan-kemampuan
masalah juga mendapatkan perhatian yang rutin atau dasar.
khusus. Menurut Michael Hicks (Rusman,
2013) ada empat hal yang harus diperhatikan 3. METODE PENELITIAN
ketika membicarakan masalah, yaitu (1) Pendekatan dan Jenis Penelitian
memahami masalah, (2) ketidaktahuan dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan
memecahkan masalah tersebut, (3) adanya kuantitatif. Menurut Arikunto (2010)
keinginan untuk memecahkan masalah, dan (4) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif
adanya keyakinan mampu memecahkan merupakan penelitian yang banyak dituntut
masalah tersebut. dalam penggunaan angka, mulai dari
Sementara itu, Savage dan Amstrong pengumpulan data, penafsiran terhadap data,
(Sapriya, 2010) mengemukakan bahwa serta penampilan dari hasilnya. Dalam
sejumlah masalah ada solusi terbaiknya secara penelitian ini, penulis ingin melihat bagaimana
benar dan tepat. Sehubungan dengan itu, penerapan strategi pembelajaran Inkuiri Sosial
kemudian Sapriya (2009) telah merumuskan dalam membentuk kemampuan pemecahan

67
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
masalah sosial siswa kelas V SD N 8 menyelesaikan soal 20 menit. Untuk membuat
Peusangan, dimana hasil/data yang didapatkan tes kemampuan pemecahan masalah sosial,
akan diolah dengan menggunakan statistika. penulis berpedoman pada definisi kemampuan
Jenis penelitian yang digunakan dalam pemecahan masalah sosial yang dikemukakan
penelitian ini adalah penelitian Quasi pada bab sebelumnya.
Eksperimen. Sugiyono (2011:77)
mengungkapkan Quasi eksperimen sebagai
suatu desain yang mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak berfungsi seluruhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Selain Pemecahan Masalah Sosial
itu, jenis penelitian Quasi ini memberikan Indikator Pemecahan Masalah
Langkah
perlakuan pada subjek tetapi tidak dilakukan Sosial
randomisasi. Mengenal adanya masalah 1
Mencari alternatif pendekatan
2
Rancangan Penelitian untuk memecahkan masalah
Adapun rancangan dalam penelitian Memilih dan menerapkan
3
quasi eksperimen ini adalah dengan pendekatan-pendekatan
menggunakan Nonequivalent Control Group Mencapai solusi yang dapat
4
dipertanggungjawabkan
Design. Adapun rancangan penelitiannya
sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono Sumber : dimodifikasi dari Sapriya, 2009
(2011:79) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group b. Observasi
Design Sugiyono (2011) menjelaskan
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test bahwa observasi digunakan bila penelitian
Eksperimen O1 X O3 berkenaan dengan perilaku manusia, proses
Kontrol O2 - O4 kerja dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar. Observasi merupakan
Keterangan: pengamatan yang dilakukan oleh penulis
O1=pre-test terhadap kelas eksperimen terhadap kegiatan belajar mengajar yang
O2 =pre-test terhadap kelas kontrol sedang berlangsung. Dalam lembaran
O3=post-test terhadap kelas eksperimen observasi berisi tentang item-item kejadian
O4 =post-test terhadap kelas kontrol atau tingkah laku yang digambarkan akan
X = perlakuan terhadap kelompok eksperimen terjadi dan dapat ditandai dengan tanda
(strategi Inkuiri Sosial) checklist.
– = tidak menerima perlakuan (pembelajaran Adapun taraf keberhasilan proses
konvensional) pembelajaran menurut Hadi (Jesman, 2013)
adalah 85 %< SP < 100 % : sangat baik, 75% <
Teknik Pengumpulan data SP < 84% : baik, 65% < SP < 74% : cukup
Agar data yang diperoleh benar-benar baik. 55% < SP < 64% : kurang baik dan 0%
akurat maka teknik pengumpulan data yang SP 50% : sangat kurang, dalam hal ini SP
digunakan penulis adalah sebagai berikut : adalah skor pengamat.
a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Sosial 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tes kemampuan pemecahan masalah Hasil Penelitian
sosial dikembangkan dari bahan ajar pada Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 8
materi Pelestarian Lingkungan. Instrumen tes Peusangan, kecamatan Peusangan, kabupaten
terdiri dari 2 permasalahan yang meliputi 4 Bireuen pada tanggal 24 – 29 Agustus 2015.
tahapan/langkah pemecahan masalah yang Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu
berbentuk uraian dan waktu untuk dengan mengambil dua kelas yaitu kelas V.A
sebagai kelas eksperimen dan kelas V.B sebagai
68
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
kelas kontrol dengan menggunakan teknik test) terhadap kedua kelas setelah mengikuti
pengambilan sampling jenuh. Penelitian ini kegiatan pembelajaran.
bertujuan untuk mengetahui penerapan strategi Hasil Pre Test Kelas Eksperimen dan
Inkuiri Sosial terhadap peningkatan Kontrol
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Setelah melakukan penelitian di kedua
sosial pada kelas V SD Negeri 8 Peusangan kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol, maka
pada materi pelestarian lingkungan. peneliti mendapatkan hasil pre-test untuk kedua
Sebelum strategi pembelajaran ini kelas tesebut. Berdasarkan hasil perhitungan
diterapkan, terlebih dahulu peneliti menguji data penelitian, hasil pre-test pada kelas
kemampuan awal siswa (pre test) dengan eksperimen diperoleh nilai terendah 17 dan
memberikan soal yang berbentuk essay pada nilai tertinggi 50, nilai rata-rata sebesar 35
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian dengan varians sebesar 101,03 dan simpangan
peneliti mengajar dengan menerapkan strategi baku sebesar 10,05. Untuk kelas kontrol
pembelajaran Inkuiri Sosial pada kelas diperoleh nilai terendah 17 dan nilai tertinggi
eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol 50, nilai rata-rata sebesar 34 dengan varians
pembelajaran berlangsung sebagaimana sebesar 83,3 dan simpangan baku sebesar 9,12.
biasanya dilakukan oleh guru kelas. Setelah itu,
peneliti menguji kemampuan akhir siswa (post
Tabel 4.1 Hasil Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas Jumlah Nilai Nilai Simpangan
Rata-rata Varians
siswa tertinggi terendah baku
Eksperimen 21 50 17 35 101,03 10,05
Kontrol 21 50 17 34 83,3 9,12

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat perlakuan, sehingga siswa dari kedua kelas
disimpulkan bahwa nilai yang didapatkan oleh tersebut belum menguasai materi dengan baik.
siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen
sangat rendah, untuk kelas eksperimen nilai Uji Hipotesis Pre Test Kelas Eksperimen dan
tertinggi yang diperoleh siswa hanya 50 dan Kontrol
untuk kelas kontrol juga 50, sehingga tidak ada Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan
satu pun siswa yang tuntas dalam pembelajaran. menggunakan rumus uji t. Berikut ini hasil
Hal ini disebabkan karena pada saat pre test yang diperoleh dari perhitungan uji hipotesis
baik siswa kelas eksperimen maupun kelas berdasarkan pre-test dari kelas eksperimen dan
kontrol sama-sama belum mendapatkan kelas kontrol.
Tabel 4.2 Uji Hipotesis Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Jumlah Rata- Simpangan
Kelas Varians t hitung t tabel Hasil
siswa rata baku
Eksperimen 21 35 101,03 10,05 H0 di terima dan
0,37 1,68
Kontrol 21 34 83,3 9,12 H1 di tolak

Berdasarkan perhitungan tersebut, berada pada tingkat yang sama, hal ini berarti
diperoleh bahwa nilai thitung adalah 0,37. Nilai tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
ttabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) adalah rata-rata skor pretest kemampuan pemecahan
1,68. Hasil pengujian yang diperoleh masalah siswa kelas eksperimen dan kelas
menunjukkan bahwa thitung berada di daerah kontrol pada taraf kepercayaan 95%.
penerimaan H0, yaitu thitung ttabel. Dengan
demikian H0 diterima dan H1 ditolak, maka Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan
dapat disimpulkan bahwa kemampuan Kontrol
pemecahan masalah sosial pada kedua kelas Setelah melakukan penelitian di kedua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol, maka
69
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
peneliti memperoleh hasil post-test untuk kedua 85 dengan varians sebesar 77,24 dan simpangan
kelas tesebut. Berdasarkan hasil perhitungan baku sebesar 8,78. Untuk kelas kontrol
data penelitian, hasil post-test pada kelas diperoleh nilai terendah 58 dan nilai tertinggi
eksperimen didapatkan nilai terendah sebesar 91, nilai rata-rata sebesar 78, dengan varians
67 dan nilai tertinggi 100, nilai rata-rata sebesar sebesar 61,6 dan simpangan baku sebesar 7,84.
Tabel 4.3 Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas Jumlah Nilai Nilai Simpangan
Rata-rata Varians
siswa tertinggi terendah baku
Eksperimen 21 100 67 85 77,24 8,78
Kontrol 21 91 58 78 61,6 7,84

Berdasarkan tabel 4.3 dapat sudah mendapatkan perlakuan, sehingga siswa


disimpulkan bahwa hasil tes siswa kedua kelas dari kedua kelas tersebut sudah menguasai
mengalami peningkatan, untuk kelas materi dengan lebih baik.
eksperimen nilai tertinggi yang didapat siswa Uji Hipotesis Post Test Kelas Eksperimen
100 dan untuk kelas kontrol 91, begitu pula dan Kontrol
dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh Uji hipotesis dapat dilakukan dengan
siswa dari kedua kelas yaitu pada kelas menggunakan rumus uji t. Berikut ini hasil
eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 85 dan yang diperoleh dari perhitungan uji hipotesis
kelas kontrol 78. Peningkatan ini disebabkan berdasarkan post-test dari kelas eksperimen dan
karena pada saat post-test baik siswa kelas kelas kontrol.
eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama
Tabel 4.4 Uji Hipotesis Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas Jumlah Rata- Simpangan
Varians t hitung t tabel Hasil
siswa rata baku
Eksperimen 21 85 77,24 8,78 H1 di terima dan
3,01 1,68
Kontrol 21 78 61,6 7,84 H0 di tolak
Berdasarkan perhitungan tersebut, kepercayaan 95%. Sehingga dapat disimpulkan
diperoleh bahwa nilai thitung adalah 3,01. Nilai bahwa terdapat peningkatan kemampuan
ttabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) adalah pemecahan masalah melalui penerapan strategi
1,68. Hasil pengujian yang diperoleh pembelajaran Inkuiri Sosial pada siswa dalam
menunjukkan bahwa thitung berada di daerah materi Pelestarian Lingkungan.
penerimaan H1, yaitu thitung > ttabel dengan
rincian 3,01 1,68. Dengan demikian H0 Hasil Observasi Proses Pembelajaran
ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan Adapun hasil observasi aktitivitas guru
bahwa kemampuan pemecahan masalah sosial dapat dinyatakan dalam bentuk persentase.
pada kedua kelas mengalami peningkatan yang Observasi ini dilakukan oleh 1 orang pengamat
signifikan antara rata-rata skor post test pada saat kegiatan belajar mengajar
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas berlangsung. Secara ringkas data aktivitas guru
eksperimen dan kelas kontrol pada taraf dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru
No Tahap Kegiatan Skor Persentase (%)
1 Kegiatan pendahuluan 20 19,2
2 Tahap orientasi 23 22,1
3 Tahap hipotesis 11 10,5
4 Tahap definisi 8 7,6
5 Tahap eksplorasi 8 7,6
6 Tahap pengumpulan bukti dan fakta 8 7,6
7 Tahap generalisasi 10 9,6
8 Kegiatan penutup 12 11,5
Jumlah 95,7
70
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengamatan 85 % < SP < 100 % : sangat baik
aktifitas guru dengan nilai persentase tertinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
yaitu 22,1% terdapat pada kegiatan orientasi pembelajaran berada pada kategori sangat baik.
masalah, Selanjutnya, diikuti oleh kegiatan
lainnya yaitu kegiatan pendahuluan sebesar Hasil Observasi Aktivitas Siswa
19,2 % dan kegiatan penutup 11,5 %. Diikuti Adapun hasil observasi aktitivitas siswa
oleh kegiatan yang bernilai sebesar 10,5% yaitu dapat dinyatakan dalam bentuk persentase.
dalam tahap berhipotesis, 9,6% pada tahap Observasi ini dilakukan oleh 1 orang pengamat
generalisasi, kemudian kegiatan definisi 7,6 pada saat kegiatan belajar mengajar
%, eksplorasi 7,6%, dan pungumpulan bukti berlangsung. Secara ringkas data aktivitas siswa
dan fakta sebesar 7,6%. Jumlah keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut :
aktivitas guru adalah 95,7%. Berdasarkan acuan
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No Tahap Kegiatan Skor Persentase (%)
1 Kegiatan pendahuluan 16 14,2
2 Tahap orientasi 23 20,5
3 Tahap hipotesis 15 13,3
4 Tahap definisi 7 6,2
5 Tahap eksplorasi 6 5,3
6 Tahap pengumpulan bukti dan fakta 12 10,7
7 Tahap generalisasi 12 10,7
8 Kegiatan penutup 12 10,7
Jumlah 91,6
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat eksperimen dengan sampel 21 siswa sebelum
bahwa aktifitas siswa dengan nilai persentase adanya perlakuan yaitu sebesar 17 dan setelah
tertinggi yaitu 20,5% terdapat pada kegiatan diberikan perlakuan meningkat menjadi 100.
orientasi masalah, Selanjutnya, diikuti oleh Sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol
kegiatan lainnya yaitu kegiatan pendahuluan dengan sampel 21 siswa sebelum perlakuan
sebesar 14,2 % dan kegiatan hipotesis 13,3 %. adalah 17 dan setelah diberikan perlakuan juga
Diikuti oleh kegiatan lainnya yang bernilai meningkat menjadi 91.
sebesar 10,7% yaitu dalam pengumpulan bukti Dengan menggunakan uji analisis
dan fakta, 10,7% pada tahap generalisasi, normalitas pada kelas eksperimen, dengan
kemudian kegiatan penutup juga 10,7%, untuk sampel siswa 21 siswa, nilai rata-rata pretest
kegiatan definisi sebesar 6,2% dan eksplorasi 35, varians 101,03 dan simpangan baku 10,05
5,3%, Jumlah keseluruhan aktivitas siswa diperoleh hasil bahwa besarnya harga 2hitung =
adalah 91,6% . Berdasarkan acuan pengamatan 4,5. Sedangkan pada post test nilai rata-rata 85,
85 % < SP < 100 % : sangat baik sehingga varians 77,24 dan simpangan baku 8,78
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran diperoleh hasil bahwa besarnya harga 2hitung =
berada pada kategori sangat baik. 1,4 . Berdasarkan data distribusi frekuensi
dengan α = 0,05, dan banyak kelas 5 sehingga
Pembahasan derajat kebebasan dk = 5 - 3 = 2, maka
Berdasarkan data yang diperoleh di didapatkan adalah 2tabel = 5,99. Hal ini
lapangan dan setelah adanya hasil analisis data, menunjukkan bahwa untuk pre test dan post
yaitu dengan menggunakan uji-t pada taraf test di dapat bahwa 2hitung < 2tabel sehingga H0
signifikan t0,95 menunjukkan adanya diterima (data berdistribusi normal).
peningkatan kemampuan pemecahan masalah Pada kelas kontrol, dengan sampel siswa
sosial pada siswa kelas V dalam materi 21 siswa, nilai rata-rata pre test 34, varians
pelestarian lingkungan. Pada Tabel 4.1 83,3 dan simpangan baku 9,12 diperoleh hasil
dikemukakan bahwa untuk nilai pretest kelas bahwa besarnya harga 2hitung = 2, Berdasarkan
71
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
data distribusi frekuensi dengan α = 0,05, dan kedua kelas memiliki kemampuan yang sama.
banyak kelas 5 sehingga derajat kebebasan dk Sementara dari hasil post test diketahui bahwa
= 5 -3 = 2, maka didapatkan adalah 2tabel = kemampuan pemecahan masalah sosial siswa
5,99. Sedangkan pada post test nilai rata-rata baik kelas eksperimen dan kelas kontrol
78, varians 61,6 dan simpangan baku 7,84 menunjukkan ada perbedaan yang signifikan.
diperoleh hasil bahwa besarnya harga  hitung =
2 Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 85 dan
0,6. Berdasarkan data distribusi frekuensi kelas kontrol sebesar 78. Hasil uji hipotesis
dengan α = 0,05, dan banyak kelas 5 sehingga dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung >
derajat kebebasan dk = 5 - 3 = 2, maka ttabel, yaitu 3,01 > 1,68. Nilai ttabel pada taraf
didapatkan adalah  tabel = 5,99. Hal ini
2 signifikan 95% (α = 0,05) adalah 1,68. Jadi
menunjukkan bahwa untuk pre test dan post dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
test di dapat bahwa  hitung <  tabel sehingga H0
2 2 kemampuan pemecahan masalah dengan
diterima (data berdistribusi normal). adanya penerapan strategi pembelajaran Inkuiri
Berdasarkan uji hipotesis, rata-rata pre Sosial pada siswa kelas V dalam materi
test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan pelestarian lingkungan.
yang signifikan antara kelas eksperimen dan Untuk lebih jelas peningkatan
kelas kontrol pada kemampuan pemecahan kemampuan pemecahan masalah pada kelas
masalah, sehingga dapat dinyatakan bahwa eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
sebelum adanya perlakuan, seluruh siswa dari gambar berikut :
Gambar 4.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pre-test Pos-test N-gain
Kelas Eksperimen 35 85 0.78
Kelas Kontrol 33 78 0.68
Begitu pula dengan uji peningkatan (n- eksperimen dapat mengembangkan kemampuan
gain) kemampuan siswa dalam memecahkan siswa dalam memecahkan masalah yang
masalah sosial pada kedua kelas, skor rata-rata berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hal
untuk n-gain kelas eksperimen adalah 0,78 ini dapat dijelaskan bahwa dalam proses belajar
yang termasuk ke dalam kategori tinggi, mengajar masalah yang diangkat merupakan
sedangkan skor rata-rata untuk n-gain kelas masalah yang kerap kali terjadi di sekitar
kontrol adalah 0,68 yang termasuk ke dalam tempat tinggal siswa, dimana masalah ini harus
kategori sedang. Dengan demikian dapat dikaji penyebab dan dicari solusi untuk
ditarik kesimpulan bahwa peningkatan n-gain diselesaikan.
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Dengan kata lain, kemampuan siswa
sosial dengan menggunakan strategi kelas V.A SDN 8 Peusangan dalam
pembelajaran inkuri sosial lebih baik dari memecahkan masalah sosial dalam materi
peningkatan yang terjadi pada kelas kontrol pelestarian lingkungan sesudah adanya
tanpa adanya perlakuan (dengan menggunakan perlakuan dalam pembelajaran lebih baik dari
metode konvensional). pada sebelum pembelajaran. Hal ini berarti
Adanya penerapan strategi bahwa “terdapat peningkatan kemampuan
pembelajaran Inkuiri Sosial pada kelas pemecahan masalah melalui penerapan strategi
72
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
pembelajaran inkuiri sosial pada siswa kelas V b. Siswa terlibat sepenuhnya dalam orientasi
SDN 8 Peusangan dalam materi Pelestarian masalah, mengkomunikasikan pendapat
Lingkungan”. dalam berhipotesis, mengeksplorasi
Kebenaran hipotesis ini didukung oleh
pengetahuan siswa dalam mencari alternatif
2 hal yang telah diuji kebenarannya yaitu:
1. Nilai rata-rata setelah pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah,
strategi pembelajaran Inkuiri Sosial lebih membangun pengetahuan sendiri dalam
tinggi dari pada nilai rata-rata siswa sebelum pengumpulan bukti serta fakta, memilih
pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang mana fakta dan alternatif pendekatan
inkuiri sosial. yang paling tepat sehingga menghasilkan
2. Setelah kegiatan belajar mengajar dengan suatu solusi pemecahan masalah yang dapat
menggunakan strategi Inkuiri Sosial ternyata
dipertanggungjawabkan.
dapat meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah sosial siswa kelas V
SDN 8 Peusangan dalam materi Pelestarian 6. REFERENSI
Lingkungan. Ahmad. 2011. Penerapan Model Pembelajaran
Adanya peningkatan tersebut Science Technology and Society (STS)
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
Inkuiri Sosial dengan memberikan motivasi Berpikir Kritis dan Memecahkan
terlebih dahulu pada orientasi masalah, Masalah Sosial Siswa. Tesis UPI
membantu siswa dalam mengkomunikasikan Bandung : Tidak diterbitkan
pendapat dan hipotesis, mengaktifkan siswa Ahmad. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
dalam belajar kelompok, memberikan Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
kesempatan siswa untuk membangun Kemampuan Pemecahan Masalah Sosial
pengetahuan sendiri, melatih ketelitian siswa Siswa Kelas IV SDN 7 Idi Kabupaten
dalam mengumpulkan berbagai fakta/bukti Aceh Timur. Jurnal Pendidikan Dasar.
yang ada, serta mengambil satu solusi terbaik Vol 01. Hal : 1-13.
untuk pemecahan masalah masalah sosial dalam Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta
materi pelestarian lingkungan. : PT. Rineka Cipta.
Selain itu pembelajaran menggunakan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Inkuiri Sosial mempunyai manfaat diantaranya Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
dapat membuat siswa menjadi aktif dalam Rineka Cipta.
kegiatan belajar mengajar, mampu dalam Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
berdiskusi dan mempresentasikan hasil kerja, Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
mampu untuk mengenal masalah sosial dan Jesman. 2013. Meningkatkan Kemampuan
mencapai solusi yang dianggap paling tepat Lompat Jauh Melalui Metode Tutor
sesuai dengan materi pelestarian lingkungan. Sebaya pada Siswa Kelas V SD Inpres 12
Baiya. Universitas Tadulako Palu
5. PENUTUP Sulawesi Tengah.
Berdasarkan hasil analisis data dan Ningrum, Epon. 2013. Pengembangan Strategi
pembahasan yang telah dikemukakan Pembelajaran. Bandung : CV Putra
sebelumnya, maka secara umum dapat Setia.
disimpulkan bahwa : Pamungkas, Dwi Menggita dan Masduki. 2013.
a. strategi pembelajaran Inkuiri Sosial dapat Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan Kreativitas belajar
meningkatkan kemampuan siswa dalam
matematika dengan pemanfaatan
memecahkan masalah sosial pada materi Software Core Math Tools (CMT) dalam
Pelestarian Lingkungan di kelas V SD Seminar Nasional Pendidikan
Negeri 8 Peusangan. Matematika. Surakarta.

73
JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 | ISSN: 2355-3650
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Supriatna, Nana. dkk. 2007. Pendidikan IPS di
Mengembangkan Profesionalisme Guru. SD. Bandung : UPI PRESS
Jakarta : Rajawali Pers. Wardani, Kristi. 2013. Implementasi Model
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Berorientasi Standar Prose Pendidikan. Untuk Meningkatkan Kualitas
Jakarta : Kencana. Pembelajaran IPS Dikelas V SDN
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung : PT. Ngangkrik Sleman . NUANSA Jurnal
Remaja Rosdakarya Ilmiah Pendidikan. Vol II. Hal :1-16.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran
Tarsito Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Aksara
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

74

Anda mungkin juga menyukai