Anda di halaman 1dari 7

JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No.

5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN BERMAIN PERAN


(BP) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Asrorul Azizi
asroruljilid3@gmail.com

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,


Institut Pendidikan Nusantara Global, Indonesia, 83511

Abstrak
Pembelajaran perlu memperhatikan faktor internal siswa, misalnya kemampuanmemecahkan
masalah yang sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Hasil tes siswa kelas X MIA
MA Darul Aminin NW Aikmual pada mata pelajaran Biologi materi pencemaran lingkungan,
kemampuan memecahkan masalah tergolong rendah. Hal ini terbatas pada hasil belajar masih
berorientasi pada produk, yang terbatas pada penerapan pembelajaran konsep dengan hafalan.
Model pembelajaran yang digunakan dalam mengatasi masalah tersebut adalah model Problem
Based Learning disertai dengan Bermain Peran (PBL BP). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dan interaksi PBL BP ditinjau dari kemampuan memecahkan masalah
terhadap hasil belajar afektif, kognitif dan psikomotor. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X MIA MA Darul Aminin NW Aikmual. Penelitian ini termasuk kedalam percobaan kuasi
dengan menggunakan kelas eksperimen. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan uji anava. Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi dan tes pilihan
ganda. Model PBL BP dan PBL memberikan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar yang baik
dengan rata-rata nilai 3 aspek sebesar 86,46;. Kemampuan memecahkan masalah tinggi dan
kemampuan memecahkan masalah rendah tidak memberikan hasil berarti terhadap hasil belajar
dengan angka signifikansi ≤0,05; 3) Interaksi model (PBL BP dan PBL) dan kemampuan
memecahkan masalah meningkatkan hasil belajar dengan rata-rata ketiga aspek 0.436≥0,05.
Kata Kunci:Problem Based Learning, Bermain Peran, kemampuan memecahkan masalah.

Abstract
Learning needs to pay attention to internal factors of students, for example the ability to
solve problems that are very important for students and the future. Test results for students of class
X MIA MA DarulAminin NW Aikmual on Biology. Things limited to learning outcomes are still
limited to products, which are limited to the application of concept learning by rote learning. The
learning model used in overcoming these problems is the Problem Based Learning model won by
Role Play (PBL BP). PBL BP in terms of the ability to solve problems on affective, cognitive and
psychomotor learning outcomes. The subjects in this study were students of class X MIA MA
DarulAminin NW Aikmual. This research was included in a quasi experiment using the
experimental class. Data obtained in this study were analyzed using the Anava test. The research
instrument used observation sheets and multiple choice tests. PBL BP and PBL models make a
difference to good learning outcomes with an average value of 3 aspects of 86.46; The ability to
solve problems and the ability to solve problems does not give results to learning outcomes with a
significance value ≤0.05; 3) Interaction models (PBL BP and PBL) and the ability to solve
problems in improving learning outcomes with an average ability aspect of 0.436≥0.05.
Keywords: Problem Based Learning, Role Playing, problem solving skills.

PENDAHULUAN daya manusia semakin meningkat. Interaksi dan


Pada zaman globalisasi dan informasi persaingan sudah melampaui batas jarak dan
sekarang ini, interaksi dan persaingan manusia waktu, sehingga sumber daya manusia yang
semakin tinggi siring dengan jumlah sumber berkualitas sangat diperlukan agar mampu

Jurnal Pendidikan Mandala 188


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No. 5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

bertahan dalam persaingan. Sumber daya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
manusia yang unggul juga akan menunjang (Elyani, Izzati, & Perdana, 2019). Keterampilan
suatu bangsa agar mampu bersaing dan memecahkan masalah bisa memberikan
berkompetisi dengan bangsa lain. Sumber daya keterampilan lain seperti identifikasi dan
manusia merupakan salah satu pondasi untuk kemampuan untuk mencari, memilih,
meningkatkan harkat dan martabat suatu bangsa mengevaluasi, mengorganisir, dan
dimata bangsa lainnya. mempertimbangkan berbagai alternatif dan
Pendidikan sains merupakan salah satu menafsirkan informasi atau masalah yang
sektor penting dalam menghasilkan sumber diberikan.
daya manusia yang kompetitif dan memiliki Seseorang harus mampu memberikan
daya saing. Biologi bagian dari sains, materinya solusi dari beberapa sudut pandang yang
dan konsep-konsep pembelajaran biologi berbeda-beda, terutama dalam memecahkan
banyak berhubungan dengan fenomena- masalah yang kompleks. Pemecahan masalah
fenomena yang terjadi di lingkungan dan diri melatih kerjasama tim, kolaborasi efektif dan
kita sendiri. Peraturan Menteri Pendidikan kreativitas dari guru dan siswa untuk dapat
Nasional Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar menangani berbagai informasi yang sangat
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah untuk besar jumlahnya, dapat mendefinisikan dan
muatan biologi pada SMA-MA, siswa memahami elemen yang terdapat pada pokok
diwajibkan memiliki kompetensi diantaranya permasalahan, mengidentifikasi sumber
siswa dapat menerapkan prinsip, konsep, dan informasi dan strategi yang diperlukan dalam
hukum dalam bidang biologi. Hal tersebut mengatasi masalah. Melihat peranan dari
mendukung terwujudnya tujuan akhir keterampilan pemecahan masalah maka perlu
pembelajaran yang membentuk siswa yang adanya penerapan keterampilan pemecahan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam masalah dalam kegiatan pembelajaran.
memecahkan masalah yang dihadapi kelak di Hasil analisis setelah siswa diberi tes
masyarakat. kemampuan memecahkan masalah, hasil tes
Peraturan Menteri yang ada juga kemampuan memecahkan masalah siswa dalam
disesuaikan dengan perkembangan ilmu memecahkan masalah masih rendah dibawah
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju KKM dengan rata- rata yakni 60,78. Kuantitas
saat ini, Di abad 21 ini, pendidikan menjadi siswa yang memperoleh nilai KKM hanya
semakin penting untuk menjamin peserta didik 10,34%. Tindak lanjut dari hal ini, sebaiknya
memiliki berbagai macam keterampilan. Pada siswa sering dihadapkan pada kegiatan yang
abad 21, perubahan paradigma pembelajaran ke berkaitan dengan menumbuhkan memampuan
arah student-centered dan peserta didik perlu memecahkan masalah.
dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi Pembelajaran di kelas yang menjadi
atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) rutinitas dan kebiasaan dan dengan metode
(Sudarisman, 2015). Keterampilan tersebut pembelajaran yang monoton membuat siswa
salah satunya yaitu keterampilan pemecahan kurang tertarik, sehingga pemahaman materi
masalah. kurang. Pedagogi Dewey mendorong guru
Dalam proses pembelajaran saat ini, untuk melibatkan siswa dalam proyek
masih banyak siswa belum terbiasa berpikir berorientasi masalah dan membantu mereka
kritis dalam menilai dan menanggapi persoalan. menyelidiki masalah sosial dan intelektual yang
Siswa masih terbiasa meniru apa yang penting (Arends, 2008). Kegiatan pembelajaran
dicontohkan oleh guru, tanpa ada kreativitas masih monoton dan jarang terjadi dialog,
untuk mencari alternatip jawaban lain yang sehingga belajar dalam pemecahan masalah
lebih mudah dimengerti. Dengan kata lain melalui penyelidikan maupun kegiatan lainnya
kemampuan berpikir siswa hanya terbatas pada masih kurang. Vigotsky yakin bahwa fungsi
hal-hal rutin. Dalam aktivitas memecahkan mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul
masalah, diketahui bahwa siswa belum optimal dalam percakapan atau kerjasama dalam

Jurnal Pendidikan Mandala 189


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No. 5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

individu, sebelum fungsi mental yang lebih IPA-Biologi pada materi Ekosistem
tinggi terserap kedalam indivudu tersebut menunjukkan peningkatan antara lain
(Trianto, 2010). menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Kemampuan memecahkan masalah oleh mengarahkan siswa dalam menyajikan laporan
anak tidak dapat muncul begitu saja apabila hasil pengamatan dan motivasi belajar siswa
tidak didukung dengan pembiasaan melalui kelas VII7 SMPN 4 Kota Bengkulu meningkat
pembelajaran yang aktif, berorientasi pada serta meningkatkan hasil belajar siswa (Dayeni,
siswa, sehingga dibutuhkan model pembelajaran 2017).
yang mendukung terbentuknya kemampuan Beberapa penelitian menunjukkan
memecahkan masalah siswa saat pelajaran. potensi PBL yaitu penerapan model PBL dapat
Salah satu model yang mendukung hal tersebut meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
adalah model Problem Based Learning (PBL). memecahkan masalah biologi (Priadi, 2012).
Model Problem Based Learning (PBL) Selain itu, terdapat hasil penelitian bahwa
merupakan salah satu model pembelajaran yang terdapat perbedaan kemampuan pemecahan
berlandaskan paradigma konstruktivistik. Teori masalah dan motivasi antara kelompok peserta
belajar yang mendasari PBL adalah Vigotsky didik yang belajar melalui model PBL dengan
(scaffolding), Bruner (belajar penemuan), kelompok peserta didik yang belajar melalui
Ausubel (belajar bermakna), dan Piaget pembelajaran langsung (Dewi, 2012).
(perkembangan kognitif). Model pembelajaran Model PBL ini akan lebih efektif jika
PBL melatih dan memberikan siswa kesempatan diterapkan dengan menggabungkan dengan
untuk berusaha sendiri mencari pemecahan metode yang mendukung siswa untuk berpikir
masalah serta pengetahuan yang menyertainya rasional dan ilmiah, aktif dan menguasai
mampu menghasilkan pengetahuan yang benar- ilustrasi ilmiah, berani dalam berpendapat,
benar bermakna. Model PBL melibatkan percaya diri dalam persaingan yang dinamis
kerjasama siswa secara kolaboratif pada suatu serta mampun menumbuhkan kedisiplinan diri.
penyelidikan yang bersifat autentik untuk Peneliti mencoba untuk menggabungkan PBL
menyarankan kemungkinan solusi pada suatu dengan metode Bermain Peran (BP). Karena
masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari Bermain peran yaitu memainkan peranan dari
(Sahyar & Yulia, 2017). peran-peran yang sudah pasti berdasarkan
PBL memiliki ciri-ciri yaitu kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk
pembelajaran diorientasikan pada masalah, menciptakan kembali situasi sejarah masa lalu,
dengan sintaks yaitu: mengorientasikan siswa menciptakan kemungkinan-kemungkinan masa
kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk yang akan datang, menciptakan peristiwa
belajar, membimbing penyelidikan individual mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal
maupun kelompok, mengembangkan dan situasi pada suatu tempat dan waktu tertentu
menyajikan hasil karya serta memamerkannya, (Dimyati & Mudjiono, 2006). Terkait hal
menganalitis dan mengevaluasi proses tersebut, simpulan dari Vigotsky yakin bahwa
pemecahan masalah (Nur, 2011). fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
Beberapa peneilitian menunjukkan muncul dalam percakapan atau kerjasama dalam
keunggulan PBL dalam berbagai aspek. Hasil individu, sebelum fungsi mental yang lebih
penelitian menunjukkan bahwa hasil tinggi terserap kedalam indivudu tersebut
keterampilan pemecahan masalah biologi pada (Trianto, 2010).
peserta didik yang dibelajarkan menggunakan Alasan lain pemilihan metode bermain
model pembelajaran berbasis masalah (PBL) peran sebagai kombinasi PBL karena melalui
lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik model pembelajaran bermain peran ini siswa
yang dibelajarkan menggunakan model diajak untuk belajar mengeksploitasi masalah-
pembelajaran langsung (Bahri, 2018). Perbaikan masalah hubungan antar manusia dengan cara
pembelajaran melalui penerapan model Problem memperagakannya, dengan bantuan kelompok
Based Learning dalam proses pembelajaran sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri

Jurnal Pendidikan Mandala 190


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No. 5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

sehingga akan sejalan dengan tujuan PBL. moderator meliputi kemampuan memecahkan
Pendapat lainnya mengemukakan bahwa (1) masalah. Instrumen penelitian ini terdiri dari
model bermain peran dibuat berdasarkan asumsi perangkat pembelajaran dan instrument
bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi pengumpulan data. Perangkat pembelajaran
otentik kedalam suatu situasi permasalahan yang digunakan yaitu silabus, RPP, dan LKS.
kehidupan nyata (2) bermain peran dapat Pengumpulan data menggunakan tes pilihan
mendorong siswa mengekspresikan perasaannya ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif dan
dan bahkan melepaskan (3) proses psikilogis kemampuan memecahkan masalah, serta lembar
melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan (belief) observasi untuk mengukur data afektif dan
kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui psikomotor siswa.
keterlibatan spontan yang disertai analisis (Uno, Data hasil belajar, kemampuan
2011). menyelesaikan masalah diperoleh setelah
Pemilihan materi pencemaran melakukan pembelajaran. Data observasi
lingkungan merupakan salah satu materi yang didapat pada saat melakukan pembelajaran.
membahas pada semester genap di kelas X, Data yang diperoleh selanjutnnya akan
mengenai masalah pencemaran lingkungan, dianalisis kemudian dilanjutkan dengan uji
terutama terkait masalah limbah, letak geografis anava. Uji statistic dilakukan pada taraf
dan pemukiman penduduk di wilayah Praya. signifikansi 5%. Sebelum dilakukan analisis
Melihat kondisi demikian perlu adanya statistik, dilakukan uji prasyarat yaitu uji
penerapan materi pembelajaran yang dapat homogenitas dan normalitas pada data.
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dalam memberikan saran untuk solusi HASIL DAN PEMBAHASAN
guna menunjang hasil belajar dan menjadikan Data penelitian ini diperoleh melalui tes
proses belajar mengajar optimal agar tujuan hasil belajar dan kemampuan memecahkan
pembelajaran tercapai. Berdasarkan uraian di masalah. Sedangkan data hasil belajar aspek
atas, perlu dilaksanakan penelitian afektif dan psikomotor di dapat dari hasil
Implementasi Problem Based Learning observasi pada saat kegiatan pembelajaran
(PBL) dengan bermain peran (BP) terhadap berlangsung. Deskripsi data kemampuan
kemampuan memecahkan masalah. menyelesaikan masalah disajikan pada tabel 1.
Adapun tujuan penelitian adalah untik
Tabel 1.
mengetahui: 1) Pengaruh model PBL dengan
Data Hasil Kemampuan Memecahkan
bermain peran (PBL BP) dan PBL terhadap
Masalah Siswa Kelas PBL dan Kelas Kontrol
hasil belajar; 2) Pengaruh Kemampuan Kelas Jlh Nilai Nilai Nila
memecahkan masalah terhadap hasil belajar; 3) siswa terendah tertinggi rata-
Interaksi model PBL dengan bermain peran rata
(PBL BP) dan PBL dengan kemampuan PBL 30 70 90 86.18
memecahkan masalah terhadap hasil belajar. BP
PBL 28 70 87 82,8
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MA NW Tabel tersebut menjelaskan bahwa
Aikmual Kecamatan Praya kabupaten Lombok model PBL BP dan PBL memiliki nilai rata-
tengah pada bulan Juli 2019 sampai September rata kemampuan memecahkan masalah hampir
2019. Metode yang digunakan adalah sama, hanya terpaut 2.83 nilai saja. Hal ini dapat
eksperimen. Kelompok eksperimen 1 diajar diartikan bahwa antara kelas yang menggunakan
dengan model PBL dengan Bermain Peran model PBL memiliki kemampuan rata-rata lebih
(PBL BP) dan kelompok eksperimen 2 di ajar rendah daripada hanya yang menggunakan PBL
dengan model PBL. Variable bebas meliputi BP. Data rata-rata hasil belajar berdasarkan
model model PBL BP dan model PBL, variable model dan kemampuan memecahkan masalah
terikat adalah hasil belajar dan variable siswa disajikan pada Gambar 1.

Jurnal Pendidikan Mandala 191


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No. 5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

Tabel 2.
prestasi belajar siswa Data Hasil hasil uji Anava
6 No Hipotesis Sig 0,05 keputusan
Kognitif Afektif Psikomotor
4 1 Model 0,026 0,185 0,049 Diterima
4.3 4.4
2 3.5 2 Kemampuan 0,033 0,026 0,005 Ditolak
2.4 2.5 1.8 Memecahkan
0 Masalah
kognitif afektif psikomotor 3 Model* 0,032 0,571 0,026 Diterima
Kemampuan
Memecahkan
PBL BP pbl
Masalah

Gambar 1: Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat
Model nilai signifikansi berdasarkan hasil analisis.
Hipotesis pertama diterima yang berarti
Pembelajaran dengan model PBL BP secara
prestasi belajar signifikan lebih baik dalam meningkatkan hasil
belajar di banding dengan menggunakan PBL.
PM TINGGI PM RENDAH Keunggulan PBL BP yaitu membentuk siswa
4.3 4.4 yang bisa menghayati dan berani mengemukan
5 3.5
2.4 2.5 pendapat untuk lebih memahami isi pelajaran.
1.8
Sesuai dengan simpulan dari Brunner dengan
0 siswa melakukan sendiri kegiatan pembelajaran,
kognitif afektif psikomotor maka akan benar-benar menjadi pengetahuan
yang bermakna (Dahar, 2006). Terkait hal
Gambar 2: Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkam tersebut, hakikat masalah dalam PBL adalah
Kemampuan Pemecahan Masalah kesenjangan antara situasi nyata dengankondisi
Gambar 1 menunjukkan bahwa skor yang diharapkan (Sanjaya, 2007). Serangkaian
rata-rata ketiga aspek hasil belajar siswa dengan kegiatan dalam Bermain peran membantu
model PBL BP lebihbaik dibandingkan dengan peserta didik mampu menemukan jawabannya,
menggunakan model PBL. Selanjutnya skor atas dasar penghayatan saat melakukan kegiatan
rata-rata hasil belajar siswa berdasarkan atau mengambil peran dalam pembelajaran dan
kemampuan menyelesaikan masalah yang diajar kemampuannya dalam berinteraksi.
menggunakan model PBL BP lebih baik Hipotesis kedua menunjukkan
dibandingkan dengan siswa yang diajar kemampuan pemecahan masalah tidak
menggunakan model PBL (Gambar 2). berpengaruh signifikan dalam menentukan
Simpulan yang dapat ditarik dari Gambar 1 dan prestasi belajar siswa dan hipotesis ketiga
Gambar 2 bahwa, penerapan model PBL BP menunjukan adanya pengaruh yang signifikan
menunjukkan hasil yang lebihbaik. Hal ini terhadap prestasi belajar karena adanya interaksi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan bahwa Model dengan kemampuan memecahan
penelitian menggunakan model PBL masalah.
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang Model PBL BP yang diterapkan dalam
meningkat daripada sebelumnya, hasil belajar pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
dikatakan lebih meningkat (Redhana, 2013). siswa. Kemampuan memecahkan masalah
Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama siswa
menggunakan analisis statistic anava. SMA/MA, karena kemampuan-kemampuan ini
Rangkuman hasil uji Anava disajikan pada dapat membantu siswa membuat keputusan
Tabel 2. yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
Sebaliknya, kurangnya kemampuan-
kemampuan ini mengakibatkan siswa pada

Jurnal Pendidikan Mandala 192


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No. 5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa pencemaran lingkungan dengan serangkaian


mengetahui tujuan dan alasan melakukannya. kegiatan dialog selama proses belajar
Peneliti berkesimpulan bahwa berlangsung. Penemuan konsep-konsep baru
kemampuan memecahkan masalah sebaiknya menjadi bermakna karena tidak dalam proses
mulai dilatih dan diberdayakan sedari saat ini menghafal semata akan tetapi dengan cara
sebagai latihan mempersiapkan anak didik mereka sendiri melakukan dan berpikir disertai
dalam menghadapi pemecahan masalah di beberapa scenario dalam Bermain Peran.
kehidupan nyata jika mereka nanti lulus tingkat KESIMPULAN
SMA/MA. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Penggunaan model yang tepat dalam simpulkan bahwa: 1) Model (PBL BP dan PBL)
pembelajaran dapat berpengaruh terhadap memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
pertumbuhan kemampuan yang dimiliki siswa yang baik dengan rata-rata nilai 3 aspek sebesar
dalam menyelesaikan masalah. Penelitianini 86,46; 2). Kemampuan memecahkan masalah
model PBL BP memberikan hasil yang baik tinggi dan kemampuan memecahkan masalah
terhadap hasil belajar siswa. Model PBL BP rendah tidak memberikan hasil berarti terhadap
dapat membantu dalam meningkatkan hasil hasil belajar dengan angka signifikansi ≤0,05; 3)
belajar siswa salah satu kelebihan PBL BP Interaksi model (PBL BP dan PBL) dan
adalah siswa memiliki kepercayaan diri untuk kemampuan memecahkan masalah
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka meningkatkan hasil belajar dengan rata-rata
miliki dan mengarahkan dan mengembangkan ketiga aspek 0.436≥0,05;
pengetahuan baru siswa dengan berfikir rasional SARAN
dan ilmiah memahami masalah dalam Saran yang diberikan sebagai
kehidupan yang nyata. tindaklanjut penelitian ini agar dalam proses
Teori pendukung yakni Ausebel bahwa pembelajaran, guru memiliki inisiatif untuk
belajar ditekankan pada belajar bermakna melakukan inovasi dalam pembelajaran yang
(Dahar, 2006). Relevansi teori Ausebel dengan menyenangkan agar proses pembelajaran bisa
PBL BP dalam penelitian ini adalah pada sintak berjalan dengan baik dan memberikan kesan
pertama dan kedua yaitu dalam hal ini untuk yang mendalam bagi setiap siswa
mengetahui kemampuan awal dan siswa UCAPAN TERIMA KASIH
memperoleh pengetahuan baru melalui Artikel ini merupakan publikasi hasil
percobaan dan penghayatan mengenai penelitian yang dilaksanakan di MA Darul
pencemaran lingkungan, sintak ketiga PBL Aminin NW Aikmual, Kecamatan Praya
dimana siswa akan dibimbing memperoleh Kabupaten Lombok Tengah. Oleh karena itu
pengetahuan baru melalui serangkain percobaan penulis mengucapkan terimakasih kepada
dalam hal ini disajikan dalam bentuk bermain Kepala Madrasah dan uru Biologi atas
peran berkaitan dengan pencemaran lingkungan dukungan dan kesempatannya penelitian demi
sehingga lebih menarik, dan selanjutnya sintak kesuksesan penelitian ini.
ke empat PBL dimana siswa secara DAFTAR PUSTAKA
berkelompok akan menyajikan hasil percobaan Arends, R. (2008). Learning To Teach. Belajar
yang diperoleh melalui bermain peran. Untuk Mengajar (7nd ed.). (Prayitno, &
Rangkaian belajar menjadi lebih bermakna Mulyani, Trans.) Yogyakarta: Pustaka
karena informasi yang disusun sesuai struktur Pelajar.
kognitif yang siswa miliki, harapannya ingatan Bahri, A. (2018, September). Peran PBL dalam
siswa menjadi lebih baik dan bisa tersimpan Meningkatkan Keterampilan Pemecahan
dalam waktu yang lebih lama serta bisa Masalah. Jurnal Sainsmat, VII(2), 114-
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Teori 124. Retrieved from
Ausubel juga relevan dengan PBL BP, siswa http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat
tidak hanya melakukan penyelidikan tetapi juga Dahar, R. W. (2006). Teori-Teori Belajar dan
berusaha mengkaitkan konsep terkait Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Jurnal Pendidikan Mandala 193


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala Vol. 4. No. 5 Desember 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN:2656-6745

Dayeni, F. (2017). Upaya Meningkatkan Abad 21 serta Optimalisasi


Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Implementasi Kurikulum 2013. Florea,
Melalui Problem Based Learning. II(1), 29-35.
Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Trianto. (2010). Model-Model Pembelajaran
Pembelajaran Biologi, I(1), 29-36. Inovatif Berorientasi Konstrukstivistik.
Dewi, P. (2012). Pengaruh Model Problem- Jakarta: Prestasi Pustaka.
Based Learning Terhadap Kemampuan Uno, H. B. (2011). Model Pembelajaran
Pemecahan Masalah Fisika Melalui Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Pengendalian Bakat Numerik Peserta Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi
didik SMP. e-Journal Program Aksara.
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi Pendidikan
IPA, IV(1), 10-19.
Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Elyani, R., Izzati, N., & Perdana, S. A. (2019).
Analisis Evektifitas Model Pembelajaran
ARIAS Berbatuan LKS Dalam
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa. KIPRAH,
VII(2), 49-58.
Nur, M. (2011). Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Surabaya: UNESA Press.
Priadi, M. (2012). Pembelajaran Biologi
Menggunakan Problem-Based Learning
Melalui Metode Eksperimen
Laboraturium dan Lapangan ditinjau
dari Keberagaman Kemampuan Berpikir
Analitis dan Sikap Peduli Lingkungan.
Inkuiri, 217-226.
Redhana, I. W. (2013). Model Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Ketrampilan Memecahkan masalah dan
Berfikir Kritis. Jurnal pendidikan dan
Pengajaran, 46(1), 76-86.
Sahyar, & Yulia, R. (2017). The Effect of
Problem-Based Learning Model (PBL)
and Adversity Quotient (AQ) on
Problem-Solving Ability. American
Journal of Educational Research, V(2),
179-183.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran
(Berorientasi Standar Proses
Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sudarisman, S. (2015). Memahami Hakikat dan
Karakteristik Pembelajaran Biologi
dalam Upaya Menjawab Tantangan

Jurnal Pendidikan Mandala 194

Anda mungkin juga menyukai