Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

Keefektifan Model PBL dan PjBL


Ditinjau dari Prestasi, Kemampuan
Berpikir Kritis, dan Motivasi Belajar
Matematik...
Hartono Hartono
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Perbandingan Keefekt ifan PBL Berset ing T GT Dan Gi Dit injau Dari Prest asi Belajar, Kemampu…
Hart ono Hart ono

Keefekt ifan pendekat an PBL dan CT L dit injau dari komunikasi mat emat is dan mot ivasi belajar siswa …
abdul khamid

Perbandingan Keefekt ifan Ant ara Problem-Based Learning Set t ing Numbered Head Toget her Dan Set …
Hart ono Hart ono
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 11 – Nomor 1, Juni 2016, (1-10)
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras

Keefektifan Model PBL dan PjBL Ditinjau dari Prestasi, Kemampuan Berpikir Kritis,
dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP

Esti Rahayu 1 *, H. Hartono 2


1
SMP Negeri 3 Pengadegan. Desa Pasunggingan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia
2
Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Jalan Colombo No. 1,
Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia.
* Korespondensi Penulis. Email: estirahayupriyambudi@gmail.com, Telp: +6281329578355
Received: 13th June 2016; Revised: 20th August 2016; Accepted: 1st September 2016

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan keefektifan antara model
PBL setting GI dan PjBL setting GI ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan
motivasi belajar matematika siswa SMP. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan
pretest-posttest nonequivalent group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMPN 3 Pengadegan Kabupaten Purbalingga, sedangkan sampel yang diperoleh melalui pemilihan
secara acak yaitu siswa kelas VIII C dan VIII B. Instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar,
tes kemampuan berpikir kritis, dan angket motivasi belajar matematika. Data dianalisis secara
univariat dengan statistik uji one sample t-test untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran,
sedangkan data dianalisis secara multivariat dengan statistik uji two group MANOVA untuk
membandingkan keefektifan model pembelajaran. Setiap analisis menggunakan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model PBL setting GI dan PjBL setting GI efektif dan tidak ada
perbedaan keefektifan antara kedua model pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan
berpikir kritis, dan motivasi belajar matematika.
Kata Kunci: model PBL setting GI, model PjBL setting GI, prestasi belajar, kemampuan berpikir
kritis, dan motivasi belajar.

The Effectiveness of PBL and PjBL Models in Term of Achievement, Critical Thinking
Skills, and Motivation in Mathematics Learning of SMP Students

Abstract
This study aimed to describe and to compare the effectiveness of PBL model in the setting of GI
and PjBL model in the setting of GI in term of learning achievement, critical thinking skills, and
motivation in mathematics learning of SMP students. This study was a quasi-experimental research
employing the pretest-posttest nonequivalent group design. The research population comprised all
students in grade VIII of SMPN 3 Pengadegan Purbalingga. The Samples were students of class VIII
C and D were selected randomly from the population.. The data collecting instruments were a test of
learning achievement, a test of critical thinking skills, and a questionnaire of motivation in
mathematics learning. The data were analyzed using the univariatetechnique with the one sample t-
test to determine the effectiveness of learning models, while to compare the effectiveness of learning
models, the data were analyzed using the multivariate technique with the two groups MANOVA. Each
analysis was done at the significance level of 5%. The results of the study show that the PBL and PjBL
models in the setting of GI is effective and there is no difference the effectiveness of the two models in
term of learning achievement, critical thinking skills, and motivation in mathematics learning.
Keywords: PBL model in the setting of GI, PjBL model in the setting of GI, learning achievement,
critical thinking skills, and learning motivation.

How to Cite: Rahayu, E., & Hartono, H. (2016). Keefektifan model PBL dan PjBL ditinjau dari prestasi,
kemampuan berpikir kritis, dan motivasi belajar matematika siswa SMP. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, 11(1), 1-10. doi:http://dx.doi.org/10.21831/pg.v11i1.9629

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/pg.v11i1.9629

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 2
Esti Rahayu, H. Hartono

dapat menghadapinya. Kemampuan yang harus


PENDAHULUAN
dimiliki siswa salah satunya adalah kemampuan
Matematika memiliki peran penting da- berpikir kritis. Kemampuan tersebut merupakan
lam kehidupan manusia. Matematika memberi- salah satu kompetensi yang juga harus dikuasai
kan keterampilan yang tinggi pada seseorang siswa dalam pembelajaran matematika. Kemam-
dalam hal daya abstraksi, analisis permasalahan, puan berpikir kritis menjadi penting bila melihat
dan penalaran logika. Matematika berfungsi pu- kondisi zaman sekarang, dimana keadaan sangat
la untuk membantu pengkajian alam sekitar. Ha- cepat berubah serta perkembangan teknologi
sil pengkajian tersebut dapat dikembangkan yang semakin pesat dan sangat kompetitif. Pro-
menjadi teknologi yang bermanfaat bagi kese- ses pembelajaran di kelas diharapkan mampu
jahteraan umat manusia. Selain itu, berbagai mempersiapkan siswa untuk memiliki kompe-
permasalahan yang timbul dari sektor pertanian, tensi tersebut agar siswa dapat memiliki kemam-
industri, ekonomi, dan kesehatan dapat puan memperoleh, mengelola, dan memanfaat-
diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan kan informasi untuk hidup lebih baik.
matematis. Sangat disayangkan bahwa proses pem-
Mengingat berbagai peran penting terse- belajaran matematika di sekolah belum memiliki
but, sangat disayangkan sekali bahwa pembel- kontribusi yang maksimal bagi siswa dalam me-
ajaran matematika di sekolah mendapat tantang- latih kemampuan berpikir kritis mereka. Siswa
an yang tidak mudah. Salah satu tantangan jarang dilibatkan dalam mathematical problem
tersebut adalah prestasi belajar matematika yang solving dan mathematical reasoning. Pembel-
masih rendah. Prestasi belajar dipengaruhi oleh ajaran juga masih berpusat pada guru dimana
berbagai faktor. Salah satu faktor yang mem- peran guru lebih dominan dalam proses belajar
pengaruhi prestasi belajar adalah motivasi yang dan mengajar. Guru memberikan contoh soal
dimiliki siswa (Kurniawan & Wutsqa, 2014). beserta langkah-langkah penyelesaian sebelum
Motivasi berperan penting dalam membantu memberikan latihan. Hal tersebut membuat sis-
perkembangan potensi siswa dalam hidupnya. wa mengalami kesulitan dalam menerapkan
Motivasi juga memegang peranan penting dalam konsep untuk menyelesaikan latihan atau soal
memberikan semangat belajar. Tanpa memiliki dalam bentuk yang lain. Selain itu, siswa belum
motivasi tertentu, seseorang akan mudah menye- mampu memberikan penjelasan logis dari lang-
rah (putus asa) karena merasa tidak memiliki kah penyelesaian soal yang telah mereka
kepentingan yang harus diperjuangkan. Adanya kerjakan dan siswa juga masih mengalami kesu-
motivasi belajar dalam diri siswa akan menim- litan dalam memilih dan memilah berbagai
bulkan dorongan mental untuk melakukan informasi yang relevan untuk menyelesaikan
aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. masalah. Hal ini mengindikasikan bahwa ke-
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa mampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
pada proses pembelajaran di sekolah seringkali Siswa pada umumnya senang berinteraksi
ditemukan siswa yang berhadapan dengan ber- dengan teman-teman, karena pada hakikatnya
bagai permasalahan yang menghambat proses mereka adalah makhluk sosial. Berdasarkan ha-
pengembangan dirinya. Hal tersebut ditandai sil beberapa penelitian sebelumnya, Schunk,
dengan munculnya perasaan mudah putus asa Pintrich, & Meece (Eggen & Khauchak, 2012,
dalam menyelesaikan soal matematika, kurang p.170) menyatakan bahwa pengerjaan tugas-
konsentrasi, kurang bersemangat dalam meng- tugas yang berpotensi membosankan bisa diting-
ikuti pembelajaran, tidak berupaya untuk me- katkan dengan mengerjakannya secara berke-
nyelesaikan tugas dengan baik, tidak percaya lompok. Pembelajaran kooperatif dianggap da-
diri saat diminta untuk mengerjakan soal di pat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan
depan kelas, serta memiliki perasaan takut salah siswa dalam kegiatan pembelajaran.
dan tegang saat menjawab pertanyaan dari guru. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif
Kondisi-kondisi tersebut berpengaruh terhadap adalah Group Investigation (Kagan & Kagan,
pencapaian hasil belajar. 2009, p.17.2). Model pembelajaran kooperatif
Selain faktor internal yang disebutkan tipe Group Investigation (GI) merupakan model
sebelumnya, era globalisasi yang semakin ber- pembelajaran spesialisasi tugas yang memberi-
kembang pesat juga memiliki dampak bagi kan kesempatan pada siswa untuk mengem-
siswa, karena permasalahan yang dihadapi se- bangkan kreativitas dan produktivitas berpikir-
makin kompleks. Hal tersebut membuat siswa nya. Selain itu, proses belajar mengajar dalam
harus memiliki kemampuan yang cukup untuk setting pembelajaran kooperatif tipe GI berpe-

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 3
Esti Rahayu, H. Hartono

ngaruh terhadap prestasi belajar siswa Selain itu, hasil penelitian Farhan & Retnawati
(Fahrurrozi & Mahmudi, 2014, p. 1). Melalui (2014) menunjukkan bahwa penerapan PBL
investigasi matematika, siswa secara aktif meng- dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau
konstruksi atau merekonstruksi kembali penge- dari prestasi dan motivasi belajar siswa. Ber-
tahuannya serta mampu mengaplikasikannya dasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bah-
dalam penyelesaian masalah. Terdapat enam wa PBL efektif diterapkan dalam pembelajaran
langkah dalam GI menurut Kagan & Kagan matematika dan merupakan pembelajaran yang
(2009, p.17.9), Sharan & Sharan (Arends & berpusat pada siswa, karena siswa terlibat secara
Kilcher, 2010, p.316), dan Slavin (1995, p.113), aktif dalam kegiatan penyelesaian masalah.
yaitu mengidentifikasi topik dan pengorganisasi- Model pembelajaran selanjutnya yang
an siswa dalam kelompok penelitian, peren- juga berpusat pada siswa adalah adalah PjBL.
canaan, investigasi (penyelidikan), menyiapkan Holbrook (Capraro, Capraro, & Morgan, 2013,
laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir, p.50) mendefinisikan PjBL merupakan model
dan evaluasi. untuk kegiatan kelas yang berpusat pada siswa,
Salah satu materi yang harus dipelajari interdisipliner dan terintegrasi dengan isu-isu
oleh siswa Sekolah Menengah Pertama adalah dan praktek dunia nyata. Interdisipliner adalah
Geometri. Pada kenyataannya di sekolah, siswa keterlibatan secara sadar dan integrasi beberapa
masih mengalami kesulitan dalam materi ini. disiplin akademis dan metode untuk mempel-
Prestasi belajar materi geometri siswa masih ajari masalah atau proyek sentral. Menurut Kose
rendah. Permasalahan geometri dapat didekati (Chang, Wong & Chang, 2011, p.266), pembel-
dengan beberapa cara, yaitu dengan cara diuji- ajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran
cobakan, dipraktikan secara langsung dimana yang melatih siswa untuk menggunakan penge-
permasalahan diselesaikan dengan mengukur, tahuan yang diperoleh, keterampilan, dan sikap
dan menghitung (French, 2004, p.2). untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi
Senada dengan pendapat tersebut, terda- dengan keadaan yang tidak terduga dalam
pat beberapa model pembelajaran yang sesuai kehidupan nyata. Senada dengan hal tersebut,
dengan tujuan pembelajaran geometri sekaligus Aiedah & Audrey (2012, p.38) menyatakan
juga model pembelajaran yang berpusat pada bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan
siswa (student centered). Model pembelajaran penugasan kompleks dengan memberikan perta-
tersebut adalah model Problem-Based Learning nyaan berupa tantangan atau permasalahan yang
(PBL) dan Project-Based Learning (PjBL). melibatkan siswa untuk mendesain, menyelesai-
Barrows (Barrett, 2005, p.14) menyatakan bah- kan masalah, dan melakukan kegiatan
wa PBL merupakan pembelajaran yang dihasil- penyelidikan.
kan dari proses bekerja untuk memahami penye- Berdasarkan uraian tersebut, dapat disim-
lesaian masalah. Selanjutnya Savery (2006, pulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek
p.12) menyatakan bahwa PBL adalah pende- adalah model pembelajaran yang memberdaya-
katan pembelajaran berpusat pada siswa yang kan siswa untuk mencapai konten pengetahuan
memberdayakan siswa untuk melakukan penye- mereka sendiri melalui kegiatan penugasan
lidikan, mengintegrasikan teori beserta praktek, kompleks dan pada akhirnya siswa menghasil-
dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan kan produk karya siswa bernilai dan realistik.
untuk mengembangkan solusi yang tepat bagi Pada PjBL siswa belajar secara mandiri dan
masalah yang ditetapkan. Mendukung pendapat terlibat aktif dalam penyelesaian masalah dan
tersebut, Arends & Kilcher (2010, p.326) meng- penyelidikan. Berbagai langkah dalam pembel-
ungkapkan bahwa PBL adalah pendekatan yang ajaran PjBL pada setting pembelajaran koope-
berpusat pada siswa yang melibatkan siswa da- ratif tipe GI dalam penelitian ini yaitu dimulai
lam penyelidikan pada situasi masalah yang dengan mengatur siswa ke dalam kelompok,
kompleks. Titik awal pembelajaran PBL meru- menetapkan tema tugas/proyek, membuat desain
pakan masalah yang menarik. Siswa diharapkan proyek, membuat jadwal pelaksanaan proyek,
dapat mencari solusi realistis dari masalah dunia mengumpulkan informasi, melaksanakan pe-
nyata. Selanjutnya Scot dan Laura (Eggen & nyelidikan atau investigasi, menyiapkan laporan,
Kauchak, 2012, p.307) menyatakan bahwa PBL mempresentasikan laporan, dan evaluasi.
memiliki tiga karakteristik, yaitu berfokus pada Terkait dengan permasalahan dan solusi
penyelesaian masalah, siswa bertanggung jawab yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah
dalam menyelesaikan masalah, dan guru men- untuk mendeskripsikan keefektifan model PBL
dukung proses penyelesaian masalah oleh siswa. dan PjBL setting GI serta untuk mengetahui

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 4
Esti Rahayu, H. Hartono

model manakah yang lebih efektif digunakan perlakuan, dan (4) memberikan postest kemam-
dari kedua model pembelajaran yang menjadi puan berpikir kritis dan prestasi belajar matema-
fokus dalam penelitian ini. tika setelah perlakuan. Instrumen pengumpulan
data terdiri atas instrumen tes dan nontes.
METODE
Instrumen tes terdiri atas instrumen tes prestasi
Jenis penelitian ini adalah penelitian eks- belajar dan kemampuan berpikir kritis. Bentuk
perimen semu (quasi experiment) yang dilaksa- instrumen tes prestasi belajar yaitu tes pilihan
nakan di SMPN 3 Pengadegan Kabupaten Pur- ganda, yang terdiri atas 25 soal. Bentuk instru-
balingga, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan men tes kemampuan berpikir kritis yaitu tes
data dilaksanakan pada semester genap tahun uraian, yang terdiri atas lima soal. Instrumen
pelajaran 2014/2015 pada materi Geometri non tes terdiri atas instrumen angket motivasi
Ruang Sisi Datar pada 16 Maret sampai 27 April belajar matematika yang terdiri atas 30
2015. Populasi dalam penelitian ini adalah selu- pernyataan.
ruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pengadegan Validitas instrumen pada penelitian ini
yang terdiri atas 3 kelas dengan jumlah keselu- terdiri atas validitas isi dan validitas konstruk.
ruhan 84 siswa. Selanjutnya peneliti memilih Validitas isi dilakukan pada instrumen tes (pres-
dua kelas secara acak sebagai sampel. Sampel tasi dan kemampuan berpikir kritis) dan non tes
penelitian ini adalah kelas VIII C dengan jumlah (motivasi belajar). Validitas isi diperoleh dengan
siswa 28 sebagai kelas eksperimen 1 yang diberi cara meminta pertimbangan ahli (expert judg-
perlakuan model PBL setting GI, sedangkan ment) dan ketiga instrumen tersebut dinyatakan
kelas VIII B dengan jumlah siswa 26 merupakan valid. Validitas konstruk dilakukan pada instru-
kelas eksperimen 2 yang diberi perlakuan model men non tes. Bukti validitas konstruk dapat
PjBL setting GI. Desain penelitian dalam peneli- diperoleh dari data hasil uji coba yang sudah
tian ini adalah pretest-posttest non equivalent dianalisis dengan analisis faktor dan diperoleh
group design, dimana variabel terikat diukur dua lima faktor.
kali yaitu pada saat sebelum dan setelah per- Koefisien reliabilitas dihitung untuk tes
lakuan diberikan. Secara skematis, desain ekspe- uji coba prestasi belajar, kemampuan berpikir
rimen dalam penelitian ini dapat dilihat pada kritis dan motivasi belajar. Estimasi koefisien
Gambar 1. reliabilitas tes prestasi belajar matematika yang
Pretest PBL Postest berbentuk pilihan ganda dihitung dengan meng-
Setting gunakan formula KR-20. Formula KR-20 dapat
E1
GI digunakan hanya pada skor tes dikotomi (0 atau
Angket Angket 1), yaitu bernilai satu jika jawaban benar dan
bernilai nol jika jawaban salah (Ebel & Frisbie,
1991, p.84). Estimasi koefisien reliabilitas tes
kemampuan berpikir kritis, dan motivasi belajar
Pretest Postest
dihitung dengan menggunakan formula alpha
PjBL
E2 Setting Cronbach. Menurut Cronbach (Ebel & Frisbie,
GI 1991, p.85), koefisien alpha dapat digunakan un-
Angket Angket tuk mengestimasi reliabilitas pengukuran yang
memiliki skor selain 0 dan 1. Koefisien reliabili-
Gambar 1. Diagram Desain Penelitian tas yang diperoleh diinterpretasikan dengan
menentukan nilai Standard Error of Measure-
Keterangan: ment (SEM). Hasil estimasi koefisien reliabilitas
E1: kelas eksperimen 1 dan SEM ketiga instrumen dapat dilihat pada
E2: kelas eksperimen 2 Tabel 1.
Secara berurutan, teknik pengumpulan Tabel 1. Estimasi Reliabilitas Instrumen
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
(1) memberikan angket motivasi belajar mate- Koefisien
Instrumen SEM
matika kepada siswa untuk diisi sebelum mela- Reliabilitas
kukan pretest, (2) melakukan pretsest kemam- Prestasi Belajar 0,71 1,90
puan berpikir kritis dan prestasi belajar matema- Kemampuan Berpikir Kritis 0,75 1,84
Motivasi Belajar 0,71 5,16
tika sebelum perlakuan, (3) memberikan angket
motivasi belajar matematika kepada siswa untuk Data prestasi belajar diperoleh melalui
diisi sebelum dilakukan postest dan setelah pengukuran menggunakan instrumen tes yang

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 5
Esti Rahayu, H. Hartono

berbentuk pilihan ganda, sedangkan data tentang kriteria pengambilan keputusan diambil pada
kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui taraf signifikansi 5%.
pengukuran dengan instrumen tes yang berben-
HASIL DAN PEMBAHASAN
tuk essay yang berjumlah lima butir soal. Selan-
jutnya, skor yang diperoleh dikonversi menjadi Data hasil tes prestasi belajar matematika
nilai dengan rentang 0 s.d. 100. Skor tersebut yang akan dideskripsikan terdiri atas data pretest
kemudian digolongkan berdasarkan Kriteria Ke- dan posttest. Pretest merupakan tes yang diberi-
tuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan kan pada kedua kelompok yang diteliti, yaitu
di sekolah untuk pelajaran matematika kelas kelompok PBL setting GI dan kelompok PjBL
VIII, yaitu 70. setting GI sebelum perlakuan dan dilaksanakan
Selanjutnya data motivasi belajar mate- untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
matika diperoleh dengan menggunakan ins- materi bangun ruang sisi datar. Posttest merupa-
trumen non tes yang berbentuk angket dengan kan tes yang diberikan kepada kedua kelompok
skala Likert. untuk menentukan kriteria variabel setelah perlakuan dilaksanakan dan tes ini dilak-
motivasi belajar digunakan klasifikasi berdasar- sanakan untuk mengetahui prestasi belajar mate-
kan rata-rata (M) dan standar deviasi (S). M = matika siswa setelah perlakuan. Hasil tes pres-
(30+150)/2 = 90 dan S = (150-30)/6 = 20. Kate- tasi belajar matematika pada kedua kelompok
gori hasil pengukuran menggunakan kriteria sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dapat
yang dikembangkan oleh Azwar (2014, p.163) dilihat pada Tabel 3.
dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar
Tabel 2. Kategori Motivasi Belajar Matematika
PBL – GI PjBL – GI
Skor(X) Kategori Motivasi Pre Post Pre Post
121 – 150 Sangat tinggi Rata-rata 32,86 83,57 31,38 78,15
101 – 120 Tinggi SD 15,29 12,66 15,54 15,10
81 – 100 Sedang Max 56,00 100 56,00 100
61 – 80 Rendah Min 4,00 56,00 4,00 44,00
30 – 60 Sangat rendah
Selain data yang telah dijabarkan pada
Pengukuran keefektifan model PBL sett- Tabel 3, data hasil tes kemampuan berpikir kritis
ing GI dan PjBL setting GI terhadap masing- matematika juga dideskripsikan atas data pretest
masing variabel, yaitu prestasi belajar, kemam- dan posttest. Pretest dilaksanakan untuk me-
puan berpikir kritis, dan motivasi belajar meng- ngetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebe-
gunakan statistik uji one sample t-test, sedang- lum perlakuan pada materi bangun ruang sisi
kan untuk menyelidiki perbedaaan keefektifan datar, sedangkan Posttest dilaksanakan untuk
model PBL setting GI dan PjBL setting GI ditin- mengetahui kemampuan berpikir kritis matema-
jau dari prestasi belajar, kemampuan berpikir tika siswa setelah perlakuan. Hasil tes kemam-
kritis, dan motivasi belajar dilakukan dengan uji puan berpikir kritis matematika pada kedua
multivariat, yaitu satistik uji two-group kelompok sebelum perlakuan dan setelah perla-
MANOVA dengan asumsi yang harus dipenuhi kuan disajikan pada Tabel 4.
yaitu normalitas multivariat dan homogenitas
Tabel 4. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir
matriks kovarian. Kedua pengujian tersebut dila-
Kritis
kukan dengan bantuan program SPSS 22 dan
kriteria pengambilan keputusan diambil pada PBL – GI PjBL – GI
taraf signifikansi 5%. Pre Post Pre Post
Pemeriksaan asumsi normalitas multiva- Rata-rata 30,87 81,11 31,71 75,73
riat digunakan kriteria , yaitu bila sekitar 50% SD 7,47 12,37 5,35 10,50
Max 46,67 97,78 40,00 95,56
nilai lebih kecil dari ( ) maka dapat dika- Min 17,78 55,56 17,78 53,33
takan bahwa data populasi berdistribusi normal
multivariat (Jhonson & Wichern, 2007, p.183). Data selanjutnya yang dikumpulkan oleh
Selanjutnya uji Box-M digunakan untuk menge- peneliti adalah data motivasi belajar matematika
tahui homogenitas matriks kovarians dua kelom- siswa pada saat sebelum dan setelah perlakuan.
pok dengan tiga variabel terikat secara simultan Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
(Stevens, 2009, p.230). Pengujian tersebut juga statistik deskriptif. Deskripsi data hasil angket
dilakukan dengan bantuan program SPSS 22 dan motivasi belajar matematika siswa sebelum dan
setelah perlakuan disajikan pada Tabel 5.

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 6
Esti Rahayu, H. Hartono

Tabel 5. Deskripsi Data Motivasi Belajar persentase masing-masing sebesar 50% nilai
PBL – GI PjBL – GI ( ) . Berdasarkan hasil perhitungan ter-
Pre Post Pre Post sebut dapat disimpulkan pula bahwa data berasal
Rata-rata 99,25 115,89 97,42 116,65 dari populasi yang berdistribusi normal.
SD 10,16 8,56 10,87 9,35 Uji yang dilaksanakan selanjutnya adalah
Max 119,00 130,00 121,00 137,00 uji Box-M yang digunakan untuk mengetahui
Min 78,00 98,00 80,00 99,00 homogenitas matriks kovarians dua kelompok
Kriteria Sedang tinggi sedang tinggi dengan tiga variabel terikat secara simultan. Ha-
Setelah keseluruhan data terkumpul, pe- sil uji Box’s M sebelum dan setelah perlakuan
neliti melaksanakan analisis terhadap data-data dapat dilihat pada Tabel 7.
tersebut. Analisis data yang dilakukan dalam Tabel 7. Hasi Uji Box’s-M Sebelum dan Setelah
penelitian ini meliputi uji kondisi awal dan uji Perlakuan
kondisi akhir. Uji kondisi awal dilaksanakan un-
Pretest Posttest
tuk menguji perbedaan kemampuan awal antara
Box’s M 8,678 5,080
kelompok PBL setting GI dan kelompok PjBL F 1,355 0,793
setting GI ditinjau dari prestasi belajar, kemam- Sig. 0,229 0,575
puan berpikir kritis, dan motivasi belajar mate-
matika. Uji kondisi akhir dilaksanakan untuk Berdasarkan hasil uji Box’s M sebelum
menguji keefektifan model PBL setting GI dan dan setelah perlakuan, masing-masing diperoleh
PjBL setting GI ditinjau dari masing-masing nilai signifikansi sebesar 0,229 dan 0,575. Ke-
aspek yang telah disebutkan sebelumnya, serta dua hasil perhitungan tersebut bernilai lebih dari
untuk menguji model manakah diantara kedua 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa matriks
model pembelajaran tersebut yang lebih efektif, kovarians pada kedua kelompok sebelum dan
ditinjau ketiga aspek yang telah disebutkan setelah perlakuan adalah homogen.
sebelumnya. Sebelum data dianalisis mengguna- Selanjutnya, uji MANOVA dilakukan ba-
kan statistik uji two-group MANOVA, asumsi ik pada data yang diperoleh sebelum dan setelah
prasyarat pengujian tersebut harus harus terpe- perlakuan karena asumsi normalitas multivariat
nuhi. Kedua asumsi tersebut adalah normalitas dan homogenitas matriks kovarian terpenuhi.
multivariat dan homogenitas matriks kovarians Analisis menggunakan bantuan program SPSS
dari kedua kelompok. Hasil uji normalitas 22. Hasil uji MANOVA sebelum dan setelah
multivariat sebelum dan setelah perlakuan dapat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
dilihat pada Tabel 6. Tabel 8. Hasil Uji MANOVA (Hotelling’s
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Multivariat Trace) Sebelum dan Setelah Perlakuan
Sebelum dan Setelah Perlakuan Pretest Posttest
Persentase F 0,337 1,316
( )
Kelompok Sig. 0,799 0,280
Pretest Posttest
PBL-GI 46,43% 50,00% Berdasarkan hasil uji MANOVA sebelum
PjBL-GI 50,00% 50,00% perlakuan, angka signifikansi yang diperoleh
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh hasil bah- adalah 0,799. Nilai signifikansi tersebut lebih
wa pada kelompok PBL setting GI sebelum dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
perlakuan diperoleh persentase sebesar 46,43% kelompok memiliki mean kelompok yang sama.
Hal tersebut memiliki makna bahwa sebelum
nilai ( ) . Persentase tersebut memiliki
perlakuan dilakukan, peneliti telah memastikan
nilai yang tidak jauh dari 50% sehingga dapat bahwa kedua kelompok berasal kelompok-
disimpulkan bahwa data berasal dari populasi kelompok yang memiliki mean yang sama
yang berdistribusi normal. Uji normalitas multi- secara multivariat atau tidak terdapat perbedaan
variat data pada kelompok PjBL setting GI sebe- kemampuan awal antara kelompok PBL setting
lum perlakuan diperoleh persentase sebesar 50% GI dan PjBL setting GI. Sedangkan hasil uji
nilai ( ) . Berdasarkan hasil perhitung- MANOVA setelah perlakuan menunjukkan ang-
an tersebut dapat disimpulkan pula bahwa data ka signifikansi 0,280. Nilai signifikansi tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Selanjutnya pada kelompok PBL dan PjBL sett- setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok
ing GI yang telah diberikan perlakuan, diperoleh tidak memiliki perbedaan mean multivariat atau

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 7
Esti Rahayu, H. Hartono

tidak terdapat perbedaan keefektifan antara anggota kelompok harus memahami langkah-
kelompok PBL setting GI dan PjBL setting GI. langkah penyelesaiannya. Hal tersebut membuat
Keefektifan yang dimaksud adalah keefektifan setiap siswa berusaha dengan sungguh-sungguh
ditinjau dari variabel prestasi belajar, kemam- agar dapat menguasai dan memahami cara pe-
puan berpikir kritis, dan motivasi belajar. Untuk nyelesaian masalah yang diberikan serta mampu
mengetahui keefektifan masing-masing kelom- memberikan alasan logis atas penyelesaian ma-
pok belajar, dilakukan uji one sample t-test. salah tersebut. Dalam proses penyelesaian masa-
Adapau hasil uji one sample t-test dapat dilihat lah, bukan hanya hasil akhir yang diperhatikan
pada Tabel 9. akan tetapi proses penyelesaian masalah menjadi
bagian yang penting. Siswa dibiasakan untuk
Tabel 9. Uji One Sample t-test Kelompok PBL
menggunakan kemampuan berpikir kritisnya da-
Setting GI dan PjBL Setting GI
lam menyelesaikan permasalahan. Hal ini yang
Kelompok Variabel t Sig. menyebabkan model PBL setting GI efektif
PBL – GI Prestasi belajar 5,67 0,00 ditinjau dari kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan Berpikir 4,75 0,00 Senada dengan uraian tersebut, kerjasama
Kritis dalam kelompok PBL setting GI juga membuat
Motivasi Belajar 9,21 0,00 siswa tidak mudah merasa bosan dalam pem-
PjBL – Prestasi Belajar 2,75 0,01
belajaran, karena siswa dapat berdiskusi dengan
GI Kemampuan Berpikir 2,78 0,01
Kritis
sesama anggota kelompoknya untuk menyele-
Motivasi belajar 8,54 0,00 saikan masalah. Siswa lebih termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran karena fokus dalam
Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai sig- penyelesaian masalah sehingga waktu pembel-
nifikansi untuk variabel prestasi belajar, ke- ajaran terasa menjadi lebih singkat. Hal ini
mampuan berpikir kritis, dan motivasi belajar menyebabkan model PBL setting GI efektif
kelompok PBL setting GI dan PjBL setting GI ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa.
kurang dari 0,05. Hal ini berarti pembelajaran Berbeda dengan kedua jenis pembelajaran
dengan menggunakan model PBL setting GI dan sebelumnya, pada pembelajaran konvensional,
PjBL setting GI efektif ditinjau dari prestasi para siswa hanya pasif menerima materi yang
belajar, kemampuan berpikir kritis, dan motivasi diberikan oleh guru. Sedangkan dalam pembel-
belajar matematika. ajaran PBL setting GI, siswa dituntut untuk aktif
Hasil analisis menunjukkan bahwa pe- menggali pengetahuan melalui kegiatan investi-
nerapan model pembelajaran PBL setting GI pa- gasi dan penyelesaian masalah. Hal ini disebab-
da kelompok eksperimen pertama, berdasarkan kan dalam pembelajaran matematika dengan
kriteria keputusan pada t-test one sample, efektif menerapkan model PBL setting GI dirancang
ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan untuk membantu siswa untuk mengembangkan
berpikir kritis, dan motivasi belajar matematika. keterampilan berpikir, keterampilan menyelesai-
Hal ini disebabkan langkah-langkah atau sintak kan masalah dan keterampilan intelektualnya
dalam pembelajaran PBL setting GI yang telah serta menjadikan siswa menjadi pembelajar
ditentukan sudah terlaksana. Dalam pembelajar- yang mandiri. Pembelajaran matematika yang
an matematika dengan menerapkan model PBL menerapkan model pembelajaran PBL setting GI
setting GI, siswa aktif terlibat dalam penyelidik- efektif ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan
an/investigasi dalam kerja kelompok untuk me- berpikir kritis dan motivasi belajar matematika.
nyelesaikan suatu masalah yang diberikan Pernyataan tersebut sejalan dengan kajian teori
kemudian mereka mampu mempresentasikan dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebe-
temuan mereka kepada anggota kelompok yang lumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
lain. Kegiatan investigasi dan penyelesaian ma- Farhan & Retnawati (2014) yang menyatakan
salah dalam kelompok membantu siswa belajar bahwa PBL efektif ditinjau dari prestasi dan
lebih mendalam dan mengarahkan siswa pada motivasi belajar matematika. Mendukung hasil
pemahaman yang lebih luas, sehingga tujuan penelitian tersebut, Sholikhah (2014) berdasar-
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat terca- kan hasil penelitian yang telah dilakukannya
pai. Hal ini menyebabkan model PBL setting GI juga mengemukakan bahwa PBL efektif ditinjau
efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika dari kemampuan berpikir kritis. Senada dengan
siswa. kedua pendapat sebelumnya tersebut, Baki, et al
Selain itu, kerjasama dalam menyelesai- (2010, p.183) juga menyatakan bahwa siswa
kan masalah sangat dibutuhkan karena setiap yang diajar dengan menerapkan pembelajaran

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 8
Esti Rahayu, H. Hartono

kooperatif Group Investigation lebih senang be- dikembangkan berdasarkan langkah-langkah


kerja dalam kelompok serta meningkatkan sikap pembelajaran model PjBL setting GI. Hal ini
kerjasama. menyebabkan model PBL setting GI efektif
Selain hasil analisis penerapan model ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa.
PBL, hasil analisis penerapan model pembel- Memperkuat hasil penelitian tersebut, ter-
ajaran PjBL setting GI pada kelompok eksperi- dapat beberapa ahli yang telah melakukan pene-
men kedua, berdasarkan kriteria keputusan pada litian dengan hasil yang senada. Penelitian yang
t-test one sample, pembelajaran PjBL setting GI dilakukan Filippatou & Kaldi (2010) menunjuk-
juga efektif ditinjau dari prestasi belajar, ke- kan bahwa pembelajaran berbasis proyek efektif
mampuan berpikir kritis, dan motivasi belajar ditinjau dari kemampuan akademik dan motivasi
matematika. Hal ini disebabkan tahapan-tahapan belajar. Hasil penelitian Imawan (2015) menun-
atau sintaks dalam model pembelajaran PjBL jukkan bahwa penerapan model PjBL efektif
setting GI secara keseluruhan sudah terlaksana ditinjau dari prestasi belajar, kepercayaan diri,
dengan baik. Dalam pembelajaran matematika dan keterampilan berpikir kritis. Selain itu,
yang menerapkan model PjBL setting GI siswa penelitian yang dilakukan oleh Quigley (2010)
merencanakan, menyelesaikan dan pada akhir- juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
nya menghasilkan suatu produk. Melalui kegiat- menerapkan strategi project-based learning dan
an penyelidikan ini siswa terlibat langsung strategi campuran kolaboratif-investigasi dapat
dalam menemukan konsep-konsep geometri, meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
sehingga siswa lebih memahami konsep-konsep Dari uraian tersebut telah dijelaskan bah-
goemetri yang bersifat abstrak menjadi lebih wa faktor yang menjadi penyebab efektifnya
nyata. Siswa tidak hanya sekedar menghafal kedua model pembelajaran tersebut ditinjau dari
rumus-rumus dalam geometri ruang sisi datar aspek prestasi belajar, kemampuan berpikir
tetapi juga mengetahui darimana rumus-rumus kritis, dan motivasi belajar matematika adalah
tersebut diturunkan, sehingga siswa dapat men- karena kedua model memiliki kelebihan dan ciri
capai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. khas masing-masing. Selain itu, karakteristik
Hal ini menyebabkan model PjBL setting GI materi geometri cocok jika diterapkan pada mo-
efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika del pembelajaran PBL setting GI maupun PjBL
siswa. setting GI. Hal ini didasarkan pada tingkat-
Selain uraian tersebut, konsep-konsep tingkat pemikiran geometris Van Hiele, dimana
yang siswa peroleh dari kegiatan penyelidikan untuk kelas VIII SMP masuk kategori level 1
dan proyek, diterapkan untuk menyelesaikan dan 2. Kegiatan pengajaran dalam geometri
masalah sehingga siswa memperoleh pengalam- yang tepat untuk level 1 yaitu lebih fokus pada
an yang bermakna dalam memperoleh pengeta- sifat-sifat bentuk daripada identifikasi sederhana
huan. Melalui kegiatan proyek dan penyelesaian (sebagai contoh pada bangun kubus memiliki 6
masalah, siswa dilatih untuk menggunakan ke- bidang sisi yang berbentuk persegi yang kong-
mampuan berpikir kritisnya, yaitu menggunakan ruen) dan menerapkan seluruh ide-ide ke seluruh
keterampilan menginterpretasi, menganalisis, kelompok bentuk daripada model-model bentuk
mengevaluasi dan membuat kesimpulan serta per individu (sebagai contoh kubus merupakan
mampu menjelaskan argumen. Hal ini menye- prisma segiempat beraturan). Sedangkan untuk
babkan model PBL setting GI efektif ditinjau level 2, kegiatan pengajaran dalam geometri
dari kemampuan berpikir kritis. yang dilakukan yaitu mendorong pengujian
Mendukung uraian tersebut, dalam pem- hipotesis atau perkiraan, memeriksa sifat-sifat
belajaran PjBL setting GI siswa juga terlibat bentuk untuk menentukan kondisi yang diper-
secara aktif dalam menggali pengetahuan mela- lukan untuk berbagai bentuk atau konsep dan
lui kegiatan proyek dan penyelidikkan dalam mendorong siswa untuk mencari bukti-bukti
kelompok, kemudian mempresentasikan hasil informal. Dengan melihat tingkat-tingkat pemi-
proyek baik secara lisan maupun tertulis. Ma- kiran geometris baik pada level 1 maupun level
sing-masing anggota kelompok membuat lapor- 2, keduanya cocok bila disesuaikan dengan lang-
an hasil proyek secara mandiri, sehingga setiap kah-langkah pembelajaran pada model PBL sett-
siswa berusaha untuk terlibat aktif dalam kerja ing GI dan PjBL setting GI. Dengan demikian
kelompok. Aktivitas yang terbangun diantara dapat disimpulkan bahwa kedua model pembel-
kelompok untuk menyelesaikan proyek berlang- ajaran PBL setting GI dan PjBL setting GI efek-
sung penuh semangat, siswa melalui pengamat- tif ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan
an terlihat menikmati cara belajar yang berpikir kritis dan motivasi belajar matematika

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 9
Esti Rahayu, H. Hartono

siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pengadegan SIMPULAN DAN SARAN


pada materi geometri ruang.
Simpulan
Hasil analisis selanjutnya, MANOVA,
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disim-
keefektifan yang signifikan antara model PBL pulkan bahwa model pembelajaran PBL setting
setting GI dan PjBL setting GI ditinjau dari GI dan PjBL setting GI efektif ditinjau dari
prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan
motivasi belajar matematika. Tidak terdapatnya motivasi belajar matematika, namun tidak ada
perbedaan antara model pembelajaran PBL sett- perbedaan keefektifan antara model PBL setting
ing GI dan PjBL setting GI diduga juga disebab- GI dan model PjBL setting GI ditinjau dari
kan pembelajaran matematika pada kelompok prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan
eksperimen 1 (Kelas VIII C) dan kelompok eks- motivasi belajar matematika.
perimen 2 (Kelas VIII B) sama-sama disetting Saran
dengan pembelajaran kooperatif tipe GI, dimana
dalam pembelajaran matematika di kedua Berdasarkan hasil yang diperoleh, disa-
kelompok siswa dituntut untuk secara aktif me- rankan bagi para peneliti selanjutnya yang akan
nemukan pengetahuan mereka melalui kegiatan melakukan penelitian sejenis supaya memper-
diskusi dalam kelompok. Selain itu, masing- timbangkan karakteristik materi, serta kebutuhan
masing model pembelajaran tersebut mempu- siswa akan model pembelajaran yang akan dite-
nyai kelebihan tersendiri. PBL setting GI meng- rapkan. Selain itu, dalam pembuatan perangkat
hadapkan siswa pada masalah nyata, masalah pembelajaran seperti RPP dan LKS juga harus
tersebut berfungsi sebagai stimulus pembelajar- memperhatikan antara banyaknya tujuan pem-
an karena memberi kesempatan siswa berpikir belajaran yang harus dicapai dengan alokasi
dalam proses penyelidikkan masalah, siswa ti- waktu yang telah ditetapkan. Selain itu, disaran-
dak hanya mengingat konsep-konsep yang dipel- kan bagi guru matematika untuk menerapkan
ajarinya tetapi juga diberi kesempatan untuk model pembelajaran PBL setting GI maupun
memahami penggunaannya. Sedangkan pada PjBL setting GI untuk meningkatkan prestasi
pembelajaran dengan model PjBL setting GI, belajar, kemampuan berpikir kritis, dan motivasi
siswa dihadapkan pada proyek yang pada akhir- belajar matematika siswa.
nya siswa harus menghasilkan suatu produk. DAFTAR PUSTAKA
Melalui kegiatan proyek dan penyelidikkan
tersebut, siswa lebih memahami konsep-konsep Aiedah, A.K, & Audrey, L. K. C. (2012).
geometri yang bersifat abstrak menjadi lebih Application of project-based learning in
nyata. Berdasarkan perbandingan model pem- student's engagement in malaysian studies
belajaran PBL setting GI dan PjBL setting GI and english language. Journal of
secara umum mempunyai kesamaan dilihat dari Interdisciplinary Research In Education,
tujuan kognitif, tujuan sosial, struktur kelompok, 2 (1), 37-46.
dan pemilihan topik pelajaran. Arends, R. I., & Kilcher, A. (2010). Teaching
Walaupun tidak terdapat perbedaan ke- for student learning: becoming an
efektifan antara model PBL setting GI dan PjBL accomplished taecher. New York, NY:
setting GI, keduanya efektif dalam pembelajaran Routledge.
matematika khususnya untuk materi geometri Azwar, S. (2014). Tes prestasi: fungsi dan
ruang sisi datar. Efektif yang dimaksudkan ada- pengembangan pengukuran prestasi
lah efektif ditinjau dari prestasi belajar, kemam- belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
puan berpikir kritis dan motivasi belajar mate- Offset.
matika. Dengan demikian baik model pembel-
Baki, A., et.al. (2010). The application of group
ajaran PBL setting GI dan model PjBL setting
investigation technique: the views of the
GI sebagai model pembelajaran yang dapat
teacher and students. Turkish Journal of
meningkatkan prestasi belajar, kemampuan
Computer and Mathematics Education,
berpikir kritis, dan motivasi belajar matematika.
1(1), 166-186.
Barrett, T. (2005). Understanding problem-
based learning. Diakses tanggal 16
Agustus 2014 dari http://www.aishe.org

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 10
Esti Rahayu, H. Hartono

Capraro, R. M., Capraro, M. M., & Morgan, J. Imawan, O. (2015). Perbandingan antara
R. (2013). Stem project-based learning. keefektifan model guided discovery
Rotterdam, The Netherlands: Sense learning dan project-based learning pada
Publishers matakuliah geometri. PYTHAGORAS:
Chang, C. S., Wong, W. T., & Chang, C. Y. Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2),
(2011). Integration of project based 179-188.
learning strategy with mobile learning: doi:http://dx.doi.org/10.21831/pg.v10i2.9
case study of mangrove wetland ecology 156
exploration project. Tamkang Journal of Jhonson, R.A., & Wichern, D.W. (2007).
Science and Engineering, 14 (3), 265 – Applied Multivariate Statistical Analysis.
273. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice
Ebel, R. I. & Frisbie, D. A.(1991). Essential of Hall.
educational measurement. (5th ed). New Kagan, S., & Kagan, M. (2009). Kagan
Delhi, India: Prentice-Hall, Inc. cooperative learning. San Clemente, CA:
Eggen, P & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Kagan Publishing.
model pembelajaran: mengajarkan Kurniawan, D., & Wustqa, D. (2014). Pengaruh
konten dan keterampilan berpikir. perhatian orangtua, motivasi belajar, dan
(Terjemahan Satrio Wahono). Boston, lingkungan sosial terhadap prestasi belajar
MA: Pearson Education. (Buku asli matematika siswa SMP. Jurnal Riset
diterbitkan tahun 2012). Pendidikan Matematika, 1(2), 176-187.
Fahrurrozi, F., & Mahmudi, A. (2014). doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v1i2.
Pengaruh PBM dalam setting 2674
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Quigley, D. (2010). Project-based learning and
GI terhadap prestasi belajar dan student achievement. Disertasi. Walden
kecerdasan emosional siswa. Jurnal Riset University, United States.
Pendidikan Matematika, 1(1), 1-11. Savery, J. R. (2006). Overview of problem-
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v1i1. based learning: definitions and
2653 distinctions. Interdisciplinary Journal of
Farhan, M., & Retnawati, H. (2014). Problem-Based Learning, 1 (1), 9-20.
Keefektifan PBL dan IBL ditinjau dari Slavin, R. E. (1995). Cooperative learning:
prestasi belajar, kemampuan representasi theory, research, and practice. (2nd ed.).
matematis, dan motivasi belajar. Jurnal Boston, MA: Allyn & Bacon.
Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 227-
Sholikhah. (2014). Perbandingan keefektifan
240.
problem-based learning (PBL) setting
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v1i2.
model pembelajaran kooperatif tipe
2678
numbered head together (NHT) dengan
Filippatou, D., & Kaldi, S. (2010). The tipe jigsaw pada materi geometri ditinjau
effectiveness of project-based learning on dari prestasi belajar matematika,
pupils with learning difficulties regarding kemampuan berpikir kritis dan disposisi
academic performance, group work and matematis siswa kelas X SMA. Tesis
motivation. International Journal of tidak diterbitkan. Universitas Negeri
Special Education, 25 (1), 17-26. Yogyakarta, Yogyakarta
French, D. (2004). Teaching and learning Stevens, J. P. (2009). Applied multivariate
geometry: issues and methods in statistic for the social sciences (5th ed.).
mathematical education. New York, NY: New York, NY: Taylor and Francis
Continuum International Publishing Group
Group.

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X

Anda mungkin juga menyukai