PENDAHULUAN
bidang disiplin ilmu lainnya seperti biologi, kimia, fisika, pertanian, teknik,
dibelajarkan kepada semua peserta didik tingkat sekolah dasar sampai dengan
sangat baik agar anak memiliki pondasi yang kuat untuk mempelajari matematika
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
1
2
Menurut Piaget (dalam Heruman, 2008), siswa SDmasih berada pada fase
pada objek konkret (nyata)yang dapat ditangkap oleh panca indera. Karena masih
yang dapat memperjelas materi sehingga siswa lebih cepat memahami dan
menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses belajar
satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Menurut
belajar melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan
siswa yang kurang termotivasi dalam belajar.Prestasi yang diraih akan lebih baik
akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa
terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih positif.
3
tampak bahwa matematika masih menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti
mendapatkan nilai bagus, dan motivasi takut mendapat hukuman, hanya 15%
yang menjadi primadona anak-anak saat ini. Ada pula siswa yang menggambar
guru.Fenomena ini terlihat dari saat guru menegur salah satu siswa untuk tidak
motivasi siswa untuk mendapatkan nilai bagus terlihat dari adanya 7 orang siswa
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan alasan tugas yang
diberikan susah. Susah yang dimaksudkan yaitu contoh yang diberikan oleh guru
semester ganjil tahun 2015 adalah 62,5%. Persentase tersebut berada pada
kategori rendah.
siswa. Pertama, pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa tidak
diberikan kesempatan untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal itu terlihat
dari guru menjelaskan semua materi pelajaran, siswa tidak diberi kesempatan
untuk membaca terlebih dahulu materi yang akandiajarkan oleh guru. Selain itu,
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Maksudnya, jika ada media pembelajaran
yang diberikan oleh pemerintah pusat sesuai dengan materi yang akandiajarkan
maka guru akan menggunakan media pembelajaran pada saat mengajar. Apabila
media pembelajaran yang diberikan oleh pemerintah pusat tidak ada yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan, maka guru tidak menggunakan media
sebuah pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Salah satu model
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”. Langkah-
Sebelum guru memberikan siswa kartu, guru menjelaskan secara singkat materi
yang akan dibahas kemudian siswa diberikan waktu untuk membaca buku tentang
materi yang akan dibahas. Setelah itu guru membagi siswa yang ada dikelas
menjadi dua kelompok. Dua kelompok tersebut akan diberikan kartu, kelompok A
mendapat kartu soal dan kelompok B mendapat kartu jawaban. Selanjutnya siswa
kartu yang dipegang, siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu
diberi poin.Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
pembelajaran make a match di atas, semua siswa di kelas akan ikut serta dalam
Putu Kurmaeni tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 1 Kerobokan Kaja Badung setelah
pembelajaran IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 1
dari siklus I ke siklus II sebesar 10,2% dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II
sebesar 3,6%. Ini berarti sudah ada peningkatan secara signifikan. Implikasi dari
Match dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
dari Luh Meli Artini tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe make a match yang berbasis budaya lokal Bali pada
tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 10,15%. Ini berarti sudah ada
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang berbasis budaya lokal
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka ada dua
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan salah satu
KAJIAN PUSTAKA
match adalah suatu model pembelajaran dalam bentuk mencari atau membuat
pasangan.
2009:94).Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari
Ciri utama model make a match adalah siswa diminta mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. “Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan” (Lie, 2004:55).
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam
9
10
match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
Motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti daya upaya yang
“motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek
motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
“faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam
hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar”.Jadi, dapat
dikatakan motivasi belajar merupakan suatu perubahan energi yang ada dalam diri
Selanjutnya menurut Sardiman (2007:85), ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai
berikut.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar
yaitu, (1) sebagai pendorong siswa untuk belajar sehingga dengan adanya
dorongan belajar tersebut hasil belajar siswa akan lebih meningkat, (2) dengan
adanya motivasi, tujuan siswa lebih terarah sehingga menghasilkan sesuatu yang
baik.
Menurut Hanafiah dan Cucu (2009:26), ada 2 jenis motivasi yaitu sebagai
berikut.
Selanjutnya menurut Uno (2008:33), ada 2 jenis motivasi yaitu sebagai berikut.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis motivasi
yang timbul dari dalam diri siswa untuk melakukan suatu tindakan, tanpa perlu
adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak
diri siswa dan hanya muncul karena adanya hukuman atau tidak muncul karena
ada hukuman.
1) Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.Siswa
biasanya mengejar nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-
baik.Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
2) Hadiah
demikian. Hadiah tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak
15
berbakat. Contohnya, hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3) Saingan/Kompetisi
4) Ego-involvement
sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga
dirinya.
5) Memberi ulangan
Siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ulangan. Memberi ulangan
6) Mengetahui hasil
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil
belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
7) Pujian
motivasi yang baik. Pemberian pujian harus tepat sehingga akan memupuk
16
harga diri.
8) Hukuman
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10) Minat
Minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan
berjalan lancar kalau disertai minat. Minat bisa dibangkitkan dengan cara
Dari kesepuluh bentuk motivasi tersebut, ada beberapa bentuk dan cara
dengan model make a match antara lain, yaitu (1) memberi angka, (2) hadiah, (3)
berikut.
(1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang
17
mendapatkan nilai yang bagus, kebutuhan untuk berprestasi, dan kebutuhan untuk
berkuasa.
indikator motivasi belajar yaitu (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita
nasa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, (7) motivasi
untuk bersaing, (8) motivasi mendapatkan pujian, dan (9) motivasi takut mendapat
penelitian ini terdiri dari (1) motivasi untuk bersaing, (2) mendapatkan nilai yang
bagus, (3) motivasi takut mendapat hukuman, dan (4) adanya dorongan dan
Kubutambahan.Motivasi siswa untuk bersaing sangat rendah, hal itu terlihat dari
pada saat ditegur oleh guru, bukannya siswa diam tetapi melanjutkan
hukuman.Lebih lanjut, siswa kurang mendapat dorongan dari dalam dirinya untuk
18
belajar dan mendapatkan nilai yang bagus.Itu terlihat dari siswa lebih senang
7 orang yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dikarenakan tugas
yang diberikan oleh guru lebih susah dibandingkan dengan contoh yang diberikan.
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku anak yang dapat diukur dan dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
1) Pemahaman Konsep
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang dibaca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa
2) Keterampilan Proses
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan
berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan
(dalam Susanto, 2013:9) menyebutkan ada enam aspek keterampilan proses yang
eksperimen.
3) Sikap
kecendrungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan teknik
objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
20
pelajaran yang diberikan oleh guru. Keterampilan proses (aspek psikomotor) yaitu
suatu hasil tertentu. Selanjutnya sikap (aspek afektif) adalah kecendrungan untuk
melakukan sesuatu yang dapat dilihat dari perbuatan, perilaku atau tindakan
konsep). Hal ini dikarenakan masalah yang muncul dominan pada aspek kognitif.
adalah “ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-
konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak
adalah “bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
strukturnya terorganisasi dan dibagi menjadi tiga bidang, yaitu aljabar, analisis,
dan geometri.
keterampilan.
Madrasah Ibtidiyah (MI) sesuai Depdiknas (dalam Japa dkk, 2012:3) adalah agar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan untuk menilai
ketercapaian hasil belajar siswa dan menjadi tolak ukur sejauh mana penguasaan
siswa terhadap suatu pokok bahasan. Ruang lingkup pelajaran matematika dalam
kurikulum 2006 pada kelas IV SD/MI meliputi operasi hitung bilangan, kelipatan
dan faktor, pengukuran, bangun datar, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan
romawi, bangun ruang dan simetri. Pada penelitian ini akandigunakan materi
Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
terjadi peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II sebesar 10,2% dan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 3,6%. Selanjutnya penelitian dari Luh
Meli Artini (2014) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match Berbasis Budaya Lokal Bali Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada siswa. Model pembelajaran yang digunakan harus tepat sehingga membuat
siswa aktif dan semangat untuk belajar.Siswa yang aktif dan semangat dalam
25
belajar dikelas merupakan salah satu ciri anak sudah termotivasi untuk belajar.
Jika siswa sudah termotivasi untuk belajar maka akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
kepada siswa. Kemudian guru menugaskan siswa mencari pasangan kartu yang
kartunya diberi poin.Keunggulan dari model ini adalah siswa mencari pasangan
belajar siswa. Jika siswa sudah termotivasi untuk belajar akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang motivasinya tinggi akan memperoleh
hasil belajar yang baik. Kerangka berpikir tersebut dapat dibagankan sebagai
Model
berikut.
Pembelajaran
Make A Match
Motivasi Hasil
Belajar Belajar
2015/2016.
efektif maka akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
METODE PENELITIAN
proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran
matematika.
antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan. Dikelas, pihak yang melakukan tindakan adalah penelitidan pihak yang
orang laki – laki dan 18 orang perempuan. Selanjutnya objek penelitian ini adalah
27
28
Siklus II
2
4
3
1
Data Awal
4 Siklus I
2
Keterangan:
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi/Evaluasi
4. Refleksi
Diadaptasi dari Agung (2005)
1. Perencanaan Tindakan
tindakan yang dilaksanakan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan adalah
sebagai berikut.
matematika.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan ini dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti
bersama guru. Dalam penelitian ini, guru sebagai pihak yang melakukan tindakan
tindakan adalah peneliti. Pelaksanaan tindakan tiap siklus dilakukan sebanyak dua
sebagai berikut.
2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya
4) Tiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang. Selanjutnya, pembawa kartu jawaban dan kartu soal berjajar
saling berhadapan.
yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban). Siswa yang dapat
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
3. Observasi/Evaluasi
yang dilakukan oleh guru dan siswa, khususnya dalam pelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran Make A Match. Selain itu, observasi ini
dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pada setiap tindakan yang
selanjutnya.
dilakukan oleh siswa secara individual dengan cara menjawab pertanyaan yang
telah disiapkan.
31
4. Refleksi
atau hambatan yang terjadi selama pembelajaran dan juga untuk melihat
sudah tercapai.
metode tes.Angket dan tes diberikan di akhir siklus.Skor yang diperoleh dari
angket dan tes dapat dijadikan petunjuk mengenai taraf kemampuan yang akan
diukur.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan tes
Dalam penelitian ini, perlu uji coba instrument.Hal ini dilakukan untuk
coba, data yang diperoleh dipilih dan dipakai dalam analisis data.Uji instrumen
dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas akan dilakukan pada instrumen motivasi
dan hasil belajar matematika siswa. Uji validitas dilakukan dengan uji validitas
Judges Judges I
Penilaian Judges Kurang Relevan Sangat Relevan
Judges II Kurang Relevan A (-,-) B (+,-)
Sangat Relevan C (-.+) D (+,+)
Dari tabel di atas dapat dicari validitas konten (content validity) menggunakan
rumus Gregory:
D
VC (dalam Koyan, 2004)
A BC D
Keterangan:
VC = validitas konten
D = kedua judges setuju
A = kedua judges tidak setuju
B = jduges I setuju, judges II tidak setuju
C = judges I tidak setuju, judges II setuju
Uji Gregory dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu melalui
bimbingan dan konsultasi dengan kedua judges terkait dengan soal maupun
instrumen lain yang tepat untuk mengukur motivasi dan hasil belajar siswa. Selain
35
itu, penilaian instrumen oleh judges dilihat ketepatan ranah soal yang diukur.
Selanjutnya dilakukan proses revisi indikator soal dan revisi soal, kemudian
dilanjutkan dengan bimbingan kembali sehingga indikator dan soal yang akan
digunakan benar-benar siap untuk diujikan. Itulah tahapan validasi oleh judges
yang dilakukan. Instrumen motivasi disajikan pada lampiran 11 dan 20, serta
tingkatan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika yang
dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Aspek yang
M
X (dalam Agung, 2014)
N
Keterangan:
M : nilai rata-rata
N : banyaknya siswa
M
M% x 100% (dalam Agung, 2014)
SMI
36
Keterangan:
M : mean
Hasil data motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
konversi nilai absolut skala lima dapat dilihat pada tabel berikut.
2. Persentase skor rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
dilaksanakan pada bulan Mei 2016 dengan menerapkan model pembelajaran make
instrument penelitian yang berupa tes hasil belajar siklus I dan angket motivasi
belajar, dan 6) menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban yang digunakan siswa
kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dan 1 kali
pertemuan untuk tes akhir siklus I. Pada akhir siklus juga dilakukan pengisian
37
38
pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus I (lampiran 4-6,
halaman 53-76). Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah menjelaskan arti
2016. Pada pertemuan ini siswa diuji kemampuan dan pemahamannya tentang
materi yang telah dipelajari menggunakan tes hasil belajar siklus I. Selain itu,
pada pertemuan ini siswa juga mengisi angket motivasi untuk mengetahui
a. Motivasi Belajar
Skor motivasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 12
seluruh siswa kelas IV adalah 1877 dan jumah siswa (N) yaitu 32 orang siswa.
berikut.
M
X
N
1877
M
32
M 58,65
M
M % x 100%
SMI
58,65
M% x 100%
80
M % 73,31%
b. Hasil Belajar
Skor hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 9
halaman 81.Berdasarkan data tersebut, diketahui jumlah skor hasil belajar (X)
seluruh siswa kelas IV adalah 1321 dan jumah siswa (N) yaitu 32 orang siswa.
Selanjutnya rata-rata skor hasil belajar siswa (M) pada siklus I dihitung sebagai
berikut.
M
X
N
1321
M
32
M 41,28
Berdasarkan rata-rata skor hasil belajar di atas, diperoleh persentase rata-rata skor
M
M % x 100%
100
41,28
M % x 100%
60
40
M % 68,8%
Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa dari
62,5% pada pra siklus menjadi 68,8% pada siklus I. Begitu pula dengan motivasi
belajar siswa, meningkat dari 60% pada pra siklus menjadi 73,31% pada siklus I.
60 60
Gambar 4.1 Grafik Data Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum
Tindakan (Pra Siklus) dan Siklus I
siswa pada siklus I di atas, maka dilakukan pengkajian atas kekurangan dan
umum, hal ini dikarenakan tidak semua siswa mau terlibat dalam kegiatan
kelompok. Hanya delapan orang siswa yang mau mengerjakan tugas dengan
tugasnya.
sendiri.
disebabkan oleh siswa masih merasa malu dan takut bila pendapat,
II agar mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
sebagai berikut.
42
1) Media gambar yang digunakan pada siklus I diganti menjadi media konkret
pada siklus II. Benda konkret yang dimaksud berupa apel, kapur, dan roti.
2) Memberikan bimbingan intensif kepada siswa yang malu-malu dan takut maju
guru.
bukan individual.
instrument penelitian yang berupa tes hasil belajar siklus II dan angket motivasi
belajar, dan 6) menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban yang digunakan siswa
kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dan 1 kali
pertemuan untuk tes akhir siklus II. Pada akhir siklus juga dilakukan pengisian
pembelajaran make a match yang telah disusun untuk siklus II (lampiran 13-15,
halaman 87-110). Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah menjumlahkan
dengan pecahan.
Mei 2016.Pada pertemuan ini siswa diuji kemampuan dan pemahamannya tentang
materi yang telah dipelajari menggunakan tes hasil belajar siklus II.Selain itu,
pada pertemuan ini siswa juga mengisi angket motivasi untuk mengetahui
a. Motivasi Belajar
Skor motivasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran
seluruh siswa kelas IV adalah 2057 dan jumah siswa (N) yaitu 32 orang siswa.
Selanjutnya rata-rata skor motivasi siswa (M) pada siklus II dihitung sebagai
berikut.
M
X
N
2057
M
32
M 64,28
M
M % x 100%
SMI
64,28
M % x 100%
80
M % 80,35%
b. Hasil Belajar
Skor hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran
(X) seluruh siswa kelas IV adalah 1339 dan jumah siswa (N) yaitu 32 orang
siswa. Selanjutnya rata-rata skor hasil belajar siswa (M) pada siklus II dihitung
sebagai berikut.
M
X
N
1339
M
32
M 41,84
Berdasarkan rata-rata skor hasil belajar di atas, diperoleh persentase rata-rata skor
M
M % x 100%
100
41,84
M % x 100%
50
45
M % 83,68%
pelaksanaan siklus II.Hasilnya adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada mata
dengan siklus I. Persentase rata-rata motivasi belajar pada siklus I adalah 73,31%
mengalami peningkatan sebesar 7,04% menjadi 80,35% pada siklus II. Persentase
rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 68,8% mengalami peningkatan sebesar
14,88% menjadi 83,68% atau berada pada kategori tinggi pada siklus II.
85 SIKLUS I SIKLUS II
83.68
80 80.35
75
73.31
70
68.8
65
Gambar 4.2 Grafik Data Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada
Siklus I dan Siklus II
46
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.Hasil analisis tersebut adalah sebagai
berikut.
interaksi siswa dengan siswa lain maupun dengan guru sehubungan dengan
materi pembelajaran sudah tampak baik. Semua siswa sudah mau terlibat
tugasnya.
2) Siswa sudah memanfaatkan buku secara optimal sebagai pemandu dan sumber
orang siswa sudah menunjukkan keberaniannya. Siswa tidak lagi merasa malu
ini terjadi karena guru tidak pernah mengatakan salah atau meremehkan
tersebut terlihat dari antusias dan keceriaan siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran.
47
kendala yang ditemui pada siklus I juga sudah dapat diatasi pada siklus II. Dengan
4.2 Pembahasan
matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata skor
motivasi dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata skor
persentase rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 68,8%.
meningkat sebesar 7,04% menjadi 80,35% (kategori tinggi) dan persentase rata-
rata skor hasil belajar siswa meningkat sebesar 14,88% menjadi 83,68% (kategori
tinggi).
motivasi dan hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama,
belajar tentu saja berdampak pada motivasi siswa untuk belajar.Pendapat tersebut
emosi positif.Emosi positif yang terlihat dari rasa ingintahu anak akan
untuk belajar maka mereka akan melakukan kegiatan lebih banyak dalam
tersebut.Hal ini sejalan dengan pendapat Hawley (dalam Prayitno, 1989) yang
menyatakan bahwa siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, melakukan
kegiatan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang
termotivasi dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai
akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang optimal.Hal ini sesuai dengan
pendapat Ali (dalam Tegeh, 2009) yang menyatakan bahwa media belajar
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
terutama pada saat diskusi menyebabkan siswa mau bekerja sama dalam kegiatan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Selain itu, siswa juga bisa
bertanya kepada guru jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti oleh
siswa.Suasana belajar dikelas menjadi lebih hidup. Siswa dan guru dapat
berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga terjadi sebuah ikatan diantara
mereka. Suasana belajar seperti ini menjadikan hubungan guru dengan siswa lebih
49
dekat (akrab) dan menjadi banyak ikatan sosial.Hal ini dapat mempengaruhi
hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat
kepada siswa yang mampu menjawab soal yang diberikan oleh guru akan
terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman
Hal ini terbukti dari meningkatnya motivasi belajar siswa menjadi 68,2% pada
siklus I. Pada siklus II, motivasi siswa meningkat menjadi 78,4%. Selanjutnya
hasil belajar siswa meningkat menjadi 75% pada siklus I dan mengalami
tipe make a match yang berbasis budaya lokal Bali meningkatkan hasil belajar
matematika siswa. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil belajar siswa menjadi
75,35% pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,50%.
PENUTUP
5.1 Simpulan
sebagai berikut.
pembelajaran make a match. Hal ini terbukti dari peningkatan persentase skor
siswa pada siklus I adalah 73,31%, meningkat menjadi 80,35% pada siklus II.
7,04%.
peningkatan persentase skor rata-rata hasil belajar siswa. Persentase skor rata-
rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 68,8%, meningkat menjadi
83,68% pada siklus II. Hal ini berarti terjadi peningkatan persentasemotivasi
51
52
5.2 Saran
sebagaiberikut.
make a match dalam pembelajaran. Model ini dapat digunakan sebagai salah
2) Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman
dilakukannya.
53
Daftar Pustaka
-------. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media
Publishing.
Artini, Luh Meli. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Berbasis Budaya Lokal Bali Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas V Sd N 2 Cempaga Pada Semester I Tahun
Pelajaran 2013/2014”. Skripsi (tidak diterbitkan).Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
PT Kharisma Putra Utama.
Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.