PEMBELAJARAN
(PROBLEM BASED
LEARNING)
Kelompok 6:
Yuberlin Zebua (213285-1009)
Ony Hardika Rosfani (213285-1020)
Yessi Prihartina (2132825-1017)
PBL merupakan pembelajaran aktif progresif dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik di mana
masalah tidak terstruktur (dunia nyata atau masalah kompleks yang disimulasikan) digunakan sebagai titik
awal dan jangkar untuk proses pembelajaran.
Tujuan PBL meliputi content learning, acquisition of process skills and problem-solving skills, and lifewide
learning.
COGNITION, METACOGNITION, AND
PROBLEM-BASED LEARNING
Ciri PBL adalah sebagai berikut:
1. Masalah adalah titik awal pembelajaran.
2. Masalah biasanya merupakan masalah dunia nyata yang tampak tidak terstruktur.
3. Masalahnya membutuhkan banyak perspektif.
4. Masalah tersebut menantang pengetahuan, sikap, dan kompetensi siswa saat ini, sehingga memerlukan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang pembelajaran baru.
5. Belajar mandiri adalah yang utama.
6. Memanfaatkan berbagai sumber pengetahuan dan penggunaan serta evaluasi sumber daya informasi
adalah proses PBL yang penting.
7. Pembelajaran bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
8. Pengembangan keterampilan penyelidikan dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan perolehan
pengetahuan konten untuk solusi masalah.
9. Tutor PBL dengan demikian memfasilitasi dan melatih melalui pertanyaan dan pembinaan kognitif.
COGNITION, METACOGNITION, AND
PROBLEM-BASED LEARNING
Theory of Mediated Learning Experience yang menjadi basis PBL merupakan teori menyatakan bahwa
kualitas interaksi antara individu dan lingkungan melalui manusia yang disengaja (mediator) memainkan
peran penting dalam perkembangan kognitif individu.
Interaksi PBL harus mencakup tiga parameter (IR, ME, dan T) MLE:
1. Intensionalitas dan Timbal Balik (IR). Hasil yang eksplisit dan bertujuan harus dihasilkan dari interaksi.
Tutor PBL harus jelas tentang niat mereka dan hasil yang diinginkan, seperti pembelajaran konten dan
pengembangan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan belajar seumur hidup.
2. Mediasi Makna (ME). Seorang mediator yang efektif membantu pelajar menemukan pentingnya bekerja
pada masalah serta nilai dari proses PBL.
3. Transendensi (T). Mengacu pada transfer pembelajaran lintas konteks dan situasi. Siswa belajar untuk
mengambil pendekatan pembelajaran seumur hidup sehingga mereka benar-benar belajar bagaimana
belajar.
Parameter lain sering hadir kapan pun berlaku dalam situasi pembelajaran.
COGNITION, METACOGNITION, AND
PROBLEM-BASED LEARNING
Prinsip-prinsip MLE yang dijadikan fokus PBL konsisten dengan dua bidang utama penelitian dalam
kognisi, yakni:
1. Metakognisi melibatkan interaksi antara individu, tugas, dan strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas.
2. Self-regulated learning sebagai proses dimana siswa terlibat dalam strategi yang berbeda untuk
mengatur kognisi, motivasi, dan perilaku mereka, serta konteksnya.
Dalam PBL siswa belajar untuk mencari bantuan dalam mendapatkan informasi dan mempelajari hal-hal
baru dalam rangka memecahkan suatu masalah. Mencari bantuan adalah strategi belajar self regulated yang
melibatkan kontrol perilaku dan kontekstual.
Berdasarkan sudut pandang pedagogis, PBL didasarkan dari teori belajar konstruktivisme. Pemahaman
diperoleh dari interaksi dengan skenario masalah dan lingkungan belajar. Keterlibatan dengan masalah dan
proses penyelidikan masalah menciptakan disonansi kognitif yang merangsang pembelajaran, dan
pengetahuan berkembang melalui proses kolaboratif negosiasi sosial dan evaluasi kelayakan sudut pandang
seseorang.
PSYCHOLOGICAL TOOLS IN PROBLEM-BASED
LEARNING
Hasil kognitif diperiksa melalui lensa dua posisi teoretis utama:
1. Transfer-appropriate processing theory
● Siswa yang mempelajari pengetahuan dalam konteks pemecahan masalah seperti PBL cenderung
mengambil dan mentransfer pengetahuan mereka ke masalah baru.
● Demikian pula, siswa yang mempelajari penalaran dan strategi pembelajaran mandiri dalam konteks
pemecahan masalah dan memiliki praktik ekstensif dalam menerapkannya kemungkinan besar akan
mengambil dan menerapkan strategi ini pada masalah baru.
1. Psychological tools theory.
Alat psikologis sebagai simbol, tes, formula, perangkat simbolis grafis yang membantu individu menguasai
fungsi psikologis 'alami' mereka sendiri dari persepsi, memori, perhatian, dan sebagainya.
● Representational tools berfungsi sebagai referensi konkret bersama dan memberikan landasan bersama
untuk negosiasi. Struktur representasi dapat memandu diskusi siswa. Contoh dari representational tools
adalah whiteboard, diagram alir, konsep map dan diagram. Papan tulis berfungsi sebagai fokus bagi
siswa untuk menegosiasikan ide-ide mereka dan mengidentifikasi ide-ide yang perlu ditunda.
CRITICAL THINKING, METACOGNITION, AND
PROBLEM-BASED LEARNING
Berpikir kritis:
1. Keterampilan Dasar
Bentuk asesmennya bisa dari nilai IPK, atau penilaian lainnya.
2. Basis Pengetahuan
Bentuk asesmennya adalah conventional closed-response formats (post test-pretest) atau konten netral berdasarkan
informasi umum.
3. Kesediaan untuk Bertanya
Bentuk asesmennya adalah student self-report surveys.
4. Refleksi Diri (Metakognisi)
Bentuk asesmennya adalah self-report survey items.