Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional

Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020


“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MELALUI


PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING SISWA
KELAS VI SD NEGERI 1 PANINGKABAN
1
Yudha Febrianta, 2Gunawan
1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2
Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Purwokerto

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas kelas VI SD Negeri 1
Paningkaban ditinjau dari kemandirian belajar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban yang
berjumlah 28 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam satu
kelas dipilih 2 peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat, 3 peserta didik dengan kategori
kemandirian belajar mulai berkembang dan 2 peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya yang
memiliki komunikasi baik agar dapat menggali informasi dengan mudah. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan angket, tes, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang diguakan meliputi reduksi data,
penyajian data dan menarik kesmipulan. Uji validasi yang digunakan adalah triangulasi teknik. Hasil penelitian
menunjukan bahwa peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat belum menguasai semua
indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis, memecahkan maslaah,
menyimpulkan dan mengevaluasi. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang hanya mampu
menguasai indikator kemampuan menganalis, mensintesis dan memecahkan masalah. Peserta didik dengan kategori
kemandirian belajar membudaya sudah dapat menguasai semua indikator kemampuan berpikir kritis.

Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu aspek yang penting untuk menentukan kualitas kehidupan seseorang maupun
bangsa. Kualitas pendidikan sendiri sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola
pembelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan karena matematika sebagai bagian dari pendidikan akademis dan merupakan ilmu dasar bagi
disiplin ilmu yang lain sekaligus sebagai sarana bagi siswa agar mampu berfikir logis, kritis dan sistematis.
Ada tiga aspek penilaian dalam matematika yaitu: (1) pemahaman konsep; (2) penalaran dan komunikasi;
(3) pemecahan masalah (Jihad, 2012). Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal.
Matematika bukanlah pelajaran hafalan, untuk menguasai beberapa konsep matematika tidak cukup hanya
dengan menghafal rumus dan mengerjakan contoh soal saja, namun siswa harus dapat menguasai konsep.
Pemahaman konsep adalah pokok penting untuk mencapai pembelajaran matematika yang bermakna dan
siswa dituntut untuk mengetahui kemampuan dasarnya terlebih dahulu.
Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan
memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman adalah kemampuan
mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan suatu situasi atau tindakan. Konsep diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan
meramalkan (Sagala, 2011). Pemahaman konsep matematika merupakan tingkat kemampuan siswa yang
paham tentang konsep matematika serta dapat menjelaskan dan menyatakan ulang dengan bahasa sendiri
konsep-konsep tersebut (Saltifa, 2012) Pemahaman konsep yang baik sangat penting dalam pembelajaran
matematika, karena matematika merupakan ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola dan keteraturan yang
logis. Indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika yaitu: 1.
Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep, 2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-
sifat tertentu sesuai dengan konsep, 3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, 4. Kemampuan
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, 5. Kemampuan mengembangkan
syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, 6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur tertentu, 7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah

265
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

(Matematika, 2005),(Dafril, 2011).


Berdasarkan hasil observasi di kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban terdapat beberapa masalah yang
berkaitan dengan pemahaman konsep matematis. Siswa tidak menguasai konsep matematika yang akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini disebabkan karena kurangnya penguasaan konsep dasar
yang berkaitan dengan materi tersebut. Selain itu, siswa tidak dapat memahami masalah dengan baik. Hal
ini ditunjukkan dengan tidak mampunya menggunakan atau memanfaatkan apa yang diketahui di dalam
masalah. Pengetahuan yang baik mengenai hal-hal yang terdapat di dalam soal dapat digunakan untuk
memilih prosedur/langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan. Pertimbangan lain yang
digunakan adalah rata-rata nilai ulangan harian kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban yang rendah. Terdapat
pengaruh yang signifikan antara kemampuan pemahaman konsep matematis terhadap hasil belajar
matematika (Novitasari & Leonard, 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika
adalah kemampuan pemahaman konsep. Semakin baik kemampuan pemahaman konsep matematis siswa,
semakin baik hasil belajar matematika yang diperoleh. Begitu juga berlaku sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa pada kelas tersebut belum menguasai konsep matematis dengan baik sehingga
berakibat rendahnya nilai ulangan harian.
Untuk menumbuhkan pemahaman konsep matematika siswa, guru harus mempunyai inovasi dalam
pembelajaran matematika. Salah satu inovasi dalam pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Problem Posing. Peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional (Aripin, 2015).
Dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), siswa belajar suatu konsep dan
prinsip sekaligus memecahkan masalah (Suyatno, 2009). Model Problem Based Learning (PBL) dengan
strategi Problem Posing merupakan pembelajaran dengan menggunakan tahapan-tahapan Problem Based
Learning, namun di dalam pemecahan masalah menggunakan strategi Problem Posing yaitu dengan cara
pengajuan masalah-masalah atau pengajuan soal oleh siswa yang disesuaikan dengan situasi yang diberikan
atau berdasarkan contoh dan pernyataan guru. Problem Posing atau pengajuan masalah atau soal yang
dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk dicari jawabannya baik
secara individu maupun bersama (Suryosubroto, 2009). Pembelajaran melalui pendekatan Problem Posing
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa secara signifikan (Ferdianto & Ghanny,
2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran
matematika melalui Problem Based Learning dengan strategi Problem Posing, untuk meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang didasarkan pada
permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika di kelas. Penelitian tindakan kelas ini akan
dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, evaluasi, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan yaitu dua pertemuan pemberian
materi dan satu pertemuan pemberian tes evaluasi.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis dan wawancara terhadap 7 peserta didik, peneliti dapat
mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik berdasarkan kemandirian belajar,
sebagai berikut:

1. Kategori Kemandirian Belajar Mulai Terlihat


Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat, memiliki kemampuan berpikir kritis
yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan jawaban atas permasalahan pada soal yang
disediakan, yaitu mereka kurang dapat menguasai indikator dari kemampuan berpikir kritis yaitu
kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi.Kemampuan berpikir kritis yang pertama yaitu kemampuan
menganalisis. Kemampuan ini merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam
komponen-komponen yang ditujukan untuk mengetahui pengorganisasian dari permasalahan yang

266
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

disajikan dalam soal. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat belum mampu menguasai
indikator kemampuan menganalisis dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara menjawab peserta didik
kategori kemandirian belajar mulai terlihat dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti, mereka kurang dapat menjabarkan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam sebuah
struktur permasalahan dalam soal yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Indikator kedua
yaitu kemampuan mensintesis, merupakan kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat
menghubungkan satu masalah yang dihadapi dengan kondisi ideal yang diinginkan. Peserta didik
kategori kemandirian belajar mulai terlihat kurang mampu menguasai indikator kemampuan
mensintesis, hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik dengan kategori kemandirian belajar
mulai terlihat ini menjawab soal yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mereka
kurang mampu untuk menjelaskan dengan baik tentang pola penyelesaian yang digunakan dengan
menghubungkan antara informasi-informasi yang ditemukan dalam permasalahan dengan kondisi ideal.
Indikator ketiga yaitu kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini mengarahkan peserta didik
untuk memahami sebuah permasalahan dengan kritis sehingga setelah mampu mempola sebuah
penyelesaian selanjutnya peserta didik akan membuat konsep suatu penyelesaian dan sekaligus
menerapkannya untuk menemukan sebuah nilai yang ditanyakan. Peserta didik dengan kategori
kemandirian belajar mulai terlihat kurang mampu menguasai indikator ini. Hal ini dapat terlihat dalam
penyelesaian yang diungkapkan oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat yang
masih menemui miss concept sehingga pemecahan masalah yang dipaparkan akan bernilai salah.
Indikator keempat yaitu kemampuan menyimpulkan, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk
mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu
simpulan. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat tidak mampu menguasai indikator
kamampuan menyimpulkan. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan tidak
terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk menyimpulkan dari peserta didik kategori kemandirian
belajar mulai terlihat dan tidak mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
mengenai kemampuan menyimpulkan yang terdapat dalam soal yang disajikan. Indikator kelima yaitu
kemampuan mengevaluasi, pada kemampuan ini peserta didik akan diarahkan untuk melakukan suatu
penilaian terhadap nilai yang telah ditemukan sebelumnya dan menguji kebenaran suatu nilai tersebut
dengan menggunakan konsep tertentu. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat tidak
mampu menguasai indikator kamampuan mngevaluasi. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian
masalah yang disajikan tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk mengevaluasi dari sebuah
nilai oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat dan tidak mampu menjelaskan
dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan mengevaluasi yang terdapat
dalam soal yang disajikan.

2. Kategori Kemandirian Belajar Mulai Berkembang


Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang, memiliki kemampuan
berpikir kritis yang mulai mengarah baik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan jawaban atas
permasalahan dengan cukup baik pada soal yang disediakan, mereka cukup dapat menguasai indikator
dari kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan
memecahkan masalah, namun masih belum mampu untuk menguasai kemampuan menyimpulkan dan
kemampuan mengevaluasi. Kemampuan berpikir kritis yang pertama yaitu kemampuan menganalisis.
Kemampuan ini merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-
komponen yang ditujukan untuk mengetahui pengorganisasian dari permasalahan yang disajikan
dalam soal. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang sudah mampu menguasai
indikator kemampuan menganalisis dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara menjawab peserta didik
kategori kemandirian belajar mulai berkembang dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti, mereka dapat menjabarkan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam sebuah
struktur permasalahan dalam soal yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Indikator kedua
yaitu kemampuan mensintesis, merupakan kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat

267
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

menghubungkan satu masalah yang dihadapi dengan kondisi ideal yang diinginkan. Peserta didik
kategori kemandirian belajar mulai berkembang mampu menguasai indikator kemampuan mensintesis,
hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai
berkembang ini menjawab soal yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mereka
mampu untuk menjelaskan dengan baik tentang pola penyelesaian yang digunakan dengan
menghubungkan antara informasi-informasi yang ditemukan dalam permasalahan dengan kondisi
ideal. Indikator ketiga yaitu kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini mengarahkan peserta
didik untuk memahami sebuah permasalahan dengan kritis sehingga setelah mampu mempola sebuah
penyelesaian selanjutnya peserta didik akan membuat konsep suatu penyelesaian dan sekaligus
menerapkannya untuk menemukan sebuah nilai yang ditanyakan. Peserta didik dengan kategori
kemandirian belajar mulai berkembang cukup mampu menguasai indikator ini. Hal ini dapat terlihat
dalam penyelesaian yang diungkapkan oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai
berkembang yang sudah baik namun beberapa permasalahan masih belum mencapai menemukan
sebuah nilai walaupun konsep yang digunakan dalam memecahkan masalah sudah tepat. Indikator
keempat yaitu kemampuan menyimpulkan, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu simpulan.
Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang tidak mampu menguasai indikator
kamampuan menyimpulkan. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan hanya
satu responden yang mencoba untuk menyimpulkan dari sebuah jawaban namun beberapa masih
mengalami kesalahan dan sisanya tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk menyimpulkan
dari peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang dan tidak mampu menjelaskan
dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan menyimpulkan yang
terdapat dalam soal yang disajikan. Indikator kelima yaitu kemampuan mengevaluasi, pada
kemampuan ini peserta didik akan diarahkan untuk melakukan suatu penilaian terhadap nilai yang
telah ditemukan sebelumnya dan menguji kebenaran suatu nilai tersebut dengan menggunakan konsep
tertentu. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang tidak mampu menguasai
indikator kamampuan mengevaluasi. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan
tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk mengevaluasi dari sebuah nilai oleh peserta didik
kategori kemandirian belajar mulai berkembang dan tidak mampu menjelaskan dengan baik
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan mengevaluasi yang terdapat dalam soal
yang disajikan.

3. Kategori Kemandirian Belajar Membudaya


Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya, memiliki kemampuan
berpikir kritis yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan jawaban atas permasalahan pada
soal yang disediakan, yaitu mereka dapat menguasai indikator dari kemampuan berpikir kritis yaitu
kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
menyimpulkan, namun satu responden belum menguasai kemampuan mengevaluasi. Kemampuan
berpikir kritis yang pertama yaitu kemampuan menganalisis. Kemampuan ini merupakan suatu
ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen yang ditujukan untuk
mengetahui pengorganisasian dari permasalahan yang disajikan dalam soal. Peserta didik kategori
kemandirian belajar mulai terlihat belum mampu menguasai indikator kemampuan menganalisis
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara menjawab peserta didik kategori kemandirian belajar
mulai terlihat dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, mereka kurang dapat
menjabarkan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam sebuah struktur permasalahan dalam
soal yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Indikator kedua yaitu kemampuan
mensintesis, merupakan kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat menghubungkan
satu masalah yang dihadapi dengan kondisi ideal yang diinginkan. Peserta didik kategori
kemandirian belajar membudaya mampu menguasai indikator kemampuan mensintesis, hal ini dapat
dilihat dari bagaimana peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya ini menjawab
soal yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mereka mampu untuk menjelaskan
dengan baik tentang pola penyelesaian yang digunakan dengan menghubungkan antara informasi-

268
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

informasi yang ditemukan dalam permasalahan dengan kondisi ideal. Indikator ketiga yaitu
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk memahami
sebuah permasalahan dengan kritis sehingga setelah mampu mempola sebuah penyelesaian
selanjutnya peserta didik akan membuat konsep suatu penyelesaian dan sekaligus menerapkannya
untuk menemukan sebuah nilai yang ditanyakan. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar
membudaya mampu menguasai indikator ini. Hal ini dapat terlihat dalam penyelesaian yang
diungkapkan oleh peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya yang sudah baik namun
beberapa permasalahan masih belum mencapai menemukan sebuah nilai walaupun konsep yang
digunakan dalam memecahkan masalah sudah tepat. Indikator keempat yaitu kemampuan
menyimpulkan, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk mampu menguraikan dan
memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu simpulan. Peserta didik
kategori kemandirian belajar membudaya mampu menguasai indikator kamampuan menyimpulkan.
Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan teridentifikasi dengan baik adanya
suatu tahapan berpikir untuk menyimpulkan dari peserta didik kategori kemandirian belajar
membudaya yang baik dan mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
mengenai kemampuan menyimpulkan yang terdapat dalam soal yang disajikan. Indikator kelima
yaitu kemampuan mengevaluasi, pada kemampuan ini peserta didik akan diarahkan untuk melakukan
suatu penilaian terhadap nilai yang telah ditemukan sebelumnya dan menguji kebenaran suatu nilai
tersebut dengan menggunakan konsep tertentu. Peserta didik kategori kemandirian belajar
membudaya mampu menguasai indikator kamampuan mengevaluasi. Hal ini dapat dilihat dalam
penyelesaian masalah yang disajikan terdapat suatu tahapan berpikir untuk mengevaluasi dari sebuah
nilai oleh peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya dan mampu menjelaskan dengan
baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan mengevaluasi yang terdapat
dalam soal yang disajikan.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan mengenai deskripsi kemampuan berpikir kritis
yang ditinjau dari kemandirian belajar pada materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok peserta didik
SN 1 Paningkaban, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Peserta didik kategori kemandirian
belajar mulai terlihat Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat memiliki kemampuan
berpikir kritis yang kurang baik dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini dapat dilihat dari tes
kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa peserta didik kategori ini kurang
menguasai kelima indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan
mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi, 2)
Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang. Peserta didik dengan kategori kemandirian
belajar mulai berkembang memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang dalam menyelesaikan masalah
matematika. Hal ini dapat dilihat dari tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara yang menunjukan
bahwa peserta didik kategori ini sudah dapat menguasai beberapa indikator kemampuan berpikir kritis,
yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, namun
kurang menguasai kemampuan menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi, 3) Peserta didik kategori
kemandirian belajar membudaya. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya memiliki
kemampuan berpikir kritis yang baik dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini dapat dilihat dari
tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa peserta didik kategori ini
sudah dapat menguasai kelima indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis,
kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan, kemampuan
mengevaluasi.

269
Seminar Nasional
Hasil Penenlitian dan Pengabdian pada Masyarakat V Tahun 2020
“Pengembangan Sumber Daya Menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM – Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-66-0

Daftar Pustaka

(Jihad, 2012)(NCTM), N. C. of T. of M. (2000). Principle and Standars for School Mathematic. Indonesia:
NCTM.
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aripin, U. (2015). Meningkatkan kemampuan pemahaman matematik siswa SMP melalui pendekatan
pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, 2(1), 120–127.
Dafril, A. (2011). Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan Pemahaman Matematika
Siswa. In Prosiding PGRI. Palembang.
Ferdianto, F., & Ghanny. (2014). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui
Problem Posing. Euclide, 1(1), 47–54.
Jihad, A. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Jihad, A. (2012).
Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Kharida, L. A., Rusilowati, A., & Pratiknyo, K. (2009). Penerapan model pembelajaran berbasis masalah
untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan elastisitas bahan. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 5(2).
Lidinillah, D. A. M. (2013). Pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning ).
Jurnal Pendidikan Inovatif, 5(1), 17.
Matematika, T. P. (2005). Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta: Depdikbud.
Novitasari, L., & Leonard. (2017). PENGARUH KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA. In
Prosiding Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika. Fakultas Teknik, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI. (pp. 758–766).
Nurdyansyah, N., & Amalia, F. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelajaran IPA Materi
Komponen Ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 1–8.
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Saltifa, P. (2012). PENGGUNAAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DALAM
MEMAHAMI KONSEP MATEMATIKA. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1).
Shanti, W. N., Sholihah, D. A., & Martyanti, A. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui
Problem Posing. Literasi, 8(1), 49–59.
Silver, E. A., Mamona-Downs, J., Leung, S. S., & Kenney, P. A. (1996). Posing mathematical problems:
An exploratory study. Journal for Research in Mathematics Education, 27(3), 293–309.
Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryosubroto, B. (2009). Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Uno, H. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wahyu, Riyadi, &
Daryanto, J. (2013). PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI
HITUNG PECAHAN. Urnal Mahasiswa PGSD, 1(4).
Wardhani, S. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS. Yogyakarta: PPTK
Matematika.
(Sagala, 2011)(Saltifa, 2012)(Dafril, 2011)(Matematika, 2005)(Suyatno, 2009)(Suryosubroto,
2009)(Kharida et al., 2009)(Uno, 2011)(Wahyu et al., 2013)(Wardhani, 2008)(Suprijono,
2013)((NCTM), 2000)(Jihad, 2008)(Arikunto, 2002)(Shanti, Sholihah, & Martyanti, 2017)(Lidinillah,
2013)(Ferdianto & Ghanny, 2014)(Aripin, 2015)(Nurdyansyah & Amalia, 2018)(Novitasari &
Leonard, 2017)

270

Anda mungkin juga menyukai