Anda di halaman 1dari 4

EVALUASI PEMBELAJARAN Di SD

NAMA : KHALIMATUS SADIYAH


NIM : 858669625
KELAS : 6A (AKPMM)

Pertanyaan.
1) Mana dari istilah-istilah di bawah ini yang tidak masuk dalam domaian afektif
1. Pengetahuan (√)
2. Kognitif (√)
3. sikap
4. nilai
5. minat
6. kemampuan (√)
7. bakat (√)
8. penghargaan (√)
Menurut saya yang tidak termasuk dalam domaian afektif adalah (PENGETAHUAN/
KOGNITIF), (KEMAMPUAN, BAKAT, PENGHARGAAN Karena masuk ke dalam
domaian Psikomotorik).
Adapun saya dapat menyimpulkan demikian seperti pada ketentuan yang berlaku, bahwa
kognitif menekan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotor pada Skill.

2) Jelaskan teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan asesmen alternatif!
Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan asesmen
alternatif adalah.
1. Teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak
terstruktur. Teori ini menjelaskan bahwa belajar akan menghasilkan kemampuan
secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang telah dimiliki
untuk merespons kenyataan atau situasi yang dihadapi. Belajar tidak akan pernah
berakhir, oleh karena itu diperlukan penyesuaian-penyesuaian dengan situasi
yang selalu berubah.
2. Teori belajar Bruner (1966)
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan
siswa dengan cara mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep baru atas
dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki. Siswa memilih
dan mentransformasikan informasi yang diperolehnya, menyusun hipotesis, dan
membuat keputusan-keputusan atas dasar struktur kognitif yang dimiliki.
Menurut Bruner pembelajaran harus diarahkan pada belajar penemuan (discovery
learning). Setelah guru mengajarkan berbagai konsep, informasi, dan
keterampilan diharapkan anak dapat menerapkannya pada materi pembelajaran
yang lebih luas.
Pembelajaran harus sesuai dengan minat anak. Anak harus didorong
untuk melakukan eksplorasi dan belajar sendiri. Discovery learning dapat
dilakukan dengan cara: (a) anak dihadapkan pada suatu masalah, (b) anak akan
membandingkan realita dengan model mental yang telah dimiliki, (3) dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan
kembali struktur idenya untuk mencapai keseimbangan dengan cara melakukan
analisis, sintesis, dan evaluasi untuk menemukan informasi baru dan membuang
informasi yang tidak perlu.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983)
Inti dari generative learning model adalah bahwa otak tidak hanya pasif
menerima informasi tetapi aktif membentuk dan menginterpretasikan informasi
serta menarik kesimpulan dari informasi-informasi tersebut. Otak akan
menyeleksi informasi- informasi yang masuk dan akan merekamnya. Pusat
memori dan informasi diotak akan berinteraksi dengan pusat sensori untuk
menyeleksi informasi-informasi yang diterima dari lingkungan dan kemudian
aktif memaknai. Berdasarkan generative learning model, dalam belajar siswa
harus aktif memaknai apa yang sedang dipelajarinya. Untuk memahami apa yang
sedang dipelajari, siswa harus dapat membuat model atau menjelaskan tentang
apa yang sedang dipelajari kemudian mengorganisasikan informasi yang sudah
diseleksi berdasarkan pengalaman yang sesuai, logis, riil, atau keduanya. Dengan
cara tersebut ia akan dapat memunculkan informasi dari ingatannya dan
menggunakan strategi pengolahan informasi untuk membuat generalisasi makna
berdasarkan informasi yang masuk dan kemudian ditandai serta disimpan dalam
memorinya.
4. Experiential learning Theory dari C. Rogers (1969)
Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive learning yang
berhubungan dengan pengetahuan dan experiential learning yang berhubungan
dengan pengalaman. Teori ini menarik karena melibatkan pribadi siswa, inisiatif
siswa, penilaian diri siswa, dan dampak langsung yang terjadi pada diri siswa
dalam proses belajar. Dalam teori ini siswalah yang aktif dalam belajar
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Menurut Keeton dan Tate (Suciati dkk,
2002) belajar melalui pengalaman mengacu pada learning in which the learners
is directly in touch with the reality being studied.
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
Teori ini mulai diperkenalkan oleh Gardner pada Tahun 1983. Menurut
Gardner intelegensia didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang yang
digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan untuk menunjukkan
suatu produk yang dihargai oleh satu atau lebih budaya. Menurut Gardner ada
delapan kemampuan pada setiap individu yaitu: (1) Linguistic, (2) Logical-
mathematic, (3) Visual-spatial, (4) Bodiły- kinesthetic, (5) Musical, (6)
Intrapersonal, (7) Interpersonal , dan (8) Naturalist.
Teori Gardner memperlihatkan dengan jelas bahwa asesmen tidak boleh
hanya mengukur sebagian dari kemampuan yang dimiliki anak tetapi harus
mampu mengukur keseluruhan kemampuan yang ada pada anak.

3) Jelaskan kelebihan dan kekurangan asesmen alternatif.


1. Keunggulan atau Kelebihan asesmen alternatif antara lain:
• Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan
yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional. Asesmen alternatif
Menuntut siswa untuk menunjukkan kinerja yang nyata yang meliputi
proses dan hasil. Hal yang demikian tidak dapat dilakukan oleh tes tertulis.
Tes tertulis lebih menekankan pada apa yang diketahui siswa dengan
jawaban benar atau salah daripada apa yang dapat dikerjakan siswa. Tes
tertulis hanya dapat mengukur satu aspek saja yaitu aspek kognitif,
sedangkan asesmen alternatif menuntut berbagai kemampuan. Contoh: jika
Anda ingin mengukur kinerja siswa dalam membuat karangan maka
banyak aspek yang dapat diukur dari tugas membuat karangan tersebut,
Misalnya kemampuan siswa dalam membuat paragraf yang baik, pemilihan
kosa kata yang tepat, kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam
bentuk tulisan, kemampuan merangkai kata dan kalimat, dan kemampuan
berimajinasi.
• Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung, dan lengkap.
Dengan melakukan asesmen Anda akan dapat menilai hasil bela tidak
hanya hasil belajar dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan
psikomotor. Dengan demikian semua aspek yang telah dipelajari anak
dapat terukur dengan baik.
• Meningkatkan motivasi siswa. Pada saat Anda telah memutuskan akan
menggunakan asesmen alternatif untuk menilai kinerja siswa, Anda harus
menyampaikan dan mendiskusikan dengan siswa mengenai perencanaan
yang telah Anda buat. Dengan adanya forum tersebut, anak sudah
mengetahui dengan pasti tugas apa yang harus mereka kerjakan, bagaimana
cara mengerjakan tugas tersebut, kapan tugas tersebut harus dikumpulkan,
dan bagaimana cara penilaian yang akan dilakukan terhadap tugas tersebut.
Dengan cara tersebut maka anak sudah mengetahui apa yang harus
dikerjakannya dan persyaratan apa yang harus mereka penuhi kalau mereka
menginginkan nilai yang baik. Dengan cara demikian maka motivasi anak
akan tinggi.
• Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata. Asesmen alternatif
menekankan kepada apa yang dapat ditunjukkan atau dikerjakan oleh siswa
bukan apa yang diketahui siswa. Unjuk kerja tersebut ditunjukkan dalam
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, misalnya unjuk kerja siswa
dalam mencangkok pohon mangga.
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfevaluation. Dengan
menggunakan asesmen alternatif maka siswa akan mampu melakukan
evaluasi diri terhadap hasil karyanya. Mereka akan mampu melakukan
penilaian terhadap hasil karyanya karena mereka sudah mengetahui kriteria
penilaian yang digunakan.
• Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru yang baik selalu ingin mengetahui keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
dengan cara membandingkan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan asesmen
alternatif, guru akan dapat melihat keberhasilan pembelajaran dari unjuk
kerja yang dilakukan siswa. Dari portofolio siswa, guru dapat melihat hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa dari waktu ke waktu melalui
kumpulan hasil karya siswa yang disimpan dalam folder.
• Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar. Penilaian dalam arti
asosmen menghendaki hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan asesmen diharapkan anak
dapat menggunakan hasil belajar yang diperoleh di sekolah untuk
membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kelemahan Asesmen alternatif antara lain :
• Membutuhkan banyak waktu.
Jika Anda melakukan asesmen maka pada tahap awal Anda harus
membuat perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut perlu
didiskusikan dengan siswa. Kesepakatan antara guru dan siswa terhadap
perencanaan pembelajaran dapat dianggap sebagai kontrak pembelajaran
yang harus dilaksanakan bersama oleh guru dan siswa. Pada saat
pembelajaran berjalan, siswa mengerjakan tugas- tugas yang sudah
ditetapkan dalam perencanaan. Pada saat yang sama guru harus aktif
memonitor dan memberi umpan balik terhadap tugas-tugas yang sedang
dikerjakan oleh setiap siswa. Berdasarkan masukan guru, setiap siswa
memperbaiki tugasnya sampai hasil karyanya baik. Jika hal ini dilakukan
secara konsekuen maka guru akan memerlukan waktu yang sangat
banyak.
• Adanya unsur subjektivitas dalam penskoran
Pemberian skor dalam asesmen alternatif (asesmen kinerja atau
portofolio) dilakukan dengan menggunakan pedoman penskoran (rubric).
Cara penskorannya hampir sama dengan cara penskoran tes uraian. Pada
saat Anda menggunakan rubric untuk memberi skor pada hasil karya
siswa atau pada saat Anda memberi skor ketika siswa sedang melakukan
unjuk kerja maka Anda tidak akan dapat memberikan skor secara
objektif. Subjektivitas Anda sebagai pemberi skor pasti ikut mewarnai
hasil penskoran. Yang harus Anda upayakan adalah bagaimana Anda
dapat meminimalkan unsur subjektivitas tersebut.
• Ketetapan penskoran rendah
Rendahnya ketetapan penskoran ini disebabkan karena Anda tidak dapat
memberi Skor yang sama untuk hasil karya beberapa siswa yang
mempunyai kualitas sama.
• Tidak tepat untuk kelas besar
Pada asesmen, frekuensi penilaian secara individu jauh lebih besar
daripada penilaian secara kelompok. Pada saat pelaksana pembelajaran
dan saat asesmen guru harus mengamati dan memberikan umpan balik
satu persatu. Dengan demikian asesmen tidak cocok jika siswa yang ada
di kelas Anda jumlahnya banyak, misalnya lebih dari 20 anak. Penilaian
dengan menggunakan asesmen tepat untuk kelas kecil, paling banyak 15
siswa.

Anda mungkin juga menyukai