Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK 4

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD

Disusun Oleh :

1. SISKA DIYANTIKA BUNGA MAYANG (855728476)


2. RITA GESTARI
MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 1

KONSEP DASAR
ASSESMEN
ALTERNATIF
A. LATAR
BELAKANG
Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada
Tahun 1980-an, sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional
yang hanya menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Menyadari
kelemahan yang ada pada tes, beberapa ahli Pendidikan berupaya untuk
mengintegrasikan kegiatan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran
melalui proses penilaian yang dikenal dengan asesmen alternatif.
Grant P. Wiggins (1998) membedakan antara asesmen tradisional (tes)
dengan asesmen alternatif sebagai berikut :

Asesmen tradisional (tes) Asesmen alternatif


1. Penilaian dilakukan untuk menilai 1. Penilaian dilakukan untuk menilai
kemampuan siswa dalam kualitas produk dan unjuk kerja siswa.
memberikan jawaban yang benar 2. Tugas yang diberikan berhubungan
2. Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa.
dengan realitas kehidupan siswa 3. Ada integrasi antara pengetahuan
3. Tes terpisah dari pembelajaran yang dengan kinerja atau produk yang
dilakukan siswa dihasilkan
4. Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi 4. Sulit diskor dengan reliabilitas tinggi.
5. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor 5. Hasil asesmen alternatif diberikan
dengan bukti kinerja.
B. KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan
informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis
tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan asesmen, yaitu
traditional assessment, performance assessment, authentic
assessment, portfolio assessment, achievement assessment, dan
alternative assessment
Traditional assessment (Asesmen tradisional) mengacu pada tes
tertulis (paper and pencil test).

Asesmen tradisional hanya mengukur hasil belajar siswa dengan


menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes tertulis. Padahal Anda
telah mengetahui bahwa tes tertulis mempunyai kelemahan antara
lain hanya mampu mengukur aspek kognitif dan keterampilan
sederhana, sebagian kecil dari hasil belajar siswa, dan tes sering
kali menimbulkan kecemasan.
Performance assessment (asesmen kinerja) merupakan asesmen
yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan
kemampuannya baik pengetahuan atau keterampilan dalam bentuk
kinerja nyata yang ditunjukkan dalam bentuk penyelesaian suatu
tugas, bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang sudah
tersedia.

Asesmen kinerja menilai hasil belajar siswa dan proses belajarnya.


Authentic assessment merupakan asesmen yang menuntut siswa
mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
kehidupan nyata di luar sekolah.

Tujuan dari otentik asesmen adalah untuk mengumpulkan bukti-


bukti apakah siswa sudah dapat menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata dan dapat
memberikan kritik terhadap upaya yang telah ia lakukan.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa authentic assessment


didasarkan pada performance assessment yang menuntut siswa
mampu unjuk kerja.
Portfolio assessment (asesmen portofolio) merupakan
kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil, dan kemajuan belajar yang
dilakukan siswa dari waktu ke waktu.
Mungkin banyak definisi portofolio yang telah Anda kenal dan
agak berbeda dengan pengertian di atas tetapi pada dasarnya
portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang dapat
menunjukkan pencapaian dan perkembangan hasil belajar
siswa.
Achievement assessment merupakan pengertian umum
terhadap semua usaha untuk mengukur, mengetahui, dan
mendeskripsikan hasil belajar siswa, baik yang dilakukan
dengan tes tertulis, asesmen kinerja, portofolio, dan semua
usaha untuk memperoleh informasi hasil dan kemajuan
belajar siswa.
Alternative assessment (asesmen alternatif) merupakan
asesmen yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis. Pada
dasarnya asesmen alternatif merupakan alternatif dari
asesmen tradisional (paper and pencil test). Jadi performance
assessment, portfolio assessment, authentic assessment, dan
achievement assessment merupakan kelompok asesmen
alternatif.
C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Asesmen alternatif tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat
memberi informasi secara lengkap tentang proses pembelajaran.
Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam
pelaksanaan asesmen alternatif adalah :
 
1. Teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan
tidak terstruktur. Teori ini menjelaskan bahwa belajar akan
menghasilkan kemampuan secara spontan dalam melakukan
restrukturisasi pengetahuan yang telah dimiliki untuk merespons
kenyataan atau situasi yang dihadapi. Belajar tidak akan pernah
berakhir, oleh karena itu diperlukan penyesuaian- penyesuaian
dengan situasi yang selalu berubah
2. Teori belajar Bruner (1966)
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang
dilakukan siswa dengan cara mengkonstruksi sendiri gagasan baru
atau konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan
kemampuan yang telah dimiliki. Siswa memilih dan
mentransformasikan informasi yang diperolehnya, Menyusun
hipotesis, dan membuat keputusan-keputusan atas dasar struktur
kognitif yang dimiliki. Menurut Bruner pembelajaran harus
diarahkan pada belajar penemuan (discovery learning). Setelah
guru mengajarkan berbagai konsep, informasi, dan keterampilan
diharapkan anak dapat menerapkannya pada materi pembelajaran
yang lebih luas. Pembelajaran harus sesuai dengan minat anak.
Anak harus didorong untuk melakukan eksplorasi dan belajar
sendiri.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983)
Inti dari generative learning model adalah bahwa otak tidak
hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
menginterpretasikan
Berdasarkan generative learning model, dalam belajar siswa
harus aktif memaknai apa yang sedang dipelajarinya. Untuk
memahami apa yang sedang dipelajari, siswa harus dapat
membuat model atau menjelaskan tentang apa yang sedang
dipelajari kemudian mengorganisasikan informasi yang sudah
diseleksi berdasarkan pengalaman yang sesuai, logis, riil, atau
keduanya.
4. Experiential learning Theory dari C. Rogers (1969)
Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive learning
yang berhubungan dengan pengetahuan dan experiential learning
yang berhubungan dengan pengalaman. Teori ini menarik karena
melibatkan pribadi siswa, inisiatif siswa, penilaian diri siswa, dan
dampak langsung yang terjadi pada diri siswa dalam proses belajar.
Dalam teori ini siswalah yang aktif dalam belajar sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator. Menurut Keeton dan Tate (Suciati dkk,
2002) belajar melalui pengalaman mengacu pada learning in which
the learners is directly in touch with the reality being studied.
5. Multiple Intelligent Theory dari
Howard Gardner (1983)
Teori ini mulai diperkenalkan oleh Gardner pada Tahun 1983. Menurut
Gardner intelegensia didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang
yang digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan untuk
menunjukkan suatu produk yang dihargai oleh satu atau lebih budaya.
Menurut Gardner ada delapan kemampuan pada setiap individu yaitu: (1)
Linguistic, (2) Logical-mathematic, (3) Visual-spatial, (4) Bodily-kinesthetic,
(5) Musical, (6) Intrapersonal, (7) Interpersonal, dan (8) Naturalist
Teori Gardner memperlihatkan dengan jelas bahwa asesmen tidak boleh
hanya mengukur sebagian dari kemampuan yang dimiliki anak tetapi
harus mampu mengukur keseluruhan kemampuan yang ada pada anak.
D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF
Seperti halnya alat ukur yang lain, asesmen alternatif seperti performance
assessment, authentic assessment, dan portfolio assessment mempunyai
keunggulan dan kelemahan.
1. Tujuh Keunggulan asesmen alternatif antara lain:

a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-


keterampilan yang tidak dapat dinilai dengan asesmen
tradisional. Asesmen alternatif menuntut siswa untuk
menunjukkan kinerja yang nyata yang meliputi proses dan hasil.
Hal yang demikian tidak dapat dilakukan oleh tes tertulis.
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki,
langsung, dan lengkap. Dengan melakukan asesmen
Anda akan dapat menilai hasil belajar anak secara
lengkap, tidak hanya hasil belajar dalam ranah
kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.
Dengan demikian semua aspek yang telah dipelajari
anak dapat terukur dengan baik.
c. Meningkatkan motivasi siswa. Pada saat Anda telah
memutuskan akan menggunakan asesmen alternatif untuk
menilai kinerja siswa, Anda harus menyampaikan dan
mendiskusikan dengan siswa mengenai perencanaan yang
telah Anda buat. Dengan cara tersebut maka anak sudah
mengetahui apa yang harus dikerjakannya dan persyaratan
apa yang harus mereka penuhi kalau mereka menginginkan
nilai yang baik. Dengan cara demikian maka motivasi anak
akan tinggi.
d. Mendorong pembelajaran dalam siatuasi yang nyata.
Asesmen alternatif menekankan kepada apa yang dapat
ditunjukkan atau dikerjakan oleh siswa bukan apa yang
diketahui siswa. Unjuk kerja tersebut ditunjukkan dalam
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, misalnya unjuk
kerja siswa dalam mencangkok pohon mangga.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfevaluation.
Dengan menggunakan asesmen alternatif maka siswa akan
mampu melakukan evaluasi diri terhadap hasil karyanya.
Mereka akan mampu melakukan penilaian terhadap hasil
karyanya karena mereka sudah mengetahui kriteria
penilaian yang digunakan.
f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru yang baik selalu ingin mengetahui keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
dengan cara membandingkan perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat sebelumnya dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan
asesmen alternatif, guru akan dapat melihat keberhasilan
pembelajaran dari unjuk kerja yang dilakukan siswa. Dari portofolio
siswa, guru dapat melihat hasil belajar dan perkembangan belajar
siswa dari waktu ke waktu melalui kumpulan hasil karya siswa yang
disimpan dalam folder.
g. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar.
Penilaian dalam arti asesmen menghendaki hasil belajar
yang diperoleh siswa sesuai dengan kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan asesmen diharapkan anak
dapat menggunakan hasil belajar yang diperoleh di
sekolah untuk membantu memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Empat Kelemahan Asesmen alternatif:
1. Membutuhkan banyak waktu
Jika Anda melakukan asesmen maka pada tahap awal Anda harus
membuat perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut perlu
didiskusikan dengan siswa. Kesepakatan antara guru dan siswa
terhadap perencanaan pembelajaran dapat dianggap sebagai kontrak
pembelajaran yang harus dilaksanakan bersama oleh guru dan siswa.
Pada saat pembelajaran berjalan, siswa mengerjakan tugas-tugas
yang sudah ditetapkan dalam perencanaan. Pada saat yang sama
guru harus aktif memonitor dan memberi umpan balik terhadap
tugas-tugas yang sedang dikerjakan oleh setiap siswa. Berdasarkan
masukan guru, setiap siswa memperbaiki tugasnya sampai hasil
karyanya baik. Jika hal ini dilakukan secara konsekuen maka guru
akan memerlukan waktu yang sangat banyak.
2. Adanya unsur subjektivitas dalam penskoran
Pemberian skor dalam asesmen alternatif (asesmen kinerja
at portofolio) dilakukan dengan menggunakan pedoman
penskoran (rubric). Cara penskorannya hampir sama
dengan cara penskoran tes uraian. Pada saat Anda
menggunakan rubric untuk memberi skor pada hasil karya
siswa atau pada saat Anda memberi skor ketika siswa
sedang melakukan unjuk kerja maka Anda tidak akan dapat
memberikan skor secara objektif. Subjektivitas Anda
sebagai pemberi skor pasti ikut mewarnai hasil penskoran.
Yang harus Anda upayakan adalah bagaimana Anda dapat
meminimalkan unsur subjektivitas tersebut.
3. Ketetapan penskoran rendah
Rendahnya ketetapan penskoran ini disebabkan karena
Anda tidak dapat memberi skor yang sama untuk hasil
karya beberapa siswa yang mempunyai kualitas sama.

4. Tidak tepat untuk kelas besar


Pada asesmen, frekuensi penilaian secara individu jauh
lebih besar daripada penilaian secara kelompok. Pada saat
pelaksana pembelajaran dan saat asesmen guru harus
mengamati dan memberikan umpan balik satu persatu.
Dengan demikian asesmen tidak cocok jika siswa yang ada
di kelas Anda jumlahnya banyak, misalnya lebih dari 20
anak. Penilaian dengan menggunakan asesmen tepat untuk
kelas kecil, paling banyak 15 siswa.
Referensi :
Buku Materi Pokok PDGK4301 Evaluasi
Pembelajaran di SD oleh Adi Suryanto, dkk Edisi 1

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai