Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran atau Proses Belajar Mengajar merupakan suatu proses


interelasi dan interaksi peserta didik dan guru dengan berbagai komponen
(tujuan, isi/materi, metode, media, dan penilaian/evaluasi) untuk mencapai
tujuan. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan sehingga membentuk suatu sistem pembelajaran. Komponen
terakhir dalam sistem pembelajaran adalah penilaian atau asesmen. Proses
penilaian (asesmen) pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai siswa setelah
berlangsungnya pembelajaran. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi
tentang cara dan kemajuan belajar siswa
Pada penggunaan asesmen alternatif hanya menggunakan tes tertulis
(paper and pencil test) Test tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar dalam ranah kognitif dan ketrampilan sederhan namun tidak
dapat mengukur hasil belajar yang kompleks. Namun dalam kenyataannya
tes ini dilakukan tanpa memperhatikan proses pembelajaran. Yang membuat
tes ini tidak hanya guru asli tetapi dapat dilakukan oleh guru lain asalkan
guru tersebut mengethui kompetensi dasar yang akan dicapai dan menguasai
materi. Didalam tes ini berorientasi pada pencapaia hasil belajar siswa
bukan pada proses belajar. Kelemahan yang timbul dalam proses tes ini
dalam pembelajaran yang dikenal dengan asesmen alternatif.

B. Rumusan masalah
1. Apa konsep dasar alternatif?
2. Bagaimana bentuk asesmen kinerja?
3. Bagaimana asesmen portofolio?
4. Bagaimana penilaian ranah afektif?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar alternatif.
2. Untuk mengetahui bentuk asesmen kinerja.
3. Untuk mengetahui asesmen portofolio.
4. Untuk mengetahui penilaian ranah afektif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar asesmen alternatif

Penilaian asesmen merupakan kegiatan yang dirancang untuk


mengukur keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan. Ada beberapa
istilah dalam asasmen yaitu traditional assesment, performance assesment,
authentic assesment, potofolio assesment, achievement assesment dan
alternatif assesment.

1. Traditional assesment mengacu pada tes tertulis. Asesmen


tradisional hanya mengukur belajar siswa dengan menggunakan
satu jenis alat ukur yakni tes tertulis.
2. Performance assesment yaitu asesmen yang menghendaki siswa
untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik pengetahuan atau
keterampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukkan dalam
bentuk penyelesaian suatu tugas. Asesmen kinerja akan menilai
hasil kerja siswa dan proses belajarnya..
3. Authentic Assesment yaitu penerepan siswa diluar sekolah
berdasarkan kemampuannya. Tujuan dari otentik asesmen adalah
untuk mengumpulkan bukti-buktiapakah siswa sudah dapat
menggunakan pengetauan dan keterampilannya secara efektif
dalam kehidupan nyatadan dapat memberikan kritik terhadap upaya
yang telah ia lakukan.
4. Portofolio assesment merupakan kumpulan hasil karya siswa yang
disusun secara sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil,
dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu kewaktu.
5. Achivement assesment tes yaitu tulis untuk mengukur tingkat
kemampuan siswa.
6. Alternatif assesment tes yang tidak hanya dengan tes tulis namun
merupakan alternatif dari asesmen traditional.

B. Landasan Psikologis

Asesmen alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja


namun menilai proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu
dari beberapa teori diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990)


Teori ini menyatakan bahwa hakikat belajar adalah kompleks
dan tidak terstruktur. Belajar akan menghasilkan kemampuan secara

2
spontan dalam melakukan reskontruksi pengetahuan yang telah
dimilikui untuk merespon kenyataan atau situasi yang dihadapi.
2. Teori Belajar Bruner (1996)
Mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang
dilakukan siswa dengan cara mengkontruksi sendiri gagasan baru
,pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dalam teori ini
diharapkan siswa dapat menerapkan kempuannya kedalam hal yang
lebih luas.
3. Generative Learning Model dari Obsorne dan Ittrock (1983)
Menjelaskan bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi
tetapi aktif membentuk dan menginterpretasikan sesuatu. Lebih ke
fungsi otak beserta fungsinya. Sehingga dalam teori ini, dalam
belajar siswa harus aktif memaknai apa yang sedang ia pelajarinya.
4. Experiental learning theory dari C.Rogers (1969)
Teori yang membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive
learning (pengetahuan) dan experiental learning (pengalaman).
Dalam teori ini guru hanya sebagai fasilitator, sehingga siswa terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
Suatu kemampuan seseorang yang digunakan untuk
memecahkan masalah atau kemampuan untuk menunjukkan suatu
produk yang dihargai oleh suatu budaya. Dalam teori ini dijelaskan
bahwa asesmen tidak boleh hanya mengukur sebagian dari
kemampuan yang dimiliki anak, tetapi harus mamou mengukur
keseluruhan kemampuan yang ada pada anak.

C. Keunggulan Dan Kelemahan Asesmen Alternatif


1. Keunggulan asesmen alternatif :
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks.
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih kongkrit, langsung dan
lengkap.
c. Meningkatkan motivasi siswa.
d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfvaluation sehingga
siswa mampu mengevaluasi diri sendiri terhadap hasil karyanya
sendiri.
f. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar sehingga
membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang
dilakukan.

3
g. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupan
sehari hari

2. Kelemahan asesmen alternatif :


a. Membutuhkan banyak waktu
b. Adanya unsur subyektif dalam penilaian
c. Ketetapan penskoran rendah
d. Tidak tepat untuk kelas besar

D. Bentuk asesmen kinerja


Struktur Asesmen kinerja Terdiri dari tugas (Task) dan kinerja
penilaian (Rubric). Task merupakan jenis asesmen yang meminta anak
untuk melakukan seseuatu atau menunjukkan kinerjanya sesuai dengan
tugas yang diberikan guru. Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari
berbagai jenis tugas atau tagihan antara lain computer adaptive testing, tes
uraian, tugas individu, tugas kelompok, proyek, interview, dan
pengamatan.
Tugas yang diberikan kepada siswa harus jelas sehingga siswa
mengetahui dengan tepat apa yang harus dikerjakan. Berikut langkah-
langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah :
1. Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang akan
dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas tersebut.
2. Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan
kemampuan siswa dalam berpikir dan ketrampilan. Setiap tugas
hendaknya memiliki kedalaman dan keluasaan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.
3. Menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah tugas disusun dengan
baik maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria
keberhasilan yang akan digunakan sebagai patokan untuk menilai
kinerja siswa.Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya secara
rinci sehingga dapat menilai setiap kinerja yang diharapkan.
Kriteria tersebut diperlukan agar guru dapat memberikan
penilaian yang obyektif.Sebelum tugas dan rubrik digunakan ,
kita perlu menilai kualitas rubrik dan tugas yang telah kita buat.

Berdasarkan jenisnya rubrik dibedakan menjadi dua yaitu, holistic


rubric dan analytic rubric. Hoslistic rubric merupakan rubrik yang dimensi
atau aspek yang akan dinilai serta deskripsinya dibuat secara umum.
Karena sifatnya seperti itu,holistic rubric dapat digunakan untuk menilai
berbagai jenis kinerja. Sedangkan analitic rubric merupakan rubric yang

4
dimensi atau aspek kinerjanya serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih
rinci. Karena sifatnya yang seperti itu, analythic rubric hanya dapat
digunakan untuk menilai kinerja tertentu.

E. Pengertian Dan Tujuan Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara


sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar
yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Dari pengertian tersebut jelas
bahwa portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa yang
disimpan dalam suatu folder. Kumpulan karya siswa dalam folder tersebut
baru dapat dikatakan sebagai portofolio jika kumpulan hasil karya tersebut
dapat menggambarkan perkembangan hasil belajar siswa dari waktu
kewaktu. Secara karakteristik portofolio adalah:

1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja


sama antara murid dan guru.
2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya
siswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang
dilakukan berdasarkan kriteria tertentu untuk dimasukkan
kedalam kumpulan hasil karya siswa.
3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu kewaktu.
4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru
ataupun siswa dan diterapkan secara konsisten.

Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah sebagai


berikut:

1. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.


 Menunjukkan perkembangan atau perubahan kinerja siswa
 Membantu mengembangkan proses keterampilan seperti self
evaluation (evaluasi diri) dan perumusan tujuan.
 Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa.
 Membantu perkembangan kinerja siswa dalam proses atau
produk.
2. Menunjukkan kemampuan siswa
 Menunjukkan kinerja siswa pada akhir semester dan akhir
tahun
 Menyiapkan hasil kerja terbaik untuk ditunjukkan kepada
orang lain
 Menunjukkan pekerjaan yang paling baik

5
 Mengkomunikasikan bakat, keterampilan, dan kemampuan
siswa kepada guru yang akan mengajar taun berikutnya.
3. Menilai keseluruhan hasil belajar siswa
 Menyiapakan karya siswa untuk memperoleh nilai akhir
 Menyimpan perkembangan karya siswa untuk mencapai
kriteria yang telah ditetapkan.
 Menempatkan siswa pada tempat yang tepat.

Terdapat beberapa komponen penting yang harus diperhatikan


ketika menggunakan portofolio sebagai asesmen sebagai berikut:

a. Portofolio hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas,


spesifik dan berorientasi pada research based criteria.
b. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat
digunakan berbagai informasi yang mengenal dengan baik
kemampuan dan keterampilan siswa.
c. Untuk mendesain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara
yang digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti baik tersetak
maupun tidak tercetak yang berkontribusi terhadap portofolio.
d. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi seperti
karangan, hasil lukisan dan lain sebagainya.
e. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu kewaktu.
f. Setiap mata pelajaran mungkin memiliki bentuk portofolio yang
berbeda-beda.
g. Portofolio harus dapat diakses seccara langsung oleh orang-
orang yang berkepentingan terhadap portofolio tersebut.

F. Perencanaan Portofolio

Menurut Shaklee (1997) delapa pedoman yang harus diperhatikan


saat merencanakan portofolio adalah:

1. Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar


asesmen portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan
hasil belajar yang dapat diamati. Kriteria atau standar tersebut
harus sesuai dengan umur, kelas dan materi yang akan dinilai
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan
materi dalam kurikulum.
4. Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung
(stakeholder) dengan portofolio siswa. Stakeholders yang

6
terpenting dalam portofolio siswa adalah guru, siswa, teman
sekelas dan orang tua siswa.
5. Menentukan jenis – jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan
keputusan berdasar bukti yang dikumpulkan
7. Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil
portofolio, pelaporan informasi dan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti – bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi
agar kita dapat membandingkan.

G. Pelaksanaan Portofilo

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan


siswa maka tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut,
tugas guru adalah:

1. Mendorong dan memotivasi siswa.

Memberi dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa


untuk menghasilkan karya terbaik. Tugas portofolio merupakan
tugas yang diberikan sesuai dengan kondisi yang nyata pada
kehidupan siswa.

2. Memonitor pelaksanaan tugas.

Guru perlu melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna


mendiskusikan permasalahan yang dihadapi siswa. Berilah
komentar terhadap karya siswa. Mintalah juga siswa untuk
memberi komentar terhadap hasil karyanya sendiri. Komentar yang
diberikan oleh siswa sendiri terhadap hasil karyanya diharapkan
dapat digunakan utuk memperbaiki kelemahan dan hambatan yang
dialami siswa. Hasil monitoring yang dilakukan oleh guru akan
dapat dijadikan sebagai bahan bagi pembelajaran berikutnya. Agar
guru memperoleh gambaran yang utuh mengenai kemampuan
siswa, guru perlu juga mengadakan pertemuan dengan orang tua
siswa. Guru dapat meminta siswa masukkan dari orang tua siswa
tentang aktivitas siswa di rumah. Orang tua daoat memberikan
masukkan tersebut secara lisan atau tertulis.

3. Memberikan umpan balik.

7
Umpan balik dapat berupa komentar terhadap karya sswa
yang bersifat kritis dengan tujuan untuk memperbaiaki atau
meningkatkan kemampuan siswa.

4. Memamerkan hasil portofolio siswa

Pamerkanlah hasil karya siswa yang mengundang


stakeholders yang berhubungan langsung dengan fortofolio.

H. Pengumpulan Bukti Portofolio

Beberapa guru memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk


setiap siswa. Satu portofolio disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil
belajar siswa dan satu lagi digunakan sebagai portofolio yang terus
dikembangakan oleh siswa. Setiap satu minggu sekali atau dua minggu
sekali, guru dan siswa mereview karya siswa kemudian memperbaikinya.
Setelah itu guru dan siswa menyeleksi atau memilih hasil perbaikan
pekkerjaan untk dikumpulkan dan disimpan ke dalam folder sebagai bukti
perkembangan karya siswa.

I. Tahap peilaian

1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati


bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran.
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten.
Bila ada perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam
menerjemahkan kriteria tersebut maka masalah tersebut harus
dibicarakan bersama – sama antara guru dengan murid pada waktu
pertemuan berkala yang telah dirancang.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan
pembelajaran berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan.

J. Penilaian Ranah Afektif

1. Konsep dasar
Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa
yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif
dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa
yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan
merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka

8
akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para
guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan
guru untuk meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif
terhadap mata pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran
masih di dominasi pada pengembangan ranah kognitif. Menurut
Krathwohl (dalam Groundlund and Linn, 1990), ranah fektif terdiri
atas 5 level yaitu:
a. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan
suatu gejala atau stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku
atau musik.
b. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon
gejala yang dipelajari. Hasil pembelajaran pada level ini
menekankan pada perolahan respon, leinginan memberi respon,
atau kepuasan dalam memberi respon.
c. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai,
keyakinan atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi
dan komitmen.
d. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi
nilai yang satu dengan yang lain dan konflik antar nilai internal
dan konsisten.
e. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif.
Pada level ini siswa sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem
nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu
tertentu hingga menjadi pola hidupnya.
Adapun karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah
sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
1) Sikap

Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah


mampu mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap
positif.

2) Minat

Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir


melaluipegalaman yang mendorong sesorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.

3) Konsep diri

9
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa,
sekolah diharapkan mampu menyediakan lingkungan belajar
yang kondusif serta memotivasi siswa dengan tepat.

4) Nilai

Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan


menguatkan nilai yang bermakna bagi siswa agar siswa
mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan
hal yang positif bagi masyarakat.

2. Beberapa Cara Penilaian Ranah Afektif

Menurut Ericson, penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara:

a. Pengamatan langasung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat


sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar
atau kejadian.
b. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka
atau tertutup.
c. Angket atau kuisioner merupakan suatu perangkat pertanyaan atau
isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan
petanyaan atau pilihan bentuk angka
d. Teknik proyektil merupakan tugas atau pekerjaan yang belum
pernah dikenal siswa. Para siswa
e. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentag sikap dan
tingkah laku sesorang dimana yang diamati tidak tahu bahwa ia
sedang diamati.

3. Langkah – Langkah Pengembangan Instrumen Afektif

Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada


umumnya, pengembangan alat ukur afektif dimulai dengan:

a. Merumuskan tujuan pengukuran afektif

Pengembangan alat ukur afektif bertujuan untuk mengungkap nilai


dan keyakinan siswa. Hasil pengukuran nilai berupa nilai dan
keyakinan siswa yang positif dan negatif. Sekolah berkewajiban
mengembangkan nilai dan keyakinan siswa yang positif dan
menghilangkan nilai dan keyakinan yang negatif.

b. Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur

10
Pencarian definisi konseptual dapat anda lakukan dengan mencari
buku teks yang relevan.

c. Menentukan definisi operasioan dari setiap afektif yang akan


diukur

Penentuan definisi oprasional dimaksudkan untukl menentukan


cara pengukuran definisi konseptual.

d. Menjabarkan definisi operasioan variabel sesuai dengan jumlah


indikator

Ketepatan pengukuran ranah afektif sangat ditentukan oleh


kemamouan penyusun instrumen (guru atau peneliti) dalam
membuat atau merumuskan indikator

e. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pertanyaan dalam


instrumen

Penulisan instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan skla


pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan
adalah skala pengukuran Liekert. Skala liekert merupakan salah
satu jenis skala pengukuran rafnah afektif yang terdiri dari sejimlah
pertanyaan yang diikutu dengan penilaian responden terhadap
setiap pertanyaan dengan menggnakan lima skala mulai dari yang
paling sesuai sampai dengan yang paling tidak sesuai.

f. Mengukir kembali setiap butir pertanyaan

Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya


dilakukan oleh orang yang telah memiliki banyak pengalaman
dalam mengembangkan alat ukur afektif minimal 2 orang.
Berdassarkan masukan dari kedua ahli tersebut kita sempurnakan
instrumen tersebut. Jika langkah ini selesai dilakukan maka kita
siap untk melakukan uji coba lapangan

g. Melakukan uji coba

Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat


ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti
yang kita inginkan.

h. Menyempurnakan Instrumen

11
Pada saat ini sudah banyak program analisis data yang beredar di
pasaran yang dapat kita manfaatkan untuk mengolah data.
Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir
0 butur pertanyaan yang dianggap lemah.

i. Mengadministrasikan Instrumen

Artinya adalah pengambilan data di lapangan. Untuk mengambil


data di lapangan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

1) Kesiapan perangkat instrumen.


2) Tenaga lapangan.
3) Kesiapan responden.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa
merupakan jawaban atas adanya kelemahan pada asesmen tradisional yang
hanya menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis tidak
mampu mengukur hasil belajar siswa yang kompleks, bahwa umumnya tes
tertulis hanya mampu mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif
dan keterampilan sederhana. Dengan menggunakan asesmen alternatif,
akan mampu mengukur keseluruhan hasil belajar siswa, tidak hanya ranah
kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Asesmen alternatif juga
mampu mengukir proses pembelajaran.Seperti halnya alat ukur yang lain,
asesmen alternatif seperti performanceasesmen, authentic asesmen dan
portfolio asesmen mempunyai keunggulan dan kelemahan. Yang harus
diperhatikan adalah bagaimana dapat menekan kelemahan tettersebur
seminimal mungkin. Sedangkan Kemampuan efektif meruapakan bagian
dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran
pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif
siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut
sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Walaupun para guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang
dilakukan guru untuk meningkatakan minat dan mengembangkan sikap
positif terhadap mata pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini
pembelajaran masih di dominasi pada pengembangan ranah kognitif.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, pasti sangat banyak kekurangan dalam
penjabaran materi dan jauh dari kata sempurna.oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat
menghasilkan pembuatan makalah yang lebih baik dimasa mendatang.

13

Anda mungkin juga menyukai