MODUL 3
Pengembangan Asesmen Alternatif
Disusun oleh:
alternatif :
1. Teori Fleksibilitaskognitif Dari R. Spiro (1990)
Belajar akan menghasilkan kemampuan secara spontan dalam melakukan
restrukturasi pengetahuan yang telah dimiliki untuk merespon kenyataan atau sitasi
yang dihadapi.
2. Teori Belajar Bruner (1996)
Proses aktif yang dilakukan siswa dengan cara mengkontruksi sendiri gagasan
baru dari konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah
dimiliki.
3. Generative Learning Model Dari Osborne Dan Wittrock (1983)
Bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
mengiterpretasikan informasi serta menarik kesimpulandari informasi-informasi
tersebut
4. Experiential Learning Theory Dari C. Rogers (1969)
Yaitu cognitive learning yang berhubungan dengan pengetahuan dan experientail
learning yang berhubungan dengan pengalaman
5. Multiple Intelligent Theory Dari Howard Gardner (1983)
Intelegensia diindentifikasikan sebagai suatu kemempuan seseorang yang
digunakan untuk memecahkan masalah atau kemempuan untuk menunjukan suatu
produk yang dihargai oleh satu atau lebih budaya
D. Keunggulan Dan Kelemahan Asesmen Alternatif
1. Keungguglan asesmen alternatif
a.Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang
ridak dapat dinilai dengan asesmen tradisional
b.Menyakikan penilaian yang lebih hakiki
c.Meningkatkan mostivasi siswa
d.Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata
e.Memberi kesempatan siswauntuk sefeva luation.
f. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar
2. Kelemahan asesmen alternatif
a. Membutuhkan banyak waktu
b. Adanya unsur subjektivitas dan penskoran
c. Ketetapan pengskoran rendah
d. Tidak tepat untuk kelas besar
KEGIATAN BELAJAR 2
Saklee et.al. (1997) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat
merencanakan portofolio:
1. Menentukan kriteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan-rumusan hasil belajar.
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum
untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti
portofolio dan melengkapi penilaian.
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio.
5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6. Menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar
bukti yang dikumpulkan.
7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan
informasi dan keputusan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar guru dapat
membandingkan.
C. Pelaksanaan Portofolio
Tugas guru dalam melasanakan asesmen portofolio adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa
Guru memberikan dorongan, semangat, motivasi kepada siswa untuk menghasilkan
karya terbaik.
2. Memonitoring pelaksanaan tugas
Guru harus memonitoring perkembangan penyelesaian tugas. Guru perlu melakukan
pertemuan rutin dengan siswa guna mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi siswa.
3. Memberikan umpan balik
Guru memberikan umpan balik kepada siswa yang dapat berupa komentar terhadap
karya siswa yang bersifat kritis dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kemampuan siswa.
4. Memeriksa hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa dengan mengundang stakeholders yang berhubungan
langsung dengan portofolio siswa seperti guru, murid, teman sekelas, serta orang tua
siswa.
D. Pengumpulan Bukti Portofolio
Kumpulan karya siswa dapat dikatakan sebagai portofolio jika kumpulan karya tersebut
merupakan representasi dari kumpulan karya terpilih yang menunjukkan pencapaian dan
perkembangan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
E. Penilaian Portofolio
1. Tahapan penilaian portofolio meliputi:
Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama
antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran.
Sejak dimulai asesmen portofolio, penilaian sudah mulai dilaksanakan.
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten.
Apabila ada perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan
kriteria tersebut maka masalah tersebut harus dibicarakan bersama-sama antara guru
dengan murid.
3. Hasil penilaian selanjutkan digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan.
Penilaian pada setiap pertemuan merupakan rangkaian penilaian yang saling berhubungan.
KEGIATAN BELAJAR 4
Penilaian Ranah Afektif
A. Konsep Dasar
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang
sangat penting. Menurut Krathwohl (dalam Gronlund and Linn, 1990), ranah
afektif terdiri lima level, yaitu:
1. Receiving, merupakan kegiatan siswabumtuk memperhatikan gejala
ataustimulus, misalnya, aktivitas dalam kelas, buku atau music.
2. Responding, merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang
dipelajari.
3. Valuing merupakan kemampuan siwa untuk memberikan nilai, keyakinan
atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang
satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan
siswa mulai membangun system nilai internal yang konsisten.
5. Characterization, siswa memiliki system nilai yang mampu mengendalikan
perilaku sampai pada waktu tertentu sehingga menjadi pola kehidupannya.
B. Beberapa cara penilaian ranah afektif
Menurut Ericson (dalam Nasution dan Suryanto, 2022) penilaian
afektif dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan langsung, dengan mencatat dan memperhatikan
tingkah laku siswa, kemudian dicari atribut yang mendasari
tingkah laku tersebut.
2. Wawancara, yaitu memberikan pertanyaan yang digunakan untuk
pancingan.
3. Angket atau kuisioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan
atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban.
4. Teknik proyeksi, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang
belum pernah dikenal siswa kemudian didiskusikan.
C. Langkah – Langkah Pengembangan Instrumen Afektif
1. Merumuskan tujuan afektif, bertujuan untuk mengetahui sikap siswa
terhadap suatu objek, dimana hasil pengukuran sikap sangat bermanfaat
untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa.
2. Mencari definisi konseptual dan afektif yang akan diukur dengan mencari
pada buku – buku teks yang relevan.
3. Mengukur definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur untuk
menentukan cara pengukuran definisi konseptual.
4. Menjabarkan definisi operasional menjadi sebuah indikator. Indikator
merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional.
5. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pernyataan – pernyataan
dalam instrument, dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran, skala
pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala Liekert.
Kaidah - kaidah dalam merumuskan pernyataan – pernyataan
sebagai instrument afektif menurut Edward dikutip oleh Nasoetion
dan Suryanto (2002) sebagai berikut:
a. Hindari pernyataan yang mengarah pada peristiwa yang lalu.
b. Hindari pernyataan yang factual.
c. Hindari pernyataan yang dapat dihindari ganda.
d. Hindari pernyataan yang tidak berkaitan dengan afektif yang
akan diukur.
e. Hindari pernyataan yang menyangkut keperluan semua orang
atau yang tidak terkait dengan siapapun.
f. Upayakan kalimat pernyataan tersebut, pendek, jelas, sederhana
dan langsung pada permasalahan.
g. Setiap pernyataan hanya mengandung satu pokok pikiran saja.
h. Hindari penggunaan kata asing atau local.
i. Hindari pernyataan negative seperti tidak, kecuali, tanpa dan
sejenisnya.
6. Meneliti Kembali setiap butir pernyataan, sebaiknya dilakukan oleh orang
yang memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan alat ukut afektif
minimal dua orang.
7. Melakukan uji coba, tujuannya adalah untuk megetahui apakah perangkat ukur
tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
8. Menyempurnakan instrument, berdasarkan data uji coba kita akan dapat
memperbaiki butir – butir pernyataan yang dianggap lemah.
9. Mengadministrasi instrument, dengan mengambil data dilingkungan. Dalam
hal ini perlu diperhatikan beberapa hal:
a. Kesiapan perangkat instrument, paling tidak terdiri dari petunjuk cara menjawab dan
contoh pengisian instrument.
b. Tenaga lapangan, disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan .
oleh peneliti.
c. Kesiapan responden, kita perlu menghubungi instansi atau unit yang terkait
dilapangan agar saat pengambilan data dilakukan semua responden sudah siap.