Anda di halaman 1dari 21

Evaluasi Pembelajaran di SD

Modul 3 Pengembangan Asesmen


Alternatif
Kelompok 3
 Dhea Hanifa Widyana (857505205)
 Iis Melawati (857500815)
 Ise Khoerunisa (857504916)
 Weni Indriyanti (857497502)
 Windha Wulansari (857508225)
KB 1 Konsep Dasar Asesmen Alternatif

A. Latar Belakang
Kompetensi Dasar

Indikator

Proses Belajar Mengjar

Test
Perbedaan asesmen tradisionl (tes) dengan asesmen
alternative

Asesmen tradisiona Asesmen alternative


 Penilaian dilakukan untuk memulai kemampuan  Penilain dilakukan untuk menilai kualitas
siswa dalam memberikan jawaban yang benar. produk dan unjuk kerja siswa.
 Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan  Tugas yang diberikan berhubungan dengan
realitas kehidupan siswa. realitas kehidupan isswa.
 Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan  Ada integrase antara pengetahuan dengan
siswa. kinerja atau produk yang dihasilkan.
 Dapat diskor dengan reabilitis tinggi.  Sulit diskor dengan reliabilitas tinggi.
 Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.  Hasil asesmen alternative diberikan dengan
bukti kinerja.
B. Konsep Dasar Asesmen Alternatif

 Istilah yang berkaitan dengan asesmen yaitu:


Traditional asessment: Tes tertulis;

- Performance asessment: Tes kinerja (demonstrasi);

- Authentic asessment: Tes yang menerapkan pengetahuan dan keterampilan (aplikasi);

- Portfolio asesment:Kumpulan hasil karya siswa;

- Achievement asesment:Tes yang mengukur atas apa yang telah dicapai oleh siswa -> dirangkum dari
berbagai tes yang telah dikerjakan.

- Alternatif asessment:Tes berbentuk alternatif/pilihan lain, selain tradisional tes, yang memberi informasi
secara lengkap tentang proses pembelajaran.
C. Landasan Psikologis

Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan beberapa teori psikologis khususnya


aliran psikologi kognitif seperti:
 Teori belajar Bruner,
 Teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro,
 Generative model learning dari Osborne & Wittrock,
 Experiental learning dari Rogers,
 Dan Multiple intelegence dari Gardner.
D. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Alternatif

Keunggulan Kelemahan
1. Dapat menilai hasil belajar kompleks. 1. Membutuhkan banyak waktu.
2. Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki,
2. Adanya unsur subjektivitas dalam
langsung dan lengkap.
penskoran.
3. Meningkatkan motivasi siswa.
3. Ketetapan penskoran rendah.
4. Mendorong pembelajaran dalam situasi nyata.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk 4. Tidak tepat untuk kelas besar.
mengevaluasi diri.
6. Membantu guru menilai keefektifan
pembelajaran.
7. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar
KB 2 Bentuk Asesmen Kinerja
Bentuk utama dari asesmen kinerja terdiri dari dua yaitu tugas (Task) dan criteria penskoran
(rubric).
A. Tugas (Task)
Jenis-jenis tagihan tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja yaitu :
1. Computer adaptive testing
2. Tes pilhan ganda yang diperluas
3. Tes uraian terbuka (open ended question)
4. Tugas Individu
5. Tugas kelompok
6. Proyek
7. Interview
8. Pengamatan
Langkah langkah yang harus diperhatikan guru dalam
menyusun tugas adalah :

a. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa


setelah mengerjakan tugas.
b. Merancang tugas yang memungkinkan siswa menunjukan kempauan berpikir
dan keterampilan.
c. Menetapkan criteria keberhasilan.
B. Kriteria Penilaian (Rubric)
Kriteria penskoran pada tes adalah jawaban yang benar harus ada pada jawaban siswa. Asesmen
kinerja tidak menggunakan criteria penskoran yang berisi konsep ata kata kunci yang merupakan
jawaban benar atas pertanyaan.

 Menurut Donna Szpyrka dan Eliyn B Smith yang dikutip oleh Zainul. A (2001) terdapat
beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan :
1. Menentukan konsep
2. Merumuskan atau mengidentifikasikan dan menentukan urutan konsep yang
akan dinilai.
3. Menentukan tugas yang akan dinilai
4. Menentukan skala yang akan digunakan
5. Mendeskripsikan kinerja yang diharapkan
6. Melakukan uji coba
7. Melakukan revisi berdasar hasil uji coba.
Menurut Chicago Public School (CPS) menjelaskan langkah-langkah dalam
pengembangan rubric yaitu :
1. Guru bersama teman sejawat menentukan dimensi kerja yang dinilai
2. Mengidentifikasi adanya dimensi kerja yang belum tercantum
3. Merevisi dimensi-dimensi kerja menjadi tepat
4. Membuat definisi setiap dimensi kerja
5. Menentukan skala dan dimensi yang dinilai
6. Melakukan penilaian terhadap rubric
7. Melakukan uji coba untuk mengetahui rubric
8. Melakukan sosialisasi dengan melibatkan pihak terkait.

 Kegunaan rubric dapat dibedakan menjadi dua yaitu :


a) Holistic Rubric
Holistic rubric adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya dibuat secara umum.
b) Analitic Rubric
Analytic Rubric adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya dibuat lebih rinci setiap
aspek kinerjanya.
KB 3 Asesmen Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke
waktu.
 Secara lebih rinci karakteristik portofolio adalah :

1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara murid dengan
guru.
2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang
terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar criteria tertentu untuk
dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya siswa.
3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu.
4. Kritertia penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru ataupun bagi siswa dan
ditetapkan secara konsisten.
 Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah :

1. Portofolio yang bertujuan untuk menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.


2. Menunjukkan kemampuan siswa secara langsung
3. Menilai secara keseluruhan pencapaian belajar siswa.
Portofolio tidak dimaksudkan untuk membandingkan hasil kerja siswa tetapi portofolio dimaksudkan untuk
member gambaran terhadap hasil kerja keras yang telah dilakukan siswa untuk mencapai standar penilaian yang telah
disepakati bersama antara siswa dengan guru.

Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan portofolio sebagai asesmen :

1. Portofolio hendaknya memiliki criteria penilaian yna gjelas, spesifik dan berorientasi pada research based criteria.
2. Untukmenilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai

sumber informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa.
3. Untuk mendesain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan
untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dikontribusi terhadap portofolio.
4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi.
5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda.
7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung.
B. Perencanaan Portofolio
Shakle et.al (1977) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada
saat merencanakan portofolio :

1. Menentukan criteria dan atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen portofolio.
2. Menerjemahkan standar atau kriteria tersebut ke dalam rumusan-rumusan
hasil belajar yang dapat diamati.
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam
kurikulum untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan.
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan
portofolio siswa.
5. Menentikan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar
bukti yang dikumpulkan.
7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasi portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasarkan umur, kelas atau isi agar kita
dapat membandingkan.
C. Pelaksanaan Portofolio

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru
adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tugas
guru adalah :
1. Mendorong dan memotivasi siswa,
2. Memonitor pelaksanaan tugas,
3. Memberikan umpan balik,
4. Memamerkan hasil portofoio siswa.
D. Pengumpulan Bukti Portofolio

 Kumpulan karya siswa dapat dikatakan sebagai


portofolio jika kumpuan karya tersebut merupakan
representasi dari kumpulan karya terpilih yang
menunjukkan pencapaian dan perkembangan
belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
E. Tahap Penilaian

1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian,


2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten,
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus
menerus atau berkesinambungan
KB 4 Penilaian Ranah Afektif

Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh
kondisi afektif siswa. Sisiwa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran
akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga mereka akan dapat
mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran
masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif.
 Menurut Krathwohl (dalam Bronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri atas

lima level yaitu : (1) receiving; (2) responding; (3) valuing; (4) organization; (5)
characterization. Level yang paling rendah adalah receiving dan paling tinggi adalah
characterization.
 Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai
1. Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen seerti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan
sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara postif atau negatif terhadap suatu
objek, situasi, konsep atau orang.
2. Minat
Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004) minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas,
pemahaman dan keterapilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian.
3. Konsep Diri
Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan diri sendiri (Smith dalam Mardapi, 2004)
4. Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang pembuatan tindakan atau perilaku yang
dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi, 2004)
B. Beberapa Cara Penilaian Ranah Afektif

 Menurut Emeson (dalam Nasution dan Suryanto, 2002), penilaian afektif dapat dilakukan
dengan cara :
1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku
siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian.
2. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
Pernyataan tersebut digunakan sebagai pancingan.
3. Angket atau kuisioner,, meruakan suatu perangkat pertanyaan atu isia,
4. Teknik Proyektil, merupakan tugs atau pekerjaan atau objek yang belum
pernah dikenal siswa.
5. Pengukuran terselubung.
C. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Afektif

 Sama sepeteri dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya, pengembangan alat
ukur efektif dimulai dengan:
1. Merumuskan tujuan pengukuran afektif
2. Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur 
3. Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur
4. Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indikator Indikator
5. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pernyataan-pernyataan dalam instrument
6. Meneliti kembali setiap butir pernyataan
7. Melakukan uji coba
8. Menyempurnakan instrument
9. Mengadministrasikan instrument

Anda mungkin juga menyukai