Anda di halaman 1dari 10

INSTRUMEN NON TES

Mata Kuliah : Assesment Pembelajaran SD


Kode Mata Kuliah : KPD 619311
SKS : 3 SKS
Semester :6D
Dosen Pengampu : 1. Dr. Herpratiwi, M.Pd.
2. Dr. Handoko, S.T., M.Pd.

Oleh:
Dinda Aphrodita

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
A. Hakikat Asesmen Alternatif
Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes,
sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir
(end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam
proses pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai
pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus
mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa
cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik secara permanen,
menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi peserta didik
dari golongan minoritas.

1. Perlunya Asesmen Alternatif


Kita mengenal ada berbagai jenis asesmen seperti asesmen alternatif,
asesmen tradisional, asesmen kinerja, maupun asesmen yang lainnya.
Asesmen ini mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan satu
dengan lainnya. Menurut Karim (2004), ada beberapa karakteristik
asesmen alternatif yaitu: (1) Meminta siswa untuk melakukan (perform),
menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu, (2) Menuntut
siswa untuk berfikir tingkat tinggi, (3) Menuntut keterampilan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi atau diberikan kebebasan untuk
memecahkan masalah, (4) Menuntut penerapan dalam kehidupan sehari-
hari, (5) Dalam penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, (6)
Menuntut peranan pembelajaran yang baru bagi guru, (7) Menuntut
peranan asesmen yang baru bagi guru, (8) Menekankan pentingnya
pengujian proses dan hasil belajar, (9) Mendorong guru untuk pindah dari
tugas yang hanya membutuhkan satu jawaban benar ke tugastugas yang
memiliki lebih dari satu jawaban benar, (10) Menantang siswa untuk
menyelidiki beberapa kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah, dan (11) Menantang siswa untuk menarik kesimpulan sendiri
terhadap suatu tugas atau problem yang dihadapi.
2. Tipe-tipe Penilaian Alternatif
Telah kita pahami bahwa asesmen alternatif merupakan asesmen yang
tidak lazim digunakan dalam penilaian siswa di kelas. Ada banyak jenis
asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division (dalam
Ibrahim, 2003), macam asesmen alternatif antara lain adalah:
1. Asesmen kinerja (Performance assessment).
2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning).
3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).
4. Proyek dan Investigasi.
5. Portofolio dan Jurnal.
6. Wawancara (interview) dan konferensi.
7. Evaluasi diri oleh siswa.
8. Tes buatan siswa.
9. Pekerjaan Rumah.

B. Asesmen Kinerja
1. Pengertian Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja (Performance assessment atau performance-based
assessment) adalah suatu istilah yang lebih luas dari asesmen alternatif
maupun asesmen otentik. Asesmen performa memadukan sitat-sitat yang
ada baik pada asesmen alternatif maupun asesmen autentik. Di sini,
asesmen performa merujuk pada jenis-jenis tugas dan situasi yang
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendemonstrasikan
pemahaman mereka dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
disposisi yang mereka miliki dalam berbagai konteks. Asesmen performa
menuntut para siswa untuk menghasilkan sesuatu ketimbang memilih
suatu respon atau jawaban. Asesmen performa ini sering timbul dan
menghasilkan suatu produk yang dapat dipegang atau perfornmens yang
dapat diamati. Asesmen performa ini juga mendorong terjadinya evaluasi
diri dan revisi, menuntut keputusan untuk melakukan kegiatan
penyekoran, mengungkapkan tingkat profisiensi yang didasarkan pada
kriteria yang telah ditetapkan, dan mengumumkan kriteria penyekoran.
2. Asesmen Konvensional dan Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk kerja).
Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan
oleh siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang
siswa. Menurut Hibbard (1995) tugas-tugas kinerja menghendaki (1)
penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainnya, (2)
budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah, (3) literasi sains
(penampakan ketidakbutaan ilmiah). Asesmen kinerja (Performance)
pada dasarnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen siswa
dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan
penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik
dan menantang dalam konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002). Jika
dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian kinerja memiliki
beberapa penekanan, yaitu:

3. Implementasi Asesmen Kinerja


Komponen pertama asesmen kinerja adalah tersedianya tugas-tugas yang
akan diberikan kepada siswa. Tugas itu menuntut siswa untuk
menerapkan pengetahuan dan proses yang mereka pelajari. Agar
mendapatkan alat evaluasi yang valid, tugas-tugas kinerja harus memiliki
kriteria berikut: (1) Memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang
penting; (2) Sesuai dengan isi kurikulum yang diacu; (3)
Mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan kerja;
(4) Melibatkan siswa; (5) Mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja;
(6) Layak dan pantas untuk seluruh siswa; (7) Ada keseimbangan antara
kerja kelompok dan kerja individu; (8) Terstruktur dengan baik untuk
memudahkan pemahaman; (9) Memilikiproduk yang autentik (dunia
nyata); (10) Memiliki proses yang autentik; (11) Memasukkan penilaian
diri; dan (12) Memungkinkan umpan balik dan orang lain (Nur dalam
Ibrahim, 2002 dalam Yuniati).

4. Langkah-langkah Implementasi Asesmen Kinerja


Dalam menerapkan asesmen kinerja Anda perlu memperhatikan beberapa
tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk
membuat penilaian kinerja yang baik antara lain:
a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau
yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik;
b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
yang terbaik;
c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan
diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat
diobservasi selama siswa melaksanakan tugas;
d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable)
atau karakteristik produk yang dihasilkan;
e. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang dapat diamati;
f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di
lapangan.
5. Metode dan Contoh Menilai “Penilaian Kinerja”
Dalam bagan berikut diuraikan langkah-langkah penerapan asesmen
secara rinci menurut Hibbard (1995) dalam Yuniarti.

C. Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Paulson (1991: 60) dalam Yuniarti mendefinisikan portofolio sebagai
kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan
kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus
mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria
penilaian dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund (1998: 159) dalam
Yuniarti, portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang
tergantung pada keluasan tujuan.

Dalam Yuniarti dikatakan bahwa penilaian portofolio merupakan


penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, lembar
jawaban tes yang menunjukkan soal yang mampu dan tidak mampu
dijawab (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada
dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode
untuk suatu mata pelajaran.

2. Keuntungan Menggunakan Portofolio


Beberapa keuntungan penggunaan portofolio sebagai alat asesmen adalah
sebagai berikut.
a. Membantu memberikan potret yang lengkap tentang kemampuan
ilmiah dan pertumbuhan siswa.
b. Meliputi asesmen terhadap proses dan mencakup juga evaluasi diri.
c. Melibatkan siswa dalam tugas-tugas autentik.
d. Memotivasi siswa belajar sains atau pelajaran lainnya.
e. Merupakan alat yang efektif untuk guru dan orangtua untuk
mengkomunikasikan apa yang dikerjakan siswa.

Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan lainnya


seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995: 184) berikut
ini:
a. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
b. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
d. Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar

3. Bentuk-bentuk Portofolio
Ada tiga macam portofolio, yaitu portofolio perkembangan, portofolio
pamer, dan portofolio komprehensif. Portofolio perkembangan adalah
portofolio yang sengaja dikumpulkan untuk melihat perkembangan siswa
dalam area tertentu. Misalnya perkembangan kemampuan siswa
membuat laporan praktikum. Maka portofolio ini terdiri dan sejumlah
laporan praktikum siswa semenjak awal sampai akhir. Untuk mengases
portofolio ini, siswa dapat memilih sendiri portofolionya yang terbaik
sesuai kriteria yang ditentukan dan diberikan kepada guru. Portofolio
pamer adalah hasil kerja terbaik siswa yang bertujuan untuk dipamerkan
pada saat tertentu seperti misalnya saat sekolah melakukan pertemuan
dengan orang tua, pameran dan sebagainya. Portofolio komprehensif
adalah portofolio keseluruhan dan hasil karya siswa yang
didokumentasikan menurut tujuan tertentu. Beberapa contoh portofolio:
1) Laporan tertulis projek atau penyelidikan individual. 2) Contoh
masalah atau penyelidikan yang dirumuskan oleh siswa. 3) Jawaban
terhadap pertanyaan ujung terbuka. 4) Kontribusi siswa kepada laporan
kelompok. 5) Daftar cek yang telah dibuat guru yang menunjukkan
pertumbuhan ilmiah siswa. 6) Autobiografi ilmiah. 7) Penerapan sains
pada disiplin lain. 8) Penjelasan siswa terhadap setiap item pada
portofolio.

4. Penilaian Portofolio
Penggunaan portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
berikut.
a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak
hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan
oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik
sendiri; dengan melihat portofolionya, peserta didik dapat mengetahi
kemampuan, keterampilan, dan minatnya; proses ini tidak akan terjadi
secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk
belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
b. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja
yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang
lain bisa sama bisa berbeda; misalnya, untuk kemampuan menulis
peserta didik mengumpulkan karangan-karangannya, sedangkan untuk
kemampuan menggambar, peserta didik mengumpulkan gambar-
gambar buatannya.
c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu
map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di
sekolah.
d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas
dari waktu ke waktu.
e. Sebaiknya tentukan aspek-aspek yang akan dinilai dari sampel
portofolio beserta pembobotannya bersama para peserta didik sebelum
mereka membuat karyanya.
f. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh,
untuk kemampuan menulis karangan, aspek yang akan dinilai
misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosakata, kelengkapan
gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik
mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar
tersebut.
g. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan; guru
dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut,
serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada
saat membahas portofolio.
h. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki; namun, antara
peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian
mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang
telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
i. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio; jika
perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang
maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu
dan memotivasi anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Peorwanti, Endang. Pantiwati. Dkk. 2008. Asesmen pembelajaran SD. Jakarta:


Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai