Anda di halaman 1dari 9

Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

a. Pengertian Performance Assessment


Palm (2008: 3-4) mengemukakan bahwa performance assessment tidak sekedar tes
tertulis. Performance assessment sebagian besar melibatkan kognitif proses yang
dibutuhkan oleh peserta didik, tetapi juga mencantumkan tugas kontekstual dan
diputuskan penilaiannya dalam assessment. Performance assessment dapat dipandang
sebagai response-centered atau simulation-centered. Response-centered difokuskan pada
format jawabannya, sedangkan simulation-centered difokuskan pada kinerja peserta
didik yang diobservasi. Definisi tersebut sejalan seperti yang dikemukakan oleh Stiggins
(1987: 33) yang menyatakan bahwa performance assessment merupakan pengukuran
berdasarkan observasi dan judgment.
Wisconsin Education Association Council (1996), van Helvoort (2010), dan Wren
(2009) mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan salah satu penilaian yang
mengharuskan peserta didik untuk mendemonstrasikan keterampilan khusus dan
kompetensi yang telah mereka kuasai dengan melakukan atau menghasilkan sesuatu.
Paige (2005: 102) mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan proses yang terdiri
dari

mendefinisikan,

memilih,

mendesain,

mengumpulkan,

menganalisis,

menginterpretasi, dan menggunakan informasi.


Hosnan & Dipl (2014: 400) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan
penilaian yang menuntut peserta didik melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang
dapat diamati oleh pendidik. Hal tersebut sejalan dengan Asmawi Zainul (2001: 4) yang
mendefinisikan penilaian kinerja sebagai penilaian terhadap proses perolehan
penerapan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang
menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk.

Lebih lanjut, Wangsatorntanakhum (Zainul, 2001: 9) menyatakan bahwa


performance assessment consists of clearly defined task and a list of explicit criteria for
assessing student performance or product. Penilaian kinerja terdiri dari tugas yang
terdefinisi dengan jelas dan daftar kriteria yang jelas untuk menilai kinerja peserta didik
atau produk. Miller, Linn, & Groundlund (2009: 260,267) mendefinisikan penilaian kinerja
sebagai berikut.
Performance-based assessments are emphasis on doing, not merely knowing-on
process as well as product. Types of performance task are restricted-response and
extended-response. Restricted-response performance task can be measure the ability
to read aloud, ask directions in a foreign language, construct a graph, use a scientific
instrument, and type a letter. Extended-response performance task can be measure
the ability to build a model, collect, analyze, and evaluate data. Organize ideas,
create visual, and make an integrated oral presentation, create a painting or perform
with a musical instrument, repair an engine, and write a creative short story.
Penilaian berbasis kinerja menekankan pada mengerjakan, tidak hanya mengetahui
proses sebagaimana produk. Jenis tugas kinerja adalah respon yang terbatas dan respon
yang tidak terbatas. Tugas kinerja pada respon terbatas dapat mengukur kemampuan
untuk membaca keras, menanyakan arahan dalam bahasa asing, membuat grafik,
menggunakan alat-alat ilmiah, dan membuat laporan. Tugas kinerja pada respon tak
terbatas dapat mengukur kemampuan untuk membuat model, mengumpulkan,
menganalisis, dan mengevaluasi data. Pengorganisasian ide, menciptakan visualisasi, dan
membuat presentasi lisan secara terintegrasi, membuat gambaran atau performa dengan
alat musik, memperbaiki mesin, dan menulis cerita pendek.
Zitzewitz (2004: 6) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai berikut.
Performance assessment cannot be evaluated using paper and pencil tests.
Performance tasks involve understanding of scientific concepts and procedures. The
evaluation of such tasks involves the professional judgement of a trainer teacher. The
criteria that will be used judge the performance should be in writing and well
understood by everyone before student performances begin.

Penilaian kinerja tidak dapat dievaluasi menggunakan tes tertulis. Tugas kinerja
melibatkan pemahaman konsep ilmiah dan prosedur. Evaluasi dari tugas tersebut
melibatkan penilaian profesional dari pendidik yang terlatih. Kriteria yang akan
digunakan untuk menilai kinerja harus dituliskan dan dipahami dengan baik oleh setiap
orang sebelum kinerja peserta didik dimulai.
Susila (2012: 5) menyatakan penilaian kinerja adalah suatu prosedur yang
menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa
dan sejauhmana yang telah dipelajari peserta didik. Penilaian kinerja mensyaratkan
peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas kinerjanya menggunakan pengetahuan
dan ketrampilannya yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, tindakan atau unjuk
kerja. Pernyataan tersebut sejalan dengan Parkes (2010: 101) mengemukakan bahwa
penilaian kinerja harus memiliki kriteria yang jelas, adil, dapat digeneralisasikan,
mengandung kemampuan kualitas isi kognitif yang kompleks, dan mencakup banyak
aspek.
Craw (2009: 18) mengemukakan performance assessment terdiri dari tugas
autentik yang mengharuskan peserta didik untuk menerapkan pengetahuannya dalam
dunia nyata. Walaupun semua penilaian autentik dapat dipertimbangkan berdasarkan
kinerja karena mengharuskan peserta didik untuk mengerjakan tugas atau menciptakan
produk, tidak semua performance assessment perlu autentik. Walaupun karakteristik
performance assessment

sama dengan penilaian autentik, tetapi performance

assessment tidak perlu mewajibkan keadaan yang nyata pada kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, Zainul (2001: 11-12) mengemukakan bahwa performance task dapat
diwujudkan sebagai berikut.

1) Computer adaptive testing (sepanjang tidak berbentuk tes objektif), yang menuntut
peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat
kemampuan yang nyata.
2) Tes pilihan ganda yang diperluas, yaitu bentuk tes objektif tersebut dapat digunakan
apabila tes tidak sekedar memilih jawaban yang dianggap benar. Tes tersebut harus
menuntut peserta didik berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban tersebut,
sebagai jawaban yang benar.
3) Extended-response atau open ended question, asal tidak hanya menuntut adanya satu
jawaban benar yang terpola.
4) Group performance assessment, yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik secara berkelompok.
5) Individual performance assessment, yaitu tugas-tugas individual yang harus
diselesaikan secara mandiri.
6) Interview, yaitu peserta didik harus merespon pertanyaan-pertanyaan lisan dari
pendidik.
7) Nontraditional test items yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi merupakan
suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan
kriteria yang ditetapkan.
8) Observasi, meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan tugas
tersebut, peserta didik diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup. Observasi
dapat pula dilakukan dalam bentuk observasi partisipatif.
9) Portofolio, satu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan
waktu maupun urutan kategori kegiatan.

10) Project, exhibition, or demonstration yaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks


dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan
kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pula.
11) Short-answer, open ended menuntut jawaban singkat dari peserta didik, tetapi bukan
memilih jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Craw (2009: 109) mendefinisikan rubric is evaluative tool used to judge student
performance. Rubrik merupakan alat evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja
peserta didik. Definisi tersebut sejalan dengan Paige (2005: 103) yang menyatakan rubrik
adalah alat yang digunakan dalam proses penilaian kinerja, yang berisi angka. Selain itu
Wolf & Stevens (2007: 3) menyatakan rubrik adalah panduan penskoran yang memiliki
multi-guna yaitu untuk menilai produk dan kinerja peserta didik.
Zitzewitz (2004: 7) mendefinisikan rubric is not an abstract numbering system but
is a classification system that provides specific assessment guidelines for teacher and
student alike. Rubrics provide formative, not merely summative . Rubrik bukanlah sistem
penomeran yang abstrak tetapi sistem pengklasifikasian yang menyediakan panduan
penilaian khusus untuk pendidik dan peserta didik. Rubrik menyediakan tidak hanya
formatif tetapi juga sumatif.
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Unjuk Kerja
Kunandar (2014: 265-266) mengemukakan bahwa kelebihan dari penilaian unjuk
kerja adalah sebagai berikut.
1) Dapat menilai kompetensi keterampilan.
2) Dapat mencocokkan antara kompetensi pengetahuan dan keterampilan di dalam
praktik.
3) Peserta didik tidak ada peluang untuk mencontek.

4) Pendidik dapat memahami karakteristik setiap peserta didik.


5) Peserta didik menjadi lebih termotivasi.
6) Peserta didik mudah memahami konsep abstrak menjadi konkret.
7) Kemampuan peserta didik lebih optimal.
8) Melatih keberanian peserta didik dalam mempermudah penggalian ide-ide.
9) Mampu menilai kemampuan dan keterampilan peserta didik menggunakan alat.
10) Hasil penilaian langsung diketahui oleh peserta didik.
Sedangkan kelemahan dari penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut.
1) Tidak semua materi dapat dilakukan dengan penilaian unjuk kerja.
2) Nilai bergantung pada hasil kerja.
3) Jika jumlah peserta didik banyak, pendidik kesulitan melakukan penilaian.
4) Waktu terbatas.
5) Peserta didik yang kurang mampu akan merasa minder.
6) Memerlukan sarana dan prasarana penunjang yang lengkap.
7) Memakan waktu lama.
Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Keterampilan melalui Unjuk Kerja
Wisconsin

Education

Association

Council

(1996:

4-6)

mengemukakan

pengembangan tugas kinerja terdiri dari 3 tahapan, yaitu: (1) mendaftar keterampilan
dan pengetahuan yang akan dicapai oleh peserta didik sebagai hasil dari tugas yang
sudah lengkap; (2) mendesain tugas kinerja yang mengharuskan peserta didik untuk
mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuannya; dan (3) mengembangkan
kriteria kinerja dengan jelas guna mengukur sejauh mana peserta didik menguasai
keterampilan dan pengetahuannya. Pengembangan tugas kinerja tersebut sejalan
dengan Wren (2009: 4) yang mengemukakan bahwa pengembangan penilaian kinerja

meliputi 3 tahap yaitu mendefinisikan tujuan, memilih kegiatan, dan mengembangkan


kriteria penskoran.
van Helvoort (2010: 27) mengemukakan prosedur yang dilakukan untuk mendesain
penskoran rubrik meliputi: (1) mengidentifikasi kriteria yang akan digunakan; (2) memilih
angka untuk mengukur tingkatan kinerja; (3) mengujicobakan penskoran rubrik; dan (4)
merevisi penskoran rubrik jika diperlukan. Prosedur yang hampir sama juga dikemukakan
oleh Wolf & Stevens (2007: 5-7) bahwa pengembangan rubrik terdiri dari
mengidentifikasi kriteria kinerja, menentukan tingkatan kinerja, dan membuat deskripsi
kinerja.
Kunandar (2014: 267-268) mengemukakan beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam merencanakan penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi yang akan dinilai.
2) Menyusun indikator.
3) Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator.
4) Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
5) Menyusun tugas sesuai rubrik penilaian.
6) Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau penggunaan alat.
7) Memperbaiki hasil uji coba jika dilakukan uji coba.
8) Menyusun batas kelulusan minimal capaian peserta didik.
Langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian unjuk kerja atau praktik
adalah sebagai berikut.
1) Menyampaikan rubrik kepada peserta didik sebelum pelaksanaan penilaian.
2) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria penilaian.
3) Menyampaikan tugas kepada peserta didik.

4) Memeriksa ketersediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik.
5) Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
6) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
7) Melakukan penilaian secara individu.
8) Mencatat hasil penelitian.
9) Mendokumentasikan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Craw, K. G. (2009). Performance assessment practices: a case study of science teacher in a


suburban high school setting. Disertasi doktor, Columbia University.
Hosnan, M., & Dipl. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kunandar. (2014). Penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan
kurikulum 2013). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Miller, M. D., Linn, R. L., & Groundlund, N. E. (2009). Measurement and assessment in
teaching. USA: Merrill Publishing Company.
Paige, R. M. (2005). Internatioalization of higher education: performance assessment and
indicator. University of Minnesota, College of Education and Human Development.
Palm, T. (2008). Performance assessment and autentic assessment: a conceptual analysis of
the literature. [Versi elektronik]. Journal Practical Assessment, Research & Evaluation ,
13, 1-11.
Parkes, K. A. (2010). Performance assessment: lesson from performers. International Journal
of Teaching and Learning in Higher Education , 22, 98-106.

Stiggins, R. J. (1987). NCME instructional module on design and development of


performance assessment. Educational Measurement: Issues and Practice , 33-42.
Susila, I. K. (2012). Pengembangan instrumen penilaian unjuk kerja (performance
assessment) laboraturium pada mata pelajaran fisika sesuai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMA kelas X di Kabupaten Gianyar. Artikel .
van Helvoort, J. (2010). A scoring rubric for performance assessment of information literacy
in Dutch higher education. Journal of Information Literacy, 4, 22-39.
Wisconsin Education Association Council. (1996). Performance assessment. Education Issues
Series
Wolf, K., & Stevens, E. (2007). The role of rubrics in advancing and assessing student
learning. The Journal of Effective Teaching , 7, 3-14.
Wren, D. G. (2009). Performance assessment: a key component of a balanced assessment
system. Report from the Departement of Research, Evaluation, and Assessment , 2, 112.
Zainul, A. (2001). Alternative assessment. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Zitzewitz. (2004). Alternative assessment in the science classroom. USA: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai