24 Jun
Penilaian kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai
penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan.
Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap perolehan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun
produk. Penilaian tersebut mengacu pada standar tertentu.
Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian alternatif
(alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment). Beberapa ahli
(Marzano, 1994; Popham, 1995; Bookhart, 2001) menyatakan bahwa istilah penilaian otentik
kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas
asesmennya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif digunakan
untuk penilaian kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian tradisional-paper and
pencil test (tes tertulis obyektif).
Standar diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang
seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan. Standar tersebut
dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai panduan pemberian skor yang
menunjukkan sejumlah kriteria performance pada proses atau hasil yang diharapkan. Rubrik
terdiri atas gradasi mutu kinerja siswa mulai dari kinerja yang paling buruk hingga kinerja
yang paling baik disertai dengan skor untuk setiap gradasi mutu tersebut. Dengan mengacu
pada rubrik inilah guru memberikan nilai terhadap kinerja siswa.
Selain dari rubrik, penilaian kinerja terdiri atas komponen lainnya yaitu task (tugas-tugas).
Task merupakan perangkat tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan suatu peformance
(kinerja) tertentu.
Ada 7 kriteria Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja (Performance Assessment)
berkualitas atau tidak.
1. Generability: apakah kinerja siswa dalam melakukan tugas yang diberikan
sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas lain.
2. Authenticity: apakah tugas yg diberikan sudah serupa dengan apa yang sering dihadapi
dalam praktek kehidupan sehari-hari
3. Multiple foci: apakah tugas yg diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih dari satu
kemampuan yang diinginkan
4. Teachability: tugas yg diberikan merupakan tugas yg hasilnya makin baik karena adanya
usaha mengajar guru di kelas?
5. Fairness: apakah tugas yg diberikan sudah adil untuk semua siswa.
6. Feasibility: apakah tugas yg diberikan relevan utk dapat dilaksanakan (faktor biaya,
tempat, waktu atau alat)
7. Scorability: apakah tugas yg diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable ?
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Penilaian kinerja
memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan
pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara mengetahui bagaimana melakukan
sesuatu dengan mampu secara nyata melakukan hal tersebut. Seorang siswa yang
mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum tentu dapat mengoperasikan mikroskop
tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada hakekatnya adalah membekali siswa dengan
kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat
penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan tersebut.
Penilaian kinerja dapat menliai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran kimia,
penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian
proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara
otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan
karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus
mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian
terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai
kemampuan siswa membuat koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk koloid siswa.
Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan
pembuatan koloid dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan
dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan
untuk pembelajaran kimia bila dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada
pencapaian hasil belajar.
Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian
tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1) siswa dapat
mendemonstrasikan suatu proses, 2) proses yang didemontrasikan dapat diobservasi; 3)
menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran,
kemampuan lisan, dan keteramplian keterampilan fisik; 4) adanya kesepakatan antara guru
dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas-tugas yang akan dikerjakan; 5) menilai hasil
pembelajaran dan keterampilan-keterampilan yang kompleks; 7.) memberi motivasi yang
besar bagi siswa; serta 8) mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang
nyata.
Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu; 1),
sangat, menuntut waktu dan usaha; 2) pertimbangan (jadgement) dan penskoran sifatnya
lebih subyektif; 3) lebih membebani guru; dan 4) mempunyai reliabilitas yang cenderung
rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan, penilaian kinerja tetap perlu
dilaksanakan pada pembelajaran kimia untuk mengatasi kelemahan dari tes dalam menilai
siswa.
Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran.
Guru kimia dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan rubrik penilaian kinerja
agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. Ujicoba dapat
dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan sebagai
dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan),
lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat dikemukakan
sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan tujuan utama
kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia nyata); 3) Integratif
(menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran
bersifat open ended (merangsang munculnya pertanyaan-pertanyaan sepanjang pengerjaan
tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan ketekunan; 6) mendorong siswa
menjadi pemikir yang divergen dan bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman bagi siswa dan
dapat dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan
kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas individual
(meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah diobservasi); 11)
terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas, 12) pengalaman siswa
menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan; 13) siswa memiliki beberapa format pilihan
cara untuk mempresentasikan produk akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal
kegiatan; 15) panduan penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain: observasi; 2)
interviu, 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical examinatian); 6) paper;
7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar cek (checklist), 10) penilaian oleh teman (peer
rating); I I) penilaian diskusi; dan 12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah-langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja yaitu: 1)
menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih fokus asesmen (menilai
proses/prosedur, produk, atau keduanya), 3) memilih tingkatan realisme yang sesuai
(menentukan seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata); 4) memilih
metode observasi, pencatatan dan penskoran; 5) mengujicoba task dan rubrik pada
pembelajaran; serta 6) memperbaiki task dan rubrik berdasarkan hasil ujicoba untuk
digunakan pada pembelajaran berikutnya.
Berikut ini akan disajikan contoh rubrik penilaian dan format penilaian kinerja dalam bentuk
daftar cek.
Contoh 1. Rubrik untuk Pencapaian kompetensi Kriteria pemberian skor
Kriteria pemberian skor
Dimensi yang dinilai : pencapaian kompetensi/ tujuan pembelajaran Kimia
Tingkat pencapaian (skor )
Istimewa (4)
: Tujuan/kompetensi dapat dicapai sepenuhnya dan prtumbuhan siswa sangat
terarah kepada pencapaian tujuan
Baik (3)
: Sebagaian besar tujuan/kompetensi dikuasai dengan baik dan pertumbuhan
siswa terarah pada pencapaian tujuan.
Cukup (2)
: Hanya sebagain kecil saja kompetensi yang dapat dicapai siswa dan
Untuk keperluan pengisian raport, skala penilaian 1,2,3,4 pada contoh 1 tersebut dapat diubah
ke dalam skala 5,6,7,8 dsb. Rubrik kriteria pemberian skor di atas ditujukan untuk memberi
skor pencapaian kompetensi tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pekerjaan
siswa.
Coutoh 2. Rubrik untuk Penilaian Kemajuan Belajar
Dimensi
Deskripsi
: Siswa menunjukan kemajuan dan perkembangan konsep kimia dan berbagai
keterampilan.
Kemajuan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Tingkat pencapaian
Deskripsi
Istimewa(4)
Baik (3)
Cukup (1)
Kurang (1)
Sangat kurang (0)
Siswa menampilkan kinerja yang sangat baik, konsisten dan terus berusaha
meningkatkan kinerjanya.
Siswa menampilkan kinerja yang baik dan menunjukan peningkatan secara
umum
Siswa menampilkan sedikit kinerja yang baik dan menunjukan beberapa
ketidak-konsistenan
Kinerja siswa kurang baik dari waktu ke waktu atau kinerja siswa benarbenar tidak konsisten
Tidak ada upaya untuk menampilkan kemajuan dan pencapaian tujuan
Seperti contoh sebelumnya, skala penilaian 0,1.2,3,4 pada contoh rubrik ini dapat diubah ke
dalam skala 5,6,11,8,9 atau diubah sesuai keperluan. Untuk keperluan pengisian nilai raport,
hasil penilaian pada contoh 1 dan contoh 2 dapat dirata-ratakan sehingga diperoleh satu nilai.
Penilaian kinerja sering dilakukan dengan menggunakan daftar cek dan skala penilaian.
1.
Daftar Cek
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya- tidak). Pada penilaian
kinerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh guru. Jika tidak dapat diamati,siswa tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan dernikian tidak terdapat
nilai (kemampuan) tengah.
2.
Skala Penilaian
Penilaian kinerja menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk memberi nilai
tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut, misalnya, sangat
baik-baik-cukup-kurang. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar
faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian dengan skala
penilaian yang baik pada dasamya masih harus dilengkapi dengan rubrik. Rubrik diperlukan
untuk mendeskripsikan kinerja pada setiap kategori: sangat baik- baik- cukup- kurang agar
hasil penilaian konsisten dan obyektif.
Contoh 3. Penilaian Kinerja dalam Bentuk daftar Cek
Nama siswa
: ..
Kelas
: ..
No.
Penilaian
Ya
1.
2.
I. PERSIAPAN PRAKTIKUM
Membawa perlengkapan praktikum (alat/bahan yang ditugaskan)
Memakai jas lab dan berpenampilan rapi
II.
SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM
1. A.
3.
4.
5.
6.
Tidak
Ket
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.
Memfokuskan perhatian pada kegiatan praktikum/tidak mengajarkan halhal lain yng tidak berhubungan dengan prosedur praktikum
Memiliki minat/interes terhadap aktivitas praktikum
Terlibat secara aktif dalam kegiatan praktikum
Mengamatai hasil praktikum dengan cermat
Menafsirkan hasil pengamatan dengan benar
Menyajikan data secara sistematis dan komunikatif
Menganalisis data secara induktif
Membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil praktikum
III. KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM
Membersihkan alat yang telah dipakai
Membersihkan meja praktikum dari sampah dan bahan yang telah dipakai
Mengembalikan alat ke tempatnya semula dalam keadaan kering
Kinerja praktikum merupakan pencapaian yang diperoleh siswa setelah memahami berbagai
keterampilan yang dipelajari dan dilatihkan. Penilaian tersebut dapat memperhatikan aspek
proses atau prosedur yang dilakukan dan atau aspek produk yang dihasilkan serta sikap yang
muncul bersamaan dengan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu.
Penilaian praktikum dapat menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes identifikasi, tes praktikum,
daftar centang atau skala penilaian, laporan, atau portofolio (Doran, 1980; Ebel & Frisbie,
1986; Russell & Harlen, 1990;Gronlund, 1993; Berg & Giddings, 1992; Nitko, 1996) dalam
Sapriati (2006).
IPA terdiri atas substansi dan proses ilmiah dimana keduanya memiliki tingkat esensial setara
sehingga perlu dimasukkan pada kurikulum. Oleh karenanya, pengujian dan penilaian
terhadap pencapaian hasil belajar kedua hal tersebut, termasuk proses ilmiah pada praktikum,
harus dilakukan. Penilaian hasil belajar aspek substansi dengan tes dan penilaian praktikum
melalui laporan atau tes telah biasa dilakukan. Namun penilaian hasil belajar proses IPA dan
atau praktikum dengan menilai kinerjanya melalui pengamatan masih jarang dilakukan.
Penilaian atau asesmen memerlukan alat atau instrumen yang valid dan reliabel, yang
diperoleh melalui prosedur pengembangan instrumen yang benar, dan dilengkapi dengan
rambu-rambu penilaian yang jelas.
Asesmen merupakan suatu proses terintegrasi untuk menentukan ciri dan tingkat belajar dan
perkembangan belajar siswa. Menurut Mardapi dalam Rasyid (2007) bahwa prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam asesmen adalah akurat, ekonomis, dan mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu sistem penilaian yang digunakan di setiap
lembaga pendidikan harus mampu (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong peserta
didik belajar, (3) memotivasi tenaga pendidik mengajar, (4) meningkatkan kinerja lembaga,
dan (5) meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Linn & Gronlund (1995:6-8) dalam Jacob (2011), proses asesmen sangat efektif
apabila prinsip-prinsip berikut diperhatikan:
1. Menentukan secara jelas apa yang diases memiliki prioritas dalam proses asesmen.
2. Suatu prosedur asesmen dapat dipilih karena relevansinya terhadap karakteristik atau
kinerja yang diukur.
3. Asesmen komprehensif membutuhkan berbagai prosedur.
4. Penggunaan prosedur asesmen murni membutuhkan suatu kesadaran keterbatasannya.
5. Asesmen merupakan suatu makna terakhir, bukan suatu makna terakhir dalam
dirinya-sendiri.
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses
dan produk. Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk
tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan
dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan
dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh
merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk
dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program
itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari
satu pencapaian program tersebut (Marhaeni, 2007). Menurut Berk (1986) dalam Rasyid
(2007), asesmen kinerja adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang
sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat
sesuai dalam menilai keterampilan proses sains. Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai
meliputi keterampilan proses intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis,
menerapkan konsep, merencanakn serta melakukan penelitian, dan lain-lain). Asesmen
kinerja sangat tepat bila digunakan dalam kegiatan praktikum biologi. Bentuk asesmen
kinerja yaitu kinerja klasikal, asesmen kinerja kelompok, asesmen kinerja personal.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), syarat yang digunakan untuk menggunakan
asesmen kinerja yaitu
1. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas yang diberikan
sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain,
2. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang
dihadapi dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
3. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan yang diinginkan,
4. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang relevan yang
hasilnya semakin baik akibat adanya usaha mengajar pengajar di kelas,
5. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak mengandung bias
berdasar latar untuk semua peserta tes,
6. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan
atau penilaian kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktorfaktor seperti biaya, ruangan/tempat, atau peralatannya,
7. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor dengan akurat dan
reliabel, karena salah satu tahap dalam penilaian kinerja yang sensitif adalah
perlakuan dalam pemberian skor.
Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan
menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Untuk menjamin reliabilitas, keadilan dan
kebenaran penilaian maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai
hasil kerja pebelar. Rubrik dapat disusun bersama dengan pebelajar, sehingga jelas dasar yang
dipakai untuk menilai
Tes essay merupakan contoh yang sangat umum dari suatu asesmen berbasis kinerja, tetapi
ada banyak contoh lain, meliputi produksi artistik, eksperimen dalam sains, presentasi lisan,
dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah dunia-nyata. Penekanan pada
melakukan, tidak hanya mengetahui; pada proses dan juga produk. Selain itu, asesmen dari
kemampuan siswa untuk membuat observasi, memformulasikan hipotesis, mengumpulkan
data, dan menggambarkan konklusi saintifik valid dapat membutuhkan penggunaan asesmen
kinerja. Asesmen kinerja menentukan suatu basis bagi guru dengan mengevaluasi keefektivan
proses atau prosedur yang digunakan (misalnya pendekatan untuk pengumpulan data,
manipulasi instrumen) dan produk yang dihasilkan dari kinerja suatu tugas (misalnya, laporan
hasil lengkap, senikerja lengkap) (Jacob, 2011).
Asesmen kinerja seringkali menunjuk pada asesmen otentik dengan menekankan bahwa guru
mengases kinerja sementara siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan pengalaman belajar
yang dinilai dalam kebenaran diri mereka sendiri, bukan sebagai makna menilai prestasi
siswa. Bagaimanapun, tidak semua asesmen kinerja adalah otentik dalam pengertian bahwa
guru melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah real (Linn & Gronlund, 1995:13) dalam
Jacob (2011). Asesmen kinerja diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan
dengan melakukan secara aktual. Asesmen kinerja diperlukan untuk mengobservasi dan
evaluasi keterampilan.
Menurut UPI (2011), cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secar keseluruhan
dalam satu kelas keseluruhan. Menurut Wulan Asesmen kinerja klasikal terbukti
paling mudah dan efisien untuk digunakan dalam kegiatan praktikum sehari-hari.
Format penilaiain ini paling sederhana dan dapat menilai kinerja siswa secara
keseluruhan. Guru juga dapat memperoleh feed back lebih menyeluruh tentang
keterampilan siswa di kelasnya. Melalui penilaian kinerja klasikal ini, pencapaian
tujuan praktikum dapat dilihat secara umum dan langsung pada seluruh siswa.
Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja
siswa pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari
tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi. Hal-hal yang harus kita
pahami tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja
untuk digunakan kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat
yang mujarab, bukan penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai
kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan
cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari
proses pendidikan yang dipandang berguna (UPI, 2011).
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases
dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencanakan untuk
mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua
semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru
dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan di akses Siswa kelompok
pertama akan diases pada kegiatan pembuatan larutan pertama, kelompok berikutnya diases
pada pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang
sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang
digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan
asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai.
Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop
dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur
pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2. Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan
tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang
akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan
mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan
mikroskop.
3. Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi
ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam
rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metode-metoda assesman kinerja.
Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesman
sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi assesman kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang
mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan
mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang dinilai,mengidentifikasi
siapa yang akan dinilai; dan menetapkan kriteria kinerja (UPI, 2011).
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang
menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat
penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus
Asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas untuk
memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang
harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada kemampuan baik psikomotor,
afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja guru dapat menilai siswa
tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat penilaian seringkali tidak adil.
Manfaat asesmen kinerja menurut Airasian (1994) yaitu mengindikasikan bagaimana siswa
menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dan
menghasilkan sesuatu dalam situasi dengan menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat
lainnya adalah bahwa satu kali asesmen kinerja dikembangkan, maka instrumen tersebut
dapat digunakan terus menerus.
Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan Stiggins (1994) bahwa
penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru lebih percaya diri dan menyukai
kualitas asesmen kinerja. Reichel (1994) mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna
bagi guru untuk memandang asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan
sekedar nilai akhir, membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi
yang dibuat tidak menjadi bias, menemukan berbagai keterampilan dan kualitas yang
diharapkan dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual
dan keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa
dan melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka.
Stiggins (1994) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu
dilakukan yaitu sebagai berikut.
1. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali siswa secara lebih
utuh sebab pada kenyataannya tidak semua siswa yang kurang berhasil dalam tes
objektif atau esai secara otomatis bisa dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif.
Dengan demikian penilaian kinerja siswa melengkapi cara penilaian lainnya.
2. Dapat melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu
sampai proses pembelajaran berakhir. Asesmen kinerja membantu guru memudahkan
mengamati dan menilai siswa dalam belajar sesuatu, dengan demikian akan diperoleh
informasi mengenai bagaimana siswa berintegrasi dengan lingkungan selama proses
pembelajaran.
3. Adanya kemampuan siswa yang sulit diketahui atau dideteksi hanya dengan melihat
hasil akhir pekerjaan mereka, atau hanya melalui tes tertulis yaitu segi keterampilan
dan kreativitas.
Terdapat beberapa target yang akan dicapai melalui asesmen kinerja yaitu: (1) knowledge
atau pengetahuan (2) reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan dalam
konteks pemecahan masalah (3) skill yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, keterampilan
berkomunikasi, karya, visual, dll (4) product yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya
siswa (5) affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi dan konsep
diri (Hidayat dan Maryani, 1958).
Asesmen kinerja memiliki cakupan aspek yang luas, berbagai aspek kegiatan yang dilakukan
dapat dinilai dengan menggunakan asesmen kinerja. Namun, penilaian yang baik akan selalu
mengikuti suatu proses atau langkah yang teratur demikian juga dengan asesmen kinerja.
Menurut Stiggins (1994) penilaian yang baik akan mengikuti hal-hal sebagai berikut.
ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN PROSES
ASESMEN KINERJA
A. Pengertian Asesmen Kinerja
proses.
Asesmen kinerja dalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian
dalam bentuk tulisan, produk atau sikap kecuali bentuk pilihan ganda,
kesempatan
siswa
a)
b)
c)
B.
belajar
telah
mampu
mengaplikasikan
pengetahuan
dan
tugas
yang
diberikan
tersebut
sudah
memadai
untuk
kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi.
Feasibility: apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan
atau penilaian kinerja (performance assessment) memang relevan untuk dapat
dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu,
atau peralatannya?
g) Scorability: apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan
reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan
atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah penskorannya.
ASESMEN PORTOFOLIO
untuk belajar.
B.
diperhatikan
dan
dijadikan
pedoman
dalam
penggunaan
penilaian
Saling percaya,
Kerahasiaan bersama,
Milik bersama,
Kepuasan dan kesesuaian,
Penciptaan budaya mengajar,
Refleksi bersama,
Proses dan hasil.
Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja / karya siswa
2)
3)
a)
b)
Paparan umum mengenai persepsi siswa tentang tujuan belajar yang ingin
dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mencapai
c)
tujuan tersebut,
Rincian kronologi proses pengalaman belajar atau kinerja yang telah
d)
dilaluinya,
Rincian pengalaman belajar (kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan
butir-butir HPMB yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun
terapan,
e) Lampiran bukti-bukti yang relevan.
Dopham, Ross dan Faichney, mengemukakan lebih rinci tentang ciri-ciri
portofolio yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Dari uraian tersebut tampak tiga hal yang menjadi ciri utama portofolio
yaitu:
1)
Adanya nilai kejujuran yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan sesuatu
yang terbaik,
2)
Terdapat alokasi waktu yang jelas dan manusiawi,
3)
Menjadikan penghubung yang sangat berarti bagi guru, siswa dan orang
tua/masyarakat.
Dalam
penilaian
portofolio,
mengharuskan
peserta
didik
untuk
D.
Tujuan
digunakannya
portofolio
dalam
proses
penilaian
adalah
pula
oleh
Ross,
bahwa
portofolio
bertujuan
perkembangan
dari
kemajuan
belajar
siswa sebagai
bahan
untuk
portofolio
adalah
penilaian
yang
dilakukan
secara
terus
itu
respon
reinforcement,
siswa
dengan
dalam
demikian
proses
siswa
pembelajaran
akan
segera
diberikan
mengetahui
1.
1)
2)
3)
4)
5)
kemampuan
siswa
dalam
analityc
antara
lain
dapat
1. Checklists
Penskoran yang menggunakan checklists merupakan cara yang paling sederhana
. Melalui cara penskoran ini kriteria kemampuan tertentu siswa atau produk yang
dihasilkan siswa dapat diamati oleh penskor, siswa akan mendapat nilai jika ia
mengerjakan tahapan tertentu dari tugas yang diberikan dan apabila tidak maka
siswa tersebut tidak mendapat nilai.
Tabel 1. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan cheklis
Nama : Akbar
Petunjuk:
Tuliskan centang ( ) di belakang hurup dimana kemampuan siswa teramati pada
waktu berpidato, tpi berikut ini masih perlu di lengkapi dengan rubrik penilaian,
tergantung aspek-aspek apa yang akan dinilai, secara sederhana seperti berikut:
1. Ekspresi Fisik
2. Rating Scale
Penilaian kemampuan kinerja dengan cara lain adalah dengan menggunakan
rating scale. Rating scale memberikan lebih dari dua kategori penilaian
Tabel 2. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan numerical rating
skale
Nama : Akbar
Petunjuk:
Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor
1. Bila siswa selalu melakukan
2. Bila kadang-kadang
3. Bila jarang
4. Bila tidak pernah
Ekspresi Fisik
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1234
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan.
1234
C. Mata melihat kepada penonton
1234
Ekspresi Suara
A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
1234
B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan
1234
C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton
1234
Ekspresi Verbal
A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti
1234
B. Tidak mengulang-ulang pernyataan
1234
C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran
1234
D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting
1234
BEBERAPA BENTUK PENILAIAN KINERJA
Dalam aplikasi di lapangan beberapa penilaian dapat juga dikategorikan ke
dalam penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang menghasilkan suatu benda
(produk) lebih spesifiknya dinamakan penilaian produk (product assessment).
Ada pula yang berbentuk tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu,
penilaian kinerja semacam itu disebut sebagai penilaian projek (product
assessment).
1. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian hasil karya siswa yang berbentuk suatu benda.
Benda tersebut dapat terbuat dari kain, kertas, logam,kayu, plastik, keramik, dan
hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung.
Penilaian produk biasa dilakukan pada mata pelajaran kerajinan tangan dan
kesenian, menggambar dan mata pelajaran produktif di sekolah kejuruan.
2. Penilaian Projek
Salah satu bagian dari penilaian kerja adalah penilaian projek. Projec
didefinisikan sebagai tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu.
Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan periode
untuk menyelesaikannya, misalnya selama dua minggu, satu bulan, satu
semester, atau lebih.
Penilaian projek juga dilakukan pada proses dan produk akhir dari tugas tersebut,
baik pada proses maupun produk, penilaian difokuskan ketika sedang
merencanakan, membuat spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi.
hrul H. 2008. Prinsip-prinsip dan Strategi Penilaian di kelas: Pusat Penilaian Pendidikan
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
ari S. 2008
ansyur . 2010. Membangun Sistem Asesmen yang Berkeadilan, Transparan, dan Bermakna
( Tinajuan dalam Proses Pendidikan).Orasi pengukuhan Guru Besar UNM
ansyur . 2009.
J. Popham. 1995
ni Kusmarni. 2010 Asesmen Kinerja Suatu Penilaian Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah
untuk Menghadapi Tantangan Globalisasi. Diakses tanggal 26 November 2010
dari http://www.yahoo.com/Assessmen
kinerja
yaitu
penilaian
terhadap
proses
perolehan
penerapan
terhadap
kemampuan
siswa
merangkai
alat
praktikum
untuk
pada
perbandingan
kinerja
siswa
dalam
mencapai
standar
excellent
Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya
kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi membawa mikroskop
dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu,
mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan
benda.
Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja
Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah
menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai
dapat
muncul.
mikroskop,
Misalnya
maka
KBM
guru
akan
menilai
yang
dipersiapkan
kemampuan
adalah
menggunakan
praktikum
dengan
menggunakan mikroskop.
Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman / pencatatan hasil.
Asesmen kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan
bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika
meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang
kapan mengadopsi metode-metode asesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor
utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi asesmen sesuai dengan
sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi asesmen kinerja.
Dalam klasifikiasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan
sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada
sasaran-sasaran
khusus
dengan
mengambil
tiga
keputusan
desain
merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai,
dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal
yang
menyebabkan
siswa
melakukan
perbuatan
tertentu
yang
dapat
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara
ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada.
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Berikut ini adalah contoh asesmen kinerja dalam menggunakan mikroskop
dengan teknik penilai daftar cek list.
No
Aspek Penilaian
.
1
2
Skala
Ya
Tidak
Mengatur pencahayaan
Memasang preparat
Asesmen Portofolio
portofolio terlebih dahulu direviu oleh guru, sehingga bersama guru, siswa dapat
menentukan bukti-bukti nyata yang menggambarkan perkembangan dirinya.
Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan
belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua, serta pihak lain
yang berkepentingan.
Portofolio sebagai asesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, yaitu :
1.
2.
3.
yang lebih besar dari pada membandingkan dengan pekerjaan orang lain
4. Siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik
5. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan
6.
individu
Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa
kepada siswa itu sendiri, orang tua, dan pihak lain yang terkait.
Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai cara. Cara yang
akan dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan
siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan.
Berikut ini adalah model portofolio IPA SD yang berisi contoh-contoh
pekerjaan siswa.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hasil ulangan
Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana
Gambar-gambar dan laporan lisan
Produk berupa hasil pekerjaan proyek
Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah
sesuai
dengan
kriteria
yang
telah
disepakati
merupakan
syarat
b.
c.
d.
e.
2. Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus
diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan
bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai dengan
tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi
masing-masing. Portofolio dapat disimpan di dalam folder khusus untuk setiap
siswa. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
3. Pemberian nilai akhir portofolio
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yang telah lengkap. Aspek yang dinilai
meliputi isi portofolio, dan kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian
sampul, nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta
refleksi diri.
Contoh Implementasi Portofolio
Mata Pelajaran : Sains
Kelas / Semester
: III (tiga) / Gasal 2007
Sekolah
: SD Laboratorium UPI
Langkah-langkah penyusunan portofolio :
a. Persiapan, meliputi :
Memutuskan
bagaimana
menilai
portofolio
yang
sudah
lengkap
dan