Anda di halaman 1dari 35

PENILAIAN KINERJA

24 Jun
Penilaian kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai
penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan.
Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap perolehan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun
produk. Penilaian tersebut mengacu pada standar tertentu.
Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian alternatif
(alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment). Beberapa ahli
(Marzano, 1994; Popham, 1995; Bookhart, 2001) menyatakan bahwa istilah penilaian otentik
kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas
asesmennya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif digunakan
untuk penilaian kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian tradisional-paper and
pencil test (tes tertulis obyektif).
Standar diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang
seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan. Standar tersebut
dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai panduan pemberian skor yang
menunjukkan sejumlah kriteria performance pada proses atau hasil yang diharapkan. Rubrik
terdiri atas gradasi mutu kinerja siswa mulai dari kinerja yang paling buruk hingga kinerja
yang paling baik disertai dengan skor untuk setiap gradasi mutu tersebut. Dengan mengacu
pada rubrik inilah guru memberikan nilai terhadap kinerja siswa.
Selain dari rubrik, penilaian kinerja terdiri atas komponen lainnya yaitu task (tugas-tugas).
Task merupakan perangkat tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan suatu peformance
(kinerja) tertentu.
Ada 7 kriteria Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja (Performance Assessment)
berkualitas atau tidak.
1. Generability: apakah kinerja siswa dalam melakukan tugas yang diberikan
sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas lain.
2. Authenticity: apakah tugas yg diberikan sudah serupa dengan apa yang sering dihadapi
dalam praktek kehidupan sehari-hari
3. Multiple foci: apakah tugas yg diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih dari satu
kemampuan yang diinginkan
4. Teachability: tugas yg diberikan merupakan tugas yg hasilnya makin baik karena adanya
usaha mengajar guru di kelas?
5. Fairness: apakah tugas yg diberikan sudah adil untuk semua siswa.

6. Feasibility: apakah tugas yg diberikan relevan utk dapat dilaksanakan (faktor biaya,
tempat, waktu atau alat)
7. Scorability: apakah tugas yg diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable ?
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Penilaian kinerja
memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan
pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara mengetahui bagaimana melakukan
sesuatu dengan mampu secara nyata melakukan hal tersebut. Seorang siswa yang
mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum tentu dapat mengoperasikan mikroskop
tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada hakekatnya adalah membekali siswa dengan
kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat
penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan tersebut.
Penilaian kinerja dapat menliai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran kimia,
penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian
proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara
otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan
karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus
mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian
terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai
kemampuan siswa membuat koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk koloid siswa.
Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan
pembuatan koloid dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan
dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan
untuk pembelajaran kimia bila dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada
pencapaian hasil belajar.
Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian
tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1) siswa dapat
mendemonstrasikan suatu proses, 2) proses yang didemontrasikan dapat diobservasi; 3)
menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran,
kemampuan lisan, dan keteramplian keterampilan fisik; 4) adanya kesepakatan antara guru
dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas-tugas yang akan dikerjakan; 5) menilai hasil
pembelajaran dan keterampilan-keterampilan yang kompleks; 7.) memberi motivasi yang
besar bagi siswa; serta 8) mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang
nyata.
Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu; 1),
sangat, menuntut waktu dan usaha; 2) pertimbangan (jadgement) dan penskoran sifatnya
lebih subyektif; 3) lebih membebani guru; dan 4) mempunyai reliabilitas yang cenderung
rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan, penilaian kinerja tetap perlu
dilaksanakan pada pembelajaran kimia untuk mengatasi kelemahan dari tes dalam menilai
siswa.
Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran.
Guru kimia dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan rubrik penilaian kinerja
agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. Ujicoba dapat
dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan sebagai

dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan),
lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat dikemukakan
sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan tujuan utama
kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia nyata); 3) Integratif
(menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran
bersifat open ended (merangsang munculnya pertanyaan-pertanyaan sepanjang pengerjaan
tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan ketekunan; 6) mendorong siswa
menjadi pemikir yang divergen dan bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman bagi siswa dan
dapat dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan
kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas individual
(meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah diobservasi); 11)
terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas, 12) pengalaman siswa
menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan; 13) siswa memiliki beberapa format pilihan
cara untuk mempresentasikan produk akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal
kegiatan; 15) panduan penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain: observasi; 2)
interviu, 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical examinatian); 6) paper;
7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar cek (checklist), 10) penilaian oleh teman (peer
rating); I I) penilaian diskusi; dan 12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah-langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja yaitu: 1)
menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih fokus asesmen (menilai
proses/prosedur, produk, atau keduanya), 3) memilih tingkatan realisme yang sesuai
(menentukan seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata); 4) memilih
metode observasi, pencatatan dan penskoran; 5) mengujicoba task dan rubrik pada
pembelajaran; serta 6) memperbaiki task dan rubrik berdasarkan hasil ujicoba untuk
digunakan pada pembelajaran berikutnya.
Berikut ini akan disajikan contoh rubrik penilaian dan format penilaian kinerja dalam bentuk
daftar cek.
Contoh 1. Rubrik untuk Pencapaian kompetensi Kriteria pemberian skor
Kriteria pemberian skor
Dimensi yang dinilai : pencapaian kompetensi/ tujuan pembelajaran Kimia
Tingkat pencapaian (skor )
Istimewa (4)
: Tujuan/kompetensi dapat dicapai sepenuhnya dan prtumbuhan siswa sangat
terarah kepada pencapaian tujuan
Baik (3)
: Sebagaian besar tujuan/kompetensi dikuasai dengan baik dan pertumbuhan
siswa terarah pada pencapaian tujuan.
Cukup (2)

: Hanya sebagain kecil saja kompetensi yang dapat dicapai siswa dan

pertumbuhan siswa siswa kurang terarah pada pencapaian kompetensi tersebut.


Kurang (1)
diharapkan.

: Tidak terdapat adanya tanda-tanda pencapaian tujuan/kompetensi yang

Untuk keperluan pengisian raport, skala penilaian 1,2,3,4 pada contoh 1 tersebut dapat diubah
ke dalam skala 5,6,7,8 dsb. Rubrik kriteria pemberian skor di atas ditujukan untuk memberi
skor pencapaian kompetensi tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pekerjaan
siswa.
Coutoh 2. Rubrik untuk Penilaian Kemajuan Belajar

Kriteria pemberian skor

Dimensi

: Kemajuan dan perkembangan siswa pada pembelajaran kimia

Deskripsi
: Siswa menunjukan kemajuan dan perkembangan konsep kimia dan berbagai
keterampilan.
Kemajuan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Tingkat pencapaian
Deskripsi
Istimewa(4)
Baik (3)
Cukup (1)
Kurang (1)
Sangat kurang (0)

Siswa menampilkan kinerja yang sangat baik, konsisten dan terus berusaha
meningkatkan kinerjanya.
Siswa menampilkan kinerja yang baik dan menunjukan peningkatan secara
umum
Siswa menampilkan sedikit kinerja yang baik dan menunjukan beberapa
ketidak-konsistenan
Kinerja siswa kurang baik dari waktu ke waktu atau kinerja siswa benarbenar tidak konsisten
Tidak ada upaya untuk menampilkan kemajuan dan pencapaian tujuan

Seperti contoh sebelumnya, skala penilaian 0,1.2,3,4 pada contoh rubrik ini dapat diubah ke
dalam skala 5,6,11,8,9 atau diubah sesuai keperluan. Untuk keperluan pengisian nilai raport,
hasil penilaian pada contoh 1 dan contoh 2 dapat dirata-ratakan sehingga diperoleh satu nilai.

Penilaian kinerja sering dilakukan dengan menggunakan daftar cek dan skala penilaian.
1.

Daftar Cek

Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya- tidak). Pada penilaian
kinerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh guru. Jika tidak dapat diamati,siswa tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan dernikian tidak terdapat
nilai (kemampuan) tengah.
2.

Skala Penilaian

Penilaian kinerja menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk memberi nilai
tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut, misalnya, sangat
baik-baik-cukup-kurang. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar
faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian dengan skala
penilaian yang baik pada dasamya masih harus dilengkapi dengan rubrik. Rubrik diperlukan
untuk mendeskripsikan kinerja pada setiap kategori: sangat baik- baik- cukup- kurang agar
hasil penilaian konsisten dan obyektif.
Contoh 3. Penilaian Kinerja dalam Bentuk daftar Cek
Nama siswa

: ..

Kelas

: ..

No.

ASPEK/KINERJA YANG DIHARAPKAN

Penilaian

Ya

1.
2.

I. PERSIAPAN PRAKTIKUM
Membawa perlengkapan praktikum (alat/bahan yang ditugaskan)
Memakai jas lab dan berpenampilan rapi
II.
SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM
1. A.

3.
4.
5.
6.

Menggunakan Alat dan Bahan

Mengambil bahan dengan rapi tidak berceceran


Mengambil bahan praktikum sesuai kebutuhan
Mengoperasikan alat dengan benar
Menggunakan alat dan bahan sesuai prosedur praktikum
B. Kemauan, keterampilan mengamati menganalisis dan
menyimpulkan hasil praktikum

Tidak

Ket

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.

Memfokuskan perhatian pada kegiatan praktikum/tidak mengajarkan halhal lain yng tidak berhubungan dengan prosedur praktikum
Memiliki minat/interes terhadap aktivitas praktikum
Terlibat secara aktif dalam kegiatan praktikum
Mengamatai hasil praktikum dengan cermat
Menafsirkan hasil pengamatan dengan benar
Menyajikan data secara sistematis dan komunikatif
Menganalisis data secara induktif
Membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil praktikum
III. KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM
Membersihkan alat yang telah dipakai
Membersihkan meja praktikum dari sampah dan bahan yang telah dipakai
Mengembalikan alat ke tempatnya semula dalam keadaan kering

Penilaian Kinerja (Performance assessment)


Oleh Muchlisin Riadi Pada Senin, November 12, 2012 Labels: Pendidikan
Pengertian Penilaian Kinerja (Performance assessment)

Penilaian Kinerja (performance assessment)


Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan
penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan
terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment
digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan
tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis),
menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas
yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
dan bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).
Sedangkan menurut Majid (2006:88) performance assessment merupakan
penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta
untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh
dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta

peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke


dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa performance
assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau
mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan
menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau
unjuk kerja.
Karakteristik dan Sifat Penilaian Kinerja (performance assessment)
Menurut Stiggins (1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa
adalah dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses
pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses tersebut berakhir.
Karakteristik penilaian kinerja menurut Norman (dalam Siti Mahmudah, 2000:18)
adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata;(2) tugas-tugas
yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan
ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu yang diberikan
untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak menggunakan
pertimbangan.
Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Isyanti (2004:6) bahwa penilaian
unjuk kerja dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan masalah,
penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan. Menurut Setyono
(2005:3) bahwa penilaian performansi digunakan untuk menilai kemampuan
siswa melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk.
Hutabarat (2004:16) berpendapat bahwa penilaian kinerja lebih tepat untuk
menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan masalah dalam
suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran,
kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium serta
kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.
Kriteria Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan
(task). Dalam menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang
menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama
adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja
digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu
keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan
untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa (Zainul,
2001:9-11)
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penilaian kinerja antara lain: generalizability atau keumuman, authenticity atau
keaslian/nyata, muliple focus (lebih dari satu fokus), fairness (keadilan),
teachability (bisa tidaknya diajarkan), feasibility (kepraktisan), Scorability atau
bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor ( Popham, 1995:147).

Langkah-langkah Membuat Performance Assessment


Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat performance
assessment adalah 1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang
diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir; 2) menuliskan
kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas; 3)
mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga
semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) bila menggunakan skala rentang,
perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17).
Menurut Majid (2006: 88) langkah-langkah membuat performance assessment
adalah 1) melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang
diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output yang terbaik); 2)
menuliskan perilaku kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk
menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik; 3) membuat kriteriakriteria kemampuan yang akan diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua
kriteria- kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas;
4) mengurutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang dapat diamati; 5) kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan
kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain.
Validitas dan Reliabilitas dari Performance Assessment
Validitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada informasi yang
diperoleh dari suatu penilaian yang mengijinkan guru untuk mengkoreksi suatu
keputusan tentang belajar siswa. Salah satu faktor yang dapat mengurangi
validitas dari performance assessment adalah bias. Bias adalah kesalahan guru
dalam menginterpretasikan kinerja siswa karena dalam satu kelompok siswa
dipertimbangkan dalam kriteria yang berbeda atau dinilai pada karakteristik
yang berbeda. Jika instrumen penilaian yang memberikan informasi tidak relevan
dalam mengambil keputusan maka instrument tersebut tidak valid.
Dalam penilaian performance assessment, seorang guru harus memilih dan
menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa tapa membedakan latar
belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin. Selain itu faktor lain yang
dapat menimbulkan kesalahan dalam validitas performance assessment adalah
kegagalan guru dalam memasukkan atau memberikan penilaian kinerja siswa.
Reliabilitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada kestabilan dan
kekonsistenan penskoran, secara logika untuk mendapatkan informasi tentang
reliabilitas kinerja siswa adalah mengadakan observasi kinerja sesering mungkin.
Jika kriteria kinerja tidak jelas, maka guru harus mengerti dari suatu kriteria
sehingga tidak timbul kasalahan dan subjektivitas. Salah satu cara untuk
mengurangi ketidakkonsistenan pada penskoran adalah menentukan tujuan
performance assessment dan kriteria-kriteria penilaian dengan jelas pula.
Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam
performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu

1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai; 2)mengajar siswa


dengan kinerja yang diinginkan, dan 3) memberitahukan kepada siswa tentang
kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian, 1991:299-301).
Daftar Pustaka
Airasian,Peter.W. 1991. Classroom Assessment. USA: McGraw-Hill.
Hutabarat, O. R. 2004. Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK.
Bandung: Bina Media Informasi.
Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.
Mahmudah, S.2000. Penerapan Penilaian Kinerja Siswa (performance
Assessment) pada Pembelajaran Sub Konsep Jaringan Hewan. Bandung:UPI
Majid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Popham, W. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Setyono, Budi.2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember.
Stiggin, R.J.1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan
College Publishing Company.
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.
Daftar Referensi
http://www.kajianpustaka.com/2012/11/penilaian-kinerja-performanceassessment.html#ixzz2hDAzBGZf
Follow us: @kajianpustaka on Twitter | KajianPustaka on Facebook

Kinerja praktikum merupakan pencapaian yang diperoleh siswa setelah memahami berbagai
keterampilan yang dipelajari dan dilatihkan. Penilaian tersebut dapat memperhatikan aspek
proses atau prosedur yang dilakukan dan atau aspek produk yang dihasilkan serta sikap yang
muncul bersamaan dengan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu.
Penilaian praktikum dapat menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes identifikasi, tes praktikum,
daftar centang atau skala penilaian, laporan, atau portofolio (Doran, 1980; Ebel & Frisbie,
1986; Russell & Harlen, 1990;Gronlund, 1993; Berg & Giddings, 1992; Nitko, 1996) dalam
Sapriati (2006).
IPA terdiri atas substansi dan proses ilmiah dimana keduanya memiliki tingkat esensial setara
sehingga perlu dimasukkan pada kurikulum. Oleh karenanya, pengujian dan penilaian
terhadap pencapaian hasil belajar kedua hal tersebut, termasuk proses ilmiah pada praktikum,
harus dilakukan. Penilaian hasil belajar aspek substansi dengan tes dan penilaian praktikum
melalui laporan atau tes telah biasa dilakukan. Namun penilaian hasil belajar proses IPA dan
atau praktikum dengan menilai kinerjanya melalui pengamatan masih jarang dilakukan.
Penilaian atau asesmen memerlukan alat atau instrumen yang valid dan reliabel, yang
diperoleh melalui prosedur pengembangan instrumen yang benar, dan dilengkapi dengan
rambu-rambu penilaian yang jelas.
Asesmen merupakan suatu proses terintegrasi untuk menentukan ciri dan tingkat belajar dan
perkembangan belajar siswa. Menurut Mardapi dalam Rasyid (2007) bahwa prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam asesmen adalah akurat, ekonomis, dan mendorong

peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu sistem penilaian yang digunakan di setiap
lembaga pendidikan harus mampu (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong peserta
didik belajar, (3) memotivasi tenaga pendidik mengajar, (4) meningkatkan kinerja lembaga,
dan (5) meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Linn & Gronlund (1995:6-8) dalam Jacob (2011), proses asesmen sangat efektif
apabila prinsip-prinsip berikut diperhatikan:
1. Menentukan secara jelas apa yang diases memiliki prioritas dalam proses asesmen.
2. Suatu prosedur asesmen dapat dipilih karena relevansinya terhadap karakteristik atau
kinerja yang diukur.
3. Asesmen komprehensif membutuhkan berbagai prosedur.
4. Penggunaan prosedur asesmen murni membutuhkan suatu kesadaran keterbatasannya.
5. Asesmen merupakan suatu makna terakhir, bukan suatu makna terakhir dalam
dirinya-sendiri.
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses
dan produk. Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk
tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan
dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan
dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh
merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk
dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program
itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari
satu pencapaian program tersebut (Marhaeni, 2007). Menurut Berk (1986) dalam Rasyid
(2007), asesmen kinerja adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang
sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat
sesuai dalam menilai keterampilan proses sains. Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai
meliputi keterampilan proses intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis,
menerapkan konsep, merencanakn serta melakukan penelitian, dan lain-lain). Asesmen
kinerja sangat tepat bila digunakan dalam kegiatan praktikum biologi. Bentuk asesmen
kinerja yaitu kinerja klasikal, asesmen kinerja kelompok, asesmen kinerja personal.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), syarat yang digunakan untuk menggunakan
asesmen kinerja yaitu
1. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas yang diberikan
sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain,
2. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang
dihadapi dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
3. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan yang diinginkan,

4. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang relevan yang
hasilnya semakin baik akibat adanya usaha mengajar pengajar di kelas,
5. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak mengandung bias
berdasar latar untuk semua peserta tes,
6. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan
atau penilaian kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktorfaktor seperti biaya, ruangan/tempat, atau peralatannya,
7. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor dengan akurat dan
reliabel, karena salah satu tahap dalam penilaian kinerja yang sensitif adalah
perlakuan dalam pemberian skor.
Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan
menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Untuk menjamin reliabilitas, keadilan dan
kebenaran penilaian maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai
hasil kerja pebelar. Rubrik dapat disusun bersama dengan pebelajar, sehingga jelas dasar yang
dipakai untuk menilai
Tes essay merupakan contoh yang sangat umum dari suatu asesmen berbasis kinerja, tetapi
ada banyak contoh lain, meliputi produksi artistik, eksperimen dalam sains, presentasi lisan,
dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah dunia-nyata. Penekanan pada
melakukan, tidak hanya mengetahui; pada proses dan juga produk. Selain itu, asesmen dari
kemampuan siswa untuk membuat observasi, memformulasikan hipotesis, mengumpulkan
data, dan menggambarkan konklusi saintifik valid dapat membutuhkan penggunaan asesmen
kinerja. Asesmen kinerja menentukan suatu basis bagi guru dengan mengevaluasi keefektivan
proses atau prosedur yang digunakan (misalnya pendekatan untuk pengumpulan data,
manipulasi instrumen) dan produk yang dihasilkan dari kinerja suatu tugas (misalnya, laporan
hasil lengkap, senikerja lengkap) (Jacob, 2011).
Asesmen kinerja seringkali menunjuk pada asesmen otentik dengan menekankan bahwa guru
mengases kinerja sementara siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan pengalaman belajar
yang dinilai dalam kebenaran diri mereka sendiri, bukan sebagai makna menilai prestasi
siswa. Bagaimanapun, tidak semua asesmen kinerja adalah otentik dalam pengertian bahwa
guru melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah real (Linn & Gronlund, 1995:13) dalam
Jacob (2011). Asesmen kinerja diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan
dengan melakukan secara aktual. Asesmen kinerja diperlukan untuk mengobservasi dan
evaluasi keterampilan.
Menurut UPI (2011), cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secar keseluruhan
dalam satu kelas keseluruhan. Menurut Wulan Asesmen kinerja klasikal terbukti
paling mudah dan efisien untuk digunakan dalam kegiatan praktikum sehari-hari.
Format penilaiain ini paling sederhana dan dapat menilai kinerja siswa secara
keseluruhan. Guru juga dapat memperoleh feed back lebih menyeluruh tentang
keterampilan siswa di kelasnya. Melalui penilaian kinerja klasikal ini, pencapaian
tujuan praktikum dapat dilihat secara umum dan langsung pada seluruh siswa.

2. Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok.


Menurut Wulan Asesmen kinerja kelompok sangat efektif untuk melihat kerjasama di
antara anggota kelompok dan kualitas kerja tim selama kegiatan praktikum. Untuk
kemudahan jalannya asesmen kinerja kelompok. Guru dapat mengawali dengan hanya
mengakses beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan guru. Sebagian kelompok
lainnya dapat dinilai kinerjanya pada praktikum selanjutnya, sehingga dengan
beberapa kegiatan praktikum, guru dapat menilai kinerja seluruh kelompok.
3. Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu. Menurut
Wulan Asesmen kinerja secara individual paling tepat dipilih untuk mengungkap
sikap dan keterampilan personal siswa. Dengan jumlah siswa yang sangat banyak,
asesmen kinerja individual ini agak sulit dilakukan. Untuk kemudahan proses
asesmen kinerja individual, guru dapat mengawali dengan dengan hanya mengakses
beberapa siswa sesuai kesanggupan guru. Sebagian siswa lainnya dapat dinilai
kinerjanya pada paraktikum selanjutnya sehingga dengan beberapa kegiatan
praktikum guru dapat menilai kinerja seluruh siswa.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance
task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas
kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi
penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponenkomponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara
penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan
impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu
pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3)
primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu
performansi (Marhaeni, 2007).
Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk
menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai
melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang
terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk
percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat
dirancang (UPI, 2011).
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu
dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi
peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya
tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja
memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas
belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat
penguasaan/kecakapan yang dicapai siswa (UPI, 2011).
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagaimana halnya
dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan
pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa.
Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent
(keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya (UPI, 2011).

Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja
siswa pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari
tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi. Hal-hal yang harus kita
pahami tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja
untuk digunakan kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat
yang mujarab, bukan penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai
kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan
cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari
proses pendidikan yang dipandang berguna (UPI, 2011).
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases
dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencanakan untuk
mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua
semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru
dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan di akses Siswa kelompok
pertama akan diases pada kegiatan pembuatan larutan pertama, kelompok berikutnya diases
pada pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang
sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang
digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan
asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai.
Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop
dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur
pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2. Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan
tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang
akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan
mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan
mikroskop.
3. Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi
ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam
rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metode-metoda assesman kinerja.
Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesman
sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi assesman kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang
mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan
mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang dinilai,mengidentifikasi
siapa yang akan dinilai; dan menetapkan kriteria kinerja (UPI, 2011).
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang
menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat
penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus

dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk


aktual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut. Dalam hal penskoran, penilaian
sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan
hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (ya tidaak) atau skala rentang (sangat baik -baik agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila
kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati,
siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua
pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian
nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu
karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua (UPI,
2011).

A. Asesmen Kinerja (Performance Assessment)


Posted on November 30, 2010 by Eikichi Onizuka
Asesmen kinerja merupakan penilaian yang mengharuskan peserta didik untuk
mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban yang tersedia (Zainul,
2001). Dalam pembelajaran di kelas, guru tidak hanya mengukur aspek kognitif, tetapi juga
harus mengukur aspek afektif secara keseluruhan (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor)
digunakan asesmen kinerja saat siswa melakukan unjuk kerja, untuk menilai afektif dan
psikomotor dengan menggunakan paper and pencil test untuk mengukur pemahaman
konsepnya. Senada dengan pendapat di atas Linn dan Gronlund mengatakan bahwa,
Assessment is a general term that includes the full range of procedures used to gain
information about student learning (observations, ratings of performances or projects, paper
and pencil tests) and the formation of value judgements concerning learning progress (Linn
& Gronlund, 1995: 5).
Menurut Stiggins (1994), performance assessment adalah suatu bentuk tes dimana siswa
diminta untuk melakukan aktivitas khusus di bawah pengawasan penguji (guru) yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
ditunjukkannya. Senada dengan pendapat di atas, Airasian (1994) berpendapat bahwa
penilaian yang mampu membuat siswa memberikan suatu jawaban atau suatu hasil yang
mendemonstrasikan atau mempertunjukan segala pengetahuan dan keterampilan atau kinerja
disebut asesmen kinerja. Dalam bukunya Classroom Assessment, Airasian juga menulis,
The process of collecting, interpreting, and synthesizing information to aid in decision
making is called assessment performance is.a pupils skill in carrying out an activity or
producing product assessment in which the teacher observes and makes judgement about a
pupils skill in carrying out an activity or producing product are called performance
assessment (Airasian, 1991: 252).
Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas untuk
memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang
harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada kemampuan baik psikomotor,
afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja guru dapat menilai siswa
tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat penilaian seringkali tidak adil.
Manfaat asesmen kinerja menurut Airasian (1994) yaitu mengindikasikan bagaimana siswa
menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dan
menghasilkan sesuatu dalam situasi dengan menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat
lainnya adalah bahwa satu kali asesmen kinerja dikembangkan, maka instrumen tersebut
dapat digunakan terus menerus.
Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan Stiggins (1994) bahwa
penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru lebih percaya diri dan menyukai
kualitas asesmen kinerja. Reichel (1994) mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna
bagi guru untuk memandang asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan
sekedar nilai akhir, membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi
yang dibuat tidak menjadi bias, menemukan berbagai keterampilan dan kualitas yang
diharapkan dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual
dan keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa
dan melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka.
Stiggins (1994) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu
dilakukan yaitu sebagai berikut.
1. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali siswa secara lebih
utuh sebab pada kenyataannya tidak semua siswa yang kurang berhasil dalam tes
objektif atau esai secara otomatis bisa dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif.
Dengan demikian penilaian kinerja siswa melengkapi cara penilaian lainnya.
2. Dapat melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu
sampai proses pembelajaran berakhir. Asesmen kinerja membantu guru memudahkan
mengamati dan menilai siswa dalam belajar sesuatu, dengan demikian akan diperoleh
informasi mengenai bagaimana siswa berintegrasi dengan lingkungan selama proses
pembelajaran.
3. Adanya kemampuan siswa yang sulit diketahui atau dideteksi hanya dengan melihat
hasil akhir pekerjaan mereka, atau hanya melalui tes tertulis yaitu segi keterampilan
dan kreativitas.
Terdapat beberapa target yang akan dicapai melalui asesmen kinerja yaitu: (1) knowledge
atau pengetahuan (2) reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan dalam
konteks pemecahan masalah (3) skill yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, keterampilan
berkomunikasi, karya, visual, dll (4) product yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya
siswa (5) affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi dan konsep
diri (Hidayat dan Maryani, 1958).
Asesmen kinerja memiliki cakupan aspek yang luas, berbagai aspek kegiatan yang dilakukan
dapat dinilai dengan menggunakan asesmen kinerja. Namun, penilaian yang baik akan selalu

mengikuti suatu proses atau langkah yang teratur demikian juga dengan asesmen kinerja.
Menurut Stiggins (1994) penilaian yang baik akan mengikuti hal-hal sebagai berikut.
ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN PROSES

ASESMEN KINERJA
A. Pengertian Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja merupakan suatu asesmen yang menitik beratkan kepada

proses.
Asesmen kinerja dalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian
dalam bentuk tulisan, produk atau sikap kecuali bentuk pilihan ganda,

menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat


Asesmen kinerja adalah asesmen yang memberi

kesempatan

siswa

menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan

kemungkinan jawaban yang sudah tersedia.


Asesmen kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap
unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa (Depdiknas, 2004).
Asesmen kinerja menuntut siswa untuk aktif karena yang dinilai bukan
hanya produk tetapi yang lebih penting adalah keterampilan yang mereka
punya.
Berdasarkan cara melaksanakannya , dapat dikelompokkan menjadi :

a)
b)
c)

B.

Asesmen kinerja klasikal digunakan untuk mengakses kinerja siswa secara


keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan
Asesmen Kinerja Kelompok untuk mengakases kerja siswa secara kelompok.
Asesmen Kinerja Individu untuk mengakases kerja siswa secara individu.

Tujuan Asesmen Kinerja


Performance assessment
subyek

belajar

telah

bertujuan untuk mengetahui seberapa baik

mampu

mengaplikasikan

pengetahuan

dan

keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah ditentukan


dan berfokus pada penilaian secara langsung yakni dalam arti langsung dari
kinerja atau apa yang ditampilkan oleh peserta didik, berlangsung kontinyu,
dengan mengkaitkannya dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi
peserta didik.

C. Kriteria Penilaian Asesmen Kinerja


Untuk mengetahui apakah penilaian kinerja (performance assessment) dapat
dianggap berkualitas atau tidak, terdapat tujuh kriteria yang perlu diperhatikan
oleh evaluator. Ketujuh kriteria ini sebagaimana diungkap oleh Popham (1995)
yaitu:
a)

Generability : apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam


melakukan

tugas

yang

diberikan

tersebut

sudah

memadai

untuk

digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisasikan


tugas-tugas yang diberikan dalam rangka penilaian keterampilan atau penilaian
kinerja (performance assessment) tersebut, dalam artian semakin dapat
dibandingkan dengan tugas yang lainnya maka semakin baik tugas tersebut. Hal
ini terutama dalam kondisi bila peserta tes diberikan tugas-tugas dalam
penilaian keterampilan (performance assessment) yang berlainan.
b) Authenticity: apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa
yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?
c) Multiple foci: apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than one
instructional outcomes)
d) Teachability: apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya
semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang
diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (performance
assessment) adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru
di dalam kelas.
e) Fairness: apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta
tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak bias untuk semua
f)

kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi.
Feasibility: apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan
atau penilaian kinerja (performance assessment) memang relevan untuk dapat
dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu,

atau peralatannya?
g) Scorability: apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan
reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan
atau penilaian kinerja (performance assessment) adalah penskorannya.

ASESMEN PORTOFOLIO

A. Pengertian Asesmen Portofolio


Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang menggambarkan
kemajuan belaja siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh siswa dan
guru, mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu
mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki, membangkitkan kepercayaan
diri dan motivasi untuk belajar sehingga

mendorong tanggung jawab siswa

untuk belajar.

B.

Prinsip Asesmen Portofolio


Berbeda dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian
portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang
perlu

diperhatikan

dan

dijadikan

pedoman

dalam

penggunaan

penilaian

portofolio, diantaranya adalah:


a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Saling percaya,
Kerahasiaan bersama,
Milik bersama,
Kepuasan dan kesesuaian,
Penciptaan budaya mengajar,
Refleksi bersama,
Proses dan hasil.

C. Fungsi Asesmen Portofolio


Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan
peserta didik, tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta
didik.Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta
didik dan kemampuan dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan
kemampuan peserta didik.
Hal ini nampak pada ciri-ciri portofolio yaitu:
1)

Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja / karya siswa

2)

didokumentasikan siswa itu sendiri,


Portofolio memberikan secara rinci latar pengalaman hasil belajar yang jelas

3)
a)

sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan,


Portofolio disusun terdiri dari:
Biodata,

b)

Paparan umum mengenai persepsi siswa tentang tujuan belajar yang ingin
dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mencapai

c)

tujuan tersebut,
Rincian kronologi proses pengalaman belajar atau kinerja yang telah

d)

dilaluinya,
Rincian pengalaman belajar (kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan
butir-butir HPMB yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun

terapan,
e) Lampiran bukti-bukti yang relevan.
Dopham, Ross dan Faichney, mengemukakan lebih rinci tentang ciri-ciri
portofolio yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Ada keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara nyata,


Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya yang terbaik.
Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa,
Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa,
Mengharuskan siswa untuk menilai sirinya sendiri secara terus menerus
berdasarkan hasil portofolionya,
Menentukan waktu untuk membahas portofolio,
Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio.

Dari uraian tersebut tampak tiga hal yang menjadi ciri utama portofolio
yaitu:
1)

Adanya nilai kejujuran yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan sesuatu

yang terbaik,
2)
Terdapat alokasi waktu yang jelas dan manusiawi,
3)
Menjadikan penghubung yang sangat berarti bagi guru, siswa dan orang
tua/masyarakat.
Dalam

penilaian

portofolio,

mengharuskan

peserta

didik

untuk

mengkoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka.Karena itu portofolio dapat


dijadikan sebagai salah satu alat penilaian autentik (authentic assessment).
Asesmen autentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan dari asesmen dapat
dijadikan alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar siswa secara
lebih komprehensif dan objektif mengingat asesmen autentik yang lebih
menekankan pada pengembangan alat asesmen yang lebih secara akurat
mencerminkan dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan.

D.

Tujuan dan Manfaat Asesmen Portofolio

Tujuan

digunakannya

portofolio

dalam

proses

penilaian

adalah

untukmengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa,


pengetahuan, dan sikapnya secara nyata.
Dikemukakan

pula

oleh

Ross,

bahwa

portofolio

bertujuan

mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar secara lengkap.


Nitko, mengungkapkan bahwa portofolio bertujuan untuk mengkoleksi
bukti

perkembangan

dari

kemajuan

belajar

siswa sebagai

bahan

untuk

memberikan konstribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya.


Pendapat dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio
digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas pada proses
dan hasil belajar siswa atau merupakan berkas-berkas hasil kerja/hasil karya
siswa secara nyata dan autentik dapat dijadikan sebagai dasar penilaian
perkembangan dan kemajuan belajar siswa.
Manfaat yang dapat dirasakan sebagai dampak penggunaan portofolio
dalam penilaian adalah:
1.

Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang


perkembangan kemampuan siswa. Artinya melalui penilaian portofolio,
informasi yang didapatkan bukan hanya sekedar pengetahuan saja, akan

tetapi juga sikap dan ketrampilan,


2. Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik, artinya penilaian
portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa yang
sesungguhnya.Mengapa demikian?Karena portofolio adalah dokumen asli
yang berisi tentang ekumpulan karya siswa. Melalui dokumen itulah
tergambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya,
3. Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong
siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa
dapat belajar optimal, merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan disebabkan
penilaian
4.

portofolio

adalah

penilaian

yang

dilakukan

secara

terus

menerus. Setiap hasil kerja siswa dimonitor dan diberi komentar,


Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, oleh
sebab

itu

respon

reinforcement,

siswa

dengan

dalam

demikian

proses
siswa

pembelajaran

akan

segera

diberikan

mengetahui

kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukannya,


5. Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua siswa untuk aktif
terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan setiap

perkembangan siswa yang digambarkan melalui hasil kerja siswa, orang


tua dimintai komentarnya.
Maka nampak jelas, bahwa asesmen portofolio adalah salah satu teknik
menilai proses belajar yang mempertimbangkan variasi aspek kemampuan
individual berdasarkan kumpulan bukti karya, usaha dan kemampuan siswa
selama proses belajar berlangsung, sehingga diperoleh penilaian proses belajar
sebagai hasil akhirnya, bukan sekedar penilaian hasil belajar yang cenderung
menekankan kemampuan kognitif atau afektif semata.
E.

Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Portofolio


Belajar merupakan proses yang panjang, untuk memperoleh pengetahuan
yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman
(banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan
banyak masalah, dan sebagainya). Pembentukan gambar tentang kompetensi
siswa juga memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi
koleksi produk siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi
rentang waktu yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relative
lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.

1.

Keunggulan Asesmen Portofolio Adalah:


Wina Sanjaya, mengemukakan keunggulan penggunaan portofolio

1)
2)
3)
4)
5)

dalam penilaian, adalah


Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara menyeluruh,
Penilaian porotfolio dapat menjamin akuntabilitas,
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat individual,
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka,
Penilaian portofolio bersifat self evaluation.

Gronlund, berpendapat, portofolio memiliki beberapa keuntungan,


antara lain sebagai berikut:
1. Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas,
2. Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh
positif dalam belajar,
3. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan
motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang
lain,
4. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi
contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik,

5. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu


(misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi samasama menuju tujuan umum),
6. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa
bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.
2.

Kelemahan dari Asesmen portofolio adalah:


1. Penggunaan portofolio tergantung pada

kemampuan

siswa

dalam

menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar


berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban
tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa,
2. Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari
guru untuk melakukan penskoran, alagi kalau kelasnya besar.
Kelemahan lain penggunaan asesmen portofolio adalah:
a) Memerlu kan waktu dan kerja keras bagi guru dibandingkan penilaian lain,
b) Penilaiaan portofolio memerlukan perubahan cara pandang baik dari guru itu
c)
d)

sendiri, dari masyarakat termasuk perubahan cara pandang orang tua,


Penilaian portofolio memerlukan perubahan gaya belajar,
Penialaian portofolio memerlukan perubahan sistem pembelajaran.

Penilaian portofolio memiliki kelebihan dalam beberapa hal, terutama


lebih objektif dilihat dari hasil kerja peserta didik yang sesungguhnya, lebih
terbuka dimana peserta didik ikut serta menilai pekerjaan yang dilakukannya,
dan secara langsung berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran.
PENILAIAN KINERJA
Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini
banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik di
persekolahan. Dengan asesmen kinerja ini, diharapkan proses pengukuran hasil
belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan
merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh karena itu
penggunaan asesmen kinerja menjadi penting dalam proses pembelajaran
karena dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan peserta
didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi
tentang jawaban benar atau salah saja.
Atas dasar inilah maka penggunaan asesmen kinerja dari tes kertas dan pensil
merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dikembangkan dalam proses
pembelajaran dan penilaian yang memenuhi standar nasional pendidikan.
Pada dimensi lain, Mansyur (2009) berpendapat bahwa penggunaan penilaian
berdasarkan pendekatan konvensional seperti penggunaan tes terstandar
layaknya tes tertulis (essay) dan pilihan ganda belum memberikan gambaran

yang lengkap /komprehensip tentang kemampuan individu yang dinilai. Oleh


karena itu, penilaian kinerja menjadi alternatif untuk mengungkap secara utuh
kemampuan individu tersebut dan sangat cocok dterapkan dalam penilaian di
kelas.
W.J Pophan ( 1995) , pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya
melibatkan pengamatan para guru hanya satu bagian dari suatu perilaku yang
kompleks, sedangkan penilaian-penilaian kinerja pada umumnya melibatkan
pengamatan atas seluruh perilaku-perilaku yang kompleks. Sebagai tambahan,
pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya dilaksanakan sebagai
penilaian yang berkembang , sedangkan penimbangan prestasi lebih pada
umumnya digunakan sebagai penilaian-penilaian sumatif., dan terkadang kedua
jenis penilaian tersebut akan tumpang tindih .
Dari paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja adalah salah
satu alternatif penilaian yang tergolong tradisional. Selama penilaian kinerja,
para siswa itu diminta untuk menyelesaikan beberapa aktivitas dan diamati oleh
guru dan kadang-kadang guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan dan
melengkapi tugasnya. Guru juga memfokuskan penilaian hasil dari aktivitas
siswa.
JENIS-JENIS PENILAIAN KINERJA
Jenis penilaian kinerja dibedakan atas 3 dimensi.
Dimensi yang pertama membedakan antara proses dengan produk
Dimensi kedua melibatkan antara pengaturan-pengaturan yang nyata dengan
yang tidak nyata.
Dimensi ketiga melibatkan pengaturan yang tersusun secara alami.
Oosterhof (2001)

Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja sudah dianggap berkualitas baik,


terdapat tujuh kriteria yang harus diperhatikan yaitu:
1. Generability, semakin dapat digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain , maka
semakin baik tugas tersebut
2. Authenticity, tugas yang diberikan harus sesuai dengan apa yang sering
dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari
3. Multiple, tugas yang diberikan sudah mengukur lebih darisatu kemampuankemampuan yang diinginkan.
4. Teachability, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang diajarkan guru.
5. Fairness, tugas yang diberikan harus adil untuk semua peserta tes

6. Feasibility, harus relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor


seperti biaya, ruangan, waktu, atau peralatannya.
7. Scorability, dapat diskor dengan akurat dan reliabel.

KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN PENILAIAN KINERJA

Keuntungan-keuntungan dalam penilaian kinerja


Keuntungan yang paling penting dari penilaian kinerja adalah guru dapat secara
langsung mengukur ketrampilan-ketrampilan dari siswa dan bukan hanya
dengan tes (paper and pencil test) Saja. Termasuk pula penilaian ketrampilanketrampilan teori tingkat yang lebih tinggi dan kebanyakan ketrampilanketrampilan psychomotor
Keuntungan yang kedua dari penilaian kinerja adalah dapat mempengaruhi cara
belajar siswa dimana siswa tidak hanya sekedar menghapal saja tetapi
bagaimana siswa diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam
menggunakan semua keterampilan-keterampilannya sehingga mereka dapat
mengingatnya dengan lebih baik.
Keuntungan ketiga dari penilaian kinerja ini adalah guru dapat mengukur proses
kinerja siswa langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
Kekurangan kekurangan dalam penilaian kinerja
Masalah dalam instrumen tidak jelas, sukar digunakan
Masalah prosedural: kemampuan terlalu banyak, rata-rata hanya satu orang
Penskoran cederung bias atau subjektif
Waktu penilaian tidak memadai Penilaian kurang obyektif
Kurang andal dalam pemberian angka
Tidak semua siswa mempunyai minat yg sama dalam kegiatan/proses kinerja
pada topik tertentu

LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBUAT PENILAIAN KINERJA


Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat penilaian kinerja
antara lain:

1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan yang akan


mempengaruhi hasil akhir
2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang
terbaik.
3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak
terlalu banyak, sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
4. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati
5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang akan diamati.

METODE DAN CONTOH MENILAI PENILAIAN KINERJA


Dalam penilaian kinerja dapat digunaklan 2 pendekatan, yaitu (1) metode
holistic dan (2) metode analytic.
Metode holistic digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu
buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara
keseluruhan dari hasil kinerja siswa. Sedfangkan metode analityc para penskor
(rater) memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang
berhubungan dengan kinerja yang dinilai.
Dalam penskoran kinerja dengan metode
menggunakan checklists dan rating scales.

analityc

antara

lain

dapat

1. Checklists
Penskoran yang menggunakan checklists merupakan cara yang paling sederhana
. Melalui cara penskoran ini kriteria kemampuan tertentu siswa atau produk yang
dihasilkan siswa dapat diamati oleh penskor, siswa akan mendapat nilai jika ia
mengerjakan tahapan tertentu dari tugas yang diberikan dan apabila tidak maka
siswa tersebut tidak mendapat nilai.
Tabel 1. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan cheklis
Nama : Akbar
Petunjuk:
Tuliskan centang ( ) di belakang hurup dimana kemampuan siswa teramati pada
waktu berpidato, tpi berikut ini masih perlu di lengkapi dengan rubrik penilaian,
tergantung aspek-aspek apa yang akan dinilai, secara sederhana seperti berikut:
1. Ekspresi Fisik

A. Berdiri tegak melihat pada penonton


B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang
disajikan
C. Mata melihat kepada penonton
2. Ekspresi Suara
A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan
C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton
3. Ekspresi Verbal
A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti
B. Tidak mengulang-ulang pernyataan
C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran
D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting

2. Rating Scale
Penilaian kemampuan kinerja dengan cara lain adalah dengan menggunakan
rating scale. Rating scale memberikan lebih dari dua kategori penilaian
Tabel 2. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan numerical rating
skale
Nama : Akbar
Petunjuk:
Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor
1. Bila siswa selalu melakukan
2. Bila kadang-kadang
3. Bila jarang
4. Bila tidak pernah
Ekspresi Fisik
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1234
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan.
1234
C. Mata melihat kepada penonton
1234
Ekspresi Suara
A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
1234
B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan yang ditekankan
1234
C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton
1234
Ekspresi Verbal
A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti
1234
B. Tidak mengulang-ulang pernyataan

1234
C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran
1234
D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting
1234
BEBERAPA BENTUK PENILAIAN KINERJA
Dalam aplikasi di lapangan beberapa penilaian dapat juga dikategorikan ke
dalam penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang menghasilkan suatu benda
(produk) lebih spesifiknya dinamakan penilaian produk (product assessment).
Ada pula yang berbentuk tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu,
penilaian kinerja semacam itu disebut sebagai penilaian projek (product
assessment).
1. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian hasil karya siswa yang berbentuk suatu benda.
Benda tersebut dapat terbuat dari kain, kertas, logam,kayu, plastik, keramik, dan
hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung.
Penilaian produk biasa dilakukan pada mata pelajaran kerajinan tangan dan
kesenian, menggambar dan mata pelajaran produktif di sekolah kejuruan.
2. Penilaian Projek
Salah satu bagian dari penilaian kerja adalah penilaian projek. Projec
didefinisikan sebagai tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu.
Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan periode
untuk menyelesaikannya, misalnya selama dua minggu, satu bulan, satu
semester, atau lebih.
Penilaian projek juga dilakukan pada proses dan produk akhir dari tugas tersebut,
baik pada proses maupun produk, penilaian difokuskan ketika sedang
merencanakan, membuat spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi.

hrul H. 2008. Prinsip-prinsip dan Strategi Penilaian di kelas: Pusat Penilaian Pendidikan
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

ari S. 2008

Penilaian Kinerja: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan


Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

ansyur . 2010. Membangun Sistem Asesmen yang Berkeadilan, Transparan, dan Bermakna
( Tinajuan dalam Proses Pendidikan).Orasi pengukuhan Guru Besar UNM

ansyur . 2009.

Asesmen Pembelajaran di Sekolah . Multi Pressindo. yogyakarta

J. Popham. 1995

Classroom Assessement: What Teachers Need to Know.

Allyn & Bacom A Simon & Schuster Company Needham Heights,Mass

ni Kusmarni. 2010 Asesmen Kinerja Suatu Penilaian Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah
untuk Menghadapi Tantangan Globalisasi. Diakses tanggal 26 November 2010
dari http://www.yahoo.com/Assessmen

Asesmen Portofolio & Asesmen Kinerja


Asesmen Kinerja
Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang
bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya adalah asesmen kinerja.
Asesmen

kinerja

yaitu

penilaian

terhadap

proses

perolehan

penerapan

pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan


kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja bertujuan untuk
mengases unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan
kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat
cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Proses,kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa
ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya
penilaian

terhadap

kemampuan

siswa

merangkai

alat

praktikum

untuk

percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum


atau setelah alat dirancang.
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk
keterampilan tertentu dan/ atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena
itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menilai
pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan
dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru
mengamati siswa saat sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru
dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai serta menilai (judge) tingkat
penguasaan / kecakapan yang dicapai siswa.
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah.
Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan
oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subjektif
berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan

pada

perbandingan

kinerja

siswa

dalam

mencapai

standar

excellent

(keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagaimana tes essay,


pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada
suatu kesatuan / kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai
dari tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
Hal-hal yang harus kita pahami tentang asesmen kinerja adalah kita
mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan kelak di
kelas kita sendiri. Metodologi asesmen kinerja bukanlah suatu obat yang
mujarab, bukan penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk
menilai kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat
yang memberikan cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa
(bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
Berdasarkan cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan
menjadi :

Asesmen kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secara


keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan
Asesmen kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok
Asesmen kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu.
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerjakinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua
semester guru merencanakan untuk mengases keterampilan setiap siswa dalam
membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali
kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi
siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan diases. Siswa kelompok
pertama akan diases pada kegiatan pembuatan larutan pertama, kelompok
berikutnya diases pada pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap
siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai keterampilannya dalam
membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut adalah
asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat
perencanaan asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
Fase 1 : mendefinisikan kinerja

Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya
kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi membawa mikroskop
dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu,
mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan
benda.
Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja
Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah
menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai
dapat

muncul.

mikroskop,

Misalnya

maka

KBM

guru

akan

menilai

yang

dipersiapkan

kemampuan
adalah

menggunakan

praktikum

dengan

menggunakan mikroskop.
Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman / pencatatan hasil.
Asesmen kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan
bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika
meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang
kapan mengadopsi metode-metode asesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor
utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi asesmen sesuai dengan
sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi asesmen kinerja.
Dalam klasifikiasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan
sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada
sasaran-sasaran

khusus

dengan

mengambil

tiga

keputusan

desain

merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai,
dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal
yang

menyebabkan

siswa

melakukan

perbuatan

tertentu

yang

dapat

merefleksikan tingkat penguasaan / kecakapan / prestasi yang dicapai. Karena


itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan
yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan
latihan tersebut.
Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu
orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak)
atau skala rentang (sangat baikn - baik agak baik tidak baik).

Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara
ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada.
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Berikut ini adalah contoh asesmen kinerja dalam menggunakan mikroskop
dengan teknik penilai daftar cek list.
No

Aspek Penilaian

.
1
2

Skala
Ya

Tidak

Membawa mikroskop dengan benar


Menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih
dahulu

Mengatur pencahayaan

Memasang preparat

Memfokuskan bayangan benda

Asesmen Portofolio

Salah satu prinsip penilaian adalah bersifat menyeluruh artinya menyangkut


semua aspek kepribadian siswa yakni aspek produk dan proses belajar. Penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa dapat dijaring melalui
berbagai asesmen. Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang
menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi
bersama oleh siswa dan guru.
Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam portofolio merupakan hasil seleksi
bersama antara siswa dan guru yang dianggap karya terbaik dan berarti bagi
siswa. Kumpulan karya siswa yang akan dikumpulkan sebagai dokumen

portofolio terlebih dahulu direviu oleh guru, sehingga bersama guru, siswa dapat
menentukan bukti-bukti nyata yang menggambarkan perkembangan dirinya.
Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan
belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua, serta pihak lain
yang berkepentingan.
Portofolio sebagai asesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, yaitu :

Mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu


Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki
Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar
Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar
Keuntungan penerapan portofolio sebagai asesmen otentik antara lain
sebagai berikut:

1.

Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas, misalnya serangkaian


kumpulan jurnal dan laporan percobaan siswa dalam kurun waktu tertentu dapat

2.

memberikan gambaran mengenai kemajuan siswa dalam membuat laporan


Menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan
pengaruh positif dalam belajar. Seleksi hasil karya terbaik siswa melibatkan

3.

siswa sehingga siswa merasa dihargai


Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi

yang lebih besar dari pada membandingkan dengan pekerjaan orang lain
4. Siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik
5. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan
6.

individu
Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa
kepada siswa itu sendiri, orang tua, dan pihak lain yang terkait.
Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai cara. Cara yang
akan dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan
siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan.
Berikut ini adalah model portofolio IPA SD yang berisi contoh-contoh
pekerjaan siswa.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil ulangan
Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana
Gambar-gambar dan laporan lisan
Produk berupa hasil pekerjaan proyek
Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah

7. Salinan piagam penghargaan


Selanjutnya contoh-contoh pekerjaan tersebut disimpan dalam satu
tempat khusus (file folder) untuk setiap siswa. Ketika diperlukan, portofolio siswa
dapat dengan mudah digunakan. Kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman
dan dokumentasi belajarnya serta kejujuran guru dalam menilai kemampuan
siswa

sesuai

dengan

kriteria

yang

telah

disepakati

merupakan

syarat

dilaksanakannya asesmen portofolio. Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio


diantaranya sebagai berikut.
1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk
kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan,
2.

dan lembar rekaman kejadiannya.


Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan

perkembangan yang hendak dicapai siswa


3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa
4. Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah
pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya :
tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.
Jenis bukti yang dikumpulkan dalam portofolio bergantung pada tujuan
penyusunan portofolio itu sendiri. Misalnya di kelas I SD siswa belajar sains
dengan beberapa kompetensi diantaranya siswa mengenal anggota tubuh
manusia melalui pengamatan gambar, siswa mengetahui fungsi masing-masing
anggota tubuh serta siswa mampu mengidentifikasi cara memelihara kesehatan
anggota tubuh. Untuk mengumpulkan bukti bahwa siswa telah menguasai ketiga
kompetensi tersebut, jenis portofolio yang harus dikumpulkan harus mengacu
pada ketiga kompetensi tersebut. Misalnya laporan lisan siswa tentang
kebiasaannya menggosok gigi di rumah merupakan bukti kompetensi ketiga.
Terdapat 3 langkah dalam menerapkan portofolio yaitu :
1. Tahap persiapan yang meliputi :
a.

Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan

b.

Menentukan tujuan penyusunan portofolio

c.

Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio

d.

Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam


portofolio

e.

Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik


merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas
portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan siswa

2. Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus
diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan
bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai dengan
tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi
masing-masing. Portofolio dapat disimpan di dalam folder khusus untuk setiap
siswa. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
3. Pemberian nilai akhir portofolio
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yang telah lengkap. Aspek yang dinilai
meliputi isi portofolio, dan kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian
sampul, nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta
refleksi diri.
Contoh Implementasi Portofolio
Mata Pelajaran : Sains
Kelas / Semester
: III (tiga) / Gasal 2007
Sekolah
: SD Laboratorium UPI
Langkah-langkah penyusunan portofolio :
a. Persiapan, meliputi :

Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan yaitu portofolio individu


Menentukan tujuan penyusunan portofolio yaitu mengetahui gambaran
perkembangan pemahaman siswa tentang sains, mengetahui peningkatan
aktivitas belajar siswa, serta mengetahui perkembangan kemandirian siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas sains.

Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dijadikan dokumen bukti


portofolio, misalnya hasil tes formatif, hasil observasi guru tentang aktivitas
belajar, hasil pengamatan guru tentang kemandirian, hasil wawancara guru dan
sebagainya.

Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam


portofolio

Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik


merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas
portofolio

Memutuskan

bagaimana

menilai

portofolio

yang

sudah

lengkap

dan

terorganisasi dengan baik (nilai akhir portofolio).


b. Mengatur portofolio
Siswa mengumpulkan dan mengkoleksi portofolio selama satu semester.
Tugas-tugas yang akan dijadikan bukti dalam portofolio dimasukkan dalam file
folder. Setiap bukti yang dikumpulkan harus diberi tanggal. Selanjutnya siswa
menata dan mengorganisir tugas-tugas yang sudah terkumpul. Untuk kelas satu
c.

langkah ini dapat dibantu oleh guru.


Memutuskan bagaimana portofolio tersebut dinilai. Penilaian akhir portofolio
meliputi isi yang mengacu pada rubrik yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai