Anda di halaman 1dari 10

Tugas 2, MK : Evaluasi Pembelajaran di SD

Nama : Ade Moulinasari


NIM 855789434
Dosen Pengampuh : Tiurida Intika M.Pd

1. Kita ketahui bahwa asesmen alternatif dikelompokan menjadi beberapa asesmen yaitu
performance assessment, portofolio assessment, dan authentic assessmaent. Coba saudara
jelaskan dari masing-masing asesmen tersebut dan berikan contohnya?

2. Menurut Teori dari C. Rogers (1969) menjelaskan bahwa teori ini membedakan dua jenis
belajar yaitu cognitive learning and experiential learning. Coba saudara jelaskan dan
berikan contoh pelaksanaan di dalam kelas khususnya untuk siswa Sekolah Dasar?

3. Berdasarkan kriteria penilaian rubrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu rubric holistic
dan rubric analytic. Coba saudara jelaskan perbedaan dan berikan masing-masing contoh
dari kedua rubrik tersebut?

4. Dalam pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar dilakukanya pemeriksaan


hasil tes objektif, tes uraian, pengamatan. Coba saudara jelaskan bagaimana proses
memeriksa dari masing-masing hasil tes di atas?

Jawaban :

1. Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap


aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja,
tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai
kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk
menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan
penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).
Sedangkan menurut Majid (2006:88) performance assessment merupakan penilaian
dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance
assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-
kriteria yang diinginkan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa performance assessment
adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan
yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui
suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam performance
assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu 1) menentukan tujuan
penilaian yang jelas sebelum memulai; 2)mengajar siswa dengan kinerja yang diinginkan,
dan 3) memberitahukan kepada siswa tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan
dipertimbangkan (Airasian, 1991:299-301).
Assesement Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil
pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru,
sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang
ditentukan dalam kurikulum. Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen
penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi
siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga ‘portofolio untuk
penilaian’ atau ‘portofolio penilaian’. Penilaian portofolio merupakan satu metode
penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham, 1984). Portofolio dapat diartikan sebagai suatu
wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai ajektif. Sebagai
suatu wujud benda fisik portofolio adalah bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil
pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-
test), tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas
terstruktur, hasil tes akhir (post-test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial
pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam
pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill),
maupun sikap (afektif). Adapun sebagai suatu ajektif portofolio seringkali dihubungkan
dengan konsep pembelajaran atau penilaian yang dikenal dengan istilah pembelajaran
berbasis portofolio atau penilaian berbasis portofolio. Berdasarkan pengertian tentang
evaluasi, penilaian, asesmen dan portofolio, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen
portofolio dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses,
hasil pertumbuhan, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta
didik yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman belajarnya di dalam suatu
pembelajaran. Dalam konteks penilaian, asesmen portofolio juga diartikan sebagai upaya
menghimpun kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang tersusun secara sistematis
dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru dan
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata S dan Hatta M, 2004 dalam
Nahadi danCartono, 2007).

Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;
apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.

ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut:

a) Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu
kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar
penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.

b) Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-
masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam
memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.

c) Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi


untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real)
Contoh Assessment Authentic :

Penerapan model penilaian otentik berimplikasi pada disain pembelajaran. Menguasai


pengetahuan yang dinilai dengan model tes pilihan ganda. Pembelajaran harus
dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan
ketrampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Produk belajar siswa bersifat
kontekstual. Berikut contoh-contoh tugas yang termasuk dalam asesmen autentik :

1) Computer adaptive testing (sepanjang tidak berbentuk objektif), yang menuntut


peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat
kemampuan yang nyata

2) Group performance assessment, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik secara berkelompok

3) Individual performance assessment, yaitu tugas yang harus diselesaikan secara


mandiri

4) Interview, yaitu siswa harus merespon pertanyaan lisan dari pengajar

5) Nontraditional test items, yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi
merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan
kriteria yang ditetapkan

6) Observasi, meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan


peserta didik tersebut peserta didik diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup.

7) Portofolio, suatu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan
urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.

8) Project, exhibition, or demonstration, yaitu penyelesaian tugas-tugas yang


kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan
kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pula

9) Mencongak menuntut jawaban singkat dari siswa, tetapi bukan memilih jawaban
dari sederet kemungkinan

2. Rogers membedakan dua jenis pembelajaran: kognitif (berarti) dan pengalaman


(signifikan). Yang pertama berhubungan dengan pengetahuan akademik seperti belajar
kosakata atau tabel perkalian dan terakhir mengacu pada pengetahuan terapan seperti
belajar tentang mesin dalam rangka untuk memperbaiki mobil. Kunci perbedaannya
adalah bahwa pengalaman belajar membahas kebutuhan dan keinginan pelajar. Daftar
kualitas- kualitas pembelajaran pengalaman: keterlibatan pribadi diri dimulai, dievaluasi
oleh peserta didik, dan efek meresap pada peserta didik.

Belajar pengalaman adalah setara dengan perubahan pribadi dan pertumbuhan. Rogers
merasa bahwa semua manusia memiliki kecenderungan alami untuk belajar, peran guru
adalah memfasilitasi pembelajaran tersebut. Ini termasuk: (1) pengaturan iklim yang
positif untuk belajar, (2) menjelaskan tujuan dari peserta didik (s), (3) mengatur dan
membuat sumber belajar yang tersedia, (4) menyeimbangkan komponen intelektual dan
emosional dari pembelajaran, dan (5 ) berbagi perasaan dan pikiran dengan pelajar tapi
tidak mendominasi.

Menurut Rogers pembelajaran difasilitasi jika: (1) siswa berpartisipasi sepenuhnya dalam
proses belajar dan memiliki kontrol atas sifat dan arah, (2) itu terutama didasarkan pada
konfrontasi langsung dengan masalah-masalah praktis, sosial, pribadi atau penelitian, dan
(3) evaluasi diri adalah metode utama untuk menilai kemajuan atau keberhasilan. Rogers
juga menekankan pentingnya belajar untuk belajar dan keterbukaan untuk berubah.

Teori Rogers pembelajaran berkembang sebagai bagian dari gerakan pendidikan


humanistik (misalnya, Patterson, 1973; Valett, 1977).

Lingkup / Aplikasi: Teori belajar Roger berasal dari pandangan tentang psikoterapi dan
pendekatan humanistik dengan psikologi. Ini berlaku terutama untuk pelajar dewasa dan
telah mempengaruhi teori-teori pembelajaran lainnya dewasa seperti Knowles dan Cross.
Combs (1982) meneliti pentingnya pekerjaan Roger untuk pendidikan. Rogers &
Frieberg (1994) membahas aplikasi dari kerangka pengalaman belajar dalam kelas.

Contoh: Seseorang yang tertarik untuk menjadi kaya mungkin mencari buku atau kelas-
kelas tentang ecomomics, investasi, pemodal besar, perbankan, dll Seperti seorang
individu akan merasa (dan belajar) setiap informasi yang diberikan mengenai hal ini
dengan cara yang jauh berbeda dari seseorang yang ditugaskan membaca didalam kelas.

Prinsip:

1. Belajar yang signifikan terjadi ketika subyek yang relevan dengan kepentingan pribadi
siswa

2. Belajar yang mengancam diri (misalnya, sikap baru atau perspektif) yang lebih mudah
berasimilasi ketika ancaman eksternal yang minimal

3. Belajar hasil lebih cepat bila ancaman terhadap diri rendah

4. Yang diprakarsai sendiri belajar adalah yang paling langgeng dan meresap

3. Rubrik adalah alat/instrumen bagi pengajar untuk menetapkan kriteria penilaian untuk
tugas. Tidak hanya berguna bagi para pengajar, alat ini juga bermanfaat bagi siswa. Rubrik
mendefinisikan secara tertulis apa yang diharapkan dari siswa untuk mendapatkan nilai
tertentu pada suatu tugas.

Berdasarkan Stevens & Levi (2013) yang dimuat dalam teaching.berkeley.edu, rubrik berisi
empat fitur penting:

1. Deskripsi tugas atau judul deskriptif dari tugas yang diharapkan dihasilkan atau dilakukan
siswa
2. Skala (dan skor) yang menggambarkan tingkat penguasaan (mis., Melebihi harapan,
memenuhi harapan, tidak memenuhi harapan);
3. Komponen / dimensi yang harus diperhatikan siswa dalam menyelesaikan tugas / tugas (mis.,
Jenis keterampilan, pengetahuan, dll.); dan
4. Deskripsi kualitas kinerja (deskriptor kinerja) dari komponen / dimensi pada setiap tingkat
penguasaan.

Prinsip Penilaian
Menurut Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi oleh Kemdikbud, terdapat
beberapa prinsip penilaian, yaitu:

1. Edukatif merupakan penilaian yang memotivasi siswa agar mampu memperbaiki


perencanaan dan cara belajar dan meraih capaian pembelajaran lulusan.
2. Otentik merupakan penilaian yang berorientasi pada proses belajar yang berkesinambungan
dan hasil belajar yang mencerminkan kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
3. Objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada stándar yang disepakati antara pengajar
dan siswa serta bebas dari pengaruh subjektivitas penilai dan yang dinilai.
4. Akuntabel merupakan penilaian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria yang
jelas, disepakati pada awal kuliah, dan dipahami oleh siswa.
5. Transparan merupakan penilaian yang prosedur dan hasil penilaiannya dapat diakses oleh
semua pemangku kepentingan.

Jenis Rubrik
Terdapat tiga macam rubrik yang digunakan, yaitu:

1. Rubrik holistik adalah pedoman penilaian untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau
kombinasi semua kriteria

2. Rubrik analitik adalah pedoman penilaian yang memiliki tingkatan kriteria penilaian yang
dideskripsikan dan diberikan skala penilaian atau skor penilaian
4. Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen
menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item
dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai
(grade).
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka
dari setiap butir soal yang telah di jawab oleh test dengan benar, dengan mempertimbangkan
bobot jawaban betulnya.

1. Teknik pemeriksaan hasil tes tertulis

Sebagai mana telah dibahas dalam materi sebelumnya bahwa tes hasil belajar yang
diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes hasil
belajar tertulis bentuk uraian dan tes hasil belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk
tes hasil itu memiliki karakteristik yang berbeda.

2. Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk uraian

Tenik ini dilakukan dengan begitu soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester segera
membuat kunci jawaban/pedoman jawaban, kunci jawaban ini digunakan sebagai
pegangan atau patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap tes hasil tes
uraian dengan cara membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh teste dengan
kunci jawaban yang dibuat oleh tester.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil – hasil tes hasil tes uraian ini terdapat dua hal
yang harus dipertimbangkan yaitu:

1. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes hasil belajar

Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu didasarkan
pada standar mutlak maka, prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

 Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membandingkannya dengan kunci
jawaban yang sudah dibuat.
 Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci jawaban tersebut,
tester dapat memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskan pada jawaban
teste tersebut.
 Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.

2. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif itu didasarkan pada standar relatif

Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai didasarkan pada standar relatif
maka prosedur pemeriksaannya sebagai berikut :

 Memeriksa jawaban atas soal nomor satu misalnya yang diberikan oleh selurus teste
sehingga diperoleh gambaran maka dapat diketahui mana teste yang lengkap,kurang
lengkap dan tidak tepat sama sekali.
 Memberikan skor terhadap jawaban tersebut misalkan jawaban yang tepat diberi skor
5, kurang tepat 3.
 Setelah jawaban atas seluruh teste tersebut selesai maka dapat dilakukan penjumlahan
skor yang nantinya dijadikan bahan untuk mengolah nilai.

3. Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk objektif

Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan
dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang
dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut :

1) Kunci berdampingan ( strip keys )

Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis
dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah
dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan
diperiksa kemudian cocokanlah dengan lembar jawaban yang diberikan oleh tested an
apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda ( + ) dan apabila salah
diberi tanda ( – ).

2) Kunci system karbon ( carbon system key )

Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanfda silang ( X ) pada
salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah
dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi
karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar
sehingga ketika
diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran
berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.

3) Kunci system tusukan ( panprick system key )

Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak
perbedaannya ialah pada kunci sitem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan
dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban teste berada
dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya.
Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.

4) Kunci berjendela ( window key )

Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :

1. Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong


2. Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela
3. Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela
4. Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan pencil warna
sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.
5. Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes lisan

Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban
testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam
tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah
benda mati, melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing –
masing mempunyai cirri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester
untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif. Dalam hubungan ini, pemeriksaan
terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya
sebagai berikut :

a) Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.

Pernyataan tersebut mengandung makna “ apakah jawaban yang diberikan oleh testee
sudah memenuhi semua unsure yang seharusnya ada dan sesuai dengan pedoman/ kunci
jawanban yang telah disusun oleh tester

b) Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban

Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan
kepada testee itu cukup lancer sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee
terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya

c) Kebenaran jawaban yang dikemukakan

Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester, belum
tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar memperhatikan
jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang
tinggi atau sebaliknya.
d) Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya

Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan


kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu
merupakan salah satu indicator bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan
kepadanya tersebut. Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsure lain yang
dirasa perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam
menghadapi penguji (tester )

4. Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes perbuatan

Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil – hasil tes nya dilakukan dengan
menggunakan observasi ( pengamatan ). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku,
perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu
diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor
tertentu pula.

Contoh: misalkan instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang
melaksanakan praktek mengajar, aspek – aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan
skor minimum 1 (satu) dan maksimum 5 (lima).

1. Pemberian skor pada tes uraian

Pada tes uraian ini, pemberian skor umumnya mendasar pada bobot soal yang
diberikan pada setiap butir soal, atas dasar tingkat kesulitan atau banyak sedikitnya
unsure yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap jawaban paling
benar.Sebagai contoh misalkan tes subyektif memberikan lima butir soal, pembuat
soal (tester) telah menetapkan bahwa kelima butir dari soal tersebut mempunyai
derajat kesukaran yang sama dan unsure yang terdapat pada setiap butir soal telah
dibuat sama banyaknya, maka atas dasar itu tester dapat menetapkan bahwa setiap
jawaban yang dijawab oleh testee benar diberikan skor maksimum 10 jika hanya
benar setengahnya maka diberi 5 dan apa bila tidak menyangkut sama sekali diberi
skor 0 dan seterusnya.

2. Pemberian skor pada tes obyektif

Pada tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus
correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian
skor pada tes obyektif ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu: Untuk tes obyektif ben true-
false misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab
dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya 0
(nihil).

Adapun cara untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua
macam rumus yaitu:

 Rumus yang memperhitungkan denda yaitu:

S = R – W dibagi o – 1

Dimana :

S = skor yang dicari


R = jumlah jawaban benar

W = jumlah jawaban salah

O = option, jawaban yang kemungkinan benar or salah

1 = bilangan konstan

 rumus yang tidak memperhitungkan denda yaitu :

S=R

1. Sedangkan untuk tes obyektif bentuk matching,fill in dan completion perhitungan


skor akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga
rumus yang digunakan yaitu :

S=R

2. Adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu
dari dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak
memperhitungkan denda.

 Rumus perhitungan skor dengan memperhitungkan denda :

S = R – ( W dibagi o – 1 )

 Sedangkan untuk rumus yang mangabaikan denda yaitu:

S=R

Sasaran yang diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan sebagainya. Untuk dapat
menilai hasil tes perbuatan diperlukan instrumen-instrumen tertentu dan setiap gejala yang
muncul diberikan skor tertentu

Anda mungkin juga menyukai