1. Kita ketahui bahwa asesmen alternatif dikelompokan menjadi beberapa asesmen yaitu
performance assessment, portofolio assessment, dan authentic assessmaent. Coba saudara
jelaskan dari masing-masing asesmen tersebut dan berikan contohnya?
2. Menurut Teori dari C. Rogers (1969) menjelaskan bahwa teori ini membedakan dua jenis
belajar yaitu cognitive learning and experiential learning. Coba saudara jelaskan dan
berikan contoh pelaksanaan di dalam kelas khususnya untuk siswa Sekolah Dasar?
3. Berdasarkan kriteria penilaian rubrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu rubric holistic
dan rubric analytic. Coba saudara jelaskan perbedaan dan berikan masing-masing contoh
dari kedua rubrik tersebut?
Jawaban :
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;
apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.
a) Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu
kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar
penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b) Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-
masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam
memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
2) Group performance assessment, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik secara berkelompok
5) Nontraditional test items, yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi
merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan
kriteria yang ditetapkan
7) Portofolio, suatu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan
urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.
9) Mencongak menuntut jawaban singkat dari siswa, tetapi bukan memilih jawaban
dari sederet kemungkinan
Belajar pengalaman adalah setara dengan perubahan pribadi dan pertumbuhan. Rogers
merasa bahwa semua manusia memiliki kecenderungan alami untuk belajar, peran guru
adalah memfasilitasi pembelajaran tersebut. Ini termasuk: (1) pengaturan iklim yang
positif untuk belajar, (2) menjelaskan tujuan dari peserta didik (s), (3) mengatur dan
membuat sumber belajar yang tersedia, (4) menyeimbangkan komponen intelektual dan
emosional dari pembelajaran, dan (5 ) berbagi perasaan dan pikiran dengan pelajar tapi
tidak mendominasi.
Menurut Rogers pembelajaran difasilitasi jika: (1) siswa berpartisipasi sepenuhnya dalam
proses belajar dan memiliki kontrol atas sifat dan arah, (2) itu terutama didasarkan pada
konfrontasi langsung dengan masalah-masalah praktis, sosial, pribadi atau penelitian, dan
(3) evaluasi diri adalah metode utama untuk menilai kemajuan atau keberhasilan. Rogers
juga menekankan pentingnya belajar untuk belajar dan keterbukaan untuk berubah.
Lingkup / Aplikasi: Teori belajar Roger berasal dari pandangan tentang psikoterapi dan
pendekatan humanistik dengan psikologi. Ini berlaku terutama untuk pelajar dewasa dan
telah mempengaruhi teori-teori pembelajaran lainnya dewasa seperti Knowles dan Cross.
Combs (1982) meneliti pentingnya pekerjaan Roger untuk pendidikan. Rogers &
Frieberg (1994) membahas aplikasi dari kerangka pengalaman belajar dalam kelas.
Contoh: Seseorang yang tertarik untuk menjadi kaya mungkin mencari buku atau kelas-
kelas tentang ecomomics, investasi, pemodal besar, perbankan, dll Seperti seorang
individu akan merasa (dan belajar) setiap informasi yang diberikan mengenai hal ini
dengan cara yang jauh berbeda dari seseorang yang ditugaskan membaca didalam kelas.
Prinsip:
1. Belajar yang signifikan terjadi ketika subyek yang relevan dengan kepentingan pribadi
siswa
2. Belajar yang mengancam diri (misalnya, sikap baru atau perspektif) yang lebih mudah
berasimilasi ketika ancaman eksternal yang minimal
4. Yang diprakarsai sendiri belajar adalah yang paling langgeng dan meresap
3. Rubrik adalah alat/instrumen bagi pengajar untuk menetapkan kriteria penilaian untuk
tugas. Tidak hanya berguna bagi para pengajar, alat ini juga bermanfaat bagi siswa. Rubrik
mendefinisikan secara tertulis apa yang diharapkan dari siswa untuk mendapatkan nilai
tertentu pada suatu tugas.
Berdasarkan Stevens & Levi (2013) yang dimuat dalam teaching.berkeley.edu, rubrik berisi
empat fitur penting:
1. Deskripsi tugas atau judul deskriptif dari tugas yang diharapkan dihasilkan atau dilakukan
siswa
2. Skala (dan skor) yang menggambarkan tingkat penguasaan (mis., Melebihi harapan,
memenuhi harapan, tidak memenuhi harapan);
3. Komponen / dimensi yang harus diperhatikan siswa dalam menyelesaikan tugas / tugas (mis.,
Jenis keterampilan, pengetahuan, dll.); dan
4. Deskripsi kualitas kinerja (deskriptor kinerja) dari komponen / dimensi pada setiap tingkat
penguasaan.
Prinsip Penilaian
Menurut Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi oleh Kemdikbud, terdapat
beberapa prinsip penilaian, yaitu:
Jenis Rubrik
Terdapat tiga macam rubrik yang digunakan, yaitu:
1. Rubrik holistik adalah pedoman penilaian untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau
kombinasi semua kriteria
2. Rubrik analitik adalah pedoman penilaian yang memiliki tingkatan kriteria penilaian yang
dideskripsikan dan diberikan skala penilaian atau skor penilaian
4. Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen
menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item
dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai
(grade).
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka
dari setiap butir soal yang telah di jawab oleh test dengan benar, dengan mempertimbangkan
bobot jawaban betulnya.
Sebagai mana telah dibahas dalam materi sebelumnya bahwa tes hasil belajar yang
diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes hasil
belajar tertulis bentuk uraian dan tes hasil belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk
tes hasil itu memiliki karakteristik yang berbeda.
Tenik ini dilakukan dengan begitu soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester segera
membuat kunci jawaban/pedoman jawaban, kunci jawaban ini digunakan sebagai
pegangan atau patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap tes hasil tes
uraian dengan cara membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh teste dengan
kunci jawaban yang dibuat oleh tester.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil – hasil tes hasil tes uraian ini terdapat dua hal
yang harus dipertimbangkan yaitu:
Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu didasarkan
pada standar mutlak maka, prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membandingkannya dengan kunci
jawaban yang sudah dibuat.
Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci jawaban tersebut,
tester dapat memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskan pada jawaban
teste tersebut.
Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.
2. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif itu didasarkan pada standar relatif
Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai didasarkan pada standar relatif
maka prosedur pemeriksaannya sebagai berikut :
Memeriksa jawaban atas soal nomor satu misalnya yang diberikan oleh selurus teste
sehingga diperoleh gambaran maka dapat diketahui mana teste yang lengkap,kurang
lengkap dan tidak tepat sama sekali.
Memberikan skor terhadap jawaban tersebut misalkan jawaban yang tepat diberi skor
5, kurang tepat 3.
Setelah jawaban atas seluruh teste tersebut selesai maka dapat dilakukan penjumlahan
skor yang nantinya dijadikan bahan untuk mengolah nilai.
Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan
dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang
dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut :
Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis
dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah
dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan
diperiksa kemudian cocokanlah dengan lembar jawaban yang diberikan oleh tested an
apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda ( + ) dan apabila salah
diberi tanda ( – ).
Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanfda silang ( X ) pada
salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah
dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi
karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar
sehingga ketika
diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran
berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak
perbedaannya ialah pada kunci sitem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan
dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban teste berada
dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya.
Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban
testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam
tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah
benda mati, melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing –
masing mempunyai cirri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester
untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif. Dalam hubungan ini, pemeriksaan
terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya
sebagai berikut :
Pernyataan tersebut mengandung makna “ apakah jawaban yang diberikan oleh testee
sudah memenuhi semua unsure yang seharusnya ada dan sesuai dengan pedoman/ kunci
jawanban yang telah disusun oleh tester
Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan
kepada testee itu cukup lancer sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee
terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya
Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester, belum
tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar memperhatikan
jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang
tinggi atau sebaliknya.
d) Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil – hasil tes nya dilakukan dengan
menggunakan observasi ( pengamatan ). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku,
perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu
diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor
tertentu pula.
Contoh: misalkan instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang
melaksanakan praktek mengajar, aspek – aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan
skor minimum 1 (satu) dan maksimum 5 (lima).
Pada tes uraian ini, pemberian skor umumnya mendasar pada bobot soal yang
diberikan pada setiap butir soal, atas dasar tingkat kesulitan atau banyak sedikitnya
unsure yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap jawaban paling
benar.Sebagai contoh misalkan tes subyektif memberikan lima butir soal, pembuat
soal (tester) telah menetapkan bahwa kelima butir dari soal tersebut mempunyai
derajat kesukaran yang sama dan unsure yang terdapat pada setiap butir soal telah
dibuat sama banyaknya, maka atas dasar itu tester dapat menetapkan bahwa setiap
jawaban yang dijawab oleh testee benar diberikan skor maksimum 10 jika hanya
benar setengahnya maka diberi 5 dan apa bila tidak menyangkut sama sekali diberi
skor 0 dan seterusnya.
Pada tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus
correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian
skor pada tes obyektif ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu: Untuk tes obyektif ben true-
false misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab
dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya 0
(nihil).
Adapun cara untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua
macam rumus yaitu:
S = R – W dibagi o – 1
Dimana :
1 = bilangan konstan
S=R
S=R
2. Adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu
dari dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak
memperhitungkan denda.
S = R – ( W dibagi o – 1 )
S=R
Sasaran yang diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan sebagainya. Untuk dapat
menilai hasil tes perbuatan diperlukan instrumen-instrumen tertentu dan setiap gejala yang
muncul diberikan skor tertentu