Anda di halaman 1dari 22

MODUL 3

Bilangan Bulat

KB. 1
Pembelajaran Meteri Bilangan
Bulat di SD serta Ragam
Permasalahannya.
A. OPERASI HITUNG BILNGAN BULAT (PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN)

Untuk mengenalkan konsep operasi hitung


pada sistem bilangan bulat dapat dilakukan
melalui 3 tahap :

1. Tahap pengenalan konsep secara konkret,


2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret
atau semi abstrak ,
3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak.
1. Tahap pengenalan konsep secara konkret.
Pertama, yaitu model yang mengunakan pendekatan
himpunan (dalam hal ini menggunakan alat peraga manik-
manik),
dan yang kedua, menggunakan pendekatan hukum kekekalan
panjang (dalam modul ini akan dibahas menggunakan alat
peraga
balok garis bilangan). Pada himpunan kita dapat
menggabungkan
atau memisahkan dua himpunan yang adalam hal ini
anggotanya
bentuk manik-manik. Bentuk alat ini dapat berupa bulat-
bulatan
setengah lingkaran yang apa bila sisi diameternya digabungkan
akan membentuk lingkaran penuh, terdiri dari dua warna satu
warna untuk menandakan bilangan positif, sedangkan warna
lainya untuk menandakan bilangan negatif.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
proses penjumlahan, yaitu :
1. Jika a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dab b < 0, maka
gabungkanlah sejumlah manik-manik kedalam kelompok
manik-manik lain yang warnanya sama.
2. Jika a > 0 dan b < 0 atau sebaliknya, maka gabungkanlah
jumlah manik-manik yang memiliki bilangan positif kedalam
kelompok manik-manik yang mewakili bilangan negatif.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan


proses
pengurangan, yaitu:
3. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkanlah secara
langsung sejumlah b manik-manik keluar dari kelompok
manik-manik yang jumlah a.
4. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum
memisahkaan sejumlah b manik-manik yang nilai bilanganya
lebih besar dari a, terlebih dahulu menggabungkan sejumlah
manik-manik yang
Yang bersifat netral kedalam kelompok manik-manik
a.
3. Jika a > 0 dan b > 0 maka sebelum memisahkan
jumlah b manik-
manik yang bernilai negatif. Terlebih dahulu
menggabungkan
sejumlah manik-manik yang bersifat netral.
4. Jika a < 0 dan b > 0, menggabungkan sejumlah
manik-manik yang bersifat netral kedalam
kumpualan manik-manik a.
5. jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b melakukan
proses penggabungan sejumlah manik-manik yang
bersifat netral kedalam kumpulan manik-manik a,
6. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a < b, pisahkan secara
langsung sejumlah b, manik-manik keluar dari
kelompok manik-manik yang berjumlah a.
Terdapat alat peraga lain yang dapat di jadikan media untuk
menjelaskan operasi hitung pada bilangan bulat yaitu :
1. Tangga garis bilangan : terbuat dari triplek yang bentuknya
memanjang. Triplek tersebut dibuat skala yang brurutan dan
jarak antar skala yang sama. Penggunaanya harus meniti
mistar yang berskal. Cara memperagakan alat ini diperankan
oleh siswa (siswa melakukan loncatan-loncatan maju maupun
mundur diatas mistar dan setiap loncatannya mengandung
makna atau mewakili bilangan-bilangan yang dioperasikanya.
2. Pita garis bilangan : alat bantu sejenisnya yang dibuat dari
karton duplek, dan didalam penggunaannya memiliki prinsip
kerja yang sama dengan tangga garis bilangan.
3. Balok garis bilangan : merupakan bentuk modifikasi dari
tangga maupun pita garis bilangan dengan pertimbangan
bahwa alat ini lebih memenuhi kriteria atau syarat dari
peragaan alat peraga (lebih kuat dan tahan lama).
Prinsip kerja yang harus diperhatikan dalam
melakukan operasi penjumlahan maupun
pengurangan dengan menggunakan alat balok garis
bilangan :
1. Posisi awal benda yang menjadi model harus
berada pada skala Nol.
2. Jika bilangan pertama bertanda positif, maka
bagian muka model menghadap ke bilangan positif
dan kemudian melangkah model tersebut ke skala
yang sesuai dengan besarnya dibilangan pertama.
3. Jika model melangkah maju, dalam prinsip operasi
hitung istilah maju diartikan dengan tambah (+),
sedangkan jika model dilangkah mundur, istilah
mundur diartikan sebagai kurang (-).
4. Gerakan maju atau mundurnya model tergantung
dari bilangan penambahan dan pengurangan.
2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret
atau semi abstrak.
pada tahap ini proses pengerjaan operasi hitung
pada sistem bilangan bulatdiarahkan kepada
baimana “menggunakan garis bilangan”. Seperti
halnya saat menggunakan alat peraga, maka pada
tahap inipun menjelaskan penggunaan garis
bilangan dalam operasi hitung bilangan bulat, akan
dibahas terlebih dahulu mengenai prinsip-prinsip
penggunaan garis bilngan.
B. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA
BILANGAN BULAT.

1. Sifat tertutup
“bila kita mengambil dua buah bilangan bulat,
maka jumlah kedua bilangan itu merupakan
bilangan bulat lagi” sifat penjumlaan ini memberi
petunjuk kepada kita, bawah “himpunan bilangan
bulat tertutup terhadap operasi penjumlahan”.
Artinya, setiap jumlah dua bilangan bulat
merupakan bilangan bulat lagi.
2. Sifat pertukaran (komutatif)
contoh, a + b = (-2) + 5
b + a = 5 + (-2) walaupun letak kedua
bilangan itu dipertukarkan atau secara matematis
dikatakan : untuk sebarang dua bilangan bulat a
dan b berlaku
3. Sifat pengelompokan (Asosiatif)

a b c (a + b) (a + b) (b + a + (b +
+c c) c)
-5 2 -7 -3 -10 -5 -10

“penjumlahan tiga buah bilangan bulat hasilnya akan sama, bila


mengelompokan pada penjumlahan itu dipertukarkan”, atau secara
matematis dikatakan bahwa :
Untuk sebarang tiga bilangan bulat a, b, dan c berlaku :
(a + b) + c = a + (b + c) sifat penjumlahan seperti ini disebut sifat
asosiatif pada penjumlahan.
Catatan : dengan berlakunya hukum ini maka pemakaian tanda
kurung yang menyatakan prioritas pengerjaan dapat dihilangkan,
seperti :
(6 + 2) + (-5) dapat ditulis sebagai 6 + 2 + (-5), juga untuk
6 + (2 + (-5) ) dapat ditulis sebagai 6 + 2 + (-5).

4. Sifat bilangan Nol (sebagai untuk identitas penjumlahan)


Terdapat unsur yang mempunyai sifat “bila ditambah dengan suatu
bilangan atau bila suatu bilangan ditambah dengan bilangan yang
dimaksud hasilnya tidak berubah”
Contoh : a. (-3) + 0 = -3
b. 0 + (-3) = -3
Uraian diatas memberikan petunjuk bahwa suatu bilangan bulat apa bila di
jumlahkan dengan bilangan 0, hasinya bilangan bulat itu sendiri, secara
matematis pernyataan tersebut ditulis sbb : untuk setiap bilangn bulat a selalu
berlaku a + 0 = 0 + a.
selanjutnya, sehubungan dengan sifat bilangan 0 adalah unsur identitas pada
penjumlan.

5. Sifat invres penjumlahan (Lawan suatu bilangan)


Pada garis bilangan tampak pada gamba, titik yang bertanda 1 dan titik yang
bertanda -1 mempunyai jarak yang sama terhadap titik 0, yaitu sejauh 1 satuan.
Sekarang bagaimana hasilnya jika tikik-titik berlainan tanda tersebut
dijumlahkan perpasangannya misal: 1 + (-1); 2 + (-2); 3 (-3). Semua hasil
penjumlahan tersebut menghasilkan nilai yang sama yaitu, 1 + (-1) = 0; 2 + (-2)
= 0; 3 + (-3) = 0. setiap bilangan bulat (kecuali 0) dapat dipasangkan pada
bilangan bulat yang lain sedemikian sehingga jumlah pasangan itu adalah 0.
bilangan 0 (nol) tidak termasuk karena o pasangnnya adalah 0 sendiri. Secara
matematis dapatlah dinyatakan bahwa setiap bilangan bulat a mempunyai invers
tambah –a (dapat dikatakan –a lawan a) sehungga berlaku a + (-a) = 0 = (-a) + a.
Catatan :
a. setiap bilangan a berkorenspondensi dengan invers tambahnya (-a)
b. Lawan dari suatu bilangan bulat positif adalah bilangan bulat negatif dan lawan
satu bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat positif , misal lawan dari -3
adalah 3 ; 5 merupakan lawan dari -5.
C. TAHAP PENGENALAN KONSEP SECARA ABSTRAK
Setelah melalui proses abstraksi diharapkan pada saat kita mengenalkan
konsep opersi hitung secara abstrak kepada siswa tidak mengalami
kendala, dari segi mental siswa siap menerima pelajaran dalam
tahappengenalan konsep yang abstrak .misalnya untuk peumlahan
seperti pada contoh berikut :
a. 2 + 5 = 7 atau (-2) + (-5) = -7
b. 2 + (-5) = -3 atau (-5) + 2 = -3
c. (-2) + 5 = 3 atau 5 + (-2) = 3.

D. RAGAM PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN DILANGAN BULAT DI


SD.
1. Penggunaan garis bilangan yang prinsipnya tidak konsisten
2. Masih banyak guru yang salah dalam menafsirkan bentuk a + (-b)
sebagai a – b atau bentuk a – (-b) sebagai bentuk a + b.
3. Masih banyak para guru dan siswa yang tidak dapat membedakan
tanda - atau + operasi hitung dengan tanda – atau + sebagai jenis
suatu bilangan.
4. Kurang tepat memberikan pengertian bilangan bulat.
5. Sulitnya memberikan penjelasan bagaimana melakukan operasi hitung
pada bilangan bulat secara konkret maupun secara abstrak (tanpa
menggunakan alat bantu)
KB. 2
PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PADA
BILANGAN BULAT SERTA
PERSAMAAN LINEAR
A. OPERASI HITUNG PERKALIAN PADA BILANGAN BULAT DALAM TAHAP
PENGENALAN KONSEP SECARA KONKRET.
Pada operasi perkalian bilangan cacah telah diketahui bahwa “3 x
4“ yang dibaca tiga kali empat diartikan sebagai “4 + 4 + 4”
sedangkan 4 x 3 yang dibaca empat kali tiga diartikan sebagai “3 + 3
+ 3 + 3”. Dapat kita tekankan bahwa perkalian pada suatu bilangan
dapat diartikan sebagai penjumlahan berulang.

“operasi hitung perkalian pada bilangan bulat dalam tahap


pengenalan secara semi konkret atau semi abstrak”
Prinsipnya, cara kerja pada garis bilangan sebenarnya sama dengan
prinsip kerja pada alat
peraga balok garis bilangan.
(gambar halaman 3.54)
Sebagai acuannya adalah konsep-konsep operasi hitung perkalian pada
sistem bilangan cacah. Pada perkalian bilangan-bilangan cacah ada
beberapa sifat-sifat sbb :
1. Komulatif artinya untuk setiap bilangan cacah a dan b berlaku a x b =
bxa
2. Asosiatif artinya untuk setiap bilngan cacah a, b dan c berlaku (a x
b) x c = a x (b x c)
3. Adanya unsur identitas yaitu 1 artinya untuk setiap bilangan cacah a
berlaku a x 1 = 1 x a = a.
Penggunaan pengertian perkalian dan sifat-sifat bilangan cacah pada
sistem bilangan bulat dengan cakupannya :
1. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan positif
Caranya sama seperti melakukan perkalian-perkalian pada
bilangan-bilangan cacah atau pada bilangan asli :
a. 3 x 6 = 6 + 6 + 6 = 18
b. 6 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18
c. 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20

2. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif


contohnya ;
d. 3 x (-7) sama artinya dengan (-7) + (-7) + (-7) = -21, jadi 3 x (-7) =
-21
e. 4 x (-3) sama artinya dengan (-3) + (-3) + (-3) + (-3) = 12, jadi 4 x
(-3) = 12
f. 2 x (-8) sama artinya dengan (-8) + (-8) = 16, jadi 2 x (-8) = 16.

3. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif


pada subbahasan ini kita mencari tahu bagaimanakah cara
menghitung soal-soal seperti : (-4) x 6; (-5) x 7; (-3) x 9 ….dengan
posisi bilangan negatif terletak pada bilangan pertama. Contoh
pandang bentuk perkalian-perkalian sbb :
(-1) x 5 = (-5) didapat dari hasil kali bilangan di atasnya, yaitu 0,
(-3) x 5 = (-15) didapat dari hasil kali bilangan di atasnya, yaitu (-10),
dikurang 5
(-4) x 5 = (-20)didapat dari hasil kali bilangan di atasnya, yaitu (-15),
dikurang 5.

4. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif


Pada subbahasan ini akan membahas bagaimana menentukan proses
menyelesaikan soal-soal seperti : (-3) x (-2), (-4) x (-3), (-5) x (-4) dan
seterusnya. “hasil kali dua buah bilangan bulat negatif merupakan
bilangan bulat positif. Dengan demikian kita dapat menyelesaikan soal-
soal berikut :

a. (-7) x (-3) = 21
b. (-4) x (-5) = 20
c. (-9) x (-6) = 54
d. (-8) x (-7) = 56
e. (-6) x (-5) = 30
f. (-15) x (-20) = 300
B. SIFAT-SIFAT PERKALIAN PADA BILANGAN BULAT
Tabel perkalian 3.2

x -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
-5 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 -25
-4 20 16 12 8 4 0 -4 -8 -12 -16 -20
-3 15 12 9 6 3 0 -3 -6 -9 -12 -15
-2 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10
-1 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
2 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10
3 -15 -12 -9 -6 -3 0 3 6 9 12 15
4 -20 -16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16 20
5 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
Dengan demikian untuk setiap bilangan bulat a, b dan c berlaku :
a x (b + c) = (a x b) + (a x c) dan (a + b) x c = (a x c) + (b x c).
a x (b – c) = (a x b) – (a x c) dan (a – b) x c = (a x c) – (b x c).
Secara umun dapatlah dikatakan bahwa operasi perkalian dalam
himpunan bilangan bulat memenuhi sifat :
1. Tertutup,
2. Komulatif (pertukaran),
3. Asosiatif (pengelompokan),
4. Memiliki unsur identitas perkalian yaitu 1,
5. Distribusi perkalian terhadap penjumlahan dan distribusi perkalian
terhadap pengurangan.
“hasil kali dua buah bilangan bulat negatif, adalah bilangan bulat
positif”
kasus 1: kasus umum
Misalkan a dan b adalah bilangan bulat positif, maka (a) dan (-b) adalah
bilangan bulat negatif. Bentuk persamaan sbb :
(-a) . (-b) + (-a) . b + a . b = (-a) . (-b) + (-a) . b + a . b
• (-a) . (-b) + [(-a) . b + a . b] = [(-a) . (-b) + (-a) . b] + a . b (sifat
asosiatif)
• (-a) . (-b) + [(-a) . a) . b] = [(-a) . (-b) + b)] + a . b (sifat distributif
perkalian terhadap penjumlahan)
• (-a) . (-b) + [0 . b] = [(-a) . 0] + a . b (sifat invres penjumlahan)
• (-a) . (-b) + 0 = 0 + a . B (setiap bilangan bulat dikali nol hasinya nol)
Kasus 2: kasus khusus
Misalkan (-6) x (-5) bagaimana menentukan hasilnya :
•Jumlahkanlah (-6) x (-5) dengan (-6) x 5) sehingga :
[(-6) x (-5)] +[(-6) x 5] = (-6) [(-5) + 5] = (-6) . 0 = 0
•Ternyata ((-6) x (-5)) + ((-6) x 5) = 0, artina (-6) x (-5) adalah lawan
dari (-6)x5. sedangkan kita tahu bahwa (-6) x 5 = 5 x (-6) = -30
•jadi perkalian (-6) x (-5) adalah negatif atau lawan dari -30. berarti (-6)
x (-5) sama saja dengan 30. oleh karena itu (-6) x (-5) = 30.

2.Dengan sifat distribusi sbb :


a. 50 x 615 + 50 x 85 = 50 x (615 + 85) = 50 x 700 = 35.000
(penjumlahan)
b. 80 x 79 – 80 x 47 = 80 x (97 – 47) = 80 x 50 = 4000 (pengurangan)

C. OPERASI PEMBAGIAN PADA BILANGAN BULAT


Contoh pembagian bilangan-bilangan bulat :
c. 40 : (-8) = -5, sebab (-5) x (-8) = 40
d. (-48) : 6 = -8, sebab (-8) x 6 = -48
e. (-72) : (-9) = 8, sebab 8 x (-9) = -72
f. 45 : 5 = 9, sebab 9 x 5 = 45.
D. PERSAMAAN DAN TIDAK PERSAMAAN DENGAN SATU PEUBAH.
1. Kalimat terbuka, pernyataan, peubah dan konstanta
Penyelesaian kaliat terbuka
a. Tentukan penyelesaian dari “x adalah semua faktor positif dari 12”
pengganti x yang tepat adalah : 1, 2, 3, 4, 6, dan 12. menunjukan
bahwa penggantinya lebih dari satu.
b. Jika x adalah peuba pada himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5} tentukan
penyelesaian dari 3 + x = 7. cara menentukannya sbb : jika x = 4,
maka didapat kalimat 3 + 4 = 7 (kalimat yang benar)
2. Persamaan linear dengan satu peuba
• Kalimat terbuka yaitu :
a. 4 + x = 6
b. 12 – a =
c. x merupan faktor dari 10
d. x adalah bilangan prima antara 1 dan 10
e. 2p + 4 = 5
• Kalimat peryataan yaitu :
a.13 x 5 = 75
b.14 + 16 = 30
c. 24 adalah bilangan yang habis di bagi 5
Penyelesaian persamaan linear dengan satu peubah
Misalkan :
•Persamaan 4x + 9 = 17, 4x + 2 = 10; 4x = 8 dan x = 2adalah
persamaan-persamaan yang ekuivalen sebab himpunan penyelesaian
sama yaitu {2}
•Persamaan 2x + 7 = 9; 2x + 5 = 7; 2x = 2; dan x = 1 adalah
persamaan yang ekuivalen sebab himpunan penyelesaian sama yaitu
{1}

3. Pertidaksamaan linear dengan satu peubah


Misalnya :
• x + 5 < 7 atau x + 5 > 7 atau x + 5 ≤ 7; atau x + 5 ≥ 7. berarti
pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang dinyatakan dengan sala
satu tanda ketidaksamaan. (modul 3 selesai)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai