Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Asesmen Pembelajaran Dosen pengampu
Prof. Dr. Susilo, M.Pd
Disusun Oleh:
Istilah penilaian atau dalam bahasa Inggris dikenal evaluation atau assessment, bukan
merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran. Pada
akhir suatu program pendidikan dan pengajaran, pada umumnya diadakan asesmen atau
penilaian. Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment)
adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan profesional untuk memperbaiki
pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk: (1) mendiagnosis
kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, (2) memonitor kemajuan siswa, (3) menentukan
jenjang kemampuan siswa, (4) menentukan efektivitas pembelajaran,(5) memengaruhi persepsi
publik tentang efektivitas pembelajaran, (6) mengevaluasi kinerja guru kelas, (7) mengklarifikasi
tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
2) penilaian cenderung pada level achievement yang menilai dimensi hasil belajar terbatas
(pengetahuan atau keterampilan);
6) kurang sesuai untuk mengukur pencapaian seluruh tujuan penting kurikulum sains di
sekolah.
Suatu penilaian alternatif diperlukan untuk melengkapi tes. Penilaian alternatif tersebut
semestinya dapat mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki oleh tes. Asesmen alternatif
diperlukan untuk menilai kemampuan (ability) siswa (http: www.
Usoe.k12.ut.us/curr/science/Perform/PAST5.htm). Asesmen tersebut menurut Haladyna (1997)
diperlukan untuk menilai hasil belajar siswa secara multidimensi.yang baik akan membantu
untuk menghindari kesalahpahaman pendengar dan informasi yang diberikan dapat menjadi
lebih edukatif.
Agar hasil belajar dapat diungkap secara menyeluruh, maka selain digunakan alat ukur
tes objektif dan subjektif perlu dilengkapi dengan alat ukur yang dapat mengetahui kemampuan
siswa dari aspek kerja ilmiah (keterampilan dan sikap ilmiah) dan seberapa baik siswa dapat
menerapkan informasi pengetahuan yang diperolehnya. Alat penilaian yang diasumsikan dapat
memenuhi hal tersebut antara lain adalah dengan penilaian autentik yang meliputi jenis penilaian
kinerja (performance assessment), penilaian karya (product assessment), dan penilaian
portofolio. Asesmen otentik adalah praktik asesmen yang secara langsung dan bermakna dalam
arti apa yang diases adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan dalam kehidupan
nyata siswa.
Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar mencakup beberapa hal, yaitu:
(1) standar kompetensi, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam setiap mata
pelajaran yang memiliki implikasi yang sangat signifikan dalam perencanaan, metodologi dan
pengelolaan penilaian, (2) kompetensi dasar, adalah kemampuan minimal dalam rangka mata
pelajaran yang harus dimiliki lulusan; (3) rencana penilaian, jadwal kegiatan penilaian dalam
satu semester dikembangkan bersamaan dengan pengembangan silabus; (4) proses penilaian,
pemilihan dan pengembangan teknik penilaian, sistem pencatatan dan pengelolaan proses; dan
(5) proses implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian.
Ada tiga alat atau instrumen untuk mengukur kinerja siswa, yaitu (1) daftar cek (checklist), (2) skala
penilaian (rating-scale), dan (3) rubrik. Daftar cek dan skala penilaian digunakan untuk mengamati
dan menilai kinerja siswa di luar situasi ujian, misalnya pada saat siswa melakukan praktikum,
sebagai bagian dari kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan rubrik biasanya digunakan untuk
menskor respon (jawaban) siswa terhadap pertanyaan terbuka (open-ended question). Rubrik
memuat klasifikasi nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang
ditunjukkan siswa. Faktor Pendukung Sebagai alat observasi langsung terhadap proses
pembelajaran peserta didik, Asesmen yang menarik bagi peserta didik, Pembelajaran siswa aktif dan
Keterampilan berpikir tingkat tinggi. Faktor Penghambat Menghabiskan waktu guru ketika
perencanaan proses asesmen disbanding proses pembelajarannya, Penilaian yang bersifat subjektif
dan Rendahnya reliabilitas asesmen disebabkan subjektivitas.
REFERENSI
Astuti, W. P., Prasetyo, A. P. B., & Rahayu, E. S. (2012). Pengembangan instrumen asesmen
autentik berbasis literasi sains pada materi sistem ekskresi. Lembaran Ilmu Kependidikan,
41(1).
Bundu, P. (2017). Asesmen autentik dalam pembelajaran. Deepublish.
Marhaeni, A. A. I. N. "Asesmen autentik dan pendidikan bermakna: implementasi kurikulum
2013." JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) 4.1 (2015).
Pantiwati, Y., & Nyono, N. (2020, March). Asesmen autentik dalam kegiatan praktik
pembelajaran sains. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi.2021.
UTOMO, Rayi Oktafiani. Instrumen Asesmen Autentik Dalam Pembelajaran Menulis Teks
Cerita Fantasi. Hasta Wiyata, 2019, 2.2: 69-80.
SETIAWAN, Heri, et al. Pengembangan instrumen asesmen autentik kompetensi pada ranah
keterampilan untuk pembelajaran tematik di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 2017, 2.7: 874-882.
ZAHROK, Siti. Asesmen Autentik Dalam Pembelajaran Bahasa. JURNAL SOSIAL
HUMANIORA (JSH), 2009, 2.2: 166-180.