Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR PENDUKUNG & PENGHAMBAT

PELAKSANAAN ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Asesmen Pembelajaran Dosen pengampu
Prof. Dr. Susilo, M.Pd

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ANDRI JAMBIA

DEDI ALBAR RUSDIN

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
PENDAHULUAN
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua tenaga
pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana kemampuan
yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (1974)
mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang
dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar
mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai
hasil belajar siswa..

Istilah penilaian atau dalam bahasa Inggris dikenal evaluation atau assessment, bukan
merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran. Pada
akhir suatu program pendidikan dan pengajaran, pada umumnya diadakan asesmen atau
penilaian. Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment)
adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan profesional untuk memperbaiki
pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk: (1) mendiagnosis
kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, (2) memonitor kemajuan siswa, (3) menentukan
jenjang kemampuan siswa, (4) menentukan efektivitas pembelajaran,(5) memengaruhi persepsi
publik tentang efektivitas pembelajaran, (6) mengevaluasi kinerja guru kelas, (7) mengklarifikasi
tujuan pembelajaran yang dirancang guru.

Standar asesmen pembelajaran sains dewasa ini telah mengalami pergeseran


penekanan dari “yang mudah dinilai” menjadi “yang penting untuk dinilai” (National Research
Council/NRC, 1996). Dalam hal ini asesmen hendaknya ditekankan pada penilaian kemampuan
siswa dalam real life situation. Beberapa kritik diajukan terhadap penggunaan tes tradisional
(paper and pencil test) sebagai satu- satunya alat pengambilan keputusan tentang siswa.
Beberapa kritik tentang tes tersebut antara lain yaitu:

1) hanya menilai pengetahuan ilmiah (Mokhtari et al.,1996);

2) penilaian cenderung pada level achievement yang menilai dimensi hasil belajar terbatas
(pengetahuan atau keterampilan);

3) tidak dapat digunakan untuk menilai penalaran ilmiah mendalam (http:www.


Usoe.k12.ut.us/curr/science/Perform/PAST5.htm);

Faktor Pendukukung dan Penghambat Pelaksanaan Asesmen dalam Pembelajaran | 2


4) sulit mengukur pemahaman tentang hakekat sains dan proses bagaimana saintis bekerja
(Marzano, 1993; NRC, 2000);

5) seringkali kurang menunjukkan kemampuan siswa yang sesungguhnya; dan

6) kurang sesuai untuk mengukur pencapaian seluruh tujuan penting kurikulum sains di
sekolah.

Suatu penilaian alternatif diperlukan untuk melengkapi tes. Penilaian alternatif tersebut
semestinya dapat mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki oleh tes. Asesmen alternatif
diperlukan untuk menilai kemampuan (ability) siswa (http: www.
Usoe.k12.ut.us/curr/science/Perform/PAST5.htm). Asesmen tersebut menurut Haladyna (1997)
diperlukan untuk menilai hasil belajar siswa secara multidimensi.yang baik akan membantu
untuk menghindari kesalahpahaman pendengar dan informasi yang diberikan dapat menjadi
lebih edukatif.

Agar hasil belajar dapat diungkap secara menyeluruh, maka selain digunakan alat ukur
tes objektif dan subjektif perlu dilengkapi dengan alat ukur yang dapat mengetahui kemampuan
siswa dari aspek kerja ilmiah (keterampilan dan sikap ilmiah) dan seberapa baik siswa dapat
menerapkan informasi pengetahuan yang diperolehnya. Alat penilaian yang diasumsikan dapat
memenuhi hal tersebut antara lain adalah dengan penilaian autentik yang meliputi jenis penilaian
kinerja (performance assessment), penilaian karya (product assessment), dan penilaian
portofolio. Asesmen otentik adalah praktik asesmen yang secara langsung dan bermakna dalam
arti apa yang diases adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan dalam kehidupan
nyata siswa.

Faktor Pendukukung dan Penghambat Pelaksanaan Asesmen dalam Pembelajaran | 3


PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR ASESMEN
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam
pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et
al., 1992:95; Popham, 1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya
meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang
diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal,
sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991: 2--3)

Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar mencakup beberapa hal, yaitu:
(1) standar kompetensi, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam setiap mata
pelajaran yang memiliki implikasi yang sangat signifikan dalam perencanaan, metodologi dan
pengelolaan penilaian, (2) kompetensi dasar, adalah kemampuan minimal dalam rangka mata
pelajaran yang harus dimiliki lulusan; (3) rencana penilaian, jadwal kegiatan penilaian dalam
satu semester dikembangkan bersamaan dengan pengembangan silabus; (4) proses penilaian,
pemilihan dan pengembangan teknik penilaian, sistem pencatatan dan pengelolaan proses; dan
(5) proses implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian.

B. PELAKSANAAN TES / ASESMEN


1. Pelaksanaan Asesmen Autentik
a. Asesmen Kinerja (Performance Assessment)
Asesmen kinerja (performance assessment) terdiri dari format- format asesmen di mana
siswa menyusun suatu respon secara lisan maupun tertulis (Feuer dan Fulton, 1993; Herman,
Aschbacher dan Winters, 1992). Asesmen ini mengajak siswa untuk melakukan tugas- tugas yang
komplek dan bermakna yang berkaitan dengan pengetahuan, pembelajaran terkini, dan berbagai
keterampilan yang relevan untuk menyelesaikan problem- problem yang realistik atau autentik
(ibid, 1992:2).
Asesmen kinerja dikembangkan untuk menilai kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya pada berbagai situasi nyata dan konteks
tertentu. Penilaian kinerja dapat dipersingkat atau diperluas dalam bentuk pertanyaan terbuka,
membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan masalah, tugas analisis, atau tugas lain yang

Faktor Pendukukung dan Penghambat Pelaksanaan Asesmen dalam Pembelajaran | 4


memungkinkan siswa mendemonstrasikan kemampuannya dalam memenuhi tujuan belajar tertentu.

Ada tiga alat atau instrumen untuk mengukur kinerja siswa, yaitu (1) daftar cek (checklist), (2) skala
penilaian (rating-scale), dan (3) rubrik. Daftar cek dan skala penilaian digunakan untuk mengamati
dan menilai kinerja siswa di luar situasi ujian, misalnya pada saat siswa melakukan praktikum,
sebagai bagian dari kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan rubrik biasanya digunakan untuk
menskor respon (jawaban) siswa terhadap pertanyaan terbuka (open-ended question). Rubrik
memuat klasifikasi nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang
ditunjukkan siswa. Faktor Pendukung Sebagai alat observasi langsung terhadap proses
pembelajaran peserta didik, Asesmen yang menarik bagi peserta didik, Pembelajaran siswa aktif dan
Keterampilan berpikir tingkat tinggi. Faktor Penghambat Menghabiskan waktu guru ketika
perencanaan proses asesmen disbanding proses pembelajarannya, Penilaian yang bersifat subjektif
dan Rendahnya reliabilitas asesmen disebabkan subjektivitas.

b. Asesmen Portofolio (Portfolio Assesment)


Penilaian portofolio merupakan sistem pengumpulan karya- karya siswa yang dianalisis
untuk menunjukkan kemajuan siswa sesuai dengan tujuan instruksional (Valencia, 1991). Contoh-
contoh portofolio meliputi: menulis sample, melukis, membaca logaritma, audio atu video-tape, dan
komentar guru/ siswa pada kemajuan yang telah dicapai siswa. Salah satu fitur dalam penilaian
portofolio ini adalah keterlibatan siswa dalam menyeleksi sample- sample karya mereka sendiri,
untuk menunjukan perkembangan atau proses pembelajaran.
Cara menilai portofolio biasanya menggunakan rubrik, yaitu penilaian dengan
menggunakan skala bertingkat terhadap dokumen portofolio tersebut. Biasanya rubrik
menggunakan skala bertingkat dengan memberikan nilai (skor) 1 untuk ketegori sangat kurang
(SK), nilai 2 untuk kategori kurang (K), nilai 3 untuk kategori cukup (C), nilai 4 untuk kategori baik
(B), dan nilai 5 untuk kategori sangat baik (SB). Bisa pula dengan skala bertingkat menurut
wilayah, misalkan untuk penilaian penghargaan yang diperoleh.
Dalam pengertian portofolio sebagai benda fisik, portofolio dapat memuat kumpulan hasil
karya atau hasil belajar siswa, seperti hasil tes, tugas-tugas, catatan-catatan, ide-ide siswa, karangan
siswa, rangkuman materi yang disajikan dalam berbagai sajian (tabel, diagram, dsb), karya seni, dan
sebagainya. Heddens & Speer dalam Tanwey (2006: 83), mengemukakan bahwa portofolio memuat
sampel kerja siswa berupa proyek, laporan siswa, tulisan-tulisan siswa, hasil tes, dan sebagainya.
Faktor Pendukung Membantu peserta didik bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan,
Perlunya kerja sama antara guru, siswa dan orang tua, Guru dapa melihat karakteristik peserta didik

Faktor Pendukukung dan Penghambat Pelaksanaan Asesmen dalam Pembelajaran | 5


sebagai individu dan Sebagai alat bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan
peserta didik dalam perkembangan mereka. Faktor Penghambat Memakan waktu banyak yang biasa
guru lakukan, Guru hanya memerhatikan untuk pencapaian akhir, Guru dianggap tahu segalanya
dan peserta didik selalu dianggap sebagai objek yang harus didik dan diberi tahu dan Lumrahnya
penilaian berupa angka, peringkat dan yang bersifat kuantitatif. Portofolio tidak mengenal angka-
angka dalam melakukan penilaian.

c. Asesmen Diri Siswa (Student Self Assessment)


Asesmen diri siswa merupakan elemen kunci dalam asesmen autentik dan dalam
pembelajaran yang diatur sendiri. Hal ini berarti meningkatkan keterlibatan siswa langsung
dalam pembelajaran dan mengintegrasikan kemampuan kognitif dengan motivasi dan sikap
terhadap pembelajaran. Penerapan asesmen autentik memerlukan keterlibatan guru lebih
banyak daripada sekedar tes jawaban tunggal (single- answer test). Pengaturan waktu dan
berbagai keterampilan bahasa diperlukan untuk mendesain dan menggunakan asesmen
autentik ini. Sedangkan keputusan akhir penilaian diperlukan untuk menentukan kemajuan
siswa dan kemajuan pembelajaran siswa. Adanya asesmen autentik ini, guru dituntut untuk
memahami pola, kreasi dan prosedur penggunaannya, serta mengaitkan antara asesmen
autentik ini dengan tujuan instruksionalnya dalam desain perencanaan pembelajaran.
Faktor Pendukung Peserta didik dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya
melalui penilaian, Peserta didik dapat memiliki sifat jujur dan objektif dalam penilaian diri,
Peserta didik dapat mengontrol tindakannya dan mampu mengembangkan sikap positif,
Tumbuhnya percaya diri peserta didik dalam menuju kesuskesan dan Peserta didik menjadi
lebih kritis dan mandiri. Faktor Penghambat Pengaruh keanekaragaman budaya, Peserta
didik melakukan penilaian dengan skor tinggi atau rendah, Kurang akurat dalam melakukan
penilaian dan Peserta didik tidak mengetahui apa yang mereka ketahui.

2. Pelaksanaan Asesmen Alternatif (Proyek)


Asesmen alternatif adalah penilaian non tradisional yang menilai perolehan,
penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses
maupun produk (Herman et al., 1992; Marzano, 1993; Stiggins, 1993; Bookhart, 2001;
Zainul, 2001). Penilaian tersebut mengacu pada suatu standar tertentu.
Suatu standar penilaian diperlukan untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang
seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan. Standar tersebut
Faktor Pendukukung dan Penghambat Pelaksanaan Asesmen dalam Pembelajaran | 6
dikenal dengan istilah rubric (Herman et al., 1992; Marzano, 1993; Zainul, 2001; http:
www.Usoe.k12.ut.us/curr/ science/Perform/PAST5.htm). Selain dari rubric (performance
criteria), asesmen alternatif juga terdiri atas task (tugas). Dalam hal ini baik rubric maupun
task tersebut perlu diujicoba terlebih dahulu sebelum digunakan (Airasian, 1991; Popham,
1995; Zainul, 2001). Ujicoba dilakukan untuk menguji feasibilitas serta efektifitas task dan
rubric. Perbaikan task dan rubric dapat dilakukan berdasarkan hasil ujicoba tersebut.
Asesmen alternatif dapat mengukur keterampilan bekerja ilmiah, kemampuan
berpikir tingkat tinggi, dan berbagai kemampuan (abilities) lainnya yang akan digunakan
sepanjang hidup siswa (http: www. Usoe.k12.ut.us/curr/science/Perform/PAST5.htm).
Asesmen alternatif diperlukan untuk menilai dimensi proses dan hasil belajar siswa yang
tidak tergali melalui tes. Asesmen alternatif bersifat real task situations/ otentik, berpihak
kepada siswa dan memberikan umpan balik yang lebih bermakna bagi pengembangan potensi
siswa secara menyeluruh (Wulan, 1998; Wulan, 2007).

Beberapa contoh asesmen alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran


bahasa Indonesia antara lain adalah: penulisan essay, ujian praktek, penilaian makalah,
penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar cek, penilaian sebaya (peer assessment),
penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi kinerja, penilaian diskusi, dan interviu.
Asesmen alternatif pada dasarnya tidak ditujukan sebagai alternatif pengganti tes prestasi
belajar. Terdapat beberapa kekuatan tes yang tidak terdapat pada asesmen alternatif. Dengan
demikian lebih tepat apabila dikemukakan bahwa asesmen alternatif merupakan alternatif
untuk mendampingi tes prestasi belajar.
Faktor Pendukung Teknik asesmen ini bermuatan pedagogis dan bermakna bagi
peserta didik yang memberikan peluang melihatkan kompetensi yang dikuasainya. Dengan
harapan adanya hasil produk (laporan) yang dapat di pertanggungjawabkan. Faktor
Penghambat Menghabiskan banyak waktu bagi guru dalam proses penilaian dan pengawasan
pelaksanaan tugas oleh peserta didik, ditambah tidak adanya kesempatan untuk mengulang
tugas proyek yang sama dikarenakan ketersediaan waktu.

Faktor Pendukukung dan Penghambat Pelaksanaan Asesmen dalam Pembelajaran | 7


SIMPULAN
Asesmen yang telah dibahas di atas merupakan pengembangan model pengajaran dan
pembelajaran. Model ini dapat merangsang siswa untuk aktif dalam merespon kegiatan
pembelajaran bahasa dan memberikan tantangan bagi siswa untuk mengungkapkan pemahaman
sekaligus penerapannya dalam kehidupan nyata. Tantangan bagi siswa ini sangat bermakna
karena mereka dapat memberikan respon secara lisan maupun tertulis. Selain itu, hal tersebut
juga bersifat fleksibel, yakni siswa dapat mendemonstrasikan kemampuan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara yang bervariasi.

REFERENSI
Astuti, W. P., Prasetyo, A. P. B., & Rahayu, E. S. (2012). Pengembangan instrumen asesmen
autentik berbasis literasi sains pada materi sistem ekskresi. Lembaran Ilmu Kependidikan,
41(1).
Bundu, P. (2017). Asesmen autentik dalam pembelajaran. Deepublish.
Marhaeni, A. A. I. N. "Asesmen autentik dan pendidikan bermakna: implementasi kurikulum
2013." JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) 4.1 (2015).
Pantiwati, Y., & Nyono, N. (2020, March). Asesmen autentik dalam kegiatan praktik
pembelajaran sains. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi.2021.
UTOMO, Rayi Oktafiani. Instrumen Asesmen Autentik Dalam Pembelajaran Menulis Teks
Cerita Fantasi. Hasta Wiyata, 2019, 2.2: 69-80.
SETIAWAN, Heri, et al. Pengembangan instrumen asesmen autentik kompetensi pada ranah
keterampilan untuk pembelajaran tematik di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 2017, 2.7: 874-882.
ZAHROK, Siti. Asesmen Autentik Dalam Pembelajaran Bahasa. JURNAL SOSIAL
HUMANIORA (JSH), 2009, 2.2: 166-180.

Anda mungkin juga menyukai