Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Guru seperti seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik). Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat.Bermain adalah kodrat anak, Pikiran-Perasaan-Kemauan-Tenaga (Cipta-Karsa-Karya-Pekerti) sudah ada pada diri anak, dan permainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah. Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak. Kemudian tentang visi, visi berkaitan dengan “want to be seseorang”, suatu organisasi atau kelompok. Visi berarti gambaran masa depan yang diharapkan akan terwujud, mulai dari input, proses, maupun outputnya. Visi berupa gambaran mental masa depan yang dipengaruhi oleh kenyataan yang diharapkan, kepercayaan serta keyakinan terhadap nilai-nilai, dan ketertarikan akan prestasi, capaian, atau keunggulan. Seorang calon guru penggerak diharapkan mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi yang berpihak pada murid, kolaborasi dengan para guru dan pemangku kepentingan.Visi seorang guru merupakan gambaran tujuan yang ingin dicapai oleh seorang guru, yang memuat nilai-nilai yang diyakininya. Visi menentukan tujuan, sedangkan nilai-nilai menentukan cara untuk mencapai tujuan tersebut Nilai guru penggerak terdiri atas mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid, sedangkan peran guru penggerak terdiri dari menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Visi Guru penggerak haruslah sejalan dengan filosofi KHD, sebagai contoh pendidikan haruslah bertumpu pada dua hal, yaitu kodrat alam dan kodrat zamannya murid, sehingga ketika menyusun suatu visi, maka Guru Penggerak haruslah mengutamakan atau berfokus pada kepentingan murid, karena tujuan pendidikan adalah agar murid mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Diharapkan apabila Guru Penggerak sudah menerapkan Nilai dan Peran tersebut, maka Guru Penggerak akan mampu juga mewujudkan visinya. Visi guru penggerak akan terealisasi apabila visi yang dimiliki tersebut terukur, konkret, dapat direncanakan, dan juga dilaksanakan secara sistematis. Maka dari itu, untuk mencapai hal tersebut, Guru Penggerak menerapkan suatu pendekatan yang disebut Inkuiri Apresiatif. IA adalah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016) dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. Inkuiri Apresiatif mengedepankan usaha, prakarsa perubahan dengan memaksimalkan potensi, kekuatan, dan segala hal positif yang telah ada dan dimiliki. Inkuiri Apresiatif diterapkan dengan alur BAGJA, yakni B = Buat Pertanyaan Utama untuk menentukan arah penelusuran dengan membuat pertanyaan-pertanyaan kemudian didiskusikan dan pilih salah satu pertanyaan. A = Ambil Pelajaran fokus satu pertanyaan utama yang disepakati, kemudian menuntun untuk mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu atau kelompok. komunitas sekolah menjawab pertanyaan lanjutan dari pertanyaan utama. G = Gali Mimpi yaitu menggali mimpi sebagai keadaan ideal yang diinginkan melalui narasi berdasarkan kondisi yang ada, dengan menyusun pertanyaan pemandu. J = Jabarkan Rencana yaitu dengan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan berdasarkan pertanyaan yang telah disusun agar lebih konkret. A= Atur eksekusi membantu transformasi rencana menjadi nyata yang mampu memutuskan peran-peran dalam pelaksanaan Strategi untuk menumbuhkan potensi siswa yakni dengan : 1. Menciptakan pembiasaan untuk menumbuhkan karakter baik, siswa yang berbudi luhur menuju perwujudan Profil Pelajar Pancasila, dimulai dari pembiasaan yang terlihat remeh dan sepele yakni 5 S (senyum, sapa, salam, sopan, santun untuk mewujudkan karakter siswa yang berbudi luhur, berakhlak mulia) 2. Menciptakan pembelajaran yang asyik, seru, menyenangkan yang berpusat pada murid 3. Melaksanakan pembelajaran berbasis collaborative team work learning, inquiry learning, discovery, problem based learning, project based learning, cooperatif learning 4. Menyediakan wadah/forum bagi siswa dalam menuangkan ide, gagasan, dengan bebas 5. Membangun relasi dengan pihak atau komunitas lain 6. Mendorong siswa dalam mengembangkan bakat dan minatnya agar terdeteksi potensi yang dimiliki Dengan mengaitkan filosofi pemikiran KHD, memegang teguh nilai dan peran Guru Penggerak, serta visi yang dilandasi keyakinan positif, maka diharapkan tujuan akhir akan tercapai,menuju merdeka belajar, mengantar anak didik pada bahagia dan keselamatan yang setinggi-tingginya.