ASESMEN TRADISIONAL
ASESMEN ALTERNATIF
Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada tahun 1990-an,
sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang hanya menggunakan test
tertulis (paper and pencil test). Test dapat dibuat oleh orang yang tidak terlibat dalam proses
pembelajaran, asal orang tersebut mengetahui Kompetensi Dasar yang akan dicapai, menguasai
materi yang diajarkan, dan mempunyai keterampilan dalam membuat test. Yang menjadi
perhatian adalah bagaimana hasil yang diperoleh siswa setelah mereka menyelesaikan
pembelajaran.
Asesmen merupan kegiatan untuk mengumpulkan infomasi hasil belajar siswa yang diperoleh
dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan siswa. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan asesmen, yaitu traditional
asesmen, perfomnce asesmen, authentic asesmen, portfolio asesmen, acheivmen asesmen, dan
alternatif asesmen.
Asesmen traditional mengacu pada test tertulis, hanya mengukur hasil belajar siswa dengan
menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes tertulis. Performance Asesmen (Asesmen Kinerja)
merupakan asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik
pengetahuan atau keterampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukan dalam bentuk
penyelesaian tugas. Authentic Asesmen merupakan asesmen yang menuntut siswa mampu
menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan nyata di luar sekolah,
tujuannya adalah mengumpulkan bukti -bukti apakah siswa sudah dapat menggunakan
pengetahuan dan keterampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata dan dapat memberikan
kritik terhadap upaya yang telah dilakukan. Portfolio Asesmen (Asesmen Portfolio) merupakan
kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukan upaya, proses,
hasil, dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Achievement Assessment
merupakan pengertian umum terhadap semua usaha untuk mengukur, mengetahui, dan
mendeskripsikan hasil belajar siswa, baik yang dilakukan test tertulis, asesmen kinerja, portfolio,
dan semua usaha untuk memperoleh informasi hasil kemajuan belajar siswa.
Alternatif assessment (Assessment Alternatif) merupakan asesmen yang tidak hanya tergantung
pada test tertulis, asesmen ini merupakan alternatif dari asesmen tes tertulis. Performance
assessment, porffolio assessment, authentic assessment, dan achievement assessment
merupakan kelompok asesmen alternatif.
Asesment alternatif tidak hanya menilai produk belajar saja, tetapi juga menilai proses belajar
untuk menghasilkan produk tersebut. Asesmen ini dilaksanakan berdasarkan teori belajar
khususnya psikologi kognitif. Teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan
asesmen alternatif adalah:
1. Teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro (1990), teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar
adalah kompleks dan tidak terstruktur, pada teori ini menjelaskan bahwa belajar akan
memiliki kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang
telah dimiliki untuk merespons kenyataan atau situasi yang dihadapi.
2. Teori belajar Bruner (1966), belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan siswa
dengan cara mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep baru atas dasar konsep,
pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki. Menurut Bruner pembelajaran harus
diarahakan pada belajar penemuan (Discovery learning). Discovery Learning dapat
dikukan dengan cara: menghadapkan anak pada suatua masalah, anak membandingkan
realita dengan model mental yang telah dimiliki, dengan pengalaman anak akan mencoba
menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur idenya untuk mencapai
keseimbangan.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983), merupakan model bahwa
otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
menginterpretasikan infomasi serta menarik kesimpulan dari informasi – informasi
tersebut.
4. Experiential Learning Theory dari C. Rogers (1969), teori ini membedakan dua jenis
belajar yaitu cognitive learning yang berhubungan dengan pengetahuan dan experiential
learning yang berhubungan dengan pengalaman. Teori ini menarik karena melibatkan
pribadi siswa, inisiatif siswa, penilaian diri siswa, dan dampak langsung yang terjadi pada
diri siswa dalam proses belajar.
5. Mutiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983), pada teori ini intelegensia
didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang yang digunakan untuk memecahkan
masalah atau kemampuan untuk menunjukan suatu produk yang dihargai oleh satu atau
lebih budaya. Depalan kemampuan pada setiap individu yaitu, linguistic, logical
mathematic, visual-spatial, bodily-kinesthetic, musical, intrapersonal, interpersonal, dan
naturalist.
Bentuk asesmen kinerja terdiri dari dua komponen utama, pertama tugas (task) dan kriteria
penskoran.
A. Tugas (Task)
Asesmen ini meminta anak untuk melakukan sesuatu atau menunjukan kinerjanya sesuai
dengan tugas yang diberikan oleh guru. Informasi tentang keberhasilan siswa dalam unjuk
kerja dapat diperoleh dari berbagai jenis tagihan misalnya:
1. Computer adaptive, merupakan test bantuan computer yang dapat digunakan untuk
menilai hasil belajar siswa sesuai dengan kemampuannya.
2. Test pilhan ganda yang diperluas, merupakan test dimana dalam pengerjaannya
siswa tidak hanya diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling tepat tetapi
mereka juga diminta untuk memberikan alasan mengapa dia memilih jawaban itu.
3. Test uraian terbuka, yakni pemberian tugas dalam asesmen kinerja karena test uraian
terbuka kita dapat menilai kinerja atau kemampuan siswa dalam penalaran, logika,
seta kemampuan dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan.
4. Tugas individu, merupakan test yang harus dikerjakan secara mandiri.
5. Tugas kelompok, merupakan test yang harus dikerjakan secara kelompok
6. Proyek, merupakan tugas yang diberikan kepada siswa (individu/kelompok) untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam jangka waktu tertentu.
7. Interview, merupakan tugas yang diberikan kepada siswa (individu/kelompok) untuk
melakukan wawancara dengan orang lain dan kemudian membuat laporan hasil
wawancara.
8. Pengamatan, merupakan tugas yang diberikan kepada siswa untuk melakukan
pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan oleh guru.
Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan saat merancang tugas dalam asesmen
adalah:
1. Guru Bersama teman sejawat menentukan nilai dimensi kinerja yang akan dinilai.
2. Cocokkan dimensi kinerja tersebut dengan kinerja siswa secara riil di lapangan untuk
melihat kesesuaiannya.
3. Revisilah dimensi-dimensi kinerja tersebut sehingga menjadi lebih tepat.
4. Definisikan setiap kinerja tersebut
5. Menentukan skala dari dimensi kinerja yang akan dinilai
6. Sebelum rubrik digunakan, lakukan penilaian terhadap rubrik tersebut
7. Lakukan uji coba untuk mengetahui apakah rubrik tersebut dapat digunakan atau tidak
8. Jika rubrik sudah dianggap baik, lakukan sosialisasi dengan melibatkan pihak terkait.
a. Holistic rubric, adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya dibuat secara umum.
Biasanya dapat digunakan untuk menilai jenis berbagai jenis kinerja. Aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja siswa diantaranya: kualitas pengerjaan
tugas, kreativitas dalam mengerjakan tugas, produk tugas. Holistic rubric ini juga bisa
digunakan untuk menilai keterampila mengerjakan sesuatu antara lain: kemampuan
menggunakan prosedur kerja, kemampuan menunjukan fungsi dari setiap langkah
setiap langkah sesuai dengan prosedur kerja, kemampuan memodifikasi prosedur
kerja.
b. Analitic rubric, adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerja yang dibuat lebih rinci,
demikian pula deskripsi setiap aspek kinerjanya. Analitic rubric tepat digunakan untuk
menilai kinerja tertentu. Dimensi kinerja yang akan dinilai disesuaikan dengan kinerja
yang akan diukur.
Asesmen Portfolio
Portfolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang dapat menunjukan hasil
pencapaian dan perkembangan hasil belajar siswa. Portfolio tidak hanya sekedar
kumpulan hasil karya siswa yang disimpan dalam satu folder, tetapi dikatakan portfolio
jika kumpulan hasil karya tersebut dapat menggambarkan perkembangan hasil belajar
siswa dari waktu ke waktu. Secara lebih rinci karakteristik portfolio adalah
1. Asesmen portfolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara guru
dan murid.
2. Asesmen portfolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang
terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasarkan kriteria tertentu
untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil kerja siswa.
3. Hasil karya dikumpulkan dari waktu ke waktu. Kumpulan karya siswa tersebut
digunakan siswa untuk refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan
kelebihan karya yang dihasilkan.
4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru atauoun bagi siswa dan
diterapkan secara konsisten.
Penggunaan portfolio adalah untuk mencapai salah satu dari tiga tujuan berikut:
1. Portfolio hendaknya memiliki kriteria penilaiaan yang jelas, spesifik dan berorientasi
pada research based criteria
2. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai sumber
informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa.
3. Untuk mendesain portfolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang berkontribusi terhadap portfolio.
4. Portfolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi seperti karangana, hasil lukisan,
skor tets dsb.
5. Kualitas portfolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk protofolio yang berbeda dengan
mata pelajaran lain
7. Portfolio harus dapat diakses langsung oleh orang-orang yang berkepentingan
terhadap potofolio tersebut.
Percenanaan Portfolio
Tugas guru kemudian adalah melaksanakan portfolio sesuai dengan apa yang telah
dirancang. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
Kumpulan karya siswa dapat dikatakan sebagai portfolio jika kumpulan karya tersebut
merupakan representasi dari kumpulan karya terpilih yang telah menunjukkan pencapaian
dan perkembangan belajar siswa dalam rangak mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya adalah tahap penilaian dimana:
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Siswa yang
memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari
mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Menurt Kratwohl ranah afektif terdiri dari:
1. Receiving, merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus,
misalnya aktivitas dalam kelas.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yanh dipelajari
3. Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan, atau sikap dan
menunjukan suatu derajat internalisasi dan komitmen
4. Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan
nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun
sistem nilai internal yang konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi, dimana pada level ini siswa sudah memiliki
sitem nilai yang mampu mengendalikan perilakusama pada waktu tertentu hingga menjadi
pola hidupnya.
Karakteristik yang terpenting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
Cara penilaian ranah afektif dapat dilakukan dengan cara: