Anda di halaman 1dari 17

Makalah

ASESMEN AUTENTIK
Disusun oleh :
ABDUL RAJIK POLAPA

Nim : 431417023

Pendidikan Biologi, A

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asesmen Autentik” yang merupakan salah satu bahan untuk melengkapi
pustaka mata kuliah Evaluasi. Penyusun berharap tulisan ini dapat menambah
wawasan tentang Asesmen Autentik terutama yang berkaitan dengan Evaluasi
sehingga mampu menjadi bahan referensi bagi mahasiswa.
Penyusun menyadari bahwa penyelesaian tulisan ini jauh dari
sempurna, maka saran-saran sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan
ini.

Gorontalo, Mei 2019

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi
dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga
dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum
merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum.
Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi
juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga
merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan,
yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik
dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini
membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-
benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan
pengajarannya bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru
untuk melihat seberapa jauh kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja
murid mereka dibandingkan norma nasional yang ada.
Istilah asesmen mengacu pada semua informasi yang dikumpulkan
tentang murid di kelas oleh guru, baik melalui pengetesan formal, esai, dan
pekerjaan rumah, atau secara informal melalui observasi atau interaksi.
Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan
berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu
sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu
kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa
terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban

3
pendek atau pertanyaan pilihan ganda. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas
terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai
dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya di mana kandungannya sudah
ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai
kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang
memasukkan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya
mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka
pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman
pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang
dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara
keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan
belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan
kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai
pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asesmen Autentik ?

2. Bagaimana karakteristik Asesmen Autentik ?

3. Bagaimana jenis dan contoh penilaian Asesmen Autentik ?

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari Asesmen Autentik.

2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik Asesmen Autentik.

3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan contoh penilaian Asesmen Autentik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asesmen Autentik


Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990
untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai
reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes
tertulis, pilihan ganda, kuis, dan jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik dalam
arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-
orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka
melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja atau
unjuk kerja. Dalam bisnis dikatakan performance assessment. Penilaian autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk
menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan
penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan
atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau
evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan
asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru
menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.Seperti apakah bentuk
penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan suatu tugas (task)
bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik
(rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas
tersebut.

5
2.2. Karakteristik Asesmen Autentik
1. Tugas Autentik
Tugas autentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa melakukan
atau menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta untuk
mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang
tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan
dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu: 1) tugas
tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun
bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan
dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang
hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil
dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau
melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam
penilaian autentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).
Selanjutnya ada lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat
menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains. Pertama, length atau
lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu
dilalui siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi
keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima,
keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk
menunjukkan kinerjanya.
2. Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk,
yakni:

6
a. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut
peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat
kemampuan yang nyata.
b. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban
yang dipilih.
c. extended response atau open ended question juga dapat digunakan.
d. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual
performance assessment (tugas perorangan).
e. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi partisipatif.
f. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa.
g. projek, expo atau demonstrasi.
h. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
3. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau
penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan
diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan alat pemberi skor yang berisi
daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas. Secara singkat scoring
rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi, (ii) definisi dan
contoh, (iii) skala, dan (iv) standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai
kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap
dimensi. Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi,
sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-
baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun
itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam
bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu rubrik. Oleh
karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk
menilai suatu rubrik.

7
a. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria
yang dinilai?
b. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang
dinilai?
c. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum
berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
d. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
e. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan
itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap
kategori kinerja?
f. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
g. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
h. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
i. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministra-
sikannya?
4. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan
dalam penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor.
Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level
dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam
perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk
memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga
membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang
melaksanakan penilaian autentik, deskriptor membantu memperoleh umpan
balik yang lebih baik.
2.3. Jenis Dan Contoh penilaian Asesmen Autentik
a. Penilaian Kinerja

8
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,

khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat

melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur

proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria

penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan

umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif

maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil

penilaian berbasis kinerja:

1. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya

unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul

dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan

cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-

masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut,

guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang

ditetapkan.

3. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan

skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik,

3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.

4. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan

cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa

membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk

9
menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti

tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.

Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk

menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi

tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga,

kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk

menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja

yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima,

urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.

Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian

kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik

diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan

tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran

tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi

kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan

curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria

atau acuan yang telah disiapkan.

2.  Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk

menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya

berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

10
3. Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai

penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar

dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang

telah disiapkan.

Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,

menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari

kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih

peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju

secara personal.

b. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian

terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu

tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh

peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek

bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-

lain.

Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik

memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga

hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.

11
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan

data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang

diperoleh, dan menulis laporan.

2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

3. Originalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau

dihasilkan oleh peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk

proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi

penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data,

dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar

cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam

bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian

khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas

dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud

meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti

makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain),

barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya

logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus

dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk

pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

12
c.       Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang

menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara

perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta

didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan

pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta

didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta

didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai),

atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio

adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu

periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski

dapat juga oleh peserta didik sendiri.

Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau

kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun

atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan,

resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar

penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai

dengan tuntutan pembelajaran.

13
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah

seperti berikut ini.

1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

2. Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah

bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang

sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.

5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen

portofolio yang dihasilkan.

7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian

portofolio.

d.      Penilaian Tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes

tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil

pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau

mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban.

Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,

menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau

melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

14
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu

mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes

tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu

menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan

jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka

memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena

kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan,

atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan

melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang

sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut

dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban

terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang

diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk

dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau

kompleks.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang
bermakna.
2. Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja yang
terdiri terdiri dari tasks + rubrics.
3. Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan
tertulis.
a. Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi dan keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus
diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu.
d. Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara tertulis yang
dapat berupa pilihan ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan
sebagainya.
Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari:

16
a. Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
b. Memilih suatu tugas otentik
c. Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
3.2. Saran
Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pembimbing
menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan

DAFTAR PUSTAKA

Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk
Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha

Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan


dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI

Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sudarwan, Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah


pada Workshop Kurikulum. Jakarta. http://www.the-scientist.com/?
articles.view/articleNo/24488/title/The-Scientific-Approach/: diakses 12 September
2014.

Zainul, A. 2001. Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi.


Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

17

Anda mungkin juga menyukai