Anda di halaman 1dari 3

Tak Ingin Pindah

Liburan kenaikan kelas telah tiba. Biasanya saat liburan telah tiba aku sangat semangat,
kali ini aku tidak bersemangat. Pekerjaan Ayahku mengharuskan untuk pindah kantor ke
Lampung. Aku sebenarnya kesal sekali untuk meninggalkan Kalimantan, tempat tinggalku
yang indah, dan aku nyaman tinggal disini. Rasanya berat meninggalkan teman-teman dan
sekolahku. Tapi apa boleh buat. Ayah harus pindah kantor. Mau tidak mau, kami sekeluarga
juga harus pindah rumah.

”Huhh..” dumalku sambil memandang keluar jendela kamar. “Ayo susi bereskan
mainanmu, sebentar lagi teman-teman susi mau kesini, cepat bereskan ya” perintah ibu
kepadaku. Tidak ada pilihan. Aku pun memasukkan mainan-mainanku kedalam kardus.

Tak lama kemudian suara bel rumahku berbunyi. “Assalamu’alaikum susi...” teriak
temanku dari depan rumah. Aku tak menyangka ternyata teman-temanku datang
membawakan sebuah kado, meski aku tidak berulang tahun. “susi, kami membawakan kado
untukmu, kado ini sebagai tanda perpisahan kita, kami ingin kamu selalu mengingat kami
walaupun kita sudah berpisah” ujar salah satu temanku. “wah.. terimakasih, sebetulnya tanpa
kalian bawakan ini aku akan selalu mengingat kalian” jawabku kepada mereka.

Aku mengajak teman-temanku masuk kedalam rumah untuk terakhir kalinya, sambil
duduk membentuk lingkaran. “Ayo nak dimakan, ibu membuatkan kue ini khusus untuk
kalian” ujar ibuku sambil menyuguhkan kue didepan kami. “baik sekali ibu susi, terimakasih
tante” jawab salah satu temanku. Kami bercanda tawa, menceritakan tingkah lucu yang
pernah kita alami bersama. Aku juga meminta teman-temanku untuk menulis di buku
diaryku, menulis nama, alamat, dan kata-kata pesan di buku diary.

Sore telah tiba, saatnya teman-temanku pulang kerumah mereka masing-masing.


“selamat tinggal susi”, “jangan lupa, kita saling kabar, ya”, “kami tak kan melupakanmu
susi”. Ucap teman-temanku. Meskipun aku sedikit lega karna sudah bertemu untuk
perpisahan dengan mereka tapi tetap rasanya sedih untuk pergi dari Kalimantan ini.

Allahu akbar Allahu akbar!!! Suara adzan maghrib berkumandangan. “Susi, wudhu
nak, ayo kita sholat maghrib berjamaah” ajak ayahku. Setelah sholat maghrib, kami bersiap-
siap untuk berpamikan ke beberapa tetangga sekitar. Aku mengikuti Ayah dan Ibu
berkeliling.
Hari minggu telah tiba. Sebuah truk besar datang untuk mengangkut barang-barang
kami. Mulai dar kardus-kardus, kursi, lemari semua perabotan rumah di angkut truk besar.
Cekrek.. kudengar untuk terakhir kalinya suara mengunci pintu rumah ini. “selamat tinggal”
ucapku sambil memandangi rumah kami.

Saatnya pergi. Perjalanan cukup jauh, kami menyebrangi laut dengan kapal, ini pertama
kalinya aku menyebrangi lautan dengan kapal. Sungguh indah pemandangannya. Di
perjalanan ibu melihatkan foto rumah baru kami di Lampung. Terlihat lebih besar dari rumah
kami sebelumnya, tapi aku tetap lebih suka tinggal di Kalimantan.

Perjalanan ini sangat melelahkan. Truk besarpun berhenti. Akhirnya kami tiba dirumah
baru. Ayah mengajakku menjelajahi rumah baru kami. Melihat ruang tamu, ruang keluarga,
dapur, kamarku, halaman belakang semua kami jelajahi. Suasananya jauh berbeda dengan
rumah kami sebelumnya.

Esoknya, Ayah dan Ibu masih sibuk beres-beres dan membuka kardus. Aku enggan
membantu. Mungkin mereka tahu kalau aku kurang suka tinggal disini.

Sore hari, kami berkenalan dengan tetangga baru. Mereka cukup ramah. Kulihat ada
beberapa anak yang seumuran denganku. “Halo, namaku Khanza”, “aku Lala”, “Aku Azka”.
Satu persatu teman-teman baruku menghampiri dan mengajak berkenalan. Aku sedikit malu.

Mereka mengajakku bermain bersama. Bermain lompat karet, bermain engklek, ulang
tangga dan juga mengajakku ke lapangan untuk bermain petak jongkok. Mama juga tidak
keberatan saat aku mengajak teman baruku bermain dirumah.

Setelah beberapa hari kami bermain bersama, ternyata mereka bersekolah di SD


Muhammadiyah Metro Pusat, sekolah baruku. Aku sangat senang sebelum masuk sekolah,
aku sudah mempunyai teman-teman baru. Aku yakin teman sekolah yang lainnya pasti baik
juga seperti mereka.

Ayah sudah kembali bekerja. Hari-hari berjalan seperti biasanya. Terkadang aku rindu
dengan teman lamaku. Ibu berbaik hati mengizinkan aku untuk menelepon mereka sesekali.

Pindah rumah memang membuat hari-hari kita banyak berubah. Tapi, aku senang
karena semuanya baik-baik saja. *
BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Zakiyah Nazir Effendi, biasa disapa Zakiyah. Dilahirkan di Metro,
4 Agustus 2001. Penulis beraktivitas sebagai mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung angkatan 2019.
Perempuan yang memiliki hobi menulis dan juga memasak ini dapat dihubungi melalui email
zakiyahnazireffendi@gmail.com .

Anda mungkin juga menyukai