Anda di halaman 1dari 9

Assesmen Pembelajaran

2.1.   HAKEKAT ASSESMEN
Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran di bidang
studi apapun. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna membuat
keputusan (Anderson, 2003:xi). Popham (1995:3) mempertegas, bahwa ‘Educational
assessment is a formal attempt to determine students’ status with respect to
educational variables of interest’. Asesmen juga memiliki terminologi khusus guna
mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan
informasi tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari para pebelajar.  Asesmen
dapat juga didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan dan pengujian informasi
untuk meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa yang sudah dipelajari oleh
pebelajar dari pengalaman-pengalamannya (Huba dan Freed, 2000:8). Tindakan
asesmen sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan.  Semakin meningkat
jumlah peristiwa pengambilan keputusan dari asesmen tentang nasib pebelajar,
semakin serius konsekuensi dan implikasinya dalam jangka panjang. Pengajar harus
serius dalam mengemban masalah asesmen ini (Anderson, 2003:15).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan 4(empat) hal pokok terkait dengan
tindakan asesmen:
·           asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi karakteristik siswa
yang dilakukan secara sistematis,
·           tujuan utama proses asesmen dalam pendidikan adalah untuk
menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa,
·           asesmen dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar
yang efisien dan tepat, dan
·           asesmen pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.
Simpulan ini sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 1 angka 17 menetapkan  bahwa  asesmen (dalam PP disebut sebagai
penilaian), adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik.

2.2.  TUJUAN, FUNGSI  DAN PRINSIP ASSESMEN

A.      Tujuan Assesmen
Popham (1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk:
1)        mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2)        memonitor kemajuan siswa,
3)        menentukan jenjang kemampuan siswa,
4)        menentukan efektivitas pembelajaran,
5)        mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
6)        Mengevaluasi kinerja guru kelas, dan
7)        Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.

B.       Fungsi Assesmen
Fungsi assesmen dalam pembelajaran IPA diantaranya:
1)        Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajaran IPA di
kelas.
2)        Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua
murid, tentang pentingnya IPA.
3)         Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
4)        Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA

C.      Prinsip-prinsip Assesmen
1)        Proses yang transparan
2)        Memiliki validitas
3)        Dapat dipercaya
4)        Fleksibel
5)        Berkeadilan
6)        Praktis
7)        Sahih dan Handal
Sahih berarti soal atau tugas yang dikerjakan peserta diklat harus sesuai dengan
kompetensi yang ingin dinilai.
8)        Adil
Penilaian harus adil untuk semua peserta diklat. Artinya penilaian tidak
menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok peserta diklat yang
dinilai.
9)        Terbuka
10)    Menyeluruh.
11)    Terpadu
12)    Berkesinambungan/Berkelanjutan
13)    Bermakna

2.3.  BENTUK-BENTUK ASSESMEN

v  Assesment/Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-
kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Ada beberapa sub unit yang dibahas dalam materi alternatif assessment yaitu hakikat
alternatif assessment dan strategi alternatif assessment.
1.        Hakikat Alternatif Assessment.
Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil
test atau tes standar atau penilaiankonvensional/tradisional. dalam melakukan
penilaian guru memerlukan instrument selain paper and pencil test, nah berarti kita
butuh instrument yang lain atau alternative. Alternative assessment bukan
menghilangkan penilain paper and pencil test, tetapi bentuk assessment yang lain dan
dapat mengukur kemampuan siswa yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian
konvensional.
2.        Strategi Alternatif Assessment
Strategi-strategi assessment yang digunakan dalam melakukan assessment
berkelanjutan adalah sebagai berikut: asesmen kinerja (Performance Assessment),
observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi
(Presentation), diskusi (Discusions), Projek ((Project), investigasi/penyelidikan
(Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview),
Konferensi, Evaluasi diri oleh siswa (Self Eevaluation), tes buatan siswa.
Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assessment) adalah
segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan
paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung
proses dan hasil belajar siswa. Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini
kadang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), as-esmen
portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce as-sessment).
·           Performance Assessment sebagai Asesment Alternatif
Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan ke-berhasilan dalam
mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pem-belajaran. Pemilihan
metode asesmen harus didasarkan pada target infor-masi yang ingin dicapai.
Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Ada lima kategori
target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang
akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah:
1)        Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi
pengetahuan suatu mata pelajaran.
2)        Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-
gunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan meme-cahkan suatu
masalah.
3)        Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang
berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
4)        Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang
didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
5)        Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan
mengaplikasikan pengetahuan.
Untuk lima kategori hasil belajar di atas ada empat jenis metode asesmen dasar.
Keempat metode tersebut adalah:
1)        Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multi-
ple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau menco-cokkan
(matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items).
2)        Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan
kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap
persoalan tersebut.
3)        Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap pres-tasi
yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan
pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan,
sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa.
4)        Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah per-
tanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawan-cara,
perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa
dalam mengemukakan jawaban/gagasan.

·           Penilaian Alternatif dalam Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian terhadap siswa tidak hanya mencakup penilaian perubahan atau
perkembangan perilaku belajar setelah siswa menempuh suatu pelajaran tertentu.
Penilaian terhadap perubahan dan perkembangan diri siswa dalam proses
pembelajaran seharusnya juga mencakup : kecakapan dan pengetahuan awal (prior
knowledge), aktivitas dan kecakapan yang tampak pada siswa selama proses
pembelajaran berlangsung di kelas, dan aktivitas pengetahuan / kecakapan siswa yang
dilaksanakan dan diperoleh di luar kelas atau di lingkungan hidup sehari-hari.
Format penilaian alternatif berupa “portfolio, presentasi oral dan debat, laporan
tertulis dan interview” dan penjelasannya sebagai berikut. “Portfolio” adalah format
penilaian belajar berupa catatan atau bukti mengenai ketrampilan, pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh siswa dalam proses belajar. Portfolio dapat
berisi : hasil tes, laporan praktikum, laporan tugas diluar kelas, hasil pekerjaan dari
tugas-tugas di kelas dan di rumah, catatan hasil kegiatan mandiri yang terkait dengan
bahan pelajaran di sekolah. Portofolio sangat berguna bagi guru karena tidak semua
assessment dapat dilakukan dan hasilnya tidak dapat diadministrasikan secara
langsung oleh guru. Portfolio dapat dibuat oleh guru untuk setiap individu atau
kelompok siswa. Disamping itu guru juga dapat meminta kepada siswa untuk
membuat portfolio untuk kegiatan dan hasil kegiatan yang dilakukan sendiri baik
kegiatan yang ada di dalam kelas maupun kegiatan yang ada di luar kelas. Hal ini
dimaksudkan dengan portofolio guru dapat meniali kegiatan, pengetahuan,
ketrampilan dan pengalaman siswa baik yang teramati sendiri maupun tidak, baik
terhadap kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas, karena portofolio berguna
untuk memonitor dan menilai ketrampilan, pengalaman, dan pengetahuan siswa pada
unit-unit pembelajaran satu konsep, setengah semester, satu semester atau satu tahun.
Format yang berikutnya adalah “presentasi oral dan debat” adalah format penilaian
untuk memonitor dan menilai ketrampilan atau kecakapan siswa dalam
mengkomunikasikan pengetahuan dan pengalaman belajarnya secara lisan. Dalam
mengkomunikasikan secara lisan sebaiknya dilakukan seseorang siswa atau
sekelompok siswa kepada teman sekelas. Agar terjadi interaksi antar siswa, presentasi
oral perlu disertai dengan debat atau tanya jawab antara penyaji dengan siswa lain.
Dalam presentasi oral dan debat guru dapat menilai ketrampilan berbicara,
penguasaan konsep atas materi yang disajikan, ketrampilan logika dan ketrampilan
menjawab pertanyaan, ketrampilan menerima pendapat orang lain.
Selain format portofolio dan format presentasi oral, format berikutnya adalah “laporan
tertulis” yaitu laporan yang dibuat oleh siswa secara tertulis mengenai ketrampilan,
pengelaman dan pengetahuan setelah menyelesaikan tugas tertentu. Penilaian
terhadap laporan tertulis dapat meliputi kebenaran penguasaan konsep, kebenaran /
ketepatan prosedur pelaksanaan tugas, kebenaran prosedur penulisan laporan,
kebenaran penulisan data dan analisis data serta kebenaran penarikan kesimpulan,
sedangkan format yang terakhir adalah “interview” yaitu penilaian terhadap
ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan siswa melalui wawancara. Kegiatan
wawancara dapat dilakukan oleh guru, juga dapat dilakukan. Penilaian autentik
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka
pelajari selama proses belajar-mengajar.
Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio,
tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain,
portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar
di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya
lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memberikan
kesempatan luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu
mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai
pembejalaran aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survei mengenai
jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok,  dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan projek.
Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil
mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa.
Is dari projek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas
ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk
kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan
siswa. Demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain
mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan
evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok
untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama.
v  Asesment/Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau
konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk
memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa
mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment autentik
memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan
pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam
suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai
semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan
psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran,
maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama
proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian otentik juga
disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian autentik tidak lagi
menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-
false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan
siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi
dalam memecahkan suatu masalah.
Format penilaian ini dapat berupa :
1)        Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on
penilaian),
2)        Tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi
terintegrasi),
3)        Format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar
cek, presentasi oral dan debat).
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah :
1)        Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan
dengan kehidupan nyata siswa,
2)        Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional,
3)        Melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan
yang luas,
4)        Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e)
merupakan alat penilaian dengan latar standar (standard setting), bukan alat penilaian
yang distandarisasikan,
5)        Berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher
centered), dan
6)        Dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar
belakang kulturalnya.
Penilaian autentik secara langsung mengukur performance (kinerja) aktual (nyata)
siswa dalam hal-hal tertentu. Penilaian autentik juga dikenal dengan istilah penilaian
“performance”, “approprite”, “alternative” atau “direct”.  Pada pengertian lain,
penilaian autentik merupakan penilaian yang berusaha mengukur atau menunjukkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Penilaian autentik mendorong siswa dan
merupakan refleksi kegiatan pengajaran yang baik. Sedang pada pengertian autentik,
sebagai bagian dari penilaian performance, autentik berarti realistis atau berhubungan
dengan aplikasipada kehidupan nyata. Penilaian autentik merupakan bagian dari
penilaian performance (alternatif) yang berusaha mengukur atau menunjukkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Sedang penilaian performance merupakan
kegiatan penilaian yang meminta siswa untuk mengkonstruk respon, menghasilkan
produk atau menunjukkan hasil suatu kegiatan (demonstrasi).
Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan
menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud
dalam konteks situasi kehidupan nyata. Kinerja yang bermakna diberbagai lingkup
dunia nyata lebih dapat menangkap kekayaan pemahaman anak didik tentang
bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan ini daripada yang dapat dilakukan
dengan menguji "bits and pieces" seperti yang dilakukan dengan prosedur-prosedur
asesmen konvensional. Contoh-contoh asesmen autentik termasuk
mendemonstrasikan hasil karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains)
atau art show (pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam
bentuk kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi
dalam debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau
orang tua.

v  Assessment Konvensional  
Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur asesment konvensional dilakukan
dengan menguji "bits and pieces". Contoh-
contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain :  multiple-choice,
matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan mengkaji kenyataan mengenai
perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran, nampak ada ketidaksesuaian
antara pembelajaran di sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses
penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek
penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran belum
dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja
siswa itu amat penting, namun sebagian besar guru merasa kesulitan dalam
melaksanakan karena belum memahami prosedur penggunaannya. Sebagai contoh
kasus ialah bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam
melakukan percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut
belum pernah dilakukan penilaian. Hal ini disebabkan penataran atau pelatihan yang
secara khusus membahas penerapan penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum
pernah diadakan di tingkat satuan pendidikan, sebagian besar.

Sumber :
https://riyadsangpetualang.blogspot.com/2014/01/assesmen-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai