Anda di halaman 1dari 11

PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR

Mata Kuliah Evaluasi Pendidiikan


Dosen : Dr. Ismail Marzuki, M.Pd
NAMA : AGUS SALM
NIM : 2086130018

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik


dalam proses belajar agar mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut juga perlu adanya evaluasi yang harus
dilakukan agar semua tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Dalam evaluasi
mutu hasil belajar tersebut, penyusunan tes merupakan salah satu hal pokok yang dapat
menjadikan hasil belajar menjadi lebih maksimal. Karena dalam penyususnan tes terdapat
hal-hal penting yang harus diperhatikan, maka evaluasi dalam penyusunan tes juga penting
untuk dilakukan.Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka guru akan berhasil
mengetahui adanya perbedaan antar peserta didik. Suatu tes dapat disebut valid jika tes
tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes tersebut, jika digunakan
dapat mencapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Tes merupakan alat yang direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau
pengetahuan. Sehingga, dalam melakukan tes dibutuhkan perencanaan tes, pengembangan
tes, prosedur penulisan ataupun penyusunan butir-butir soal. Untuk merencanakan,
mengembangkan maupun menuliskan butir-butir tes tersebut diperlukan adanya langkah-
langkah ataupun prosedur yang diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang
lebih efektif. Dalam merencanakan tes, hal yang lebih dahulu dilakukan ialah menentukan
dan merumuskan tujuan tes. Kemudian, dalam pengembangan tes melibatkan kegiatan
identifikasi hasil belajar, deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir dan
kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, pengujian kualitas butir dan perangkat, serta
komplikasi.
Makalah ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan
pemakalah khususnya mengenai perencanaan tes, pengembangan tes dan penyusuna non-
tes dan mampu mengaplikasikannya dengan mengikuti prosedur yang ada. Selanjutnya,
untuk pembahasan lebih dalam mengenai prosedur dalam merencanakan tes,
mengembangkan dan menyusun tes akan dibahas di dalam makalah ini.

B.    PENGERTIAN TES

Secara bahasa  tes berasal dari bahasa perancis kuno “testum” yang arti: “piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan mengunakan alat berupa
piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan
“tes”, “ujian”, atau “percobaan”.
Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu Karena itu, di
dalam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus
dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel
perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut. Pada
prinsipnya tes merupakan suatu prosedur sistematik untuk mengukur sampel tingkah laku
seseorang.1

C.     FUNGSI TES

Sehubungan dengan hal-hal yang harus di ingat pada waktu penyusunan tes, maka
fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal:
a) Fungsi untuk kela
b) Fungsi untuk bimbingan
c) Fungsi untuk administrasi
Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus di ingat adalah:
a) Hubungan dengan penggunaan, fungsi mana yang harus di pentingkan karena fungsi
yang berbeda akan menentuka bentuk/isi yang berbeda pula.
b) Komprehensif, sebuah tes sebaiknya mencakup suatu kebulatan, artinya meliputi
berbagai aspek yang dapat menggambarkan keadaan siswa secara keseluruhan
(kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan sosial dan sebagainya).
c) Kontinu, tes disuun sedemikian rupa sehingga menggambarkan kelanjutan dari awal
anak memasuki sekolah sampai dengan kelas terakhir.2

Perbandingan fungsi Tes:


Fungsi untuk kelas Fungsi untuk bimbingan Fungsi untuk administrasi

a. Mengadakan diagnosis a. Menentukan a. Memberi petunjuk


terhadap kesulitan belajar arahpembicaraan dalammengelompok
siswa. dengan orang tua kan siswa .
b. Mengevaluasi celah antara tentang anak-anak b. Penempatan sisiwa
bakat dengan pencapaian. mereka baru.
c. Menaikkan tingkat b. Membantu siswa c. Membatu siswa
prestasi. dalam menentukan memilih kelompok.
d. Mengelompokkan siswa pilihan. d. Menilai kurikulum
dalam kelas pada waktu c. Membantu siswa e. memperluas hubungan
metode kelompok. mencapai tujuan masyarakat (public
e. Merencanakan kegiatan pendidikan dan reletion)
proses belajar mengajar jurusan. f. Menyediakan informasi
untuk siswa secara d. Memberi kesempatan untuk badan-badan lain
perseorangan. kepada pembimbing, di luar sekolah.
f. Menentukan siswa mana guru, dan orang tua
yang memerlukan dalam memahami

1
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PrenadaMedia, 2015), 93.
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Bumi Aksara,1997),151.
bimbingan khusus. kesulitan anak.
g. Menentukan tingkat
pencapaian untuk setiap
anak.
D.    LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES

1.      Menyusun Spesifikasi Tes


Spesifikasi Tes adalah suatu uraian yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan
ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Pengembangan spesifikasi
merupakan langkah awal yang menentukan dalam pengembangan perangkat tes, karena
apa yang menentukan pada langkah-langkah berikutnya sudah dirancangkan dalam
spesifikasi tes.
Spesifikasi pengembangan tes meliputi :
a. Menentukan jenis tes
b. Menentukan banyak butir tes
c. Menentukan waktu pengerjaan
d. Menentukan peserta uji coba
e. Menentukan waktu uji coba
f. Menentukan aturan skoring
g. Menentukan kriteria kualitas tes
h. Menyusun kisi-kisi tes

Langkah-langkah menyususn kisi-kisis tes (Blueprint) yaitu:


1. Menulis tujuan umum pembelajaran
2. Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan di ujikan
3. Menentukan indicator
4. Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan

2.      Menulis Soal Tes


Menurut Sumadi Surybrata, secara umum kemampuan khusus yang harus dimiliki bagi
penulis soal adalah:
1.      Penguasaan pengetahuan yang diteskan
2.      Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan
3.      Pemahaman akan karakteristik individu yang dites
4.      Kemampuan membahas gagasan
5.      Penguasaan akan teknik penulisan soal
6.      Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal
Fungsi tes tidak semata-mata sebagai alat ukur saja, melainkan memiliki fungsi
motivasi dan pembentukan sikap bagi peserta didik. Oleh karena itu penulisan soal
hendaknya  memahami nilai-nilai yang mendasari pendidikan, seperti tujuan pendidikan,
filsafat pendidikan, sistem pendidikan, psikologi, garis-garis besarnya saja.
Dalam menulis soal diperlukan kemampuan untuk membahas gagasan dalam
bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami maksudnya, sebab soal merupakan wakil
dari pendidik yang hadir dihadapan peserta didik’oleh karena itu penulisan soal
membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit.
3.      Menelaah Soal Tes
Dalam menelaah soal tes ada prinsip-prisip yang harus dipenuhi. Yaitu:
a. Tes yang disusun hendaklah betul-betul mengukur tujuan pendidikan
b. Tes yng disusun merupakan sampel yang representative dari semua materi
pembelajaran
c. Format tes yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
4.      Melakukan Uji Coba Tes
Bentuk item aspek aspek pengukuran tes yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal
hal-hal yang telah dipelajari. Untuk mengungkapkan tujuan yang bersifat pengetahuan
dapat diukur melalui tes hasil belajar.
Contoh pertanyaan ingatan:
a) Jelaskan empat masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia pada tahun 2010.
b) Anak sejak lahir telah mempunyai potensi yang dapat berkembang menurut
arahnya masing-masing. Pendapat ini dikemukakan oleh:
a.       W. Stern
b.      John Locke
c.       J. J. Rouseau.
2. Pemahaman : merupakan kemampuan tentang memahami hubungan atau menangkap
arti dan makna diantara konsep dan fakta-fakta tentang suatu hal. Tujuan dalam bentuk
pemahaman dapat diuji dengan tes hasil belajar antara lain dengan analisis hubungan.
Contoh :
perencanaan pengadaan fasilitas (sarana/prasarana) belajar hendaklah memperhatikan
analisis kebutuhan serta skala prioritas dan sesuai dengan dana yang tersedia.
                                                           SEBAB
Melalui kegiatan analisis kebutuhan, seseorang akan mengetahui kebutuhan apa saja
yang harus mendapat prioritas untuk dipenuhi.
3. Aplikasi (Application): merupakan kemampuan untuk memilih konsep, fakta, dalil,
aturan, hukum, dan sebagainya; serta menerapkan/menggunakan hal itu secara tepat
dan benar dalam situasi baru atau kehidupan sehari-hari.
Kemampuan ini dapat diukur dengan mengajukan suatu keadaan (kondisi) terlebih
dahulu, kemudian peserta didik menerapkan sesuatu yang dipelajari, yang terkait
dengan kasus itu.
Contoh:
Dalam suatu penelitian tentang KB, peneliti mengumpulkan data dari 65 sampel.
Peneliti mengelompokkan data itu dalam beberapa interval dengan menggunakan
rumu
: Clas Interval = 1+3,3 (log)n
Jumlah (banyaknya) klas interval yang didapat adalah:
a.       6                        c. 8
b.      7                        d. 9
            
Sebelum menyusun butir-butir soal, penulis soal hendaklah menyusun tabel
spesifikasi/blueprint test. Dalam tabel itu perlu ada aspek-aspek yang dinilai,
kemampuan/dimensi yang dinilai, jenis-jenis soal, dan jumlah butir soal. Susunlah tabel
spesifikasi seperti dibawah ini:3
a.     Aspek-aspek yang dinilai:
-  Konsep dasar asesmen dan evaluasi
-  Syarat-syarat tes yang baik
-  Model evaluasi
b.      Jumlah butir soal: 50 butir
c.       Kemampuan/ dimensi yang dinilai:
-  Pengetahuan
-  pemahaman
d.      Jenis tes:
-  Betul salah
-  Pilihan jamak
-  Analisis hubungan
Berdasarkan data diatas dapat disusun kisi-kisi ujian sebagai berikut:
No Aspek yang dinilai Kemampuan/dimensi-dimensi yang dinilai Jumlah Persentase
soal jumlah
Pengetahuan Pemahaman soal

Betul Pilihan Analisis Hubungan


salah ganda
1. Konsep dasar 3 5 2 10 20
asesmen dan evaluasi
2. Syarat-syarat tes 6 15 2 23 46
yang baik
3. Model evaluasi 5 10 2 17 34
Jumlah soal 14 30 6 50 100

4. Analisa :  merupakan kemampuan menganalisis atau menjabarkan sesuatu yang


kompleks menjadi bagian/hal yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
Karena kemampuan analisis bukan lagi menerapkan/mengaplikasikan
pengetahuan,melainkan lebih menguraikan. Maka dalam asesmen hasil belajar peserta
didik harus dihadapkan pada kasus yang dirangkum sendiri oleh penulis soal, dalam hal ini
hindari mengambil uraian yang mungkin sudah pernah diketahui peserta didik.
Contoh:
Pendidik yang baik akan membimbing peserta didik belajar secara efektif dan efisien,
sehingga berkembang seoptimal mungkin, anak yang cerdas secara intelektual dapat
berkembang lebih cepat, sedangkan anak yang kurang cerdas secara intelektual dapat
berkembang lebih cepat, sedang anak yang kurang cerdas secara intelektual akan mendapat
bantuan khusus dari pendidik. Di samping itu, anak yang kurang cerdas secara intelektual,
mungkin lebih cerdas dalam musik dan kinestetik. Usaha demi usaha yang dikembangkan
pendidik untuk peserta didik selalu dikaitkan dan memperhatikan bermacam kecerdsan dan
kondisi anak, lingkungan serta tujuan pembelajaran.

3
A. Muri Yusuf, Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Prenademedia Group),190-191.
Sebaliknya, banyak pula pendidik yang acuh tidak acuh dengan peserta didiknya,
seakan-akan anak itu sama saja semuannya. Dia datang sekedar menyampaikan pelajaran
dan kemudian pulang . mereka tidak mau tahu dengan bermacam-macam kecerdasan yang
dimiliki anak, keadaan kelas, lingkungan maupun hubungan dengan peserta didik.
Soal:
1.      menggunakan bentuk tes esai
cobalah kamu bandingkan dua fungsi pendidik yang digambarkan dalam uraian diatas,
............................................................................................................................
............................................................................................................................
2.      menggunakan bentuk analisis hubungan
Pendidik yang baik akan dapat mengembangkan para peserta didik seoptimal mungkin.
SEBAB
Setiap usaha yang dilakukan dalam membimbing anak dikaitkn dengan kondisi anak dan
kematangan masing-masing.

5. Sintesis : kemampuan sintesis merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi.


Sintesa adalah kemampuan menyusun kembali atau memadukan bagian-bagian
menjadi keseluruhan yang lebih berarti. Oleh karena itu, dengan mengembangkan
kemampuan sintesis ini, berarti peserta didik mampu membangun suatu pola atau struktur
baru. Kemampuan ini dapat dinilai dengan menggunakan teknik asesmen untuk menilai
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking).
Contoh:
Diakhir jam pelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk menceritakan kembali
apa saja materi yang baru dipelajari. Dapat juga dilakukan dengan “menyuruh” peserta
didik menuliskan kembali, atau merangkum materi pelajaran yang sudah disampaikan atau
mengkonstruksi kembali dalam bahasa sendiri materi yang sudah disampaikan.
6. Evaluasi
Evaluasi: merupakan kemampuan, sejauh mana peserta didik dapat menerapkan
konsep aturan atau pengetahuan yang ada untuk menilai sesuatu yang lain. Atau dapat juga
dikatakan, kemampuan untuk membuat keputusan (judgment) tentang sesuatu berdasarkan
kriteria/standar yang telah ditetapkan.4

5.      Menganalisis Butir Soal


a)      Penyusunan Tes Tulis
Untuk menyusun tes dapat ikuti langkah-langkah sebagi berikut :
·   Merencanaka tes, yang merujuk pada jenis alat penilaian.
·   Menulis butir tes, dengan memperhatikan indikator ketercapaian.
·   Merakit soal tes.
Tes dapat disajiakan dalam bentuk objektif maupaun uraian (non objektif) dengan
memperhatikan kaidah penulisan soal terkaita dengan.
1.      segi materi.
a) Soal harus sesuai dengan indikator.

4
Ibid., Yusuf, 192-193
b) Untuk soal bentuk objektif , hanya ada satu jawaban benar, sedangkan untuk
soal bentuk uraian ruang lingkup pertanyaan maupun jawaban yang diharapkan
harus jelas.5
2.      Segi kontruksi
a) Untuk soal bentuk objektif diantaranya : pokok soal harus jelas, tidak memberi
petunjuk ke arah jawaban yang benar dan pilihan jawaban harus homogon.
b) Untuk soal bentuk uraian , diantaranya : soal menuntut jawaban terurai dan ada
petunjuk tentang cara mengerjakannya.
3.      Segi bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan
benar, singkat , jelas, serta komunikatif.
          Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.
          Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya  bervariasi, seperti pilihan ganda,
uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang
akurattentang pencapaian belajar siswa. Panjang  instrumen ditentukan oleh waktu yang
tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya
ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.
          Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan
tes bentuk belajar objektif .

a.       Tes uraian
               Pada umumnya bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak
banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk
esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi,
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal
kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.6
Petunjuk penyusunan tes uraian adalah:
-    Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yan diteskan, dan
kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
-    Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau
catatan.
-  Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta
pedoman penilaiannya.
-  Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”,
“bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap
bahan.

5
Asep jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multipressindo, 2008), 74
6
Ibid., 76.
-     Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
siswa.
-     Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.

b.      Tes objektif
1.      Tes benar-salah (true-false)
          Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-
butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang
benar dan ada yang salah.7
Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah:
- Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
-   Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang
harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-
S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
-   Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
          B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
-    Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
-  Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah
dan sebagainya.

2.      Tes pilihan ganda (multiple choice test)


          Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
          Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga,
tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item
dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat
buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan
komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).

3.      Menjodohkan  (Matching test)
          Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam
seri jawaban.
          Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching
ialah:
a.  Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal
(item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b.  Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya
(kurang lebih 1 ½  kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang

7
Ibid., 77-79.
semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih
menggunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan
pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.

4.      Tes isian (complection test)


          Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya
yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah
merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a.  Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang
kelihatan logis.
b.  Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c.   Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d. Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat
kosong.
e.  Jangan mulai dengan tempat kosong.

6.      Memperbaiki Tes
Tes yang telah disusun diperbaiki dengan menyesuaikan indicator serta tujuan
pembelajaran dan bentuk maupun jenis tes yang sesuai.

7.      Merakit Tes
Merakit tes dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk
melaksanakan tes. Komponen-komponen tersebut yaitu:
Komponen-komponen Tes
Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a.       Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b.      Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi bagi testee
untuk mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasannya dibuatkan lembaran nomor dan
huruf a,b,c,d, menurut banyaknya alternatif yang disediakan.
c.       Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini
dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian,
yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancer-
ancer jawaban.
Ide dari adanya kunci jawaban ini agar:
- Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain
- Pemeriksaannya betul
- Dilakukan dengan mudah
- Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d.      Pedoman penilaian, berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang
diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang dikerjakan.8
Contoh:

8
Ibid.,Arikunto, 159-162
Nama:
Kelas:
No.:
1.      Tiap soal diberi skor 1
Jumlah skor: 1 x 10 =10
2.      Tiap soal diberi skor 2
Jumlah skor: 2 x 5 = 10
3.      Jumlah skor 20. Sekor maksimum 40.
8.      Melaksanakan Tes
Tes yang telah di susun sedemikian rupa tersebut di aplikasikan dalam pebelajaran
untuk menentukan kesesuaian materi dengan pemahaman peserta didik sesuai tes yang
diberikan.

E.    MENENTUKAN TUJUAN TES

1.      Tes penempatan
Tes yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan
dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki
peserta didik dalam belajar.
2.      Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang
dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu
kegiatan belajarnya.
3.      Tes formatif
Tes untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar
selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit
pembelajaran.
4.      Tes sumatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian
peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir
semester.9

F. KESMPULAN
Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap
penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes.
mengidentifikasi langkah-langkah pengembangan tes diantaranya sebagai berikut:
1. Menyusun kisi-kisi (tabel spesifikasi) tes, yang memuat: materi pokok yang akan
diteskan, aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan penentuan
jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
2. Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah tercantum
pada tabel spesifikasi (kisi-kisi) tersebut.
3. Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis);
9
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PrenadaMedia, 2015), 97
4. Melakukan uji coba soal;
5. Analisis soal secara empiris;
6. Memperbaiki atau merevisi tes;
7. Merakit tes, dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk
penyelenggaraan tes, yang meliputi:
(a) buku tes;
(b) lembar jawaban tes;
(c) kunci jawaban tes; dan
(d) pedoman penilaian atau pedoman pemberian skor.
8. Melaksanakan tes; dan
9. Menafsirkan hasil tes.

Anda mungkin juga menyukai