A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN TES
Secara bahasa tes berasal dari bahasa perancis kuno “testum” yang arti: “piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan mengunakan alat berupa
piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan
“tes”, “ujian”, atau “percobaan”.
Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu Karena itu, di
dalam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus
dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel
perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut. Pada
prinsipnya tes merupakan suatu prosedur sistematik untuk mengukur sampel tingkah laku
seseorang.1
C. FUNGSI TES
Sehubungan dengan hal-hal yang harus di ingat pada waktu penyusunan tes, maka
fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal:
a) Fungsi untuk kela
b) Fungsi untuk bimbingan
c) Fungsi untuk administrasi
Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus di ingat adalah:
a) Hubungan dengan penggunaan, fungsi mana yang harus di pentingkan karena fungsi
yang berbeda akan menentuka bentuk/isi yang berbeda pula.
b) Komprehensif, sebuah tes sebaiknya mencakup suatu kebulatan, artinya meliputi
berbagai aspek yang dapat menggambarkan keadaan siswa secara keseluruhan
(kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan sosial dan sebagainya).
c) Kontinu, tes disuun sedemikian rupa sehingga menggambarkan kelanjutan dari awal
anak memasuki sekolah sampai dengan kelas terakhir.2
1
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PrenadaMedia, 2015), 93.
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: Bumi Aksara,1997),151.
bimbingan khusus. kesulitan anak.
g. Menentukan tingkat
pencapaian untuk setiap
anak.
D. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES
3
A. Muri Yusuf, Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Prenademedia Group),190-191.
Sebaliknya, banyak pula pendidik yang acuh tidak acuh dengan peserta didiknya,
seakan-akan anak itu sama saja semuannya. Dia datang sekedar menyampaikan pelajaran
dan kemudian pulang . mereka tidak mau tahu dengan bermacam-macam kecerdasan yang
dimiliki anak, keadaan kelas, lingkungan maupun hubungan dengan peserta didik.
Soal:
1. menggunakan bentuk tes esai
cobalah kamu bandingkan dua fungsi pendidik yang digambarkan dalam uraian diatas,
............................................................................................................................
............................................................................................................................
2. menggunakan bentuk analisis hubungan
Pendidik yang baik akan dapat mengembangkan para peserta didik seoptimal mungkin.
SEBAB
Setiap usaha yang dilakukan dalam membimbing anak dikaitkn dengan kondisi anak dan
kematangan masing-masing.
4
Ibid., Yusuf, 192-193
b) Untuk soal bentuk objektif , hanya ada satu jawaban benar, sedangkan untuk
soal bentuk uraian ruang lingkup pertanyaan maupun jawaban yang diharapkan
harus jelas.5
2. Segi kontruksi
a) Untuk soal bentuk objektif diantaranya : pokok soal harus jelas, tidak memberi
petunjuk ke arah jawaban yang benar dan pilihan jawaban harus homogon.
b) Untuk soal bentuk uraian , diantaranya : soal menuntut jawaban terurai dan ada
petunjuk tentang cara mengerjakannya.
3. Segi bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan
benar, singkat , jelas, serta komunikatif.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi, seperti pilihan ganda,
uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang
akurattentang pencapaian belajar siswa. Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang
tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya
ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan
tes bentuk belajar objektif .
a. Tes uraian
Pada umumnya bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak
banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk
esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi,
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal
kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.6
Petunjuk penyusunan tes uraian adalah:
- Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yan diteskan, dan
kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
- Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau
catatan.
- Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta
pedoman penilaiannya.
- Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”,
“bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap
bahan.
5
Asep jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multipressindo, 2008), 74
6
Ibid., 76.
- Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
siswa.
- Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
b. Tes objektif
1. Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-
butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang
benar dan ada yang salah.7
Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah:
- Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
- Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang
harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-
S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
- Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
- Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
- Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah
dan sebagainya.
3. Menjodohkan (Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam
seri jawaban.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching
ialah:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal
(item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya
(kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang
7
Ibid., 77-79.
semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih
menggunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan
pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
6. Memperbaiki Tes
Tes yang telah disusun diperbaiki dengan menyesuaikan indicator serta tujuan
pembelajaran dan bentuk maupun jenis tes yang sesuai.
7. Merakit Tes
Merakit tes dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk
melaksanakan tes. Komponen-komponen tersebut yaitu:
Komponen-komponen Tes
Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas:
a. Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi bagi testee
untuk mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasannya dibuatkan lembaran nomor dan
huruf a,b,c,d, menurut banyaknya alternatif yang disediakan.
c. Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini
dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian,
yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancer-
ancer jawaban.
Ide dari adanya kunci jawaban ini agar:
- Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain
- Pemeriksaannya betul
- Dilakukan dengan mudah
- Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d. Pedoman penilaian, berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang
diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang dikerjakan.8
Contoh:
8
Ibid.,Arikunto, 159-162
Nama:
Kelas:
No.:
1. Tiap soal diberi skor 1
Jumlah skor: 1 x 10 =10
2. Tiap soal diberi skor 2
Jumlah skor: 2 x 5 = 10
3. Jumlah skor 20. Sekor maksimum 40.
8. Melaksanakan Tes
Tes yang telah di susun sedemikian rupa tersebut di aplikasikan dalam pebelajaran
untuk menentukan kesesuaian materi dengan pemahaman peserta didik sesuai tes yang
diberikan.
1. Tes penempatan
Tes yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan
dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki
peserta didik dalam belajar.
2. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang
dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu
kegiatan belajarnya.
3. Tes formatif
Tes untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar
selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan dalam tiap satuan unit
pembelajaran.
4. Tes sumatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian
peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir
semester.9
F. KESMPULAN
Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap
penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes.
mengidentifikasi langkah-langkah pengembangan tes diantaranya sebagai berikut:
1. Menyusun kisi-kisi (tabel spesifikasi) tes, yang memuat: materi pokok yang akan
diteskan, aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan penentuan
jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
2. Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah tercantum
pada tabel spesifikasi (kisi-kisi) tersebut.
3. Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis);
9
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PrenadaMedia, 2015), 97
4. Melakukan uji coba soal;
5. Analisis soal secara empiris;
6. Memperbaiki atau merevisi tes;
7. Merakit tes, dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk
penyelenggaraan tes, yang meliputi:
(a) buku tes;
(b) lembar jawaban tes;
(c) kunci jawaban tes; dan
(d) pedoman penilaian atau pedoman pemberian skor.
8. Melaksanakan tes; dan
9. Menafsirkan hasil tes.