Anda di halaman 1dari 14

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : MARYANTI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 836753106

Kode/Nama Mata Kuliah : PAUD4405/Profesionalitas Guru PAUD

Kode/Nama UPBJJ : 44 / SURAKARTA

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Gambaran jenjang karir pendidik PAUD menurut NAEYC
a. asisten guru PAUD yakni mereka yang masuk diploma dan melaksanakan program melalui
pengawasan
b. guru bantu yakni mereka yang masuk dengan sertifikat sederajat dengan the child development
associate dan dapat melaksanakan program secara mandiri
c. guru PAUD adalah mereka yang masuk dengan sertifikat setingkat sarjana muda dan sarjana
dan termasuk sekelompok professional, mereka dapat bertanggung jawab pada sekelompok
anak
d. Ahli PAUD adalah mereka yang masuk dengan setingkat master, kelompok ini aalah professional
yang mengawasi dan melatih staf, merancang kurikulum, pelaksanaan program pada lembaga
PAUD

2. Pengetahuan yang harus dimiliki atau diperlukan oleh guru atau pendidik PAUD agar dapat bekerja
secara efektif dengan semua anak
a. Menunjukkan pemahaman yang mendasar tentang profesi PAUD dan menunjukkan komitmen
pada profesi,
b. Menunjukkan pemahaman yang mendasar tentang perkembangan anak dan menerapkan
pengetahuan tersebut dalam praktek sehari-hari,
c. Mengamati dan menilai perilaku anak untuk digunakan dalam perencanaan dan
penerapan pembelajaran secara individual serta digunakan dalam perencanaan dan
penerapan kurikulum,
d. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang dapat meyakinkan keamanan anak dan
perkembangan kesehatan mereka,
e. Merencanakan dan melaksanakan program yang sesuai dengan kebutuhan anak
sehingga dapat meningkatkan semua kemampuan anak termasuk sosial, emosional, intelektual
dan fisik,
f. Menciptakan hubungan yang sportif dengan anak dan melaksanakan teknik bimbingan dan
pembentukan kelompok yang sesuai dengan perkembangannya,
g. Mendukung keunikan anak, mengenal anak secara lebih mendalam dalam konteks keluarga,
budaya dan social

3. Upaya pengembangan kompetensi guru PAUD yang dapat diberikan di lembaga PAUD Indonesia
mengikuti arahan NAEYC
a. Menciptakan lingkungan yang aman,
b. Meningkatkan kompetensi intelektual dan fisik,
c. mendukung perkembangan emosional dan sosial dan pemberian bimbingan,
d. menciptakan hubungan yang produktif dan positif dengan keluarga,
e. menjamin bahwa program dilaksanakan berdasarkan tujuan dan dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan peserta
f. tetap kornitmen terhadap profesionalisme
4. Empat proses kegiatan PTK menurut semiawan
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa (why), dimana (where),
kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian dilakukan. Penelitian tindakan kelas sebaiknya
dilakukan secara kolaboratif, sehingga menghindarkan unsur subjektivitas. Di dalam penelitian
tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada saat peneliti
menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya menyelesaikan
masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan sejawat untuk menilai kegiatan
tersebut. Di dalam tahap perencanaan, peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan
pelaksanaan penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen
pengamatan (observasi).
b. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan
tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus mentaati
perencanaan yang telah disusun. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah
pembelajaran harus berjalan seperti biasanya, tidak boleh kaku dan terkesan dibuat-buat.
Kolaborator disarankan untuk melakukan pengamatan secara objektif sesuai kondisi
pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan
kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan belajar
peserta didk dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta didik
dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan pembelajaran,
Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana (peneliti) dapat
meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator untuk melakukan
pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen yang
telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan dari kolaborator nantinya akan bermanfaat atau
akan digunakan peneliti sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
d. refleksi yang terus menerus
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan
terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa diskusi hasil
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti). Tahap ini
merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator mengungkapkan hal-hal
yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan dengan baik pada saat
peneliti mengelola proses pembelajaran. Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam merancang siklus berikutnya. Sehingga pada intinya, refleksi merupakan
kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut
dalam perencanaan siklua berikutnya

5. Empat konsep jenis PTK tersebut


a. Diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan.
Peneliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Contoh:
peneliti bertujuan untuk menangani tawuran antar sekolah. Dalam hal ini peneliti mendiagnosa
(mencari penyebab) tawuran tersebut.
b. Partisipan adalah peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan
hasil penelitian (perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan).
Contoh: Peneliti bertujuan untuk melakukan senam Otak (Brain Gym) pada siswa SD yang
mempunyai kesulitan menulis. Maka sejak perencanaan, menentukan siswa yang mengalami
kesulilan menulis sampai pada pelaporan penelili harus ikut berpartisipasi
c. Empiris adalah peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan alau aksi dan mencatat apa
yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Contoh:Peneliti bertujuan untuk
mencatat perkembangan siswa yang mengikuti les Aritmatika. Dengan demikian proses
penelitian mengumpulkan ~atatan perkembangan siswa yang mengikuti les tersbut dalam
kegiatan sehari-hari ia mengajar
d. Eksperimental adalah Peneliti menerapkan berbagai stralegi secara efektif dan efisien dalam
kegiatan belajar mengajar dan akhirnya peneliti menentukan cara man a yang paling efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan pengajaran.
Contoh:
peneliti bertujuan untuk menerapkan metode "Montessori" dalam pembelajaran. Maka ia
merencanakan dan melaksanakan metode tersebut dan akhirnya menentukan metode yang
tepat dipakai.

Contoh PTK untuk jenis Eksperimental!

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar dan mengajar
harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat. Seorang guru harus berpikir
bagaimana cara mengatasi prestasi siswanya yang rendah. Untuk itu perlu diterapkannya melalui
penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran
adalah penelitian tindakan kelas dan penelitiann eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang
paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran
terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen. Eksperimen merupakan salah satu
metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa pengertian PTK eksperimen?
2. Bagaimana karakteristik PTK eksperimen?
3. Bagaimana proses PTK eksperimen?
4. Apa tujuan dan manfaat PTK Eksperimen?
5. Bagaimana rancangan PTK eksperimen?
6. Apa saja faktor yang perlu di kontrol sebelum eksperimen?
7. Apa kesesatan dalam eksperimen?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian PTK Eksperimen
2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik PTK Eksperimen
3. Untuk mengetahui dan memahami proses PTK Eksperimen
4. Untuk mengetahui dan memahami manfaat PTK eksperimen
5. Untuk mengetahui dan rancangan PTK eksperimen
6. Untuk mengetahui faktor yang perlu dikontrol sebelum eksperimen
7. Untuk mengetahui kesesatan dalam eksperimen

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PTK Eksperimen


Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama di kelas
mempunyai masalah yang perlu diselesaikan dan adanya sesuatu yang perlu di perbaiki dalam
praktik pembelajarannya, maka dalam hal ini guru perlu melakukan sebuah penelitian untuk
mencari sebuah jawaban dari masalah yang dihadapinya. Penelitian tindakan kelas merupakan satu
penelitian yang mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti dan dapat dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran, seperti metode mengajar, pemberian tugas
kepada siswa, penilaian, dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan
dari Classroom Action Research, yaitu sebuah action atau tindakan yang dilakukan di kelas[1].
Penelitian inilah yang dikenal dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tersebut
muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya.
Pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya dengan cara melakukan
percobaan secara berulang-ulang, prosesnya diamati dengan sungguh-sungguh sampai
mendapatkan hasil yang lebih baik dari semula[2].
Bertolak dari uraian diatas, Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami,
yaitu :
a. Penelitian : kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
meenarik minat dan penting bagi peneliti. Sedangkan menurut Kerlinger (1986) penelitian adalah
suatu proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan
mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara[3].
b. Tidakan : sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam
penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas : sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
seorang guru. Atau dapat juga difahami dengan ruangan tempat guru mengajar. Kelas bukan wujud
ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas[4]. Dalam buku lain juga disebutkan tentang
pengertian penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru didalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat[5].
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk penelitian tindakan kelas, salah satunya
yaitu model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang didasarkan atas konsep pokok bahwa
penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu[6] :
a. Perencanaan atau planning
b. Tindakan atau acting
c. Pengamatan atau observing, dan
d. Refleksi atau reflecting
Penelitian eksperimen merupakan inti dari model penelitian tindakan kelas yang ada.
Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam
penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai
sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol
fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara
mengekspos satu arah atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen.
Kemudian hasilnya dibandingkan denggan satu atau lebih kelompok control yang tidak dikenai
perlakuan (Danim,2002)[7].
Dalam penelitian eksperimen para peneliti melakukan tiga persyaratan dari suatu bentuk
penelitan. Ketiga persyaratan tersebut yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan
mengobservasi. Dalam kegiatan eksperimen ini, peneliti juga harus membagi objek atau subjek yang
diteliti menjadi dua grup, yaitu grup treatment (yang memperoleh perlakuan) dan grup control yang
tidak memperoleh perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, peneliti sudah melakukan kegiatan
mengontrol maka hasil penelitian tersebut dapat menentukan hubungan kausal atau sebab akibat.
Penelitian eksperimen juga diharuskan menggunakan hipotesis dan melalui pengamatan[8].
Penelitian eksperimen sifatnya “ketat” dalam arti bahwa desainnya harus mantap, dan tidak
berubah selama penelitian berlangsung. Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetes
dampak perlakuan. Penelitian ini berkembang dengan pesat karena dapat dikatakan penelitiannya
“tidak kaku”, tetapi sebaliknya justru menuntut adanya perkembangan. Penelitian yang dimaksud
adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini dapat dimasukkan dalam kelompok penelitian
eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian eksperimen ini peneliti sekedar ingin
mengetahui akibat dari perlakuan, tindakan, atau sesuatu yang dilakukan. Sedangkan
dalam penelitian tindakan, peneliti mencermati betul-betul selama proses dan akibat dari tindakan
tersebut, sehingga memperoleh informasi yang mantap tentang dampak perlakuan yang dibuat.
Penelitian tindakan adalah penelitian eksperimen berulang dan berkelanjutan, karena
bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati
akibat dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan termasuk kualitatif, karena menggali informasi
secara rinci[9].
Di bidang pendidikan, ada dua alasan mengapa penelitian eksperimen cocok
dilakukan. Pertama, karena metode pengajarannya yang lebih tepat di setting secara alami dan
dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias. Kedua, penelitian dasar dengan tujuan
menurunkan prinsip-prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi oleh para penyelenggara sekolah[10].

B. Karakteristik PTK Eksperimen


Dalam penelitian eksperimen variable-variabel yang ada termasuk variable bebas
(independent variable) dan variable terikat (dependent variable) sudah ditentukan secara tegas oleh
para peneliti sejak awal penelitian. Variable bebas biasanya merupakan variable yang dimanipulasi
secara sistematis. Dibidang pendidikan yang diidentifikasi sebagai variable bebas diantaranya
metode mengajar, macam-macam penguatan, frekuensi penguatan, sarana prasarana pendidikan,
lingkungan belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Variable terikat merupakan variable
yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variable bebas. Hal ini dikarenakan fungsi
variable terikat bergantung dari variable bebas. Contohnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar
siswa, kemandirian siswa, dan sebagainya[11].
Menurut (Ary, 1985) penelitian eksperimen pada umumnya mempunyai tiga karakteristik
penting, yaitu :
a. Variable bebas yang dimanipulasi
b. Variable lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
c. Efek atau pengaruh manipulasi variable bebas dan variable terikat diamati secara langsung oleh
peneliti
1. Memanipulasi
Karakteristik pertama yang selalu ada dalam penelitian eksperimen adalah adanya tindakan
manipulasi variable yang secara terencana dilakukan oleh si peneliti. Yang dimaksud manipulasi
yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah
yang dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam
variable terikat.
2. Mengontrol Variabel
Karakteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian eksperimen yaitu adanya control yang
sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap variable atau ubahan yang ada. Mengontrol merupakan
usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variable lain pada variable terikat yang mungkin
mempengaruhi penampilan variable tersebut. Kegiatan mengontrol suatu variable atau subjek
dalam Penelitian eksperimen memiliki peranan penting, karena tanpa melakukan control ksecara
sistematis, seorang peneliti tidak munggkin dapat melakukan evaluasi dengan melakukan
pengukuran secara cermat terhadap variable terikat. Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen
dan kelompok control sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variable mempunya
karakteristik sama.
3. Melakukan Observasi
Karakteristik ketiga dalam suatu penelitian eksperimen adalah adanya tindakan observasi yang
dilakukan oleh peneliti selama proses eksperimen berlangsung. Selama proses, peneliti melakukan
observasi terhadap dua kelompok tersebut. Tujuan dari observasi yaitu untuk melihat dan mencatat
fenomena apa yang muncul yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok.
Dalam pelaksanaanya peneliti dianjurkan untuk melakukan pengamatan pada variable terikat, yaitu
variable yang biasanya menerima akibat dari terjadinya perubahan secara sistematis dalam variable
bebas[12].

C. Proses PTK Eksperimen


Langkah penelitian eksperimen pada prinsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya. Yang
secara eksplisit dapat dilihat sebagai berikut :
1. Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi permasalahan.
3. Melakukan studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan definisi operasional dan variable.
4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :
a. Mengidentifikasi variable luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi
proses eksperimen.
b. Menentukan cara untuk mengontrol mereka
c. Memilih desain riset yang tepat
d. Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih sejumlah subjek penelitian
e. Membagi subjek ke dalam kelompok control maupun kelompok eksperimen
f. Membuat instrument yang sesuai, memvalidasi instrument dan melakukan pilot study agar
memperoleh instrument yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g. Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis.
5. Melakukan eksperimen.
6. Mengumpilkan data kasar dari proses eksperimen
7. Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan
8. Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan.
9. Membuat laporan penelitian eksperimen.
Pada kondisi yang sama, (Gay, 1982: 201) dalam penelitian eksperimen menekankan perlu
adanya langkah-langkah penting seperti berikut :
a. Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti
b. Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok control.
c. Pembuatan atau pengembangan instrument
d. Pemilihan desain penelitian
e. Eksekusi prosedur
f. Melakukan analisis data
g. Memformulasikan kesimpulan.
Dalam penelitian eksperimen peneliti diharuskan menyusun variabel-variabel minimal satu
hipotesis yang menyatakan harapan hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel yang
terjadi[13].

D. Tujuan dan Manfaat PTK Eksperimen


Adapun tujuan penelitian tindakan kelas eksperimen adalah:
1. Memperoleh informasi baru
2. Menerangkan dan memprediksi suatu ubahan/ variabel[14]
3. Meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu
dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda.[15]
Berikut ini manfaat dari penelitian tindakan kelas eksperimen, yaitu:
1. Menguji hipotesis dengan melakukan kontrol terhadap kondisi penelitian
2. Mengembangkan teori, kemudian melakukan pengujian di kelas
3. Memperbaiki teori-teori serta temuan-temuan penelitian
4. Meneliti melalui jalan pintas
5. Memudahkan replikasi karena kondisi yang dipelajari benar-benar spesifik[16]

E. Rancangan PTK Eksperimen


Rancangan yang akan diterapkan dalam penelitian eksperimen meliputi: pra-eksperimental,
eksperimen murni, dan eksperimen kuasi
1. Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal
terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-
eksperimental, yaitu:
a. Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
b. Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
c. Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design)
2. Rancangan Eksperimen Murni
Rancangan eksperimen murni ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
a. Adanya kelompok control
b. Siswa ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing kelompok
c. Sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Dua rancangan eksperimen secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:
a. Rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest only
control group design)
b. Rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol (the randomized
pretest-posttest control group design)
c. Empat kelompok solomon (the randomized solomon four group design)
d. Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes tes akhir dan kelompok kontrol (the
randomized posttest – only control group design)
e. Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok
kontrol (the randomized pretest – posttest cont rot group design, using)
3. Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran
dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa rancangan eksperimen kuasi
(eksperimen semu), yaitu:
a. Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized
posttest – only control group design, using matched subject)
b. Rancangan dengan pem[17]asangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok
c. Kontrol (the randomnized posttest – only control group design, using matched subject)
d. Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (a three treatment counter balanced, using
matched subject)
e. Rancangan rangkaian waktu (a basic time-series design)
f. Rancangan faktorial (factorial design)[18]

F. Faktor Yang Perlu Dikontrol


Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variabel, serta kondisi apa saja yang
berkaitan dengan kegiatan eksperimen yang perlu diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya
perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Latar belakang kebudayaan
Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan
kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatikan agar adanya perbedaan bukan karena
faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama
dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore dan sebagainya.
2. Dasar matematika
Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/ kelompok perlu diseimbangkan agar
tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai-pandai, sedang kelas lainnya terdiri atas
siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan
oleh disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.
3. Ruangan Kelas
Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan kontrol itu harus dibuat sedemikian
sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi yang kurang, tata ruang dan
tata cahaya.
4. Waktu belajar
Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan kelompok
eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya. Jika kelas E masuk
pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh jam 12.00, sehingga
hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Selain itu, jumlah jam kedua kelas/ kelompok
harus sama.
5. Cara Mengajar
Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang lebih dahulu serta
dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan
dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
6. Guru/ Pengajar
Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar diupayakan mempunyai tingkat, level
atau derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun kemampuannya.
7. Lain-lain
Walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variabel non eksperimen agar tidak
mempengaruhi hasil ekperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan
diprediksi, misalnya tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka mengganggu jalannya pelajaran,
sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu konsentrasinya akibat ulah
satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam
pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain. Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali
faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen
perlu hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya
kesesatan dan ada upaya untuk mengendalikan.[19]

G. Kesesatan Dalam PTK Eksperimen


Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan atau tindakan yang
diperkirakan dapat mempengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam eksperiemen selalu
dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui
suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/ akibat dari eksperimen sering
disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variabel yang tidak dengan sengaja
dilakukan tetapi dapat mempengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel
eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala.
Untuk mengetahui pengaruh variabel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan
kontrol dikenakan variabel eksperimenyang berbeda (misalnya metode pemecahan soal untuk
kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang
bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variable. Akan tetapi
sebagian lagi dari variabel non eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau
dikendalikan. Ini disebut variable ekstrane atau extraneous variable. Dalam setiap eksperimen, hasil
yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel
eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru
yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/ guru/ pengawas dari
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang
diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ ekstrane yang ikut mempengaruhinya.
Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan
yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau error. Dalam eksperimen dapat
dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu:

1. Kesesatan konstan
Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam
setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk
dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang
ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah “ suatu
penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal)
terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan
metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa
nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya
berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen.
Variabel pengganggu kesesatan konstan misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang
pada sore hari ikut pelajaran tambahan/ privat. Disamping itu, banyak orang tua/ keluarga yang
peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing
atau diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar dikelompok kontrol mempunyai
karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada
siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari
kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan varaiabel luar/
ekstrane yang sulit diperhitungkan., sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan
konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis
terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen
yang diberi perlakuan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan
metode B (pemahaman konsep). Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih
baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Hal ini terjadi karena banyaknya variabel
luar/ ekstraneyang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen.
Jadi hasil belajar pada siswa kelopok kontrol telah dicemar oleh variabel ekstrane yang peneliti tidak
mampu memperhitungkannya. Padahal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak
dipengaruhi variabel yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada
kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik. Guru perlu
mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan
dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode
pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru pelaksana tindakan, siswa yang
dikenai tindakan, kondisi/ situasi kelas, lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin
dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan eksperimen berlangsung, peneliti
perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
2. Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris)
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok
dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada
kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperime,
atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Kesesatan tipe S (Subyek)
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu penugasan
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/ kontrol pada suatu eksperimen.
Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun
beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya,
dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika
pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding
terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen
berakhir, diadakan tes kepada kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik
dengan menggunakan uji coba diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara
metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD
tersebut. Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan
eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S)
yang ditugasi pada kedua kelompokj tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi
subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar
mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.

b. Kesesatan tipe G (Group)


Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu
atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh
kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang
ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen) sedemikian baiknya sehingga
memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di
kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang mengusai bahan ajar,
dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang
nakal, dan sering mengganggu temannya waktu pelajaran sedang berlangsun, akan mempengaruhi
hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah
mempengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
c. Kesesatan tipe R (Replikasi)
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara
serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen
tersebut disebut replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul. Pada
eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali
umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi
dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan
tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu
replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah
diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode
yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang
akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan
prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau
eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang
diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi
banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi
kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan. [20]
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
PTK eksperimen adalah sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk
memprediksi atau mengontrol fenomena yang digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar
kelas (PTK). Menurut (Ary, 1985) penelitian eksperimen pada umumnya mempunyai tiga
karakteristik penting, yaitu : Variable bebas yang dimanipulasi, variable lain yang mungkin
berpengaruh dikontrol agar tetap konstan dan efek atau pengaruh manipulasi variable bebas dan
variable terikat diamati secara langsung oleh peneliti
Proses dalam PTK eksperimen yaitu: Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat
dengan permasalahan yang hendak dipecahkan, Mengidentifikasi permasalahan, Melakukan studi
literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan
definisi operasional dan variable, Membuat rencana penelitian, Melakukan
eksperimen, Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen, Mengorganisasi dan
mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan, Melakukan analisis data
dengan teknik statistika yang relevan dan Membuat laporan penelitian eksperimen.
Tujuan dari PTK Eksperimen yaitu: Memperoleh informasi baru, Menerangkan dan
memprediksi suatu ubahan/ variabel, Meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap
gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain
yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Adapun Manfaatnya yaitu Menguji hipotesis dengan
melakukan kontrol terhadap kondisi penelitian, Mengembangkan teori, kemudian melakukan
pengujian di kelas, Memperbaiki teori-teori serta temuan-temuan penelitian, Meneliti melalui jalan
pintas dan Memudahkan replikasi karena kondisi yang dipelajari benar-benar spesifik. Rancangan
PTK eksperimen terdiri dari: Rancangan Pra-Eksperimental, Rancangan Eksperimen Murni dan
Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design). Faktor yang perlu dikontrol yaitu
Latar belakang kebudayaan, Dasar matematika, Ruangan Kelas, Waktu belajar, Cara Mengajar, Guru/
Pengajar dan Lain-lain. Kesesatan dalam PTK eksperimen yaitu Kesesatan konstan dan Kesesatan
tidak konstan (kesesatan kompensatoris)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.
Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
http//www.ardhana 12.wordpress.com
http://blog.unnes.ac.id/faza/2011/05/30/penelitian-eksperimen/
http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/penelitian-eksperimen-sebuah-studi/
http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/metode-penelitian-komunikasi-bag-2/
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html

[1] Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Hal
1.5
[2] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 89
[3] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 3
[4] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hal. 91
[5] Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka. Hal 1.4
[6] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hal. 92
[7] http//www.ardhana 12.wordpress.com
[8] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara. Hal. 16
[9] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hal. 89, 95, 97
[10] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara. Hal. 180
[11] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara. Hal. 178
[12] Ibid. hal 182
[13] Ibid. hal 183
[14] http://blog.unnes.ac.id/faza/2011/05/30/penelitian-eksperimen/
[15] http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/penelitian-eksperimen-sebuah-studi/
[16] http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/metode-penelitian-komunikasi-bag-2/
[17] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[18] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[19] http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html
[20] http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html

Anda mungkin juga menyukai