TUGAS 2
2. Pengetahuan yang harus dimiliki atau diperlukan oleh guru atau pendidik PAUD agar dapat bekerja
secara efektif dengan semua anak
a. Menunjukkan pemahaman yang mendasar tentang profesi PAUD dan menunjukkan komitmen
pada profesi,
b. Menunjukkan pemahaman yang mendasar tentang perkembangan anak dan menerapkan
pengetahuan tersebut dalam praktek sehari-hari,
c. Mengamati dan menilai perilaku anak untuk digunakan dalam perencanaan dan
penerapan pembelajaran secara individual serta digunakan dalam perencanaan dan
penerapan kurikulum,
d. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang dapat meyakinkan keamanan anak dan
perkembangan kesehatan mereka,
e. Merencanakan dan melaksanakan program yang sesuai dengan kebutuhan anak
sehingga dapat meningkatkan semua kemampuan anak termasuk sosial, emosional, intelektual
dan fisik,
f. Menciptakan hubungan yang sportif dengan anak dan melaksanakan teknik bimbingan dan
pembentukan kelompok yang sesuai dengan perkembangannya,
g. Mendukung keunikan anak, mengenal anak secara lebih mendalam dalam konteks keluarga,
budaya dan social
3. Upaya pengembangan kompetensi guru PAUD yang dapat diberikan di lembaga PAUD Indonesia
mengikuti arahan NAEYC
a. Menciptakan lingkungan yang aman,
b. Meningkatkan kompetensi intelektual dan fisik,
c. mendukung perkembangan emosional dan sosial dan pemberian bimbingan,
d. menciptakan hubungan yang produktif dan positif dengan keluarga,
e. menjamin bahwa program dilaksanakan berdasarkan tujuan dan dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan peserta
f. tetap kornitmen terhadap profesionalisme
4. Empat proses kegiatan PTK menurut semiawan
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa (why), dimana (where),
kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian dilakukan. Penelitian tindakan kelas sebaiknya
dilakukan secara kolaboratif, sehingga menghindarkan unsur subjektivitas. Di dalam penelitian
tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada saat peneliti
menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya menyelesaikan
masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan sejawat untuk menilai kegiatan
tersebut. Di dalam tahap perencanaan, peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan
pelaksanaan penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen
pengamatan (observasi).
b. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan
tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus mentaati
perencanaan yang telah disusun. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah
pembelajaran harus berjalan seperti biasanya, tidak boleh kaku dan terkesan dibuat-buat.
Kolaborator disarankan untuk melakukan pengamatan secara objektif sesuai kondisi
pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan
kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan belajar
peserta didk dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta didik
dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan pembelajaran,
Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana (peneliti) dapat
meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator untuk melakukan
pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen yang
telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan dari kolaborator nantinya akan bermanfaat atau
akan digunakan peneliti sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
d. refleksi yang terus menerus
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan
terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa diskusi hasil
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti). Tahap ini
merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator mengungkapkan hal-hal
yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan dengan baik pada saat
peneliti mengelola proses pembelajaran. Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam merancang siklus berikutnya. Sehingga pada intinya, refleksi merupakan
kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut
dalam perencanaan siklua berikutnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar dan mengajar
harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat. Seorang guru harus berpikir
bagaimana cara mengatasi prestasi siswanya yang rendah. Untuk itu perlu diterapkannya melalui
penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran
adalah penelitian tindakan kelas dan penelitiann eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang
paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran
terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen. Eksperimen merupakan salah satu
metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa pengertian PTK eksperimen?
2. Bagaimana karakteristik PTK eksperimen?
3. Bagaimana proses PTK eksperimen?
4. Apa tujuan dan manfaat PTK Eksperimen?
5. Bagaimana rancangan PTK eksperimen?
6. Apa saja faktor yang perlu di kontrol sebelum eksperimen?
7. Apa kesesatan dalam eksperimen?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian PTK Eksperimen
2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik PTK Eksperimen
3. Untuk mengetahui dan memahami proses PTK Eksperimen
4. Untuk mengetahui dan memahami manfaat PTK eksperimen
5. Untuk mengetahui dan rancangan PTK eksperimen
6. Untuk mengetahui faktor yang perlu dikontrol sebelum eksperimen
7. Untuk mengetahui kesesatan dalam eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kesesatan konstan
Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam
setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk
dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang
ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah “ suatu
penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal)
terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan
metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa
nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya
berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen.
Variabel pengganggu kesesatan konstan misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang
pada sore hari ikut pelajaran tambahan/ privat. Disamping itu, banyak orang tua/ keluarga yang
peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing
atau diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar dikelompok kontrol mempunyai
karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada
siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari
kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan varaiabel luar/
ekstrane yang sulit diperhitungkan., sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan
konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis
terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen
yang diberi perlakuan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan
metode B (pemahaman konsep). Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih
baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Hal ini terjadi karena banyaknya variabel
luar/ ekstraneyang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen.
Jadi hasil belajar pada siswa kelopok kontrol telah dicemar oleh variabel ekstrane yang peneliti tidak
mampu memperhitungkannya. Padahal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak
dipengaruhi variabel yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada
kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik. Guru perlu
mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan
dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode
pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru pelaksana tindakan, siswa yang
dikenai tindakan, kondisi/ situasi kelas, lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin
dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan eksperimen berlangsung, peneliti
perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
2. Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris)
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok
dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada
kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperime,
atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Kesesatan tipe S (Subyek)
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu penugasan
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/ kontrol pada suatu eksperimen.
Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun
beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya,
dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika
pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding
terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen
berakhir, diadakan tes kepada kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik
dengan menggunakan uji coba diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara
metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD
tersebut. Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan
eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S)
yang ditugasi pada kedua kelompokj tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi
subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar
mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.
Kesimpulan
PTK eksperimen adalah sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk
memprediksi atau mengontrol fenomena yang digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar
kelas (PTK). Menurut (Ary, 1985) penelitian eksperimen pada umumnya mempunyai tiga
karakteristik penting, yaitu : Variable bebas yang dimanipulasi, variable lain yang mungkin
berpengaruh dikontrol agar tetap konstan dan efek atau pengaruh manipulasi variable bebas dan
variable terikat diamati secara langsung oleh peneliti
Proses dalam PTK eksperimen yaitu: Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat
dengan permasalahan yang hendak dipecahkan, Mengidentifikasi permasalahan, Melakukan studi
literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan
definisi operasional dan variable, Membuat rencana penelitian, Melakukan
eksperimen, Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen, Mengorganisasi dan
mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan, Melakukan analisis data
dengan teknik statistika yang relevan dan Membuat laporan penelitian eksperimen.
Tujuan dari PTK Eksperimen yaitu: Memperoleh informasi baru, Menerangkan dan
memprediksi suatu ubahan/ variabel, Meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap
gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan kelompok lain
yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Adapun Manfaatnya yaitu Menguji hipotesis dengan
melakukan kontrol terhadap kondisi penelitian, Mengembangkan teori, kemudian melakukan
pengujian di kelas, Memperbaiki teori-teori serta temuan-temuan penelitian, Meneliti melalui jalan
pintas dan Memudahkan replikasi karena kondisi yang dipelajari benar-benar spesifik. Rancangan
PTK eksperimen terdiri dari: Rancangan Pra-Eksperimental, Rancangan Eksperimen Murni dan
Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design). Faktor yang perlu dikontrol yaitu
Latar belakang kebudayaan, Dasar matematika, Ruangan Kelas, Waktu belajar, Cara Mengajar, Guru/
Pengajar dan Lain-lain. Kesesatan dalam PTK eksperimen yaitu Kesesatan konstan dan Kesesatan
tidak konstan (kesesatan kompensatoris)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.
Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
http//www.ardhana 12.wordpress.com
http://blog.unnes.ac.id/faza/2011/05/30/penelitian-eksperimen/
http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/penelitian-eksperimen-sebuah-studi/
http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/metode-penelitian-komunikasi-bag-2/
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html
[1] Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Hal
1.5
[2] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 89
[3] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 3
[4] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hal. 91
[5] Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka. Hal 1.4
[6] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hal. 92
[7] http//www.ardhana 12.wordpress.com
[8] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara. Hal. 16
[9] Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hal. 89, 95, 97
[10] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara. Hal. 180
[11] Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi
Aksara. Hal. 178
[12] Ibid. hal 182
[13] Ibid. hal 183
[14] http://blog.unnes.ac.id/faza/2011/05/30/penelitian-eksperimen/
[15] http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/penelitian-eksperimen-sebuah-studi/
[16] http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/metode-penelitian-komunikasi-bag-2/
[17] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[18] http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/penelitian-eksperimen-satu-metode-dalam-ptk/
[19] http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html
[20] http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html