Anda di halaman 1dari 15

JEA Vol.

2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │95

UPAYA MENGEMBANGKAN KOGNITIF DALAM MENCOCOKKAN BILANGAN


DENGAN LAMBANG BILANGAN MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI
KELOMPOK B TK. AISYIYAH 6 BANJARMASIN

Oleh: Milliannoor
(Mahasiswa S1 PG PAUD Universitas lambung Mangkurat)

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah dalam mengenal bilangan masih lemah dan perlu
ditingkatkan hal ini dapat dilihat pada kenyataan dilapangan saat guru TK. Aisyiyah 6 memberikan
materi tentang mengenal bilangan, dari 18 orang anak hanya 6 orang berkembang sesuai dengan
harapan sedangkan 12 lainnya masih dikategorikan mulai berkembang dan itu artinya 35% yang
berhasil. Hal ini disebabkan antara lain kurangnya keterlibatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
mengenal lambang bilangan. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model Make a Match. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
guru, aktivitas anak, dan hasil pengembangan kognitif anak.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan dilaksanakan
dalam dua siklus, dengan setting penelitian adalah kelompok B TK. Aisyiyah 6 Banjarmasin,
dengan jumlah anak 18 orang yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.
Jenis data dan penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh
melalui teknik pengukuran dengan evaluasi pada anak. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari
hasil observasi aktivitas guru dan siswa. Analisis data secara naratif dan teknik persentase
berdasarkan skala persentase dan indikator ketuntasan pengembangan yang ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar
pengembangan kognitif anak kelompok B TK Aisyiyah 6 Banjarmasin mengalami perbaikan. Hal
ini terlihat dari hasil observasi aktivitas guru yaitu mendapat katagori baik pada pertemuan 1, dan
pada pertemuan 2 juga mendapatkan katagori baik, sedangkan pada siklus II mengalami perbaikan
mendapatkan katagori sangat baik, sedangkan observasi aktivitas anak yaitu 62,5% katagori aktif
pada pertemuan 1 siklus I, dan 77,32% katagori aktif pada pertemuan 2, meningkat menjadi
88,89% katagori sangat aktif pada siklus II begitu juga dengan hasil pengembangan anak yaitu
27,78% di bawah indikator ketuntasan pengembangan, kemudian meningkat pada siklus II
menjadi 100% di atas indikator ketuntasan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini bahwa penggunaan model make a match dapat
meningkatkan hasil pengembangan kognitif dalam mencocokkan bilangan dengan lambang
bilangan di kelompok B TK. Aisyiyah 6 Banjarmasin, disarankan agar guru-guru di tamak kanak-
kanak dapat menggunakan model ini dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kognitif
sebagai upaya dalam menciptakan perbaikan dan meningkatkan pemahaman anak, aktivitas anak
serta meningkatkan mutu kualitas pembelajaran disekolah masing-masing.

Kata-kata Kunci: Pengembangan Kognitif, Mencocokkan Bilangan, Lambang Bilangan, Model


Make A Match.
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │96

A. Pendahuluan juga berfungsi untuk mengembangkan


kecerdasan anak, khususnya kecerdasan yang
Pendidikan prasekolah berkembang tidak
oleh Gardner (Rahayu, 1995:1).
hanya di negara maju, tetapi juga di negara-
negara berkembang. Saat ini banyak Matematika atau berhitung merupakan hal
ditemukan pelayanan pendidikan prasekolah, akrab dalam kehidupan manusia. Setiap hari,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah bahkan setiap menit orang menggunakan
maupun swasta. Berbagai alternatif program matematika. Belanja, menghitung benda,
pendidikan untuk anak prasekolah, baik yang waktu, tempat, jarak, dan kecepatan
diselenggarakan di sekolah maupun di luar merupakan fungsi matematis. Memahami
sekolah, banyak ditawarkan, antara lain grafik, tabel, berat, dan volume juga
Taman Kanak-Kanak, Tempat Penitipan merupakan fungsi matematika. Dengan kata
Anak, dan Program Bina Keluarga dan Balita, lain matematika sangat penting bagi
Play group, Taman Bermain sejahtera dan kehidupan kita.
lain-lain.
Pada proses perkembangan pada anak usia
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak lebih dini, pada mulanya anak tidak tahu bilangan,
banyak difokuskan pada bidang dasar (basic) angka dan operasi bilangan matematis. Secara
, yaitu membaca, menulis, dan berhitung yang bertahap sesuai perkembnagan mentalnya
dikenal dengan “Three Rs”, yaitu Reading, anak belajar membilang, mengenal angka dan
Writing, dan Aritmathic. Istilah “Back to berhitung. Anak belajar menghubungkan
Basic” yang sering didengar tidak lain objek nyata dengan simbol-simbol matematis.
merupakan istilah “Tiga R” tersebut, yang Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol
artinya mengembalikan nfokus pembelajaran angka “1” dan dua buah jeruk diberi simbol
Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar dengan angka “2”. Demikian pula simbol “+”
kelas awal kearah kegaitan membaca, yang berarti dijumlah dan simbol “-“ yang
menulis, dan berhitung. Di Indonesia “Tiga berarti dikurangi.
R” dikenal dengan istilah “Calistung”, yaitu
Salah satu kemampuan anak yang sedang
membaca, menulis, dan berhitung.
berkembang usia TK adalah kemampuan
Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak- kognitif. Kemampuan kognitif diperlukan
Kanak tidak sekedar untuk mengembangkan oleh anak dalam rangka mengembangkan
“Tiga R”, tetapi untuk mengembangkan pengetahuan tentang apa yang dilihat, dengan
berbagai aspek perkembangan anak, terutama rasa, raba, ataupun mencium melalui panca
aspek kognitif. Disamping itu matematika indera yang dimilikinya. Di Taman Kanak-
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │97

Kanak dan lembaga pendidikan sejenisya, berhitung, bilangan, dan operasi bilangan.
pengembangan kognitif dikenal dengan Sebagai contoh, mengingatkan anak tentang
istilah pengembangan daya pikir. tanggal hari ini dan menuliskannya dipapan
tulis akan melatih anak mangenal bilangan.
Satu-satunya cara yang efektif untuk
memperluas dan memperkaya perkembangan Kemampuan anak kelompok B TK. Aisyiyah
kognitif anak adalah menawarkan 6 dalam mengenal bilangan masih lemah dan
kaesempatan bermain dalam lingkungan yang perlu ditingkatkan hal ini dapat dilihat pada
tidak menakutkan dan mengetahui dalam kenyataan dilapangan saat guru TK. Aisyiyah
pengembangan permainan anak. Melalui 6 memberikan materi tentang mengenal
obsevasi, guru /pendidik dapat mengenali bilangan, dari 18 orang anak hanya 6 orang
perlu atau tidaknya intervensi (ikut campur) berkembang sesuai dengan harapan
pendidik untuk meningkatkan kemampuan sedangkan 12 lainnya masih dikategorikan
berpikir anak. Bagaimana anak berinteraksi mulai berkembang dan itu artinya 35% yang
dengan bahan-bahan , menentukan apakah berhasil. Hal ini disebabkan antara lain masih
guru harus menggunakan respon langsung kurangnya kemampuan dan peran dari orang
atau tidak langsung. Contoh, jika suatu tua serta guru dalam peningkatan kemampuan
kativitas mulai menjadi pengulangan pada anak dalam mengenal bilangan, jika keadaan
anak-anak pendidik perlu menggunakan ini dibiarkan , maka kemampuan anak dalam
interaksi (hubungan) langsung agar kegiatan mengenal bilangan tidak akan meningkat,
tersebut tidak membuat anak bosan. (Aisyah, untuk itu perlu dicarikan jalan keluarnya.
dkk:2009)
Peningkatan kemampuan mengenal bilangan
Guru taman kanak-kanak perlu menguasai pada anak usia prasekolah sangat penting
konsep-konsep matematika sederhana yang arena kemampuan ini merupakan kemampuan
sesuai untu taman kanak-kanak. Berbagai matematika awal anak, yang nantinya
notasi matematis sederhana dan cara berguna dalam kehidupan sehari-hari anak,
pengenalannya perlu dipahami secara mengingat masih banyak ditemui anak didik
mendalam, agar dapat melatih anak berhitung yang masih rendah kemampuan dalam
dan menggunakan fungsi-fungsi matematis mengenal bilangan, hal ini perlu segera diatasi
lainnya. Menurut Piaget, pengenalan dan diupayakan jalan keluarnya, karena jika
matematika sebaiknya dilakukan melalui tidak maka kemampuan kognitif anak dalam
penggunaan benda-benda konkrit dan hal mengenal bilangan akan tidak
pembiasaan penggunaan matematika agar berkembang secara maksimal. Salah satu cara
anak dapat memahami matematika, seperti yang dapat ditempuh dalam meningkatkan
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │98

kemampuan mengenal bilangan antara lain pendidikan lebih lanjut. Jadi anak usia dini
melalui Permainan Kartu angka adalah anak yang berusia 0-6 tahun.
meningkatkan partisipasi dan keaktifan anak
Suatu hal yang cukup menonjol pada masa 3-
dalam kelas, guru menerapkan metode
5 tahun adalah munculnya berbagai bentuk
pembelajaran yang sesuai.
kreatifitas dalam bermain sehingga masa ini
Model pembelajaran kooperatif model Make dinamakan periode sebagai masa kreatif
a Match merupakan tipe pembelajaran untuk diyakini bahwa kreatifitas yang ditujukan
mengatasi masalah tersebut. Model make a anak pada masa ini merupakan kreatifitas
match adalah permainan yang menarik dalam yang original dengan frekuensi
mecari pasangan kartu permainan. kemunculannya yang seolah tanpa terkendali
dibandingkan dengan masa-masa lain dalam
B. Kajian Teori
kehidupan seorang anak setelah masa ini
1. Karekteristik Anak Usia 3-5 tahun
berlaplu. (Sudjiono,2008).
Ada beragam pendapat tentang batasan anak
usia dini, antara lain disampaikan oleh Dapat dikatakan usia 3-5 tahun adalah usia
NAEYC (National Association for The emas (golden age) selain ditandai dengan
Education of Young Children), yang munculnya masa peka terhadap sejumlah
mengatakan anak usia dini adalaha anak yang aspek perkembangan masa ini ditandai
berada pada rentang usia 0-6 tahun, yang dengan berbagai bentuk kreatifitas dalam
tercakup dalam program pendidikan di taman bermain yang muncul dari daya imajinasi
penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, anak. pemberian stimulasi yang sesuai dengan
pendidikan prasekolah baik swasta maupun perkembangan anak akan menajdikan mereka
negeri, TK dan SD, sedangkan Undang- lebih matang baik secara fisik maupun psikis.
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun (Sudjiono, 2008).
2003 tentang system Pendidikan Nasional
Pendidikan anak usia dini merupakan proses
pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa :
interaksi antara pendidik (orang tua,
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pengasuh, dan guru) dengan anak usia dini
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
secara terencana untuk mencapai tujuan.
lahir sampai dengan usia enam tahun yang
Dalam proses interaksi pendidik harus
dilakukan melalui pemberian rangsangan
memahami segala spek pertumbuhan dan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan
perkembangan anak usia dini yang
dan perkembangan jasmani dan rohani agar
dihadapinya. Karena dengan memperhatikan
anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pemahaman pertumbuhan dan perkembangan
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │99

anak usia dini, pendidik dapat menyesuaikan tempo dan perkembangan yang berbeda,
segala bentuk ucapan, sikap dan tindakan apabila pada anak diberikan stimulasi adekatif
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan secara insentif dari lingkungannya maka anak
pertumbuhan serta perkembangan anak usia mampu menjalani tugas perkembangannya
dini. Dalam kesempatan ini pendidik dengan baik, sekalipun terdapat bahaya
sekaligus mengarahkan anak bisa potensial yang selalu perlu diwaspadai. Pada
membangun kecerdasan moral yang akan rentang usia 3-5 tahun anak mulai memasuki
menjadi otot kuat yang diperlukan untuk usia prasekolah atau taman kanak-kanak ,
melawan tekanan buruk dan membekali anak apabila orang tua memberikan respon yang
untuk mempunyai kemampuan bertindak kurang baik terhadap tingkah laku anak maka
benar tanpa bantuan orang lain. anak dikhawatirkan tidak akan dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Teori Dasar Perkembangan Kognitif
Mengenai perkembangan kognitif, Piaget Dewey mengatakan bahawa pendidikan harus
berpendapat bahwa anak pada rentang usia memberikan kesempatan pada setiap anak
ini, masuk dalam perkembangan berpikir untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara
Praoperasional konkret. Pada saat ini sifat individu maupun kelompok sehingga anak
egosentris pada anak semakin nyata. Anak akan memperolah pengalaman dan
mulai berpikir prespektif yang berbeda pengetahuan. Sekolah harus dijadikan
dengan orang lain yang berada disekitarnya. laboratorium bekerja bagi anak. (Sudjiono,
Orang tua sering menganggap priode ini 2008:2.7)
sebagai masa sulit karena anak menjadi susah
Sedangkan menurut Gessel dan Amatruda
diatur, biasanya dikenal dengan istilah nakal
mengemukakan bahwa anak usia 3-4 tahun
atau bendel, suka membantah dan banyak
mulai berbicara secara jelas dan berarti.
bertanya. Menurut sumber lain ciri-ciri pada
Kalimat-kalimat yang diucapkan akan
usia ini, yaitu anak mengembangkan
semakin baik. Ia menamakan masa ini sebagai
keterampilan berbahasa dan menggambar,
masa perkembangan fungsi bicara. Pada usia
namun egois dan tidak bisa mengertoi
4-5 tahun , yaitu masa belajar matematika
penelaran abstrak atau logika. (Sudjiono,
sederhana, misalnya menyebut bilangan,
2008)
menghitung urutan bilangan, dan penguasaan
Setiap anak akan mengalami masa-masa jumlah kecil dari benda-benda.
pertumbuhan dan perkembangan pada (Sudjiono,2008:2.8).
berbagai dimensi. Perkembangan setiap anak
tidaklah sama karena setiap individu memiliki
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │100

3. Pengertian Kognitif sekitarnya melalui interaksi dengan


Kognitif adalah pengertian yang luas lingkungan dimana anak berada. Hasil
mengenai cara berpikir dan mengamati, jadi interaksi ini adalah terbentuknya skem atau
merupakan tingkah laku yang mengakibatkan struktur kognitif bangunan pengetahuan yang
seseorang memperoleh pengetahuan yang dimulai terbentuknya struktur secara logis,
dibutuhkan, untuk memperoleh pengetahuan kemudian berkembang menjadi suatu
atau menggunakan pengetahuan yang kesimpulan umum (generalisasi).
diperolehnya. Kognitif adalah proses yang
4. Permainan Matematika di Taman
terjadi secara internal didalam pusat susunan
Kanak-Kanak
syaraf pada waktu manusia berpikir. (Gagne,
Belajar matematika terjadi secara alami
1996)
seperti pada saat anak bermain. Anak usia dini
Kemampuan kognitif ini berkembang secara menemukan , menguji serta menerapkan
bertahap sejalan dengan perkembangan fisik konsep metematika secara alami hampir
dan syaraf-sayaraf yang berada dipusat setiap hari kegiatan-kegiatan yang mereka
susunan syaraf. Jean Piaget seorang ahli lakukan. Kegiatan belajar matematika secara
biologi dan psikologi kaebangsaan Swiss, sederhana terjadi dalam kehidupan sehari-
merumuskan teori fase-fase perkembangan hari.
kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua
Konsep matematika modern sekarang ini
sudut pandang, yaitu aliran (structural) dan
tidak lagi hanya pada konsep bilangan, tetapi
konstruksif. Aliran (structural) yang
lebih berkaitan dengan konsep-konsep
mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari
abstrak dimana suatu kebenaran matematika
pandangannya tentang intelegensi atau
dikembangkan berdasarkan alasan logis
kecerdasan seorang anak manusia
dengan menggunakan pembuktian dedukatif.
berkembang melalui serangkaian tahapan
Matematika sebagai i,mu tentang struktur dan
perkembangan yang ditandai oleh
hubungan-hubungan yang memerlukan
perkembangan structural kualits kognitif,
simbol-simbol untuk membantu
aliran konstruksif terlihat dari pandangan
memanipulasi aturan-aturan melalui operasi
Piaget yang menyatakan bahwa seorang anak
yng dilakukan. (Sudjiono, 2008:11.4)
manusia membangun kemampuan kognitif
malalui interaksi dengan dunia sekitarnya. Secara umum permainan matematika di

Piaget menyatakan bahwa seorng anak bagai Taman Kanak-kanak bertujuan agar anak

ilmuwan cilik atau peneliti kecil yang selalu dapat mengetahui dasar-dasar pembelajaran

sibuk membangun teorinya tetang dunia berhitung dalam suasana yang menarik,
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │101

aman, nyaman dan menyenangkan, sehingga anak berhitung, berpikir logis dan matematis.
diharapkan nantinya anak akan memiliki Beberapa contoh melatih anak mengenal
kesiapan dalam mwngikuti pelajaran bilangan :
matematika yang sesungguhnya disekolah
1. Bercerita dengan permainan kartu angka
dasar. (Sudjono, 2008:11.4)
2. Permainan Angka
Manfaat permainan matematika pada anak 3. Permainan berhitung
usia dini adalah membelajarkan anak pada 4. Menyanyi angka
konsep matematika yang benar menarik dan 5. Teka-teki angka dan jumlah
menyenangkan, membantu anak belajar
matematika secara alami melalui kegiatan 5. Pengertian Model Pembelajaran Make
bermain. Peran guru dalam mengembangkan A Match
kegiatan belajar permainan matematika Model pembelajaran Make a Match artinya
membangun rasa keingintahuan anak seacra model pembelajaran mencari pasangan.
alami tentang bentuk, ukuran, jumlah, dan Setiap anak mendapat sebuah kartu (soal atau
konsep-konsep dasar lain dalam matematika. jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan
yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.
Bagi anak yang belum memahami bilangan,
Suasana pembelajaran dalam model
menghitung bisa dari mana saja, kearah mana
pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi
saja , boleh diulang, dan tidak harus urut.
sangat asyik dan menyenangkan.
Benda yang oleh orang dewasa dihitung tiga,
(Muhammad, 2009:Online)
bisa menjadi lima bagi anak yang belum
memahami bilangan. Jadi, meskipun anak Tehnik pembelajaran Make a Match atau
dapat menghitung “satu”, “dua”, “tiga”, dan mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
seterusnya, tidak berarti bahwa anak Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik
memahami bilangan. ini adalah anak mencari pasangan sambil
belajar mengenal suatu konsep atau topic
Menurut Piaget anak TK berada pada fase
dalam suasana yang menyenangkan.
perkembangan pra operasional menuju ke
Langkah-langkah dalam penerapan model
konkret. Anak pada fase tersebut belajar
pembelajaran Make a Match yaitu:
terbaik dari benda nyata. Oleh karena itu,
orang tua dan guru dapat mengenalkan a. Guru menjelaskan materi dan
bilangan kepada anak dengan menggunakan memperagakan materi
benda-benda. Berbagai benda yang ada di b. Guru menyiapkan beberapa kartu yang
sekitar ita dapat digunakan untuk melatih berisi beberapa konsep atau topik yang
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │102

cocok untuk sesi review, satu bagian kartu Sedangkan kelemahannya adalah:
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk
c. Guru membagikan kartu soal dan kartu
melakukan kegiatan
jawaban yang berbeda pada tiap
b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi
kelompok/ anak.
jangan sampai anak terlalu banyak
d. Guru membimbing dan member tugas
bermain–main dalam proses
pada anak untuk menyiapkan jawaban dari
pembelajaran dan
kartu yang dipegangnya.
c. Guru persiapan bahan dan alat yang
e. Guru meminta setiap anak mencari
memadai.
pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya.
f. Guru member point pada setiap
anak/kelompok yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu.
C. Metodologi penelitian
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar
1. Pendekatan Penelitian
tiap anak mendapatkan kartu yang berbeda
Jenis penelitian yang digunakan adalah
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
h. Melakukan permainan ulang sampai kartu
Research) yaitu “suatu bentuk kajian yang
terbagi pada anak/ kelompok.
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk
i. Guru bersama-sama dengan anak membuat
meningkatkan kemantapan rasional dari
kesimpulan terhadap materi pembelajaran.
tindakan-tindakan mereka dalam
j. Guru mengadakan evaluasi melalui LKS.
melaksanakan tugas, memperdalam
6. Keunggulan dan Kelemahan Model
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
Pembelajaran Make A Match
dilakukan, serta memperbaiki dimana
Model Make A Match mempunyai
praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan”
keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya
(Karwono, 2008).
adalah:
2. Setting Penelitian
a. Suasana kegembiraan akan tumbuh
Penelitian dilaksanakan di TK. Aisyiyah 6
dalam proses pembelajaran
Banjarmasin tahun ajaran 2013/2014 .
b. Kerjasama antar anak terwujud dengan
penelitian ini merupakan penelitian tindakan
dinamis
kelas, dimana peneliti juga berperan sebagai
c. Munculnya dinamika gotong royong
guru pelaksana tindakan. Pelaksanaan
yang merata diseluruh anak
penelitian adalah di kelompok B dengan
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │103

jumlah anak sebanyaknya 18 anak yang Nilai Kognitif


terdiri 10 orang laki-laki dan 8 perempuan. F %
 5 27,78
3. Skenario Tindakan
 5 27,78
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan
terdiri dari dua siklus. Tiap siklus  6 33,33

dilaksanakan dalam dua pertemuan. Tiap-tiap  2 11,11

siklus direncanakan berkesinambungan, Jumlah 18 100

artinya proses dan hasil siklus 1 akan ditindak Berdasarkan tabel diatas data hasil

lanjuti dalam siklus 2. Prosedur penelitian pengembangan/hasil belajar yang diperoleh

tindakan kelas ini setiap siklus meliputi: (1) pada aspek pengembangan kognitif yaitu

perencanaan (planing); (2) tindakan (acting); hanya 5 orang anak yang berkembang sangat

(3) observasi (observing); (4) evaluasi baik (27,78%), 5 orang anak berkembang

(evaluating); (5) refleksi (reflekting). sesuai harapan (27,78%), 6 orang anak mulai
berkembanga (33,33%) dan 2 orang anak
4. Cara Penggalian Data
belum berkembang (11,11%) hal ini
Pengambilan data adalah data kemampuan
disebabkan karena anak masih kurang
anak yang diperoleh dari penilaian setiap
memahami bagaimana cara mengerjakan
pertemuan dan akhir tindakan. Anak berhasil
tugas tersebut dan anak keliru dalam
berkembang sesuai harapan dengan mendapat
menghubungkan lambang bilangan dengan
≥ 3 bintang (***).
gambar, akibatnya hasil pengembangan anak
Rumus kurang optimal. Maka pada pertemuan
berikutnya guru harus memperbaiki cara
N = jumlah perolehan bintang x 100
Jumlah aspek yang diamati penyampaikan dalam mengerjakan tugas agar
lebih dipahami anak.
D. Hasil Penelitian
Refleksi Siklus I Pertemuan 1
Siklus I Pertemuan 1
Hasil pengembangan yang diperoleh pada
Hasil Observasi
aspek pengembangan kognitif yaitu 6 orang
Adapun hasil pengembangan kognitif anak
anak mulai berkembang (33,33%) dan 2 orang
dalam mencocokkan bilangan dengan
anak belum berkembang (11,11%) hal ini
lambang bilangan sebagaimana pada tabel
disebabkan karena anak masih kurang
berikut :
memahami bagaimana cara mengerjakan
Tabel Hasil Pengembangan Kognitif tugas tersebut dan anak keliru dalam
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │104

menghubungkan lambang bilangan dengan berikutnya guru perlu lebih memberikan


gambar. Maka pada pertemuan berikutnya arahan dan bimbingan kepada anak sebelum
guru harus memperbaiki cara penyampaikan mengerjakan tugas yang diberikan agar anak
dalam mengerjakan tugas agar lebih dipahami dapat memahami dan mudah dalam
anak. mengerjakan tugas tersebut.

Siklus I Pertemuan II Refleksi Siklus I Pertemuan II

Hasil Observasi Hasil pengembangan yang diperoleh pada


aspek pengembangan kognitif yaitu 7 orang
Hasil pengembangan kogntif dalam
anak berada pada katagori berkembang sangat
mencocokkan bilangan dengan lambang
baik (38,89%), 6 orang anak berkembang
bilangan pada pertemuan kedua siklus I
sesuai harapan (33,33%) dan 5 orang anak
sebagaimana pada tabel berikut :
mulai berkembang (27,78%). Maka pada
Tabel Hasil Pengembangan Kognitif Anak pertemuan berikutnya guru perlu lebih
Pertemuan 2 Siklus 1 memberikan arahan dan bimbingan kepada

Nilai Kognitif anak sebelum mengerjakan tugas yang

F % diberikan agar anak dapat memahami dan

 7 38,89 mudah dalam mengerjakan tugas tersebut.

 6 33,33 Refleksi Siklus I


 5 27,78
Hasil pengembangan kognitif pertemuan 1
 0 0
siklus I masih belum memuaskan dan masih
Jumlah 12 100
belum mencapai indicator ketuntasan yang
ditetapkan peneliti yakni 80% anak mendapat
Berdasarkan tabel diatas data hasil bintang 3 (***). Anak yang memperoleh
pengembangan/hasil belajar yang diperoleh bintang 4 hanya 5 orang dan yang
pada aspek pengembangan kognitif yaitu 7 memperoleh bintang 3 juga ada 5 orang anak.
orang anak berada pada katagori berkembang Hal ini disebabkan karena anak masih kurang
sangat baik (38,89%), 6 orang anak memahami bagaimana cara mengerjakan
berkembang sesuai harapan (33,33%) dan 5 tugas tersebut dan anak masih terlihat
orang anak mulai berkembang (27,78%). bingung. Demikian pula pengelolaan waktu
Berikut adalah ketuntasan pengembangan yang kurang optimal sehingga anak menjadi
kognitif secara klasikal pada siklus I terburu-buru dalam menjawab soal. Oleh
pertemuan 2. Maka pada pertemuan karena itu, diperlukan sekali guru dalam
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │105

membimbing dan mengarahkan siswa dalam bimbingan, arahan dan motivasi bagi siswa
mengerjakan tugas tersebut yang diberikan dalam belajar.
dengan pengelolaan waktu yang lebih baik
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II
lagi. Adapun hasil pengembangan anak pada
pertemuan kedua mengalami peningkatan. Hasil Observasi Pengembangan Kognitif

Hal itu dapat dilihat bahwa ada 7 orang anak Data hasil pengembangan kognitif anak
yang mendapat bintang 4 (****), 6 orang dalam mencocokkan bilangan dengan
anak mendapat bintang 3 (***) dan 5 orang lambang bilangan dapat dilihat pada table
anak mendapatkan bintang 2 (**). Hasil dibawah ini:
tersebut masih belum memenuhi indicator
Tabel Hasil Pengembangan Kognitif Siklus
keberhasilan yang ditetapkan. Maka pada
II
pertemuan berikutnya guru harus
memberikan bimbingan dan arahan yang Nilai Kognitif
lebih kepada anak sehingga anak dalam F %
menjawab soal dapat diselesaikan dengan  12 66,67
mudah serta waktu yang digunakan tidak  6 33,33
terbuang percuma dan proses pembelajaran  0 0
dapat berjalan lebih efektif lagi..Berdasarkan  0 0
hasil tersebut diatas bahwa pada pertemuan 2 Jumlah 18 100
ini walaupun adanya peningkatan tetapi
masih belum mencapai target yang ditetapkan
Berdasarkan tabel diatas data hasil
peneliti 80% Sehingga perlu perbaikan
pengembangan yang diperoleh pada aspek
pembelajaran pada pertemuan berikutnya
pengembangan kognitif yaitu 12 orang anak
dalam rangka meningkatkan pengembangan
yang berkembang sangat baik (66,67%) dan 6
kognitif anak melalui model make a match.
orang anak yang berkembang sesuai harapan
Berdasarkan temuan-temuan ini (33,33%) hasil tersebut sudah memenuhi dari
menunjukkan bahwa perlu dilakukan kegiatan indicator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
siklus II. Adapun tindakan-tindakan yang lebih daro 80% anak mendapatkan bintang 3.
akan dilakukan peneliti pada siklus II adalah
Refleksi Siklus II
mengelola waktu lebih efektif dan efesien,
menyampaikan model pembelajaran lebih Hasil pengembangan kognitif pada pertemuan
terinci dan jelas serta menggunakan media pertama pada siklus II ini mengalami
yang lebih menarik dan variatif, memberikan peningkatan yang sangat memuaskan
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │106

dibandingkan dengan pertemuan kedua siklus 44,44% mulai berkembang, pertemuan 2


I. Secara individual ketuntasan hasil sebesar 72,22% berkembang sesuai harapan
pengembangan dengan persentasi rata-rata dan 27,78% mulai berkembang sedangkan
66,67% berkembang sangat baik dan 33,33% siklus II pertemuan 1 sebesar 100% anak
berkembang sesuai harapan. Peningkatan sudah berkembang sesuai harapan.
yang diperoleh pada siklus II pertemuan 1 ini Pengembangan kognitif adalah satu
tidak terlepas dari dua hal yakni kegiatan pengembangan kemampuan dasar anak, yang
pembelajaran dan aktivitas anak. Dari dua hal bertujuan agar anak mampu meningkatkan
tersebut mengalami peningkatan sehingga kemampuan dan kreativitas sesuai dengan
hasil pengembanganpun juga meningkat. tahap perkembangan. Di samping itu, anak
Kegiatan pembelajaran mengalami dapat mengembangkan pengetahuan yang
peningkatan karena adanya bimbingan arahan sudah diketahui dengan pengetahuan yang
dan motivasi serta media yang digunakan baru diperolehnya. Penggunaan model
lebih variatif sehingga anak lebih mudah pembelajaran make a match yang tepat, yaitu
dalam mengerjakan tugas yang diberikan. dimulai dari aktivitas guru yang maksimal
Disamping itupula peningkatan aktivitas anak dalam menerapkannya dan juga adanya
disebabkan karena anak mulai terbiasa peningkatan aktivitas anak yang signifikan
menggunakan model make a match dan serta anak yang sudah tidak merasa bosan lagi
motivasi yang diberikan guru sehingga dalam belajar akan memberikan dampak yang
pemahaman anak terhadap kegiatan yang baik terhadap hasil pengembangan yang
dilakukan menjadi meningkat. diperoleh anak.

Pengembangan berasal dari kata dasar


kembang yang berarti menjadi bertambah
E. Pembahasan
sempurna. Kemudian mendapat imbuhan pe-
Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I
an sehingga menjadi pengembangan yang
dan siklus II yang telah dilaksanakan dalam
artinya proses, cara atau perbuatan
penelitian tindakan kelas yaitu tentang
mengembangkan (Arisandi :2011,online).
skenario kegiatan, pelaksanaan tindakan,
Jadi pengembangan disini adalah usaha sadar
hasil observasi dan refleksi, peneliti dapat
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
memaparkan bahwa berdasarkan beberapa
diinginkan agar lebih sempurna dari pada
data dan temuan serta hasil refleksi bahwa
sebelumnya.
rata-rata persentase hasil pengembangan
kognitif anak siklus I pertemuan 1 sebesar Kognitif adalah istilah yang digunakan oleh
55,56% berkembang sesuai harapan dan ahli psikologi untuk menjelaskan semua
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │107

aktivitas mental yang berhubungan persepsi, diskusi dalam penarikan kesimpulan dan lain-
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi lain.
yang memungkinkan seseorang memperoleh
Slavin dalam Sanjaya (2009:242)
pengetahuan, memecahkan masalah, dan
mengemukakan dua alasan menggunakan
merencanakan masa depan memperhatikan,
pembelajaran kelompok. Pertama, beberapa
mengamati, membayangkan, memperkirakan,
hasil penelitian membuktikan bahwa
menilai dan memikirkan lingkungannya.(
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
Deswita, 2009)
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
Tujuan mengembangkan kecerdasan kognitif dapat meningkatkan kemampuan hubungan
anak adalah mengembangkan berpikir anak sosial, menumbuhkan sikap menerima
untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
dapat menemukan bermacam-macam meningkatkan harga diri. Kedua,
alternative pemecahan masalah, membantu pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan
anak untuk mengembangkan kemampuan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
logika matematis dan pengetahuan akan memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
ruang dan waktu, serta mempunyai pengetahuan dengan keterampilan.
kemampuan untuk memilah-milah,
Dengan peningkatan hasil belajar tersebut
mengelompokkan, serta mempersiapkan
berarti sesuai dengan tujuan dari
kemampuan berpikir secara teliti.
pembelajaran kooperatif menurut Johnson &
Penggunaan model make a match anak akan Johnson dalam Trianto (2011:57) menyatakan
mengalami langsung pembelajarannya,anak bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
akan mendengarkan cara bermain , terlibat memaksimalkan belajar siswa untuk
diskusi dalam penarikan kesimpulan dll. peningkatan prestasi akademik dan
Penggunaan model make a match anak akan pemahaman baik secara individu maupun
mengalami langsung pembelajarannya, anak secara kelompok.
akan mendengarkan cara bermain, terlibat
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │108

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi, 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Asrori, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Multi Pressindo.


B.E.F. Montolalu,dkk, 2008. Bermain dan Permainan Anak, Jakarta: Universitas Terbuka
Bungin. 2010. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hildayani Rini, dkk, 2005. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Universitas Terbuka
Karwono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-
action-research/ (diakses 20 Desember 2013)

Masitoh,dkk, 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta


Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : PT Rineka Cipta

Monks, F.C, dkk, 2001. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Rahman, Hibana S. 2001. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press

Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Semiawan, 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT.
Macanan Cemerlang

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slamet Suyanto, 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta

Suharsimi, 2009. Managemen Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Suharsimi A, (2010). Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas.
Yogyakarta : Aditya Media

Sujiono, YN, et.al, (2005). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

Syah, Muhibbin. (2011). PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Instruktur PLPG Unlam, (2009). Modul Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 │109

Tim Penyusun, (2012). Pedoman Penulisan Skripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Banjarmasin : FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitaif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Depok
: PT Rajagrafindo Persada

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:


Kencana.

Winda Gunarti, dkk, 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia
Dini, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, edisi 3.

Wardhani, IGAK, et.al, (2002). Penelitian Tindakan Kelas (Modul). Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai