4. .
Kelebihan (KBK) sebagai berikut:
Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara
pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan
subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk
bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan
transfer
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa
(student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar
dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh
serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat
belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar,
belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan
memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat
diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa,
berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut
dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran
yang diajarkan.
Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan
penilaian yang terfokus pada konten.
Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan ketrampilan.
Pilar kedua : kegiatan bermain dan alat permainan edicatif, merancang dan
mengembangkan berbagai jenis alat permainan educative, bagi guru yang kreatif akan
menggunakan bahan – bahan yang dapat di gunakan sekitar anak, misalnya terbuat
dari dus, Koran, biji – bijian, lilin, gelas aqua dll.
Pilar Ketiga : ada interaksi educative yang di tunjukan guru. Guru TK harus
memahami dan melaksanakan tindakan educative sesuai dengan perkembangan anak
mulai dari memberikan teladan misalnya cara duduk, membuang sampah, etika
makan, berbicara, berpakaian dll.
Sumber : https://agroedupolitan.blogspot.com/2017/04/model-pembelajaran-tk-
atraktif.html diakses 10 November 2022