Anda di halaman 1dari 3

SILAT BESI TANGERANG

DESKRIPSI SINGKAT
Besi merupakan salah satu seni beladiri maen pukul yang berasal dari Dadap, Tangerang.
Diciptakan oleh Lie Tjeng Oek, seorang peranakan Tionghoa, yang lahir dari keluarga petani
di Kampung Dadap, Tangerang. Beliau lahir pada tahun 1854 dan wafat pada tahun 1951
dalam usia 97 tahun. Diriwayatkan Lie Tjeng Hok pertama kali belajar maen pukul kepada
dua orang pribumi Betawi, yaitu Ki Jidan dan istrinya Nyi Miah atau Maimah. Beliau
kemudian menciptakan Besi dengan menggabungkan maen pukul yang ia pelajari dari kedua
orang Betawi tersebut dengan ilmu beladiri yang ia pelajari dari leluhurnya. Lie Tjeng Oek
kemudian menurunkan maen pukul Besi kepada murid-muridnya yang kebanyakan berdarah
Tionghoa. Satu-satunya murid pribumi yang paling berbakat adalah H. Murhali (w.1980).
Ki Murhali menjadi murid Lie Tjeng Oek berawal dari adanya perselisihan antara Lie Tjeng
Oek dengan orang tua Ki Murhali yang bernama Sainan. Mereka berebut air untuk pengairan
sawah, perselisihan itu pun memicu perkelahian diantara keduanya, mereka pun saling
berjanji siapapun yang kalah akan menimba ilmu beladiri dari pihak yang menang.
Perkelahian pun terjadi dan hasilnya dimenangkan Lie Tjeng Oek. Sesuai perjanjian di awal
kemudian ditepati, namun karena kondisi orang tua Ki Murhali sudah renta, dia tak bisa
memenuhi janjinya. Sebagai penebus dan pengganti janjinya Ki Murhali diminta oleh orang
tuanya untuk belajar beladiri kepada Lie Tjeng Oek.
Selama enam bulan pertama Ki Murhali bukannya diajarkan ilmu beladiri oleh Lie Ceng Oek
tetapi malah disuruh untuk mengambil air untuk mengairi area pertanian, hal ini membuat
orangtua Ki Murhali geram hingga menanyakan perihal tersebut, Lie Ceng Oek memberi
pengertian bahwa dia bermaksud melatih fisik Ki Murhali terlebih dahulu sebagai persiapan
berlatih jurus. Setelah persiapan fisik selesai, Ki Murhali pun diajarkan jurus, mulai dari
formasi dasar, jurus inti, dan jurus kembangan hingga selesai seluruhnya.
Ki Murhali setelah menyelesaikan semua jurus yang diajarkan Lie Ceng Oek terus berlatih
agar jurus-jurunya sempurna, sehingga pada suatu hari H. Ghozali seorang pemain rebana
yang berasal dari Petukangan yang gemar mengembara dan juga pendekar silat terkenal dari
salah satu aliran di betawi melihat Ki Murhali sedang berlatih besi, ia merasa tertantang
mencoba ketangguhan ilmu beladiri yang kental unsur pukulan ini. Kemudian, ia menantang
Ki Murhali dengan perjanjian apabila kalah maka ia akan belajar beladiri tersebut secara
sukarela. Akhirnya dalam pertarungan H. Ghozali mengalami kekalahan dan memenuhi
janjinya untuk berguru kepada Ki Murhali dengan modal dari hasil penjualan kuda
kesayangannya. Setelah menguasai jurus-jurus besi, H. Ghozali pulang ke kampung
halamannya dan mengajarkan kepada muridnya, bernama H. Hasbullah yang kemudian
menimba ilmu beladiri besi juga kepada Ki Murhali dan Lie Ceng Oek.
Terdapat beberapa pendapat mengenai asal-usul dari kata Besi. Pendapat pertama
menyatakan Besi merupakan campuran kata Bek dari bahasa Belanda yang artinya pegawai
dan Si dari Bahasa Cina yang artinya empat. Pendapat kedua mengemukakan bahwa Bek
memiliki arti pertahanan dan Si memiliki arti empat. Pendapat ketiga mengutarakan bahwa
Besi adalah transliterasi dari kata Bhe Si, yang berasal dari kosa kata Hokkian
(Fukian/Fujian) di daerah Tiongkok Selatan yang secara harfiah berarti kuda-kuda. Seiring
dengan perkembangan dari Besi, pada tahun 1980-an pelafalannya kemudian berubah
menjadi Beksi ketika menyebar ke daerah Petukangan dan diberi singkatan “Berbaktilah
Engkau Kepada Sesama Insan”. Meskipun begitu, untuk di daerah Kota Tangerang
pelafalannya masih menggunakan istilah Besi atau Bhesi yang merupakan akronim dari “
Bekap Sikut”.
Jurus-jurus Besi terkenal dengan keras, cepat, ringkas dan mengarah pada bagian-bagian
tubuh tertentu yang dapat melumpuhkan lawan. Dalam permainan jurus, Besi banyak
melakukan gedig (hentakan kaki ke tanah) yang memiliki filosofi “mau pukul, ogah dipukul”,
gaya pukulan terbalik atau celentang yang disebut loco boni; bermain jarak rapat; kecepatan
dan kekuatan ledakan pukulan mengandalkan gerak refleks tangan yang sangat cepat dan
daya pikir atau inteligensia si praktisi, disertai pemanfaatan tenaga gerak bahu dan pinggul.
Silat Besi memiliki 13 jurus dengan tambahan jurus gabungan atau jurus pamungkas. Jurus
pamungkas tersebut tidak semua murid yang belajar diajarkan, kecuali mereka yang telah
mencapai kematangan dalam pengendalian diri.
Pada tahun 1950 Ki Murhali hijrah dari kampung Dadap ke kampung Ceper Belendung Kota
Tangerang untuk berguru ilmu agama kepada ulama kharismatik yaitu KH. Mursan (Guru
Kucak) dan pada saat itu di kampung Ceper Belendung Kota Tangerang sudah berkembang
silat-silat yang lain yang namanya dinisbatkan kepada gurunya, seperti jurus Ki Ombak, jurus
Ki Mansur, Jurus Ki Kotong (ayah dari KH. Muhiddin), Ki Misar dan lain sebagainya.
Sambil berguru ilmu agama, Ki Murhali secara diam-diam dan tertutup mengembangkan silat
besi dengan mengajarkannya kepada murid-murid KH. Mursan yang dilaksanakan pada
malam hari setelah selesai mengaji, di antara murid-muridnya adalah Ki Risan, Ki Namang,
Ki Zarkasyi, Ki Masturoh, Ki Sofyan, Ki Rohman, dan Ki Zein. Tradisi pengajaran silat Besi
secara sembunyi-sembunyi dilanjutkan oleh murid-murid Ki Murhali hingga tahun 2012
dengan tetap mengaji sebagai syarat utama bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.
Silat besi Ki Murhali memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan silat besi yang
dikembangkan oleh murid-muridnya di daerah lain, yaitu gerakan jurus-jurusnya masih murni
dan tetap terjaga dari pengaruh silat-silat lain seperti saliwa, cimande dan cingkrik, kekuatan
jurus terletak pada tangkisan, pukulan dan gedigan (hentakan kaki ke tanah), pukulan tangan
tidak terbuka dan memiliki nama serta urutan jurus yang khas. Adapun nama dan urutan jurus
silat Besi Murhali adalah sebagai berikut :
1. Besi
2. Lenggang
3. Galang
4. Tancep
5. Lokbe
6. Broneng
7. Bandut
8. Ganden
9. Cauk/sendok
10. Gedig
11. Gicek
12. Jungjang Langit
13. Lenggang Barong
Oleh karena jurus-jurus Besi terkenal dengan keras, cepat, ringkas dan mengarah pada
tempat-tempat yang mematikan pada tubuh maka sebelum mempelajari jurus Besi Ki
Murhali, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut selametan berupa
tawasulan disertai zikir, tahlil dan memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dalam
mempelajari besi diberi kemudahan, keridlaan, kekuatan, ketabahan dan kesabaran.
Selametan juga dilakukan pada saat murid telah menguasai jurus-jurus Besi yang disertai
dengan pemberian pisau kepada sang guru dan pisaunya harus bercap “garpu”.
Pada tahun 2013 Remaja Masjid yang tergabung dengan Persatuan Remaja Islam Masjid Al
Mukhlisin Kelurahan Jurumudi yang didukung oleh Pengurus DKM berinisiatif mengusulkan
agar silat Besi ki Murhali diajarkan kepada generasi muda secara terbuka dengan didorong
oleh kekhawatiran silat Besi ki Murhali akan hilang apabila tetap mempertahankan tradisi
pengajarannya secara sembunyi dan tertutup. Inisiatif tersebut disambut baik oleh anak, cucu
dan cicit Ki Murhali dengan membentuk perguruan Silat Besi. Perguruan Besi Kebon Jemali
(PBKJ) H. Risan tercatat sebagai perguruan pertama yang mengajarkan silat Besi Ki Murhali
secara terbuka, kemudian diikuti perguruan-perguruan lain seperti Perguruan Besi al
Munawaroh, AlMakot (Almarhum Mandor Kotong), alkomar (almarhum Kong Namang
Murhali), Kharisma Muda, Rantai Emas Batusari, Becek Berat dan sebagainya.
Sejak dilaksanakan pengajaran secara terbuka, Silat Besi mengalami perkembangan yang
cukup signifikan ditandai dengan berdirinya sanggar-sanggar atau perguruan Silat Besi yang
tersebar di wilayah Kota Tangerang. Dari tahun 2013 sampai dengan 2020 telah berdiri 21
sanggar/perguruan yang tersebar beberapa wilayah di Kota Tangerang dengan jumlah pesilat
Besi aktif sebanyak 500 orang mulai dari anak usia sekolah hingga anak-anak muda..

Anda mungkin juga menyukai