Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Ulama Besar KH Hasyim Asy’ari


Disusun Oleh:

Kelas : IX-10

Nama kelompok 4 :

1. Annisa Luthfiana Kusuma Ningrum


2. Layalia Farras Azhari
3. Nisaul Khairati
4. Putro Nasywa
5. M.Mughis Nailur Ridha
6. M. Rais Fawwaz Z
7. M. Syafi Yaisyi
8. Raisa Ghaisani
9. Syifa Nabila H

MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI 1 BANDA ACEH
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KH. M. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai sosok ulama besar dari Jawa Timur,
pahlawan Nasional dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Akan tetapi, belum
banyak yang mengetahui bahwa beliau adalah tokoh dan pemikir pendidikan. Selama
hidupnya, selain bertindak sebagai pengasuh pesantren, ternyata beliau juga menulis kitab
panduan pendidikan dan pengajaran yang dapat selalu hidup untuk diteladani bagi dunia
pendidikan modern. Dalam konteks pendidikan, tuntutan menjadi guru profesional adalah
sebuah keniscayaan.
Dimana penguasaan terhadap empat aspek kompetensi yang harus melekat pada sosok
guru. Baik itu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional harus sama-sama bersinergi didalam usaha mewujudkan tujuan
pendidikan. Keseluruhan profesionalisme guru yang disampaikan oleh KH. M. Hasyim
Asy'ari tersebut sangat relevan untuk diterapkan tentunya dengan peningkatan-peningkatan
konsep yang lebih riil dan menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang selalu berubah.

Profil guru yang professional (meminjam istilah guru pada perkembangan pendidikan
sekarang) menurut KH. M. Hasyim Asy'ari adalah sosok yang dapat menampilkan dan
memenuhi aspek-aspek lahiriyyah dan bathiniyyah secara sekaligus.

1.2 Biografi KH. M. Hasyim Asy’ari


KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan
dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten
Jombang.
Meninggal: 25 Juli 1947 saat berumur 76 tahun ,
Kabupaten Jombang
Cucu: Abdurrahman Wahid, Salahuddin Wahid, Lily Chodidjah Wahid, Aisyah Hamid
Baidlowi.
Anak: Abdul Wahid Hasyim, Abdul Kholiq Hasyim, Abdul Qodir, Khoiriyah,Muhammad
Ya’kub, Azzah,
Pasangan: Khadijah binti Ya'qub
Organisasi yang didirikan: Nahdlatul Ulama, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
Dia merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai Asy'ari dan
Nyai Halimah.Dari jalur ay
ah, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq
bin Muhammad Al-Bagir.Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin
Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka
Tingkir.Dalam sejarah tercatat Jaka Tingkir adalah raja Pajang pertama (tahun 1568 M)
dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karya KH Hasyim Asy’ari


Selama hidupnya, KH Hasyim Asy’ari banyak menulis karya, di antaranya:
1. Al-Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan. Berisi
tentang tata cara menjalin silaturrahim, bahaya dan pentingnya interaksi sosial (1360 H).
2. Mukaddimah al-Qanun al-Asasy Li Jam’iyyah Nahdhatul Ulama. Pembukaan undang-
undang dasar (landasan pokok) organisasi Nahdhatul Ulama’ (1971 M).
3. Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-A’immah al-Arba’ah. Risalah untuk
memperkuat pegangan atas madzhab empat.
4. Mawaidz (Beberapa Nasihat). Berisi tentang fatwa dan peringatan bagi umat (1935).
5. Arba’in Haditsan Tata’allaq bi Mabadi’ Jam’lyah Nahdhatul Ulama’. Berisi 40 hadis
Nabi yang terkait dengan dasar-dasar pembentukan Nahdhatul Ulama’.
6. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin (Cahaya pada Rasul), ditulis tahun
1346 H.
7. At-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat. Peringatan-peringatan
wajib bagi penyelenggara kegiatan maulid yang dicampuri dengan kemungkaran, tahun
1355 H.
8. Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Syarat as-Sa’ah wa Bayan
Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah. Risalah Ahl Sunnah Wal Jama’ah tentang hadis-hadis
yang menjelaskan kematian, tanda-tanda hari kiamat, serta menjelaskan sunnah dan
bid’ah.
9. Ziyadat Ta’liqat a’la Mandzumah as-Syekh ‘Abdullah bin Yasin al-Fasuruani. Catatan
seputar nazam Syeikh Abdullah bin Yasin Pasuruan. Berisi polemik antara Kiai Hasyim
dan Syeikh Abdullah bin Yasir.
10. Dhau’ul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah. Cahayanya lampu yang benderang
menerangkan hukum-hukum nikah. Berisi tata cara nikah secara syar’i; hukum-hukum,
syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan
2.2 Peninggalan KH Hasyim Asy'ari
1. sebuah tongkat pemberian Syaikhona Kholil Bangkalan sebagai tanda restu
pendirian NU.
2. kursi tamu berbahan kayu, Selain kursi ada pula peralatan memasak milik Nyai
Nasruroh, istri terakhir KH Hasyim Asy'ari atau yang biasa dikenal dengan
sebutan Nyai Kapu.
3. batu lumpang yang sehari hari dipergunakan oleh keluarga Kiai Hasyim serta
tekel bekas lantai masjid Pondok Pesantren Tebuireng yang dulu dibangun oleh
KH Hasyim Asyari.
4. sebuah pedang milik ayahnya, KH Yusuf Hasyim, putra terakhir KH Hasyim
Asy'ari. Pedagang tersebut dahulu biasa dibawa oleh KH Yusuf Hasyim saat
masih menjabat sebagai komandan kompi dalam pasukan Hisbullah di wilayah
Jombang.
BAB III

3.1 Keteladan dari Kiai Hasyim Asy’ari


1. Berkhidmah Kepada Guru
Ada cerita yang cukup mengagumkan tatkala Kiai Hasyim bersama dengan Kiai
Kholil. Suatu hari, beliau melihat Kiai Kholil bersedih, beliau memberanikan diri untuk
bertanya. Kiai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di WC, Kiai Hasyim pun
mengusulkan agar Kiai Kholil membeli cincin lagi. Kiai Kholil pun mengatakan bahwa
cincin itu adalah cincin istrinya. Setelah melihat kesedihan di wajah guru besarnya itu,
Kiai Hasyim menawarkan diri untuk mencari cincin tersebut didalam WC. Akhirnya, Kiai
Hasyim benar-benar mencari cincin itu didalam WC, dengan penuh kesungguhan,
kesabaran, dan keikhlasan, akhirnya Kiai Hasyim menemukan cincin tersebut. Alangkah
bahagianya Kiai Kholil atas keberhasilan Kiai Hasyim itu. Dari kejadian inilah Kiai
Hasyim menjadi sangat dekat dengan Kiai Kholil, baik semasa menjadi santrinya maupun
setelah kembali ke masyarakat untuk berjuang. Hal ini terlihat dengan pemberian tongkat
saat Kiai Hasyim hendak mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama`.
2. Berkhidmat pada Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kiai Hasyim adalah seseorang yang memberi fatwa bahwa Hindia Belanda adalah
darussalam karena memberi kebebasan umat Islam untuk menjalankan syariat Islam.
Tetapi ketika kita dalam proses mendirikan negara, beliau memfatwakan untuk berjuang
supaya Islam menjadi dasar negara. Seperti saat Kiai Hasyim mengeluarkan fatwa jihad
pada 17 September 1945 yang berbunyi 1) Hukumnya memerangi orang kafir yang
merintangi kemerdekaan kita adalah fardlu ‘ain bagi setiap orang Islam yang mungkin
meskipun bagi orang fakir. 2) Hukumnya orang yang meninggal dalam peperangan
melawan NICA serta komplotannya adalah mati syahid. 3) Hukumnya orang yang
memecah persatuan kita sekarang ini wajib dibunuh.
Selanjutnya pengukuhan Resolusi Jihad digelar dalam rapat para ulama se- Jawa dan
Madura pada tanggal 22 Oktober 1945. Pengukuhan tersebut ditutup oleh pidato Kiai
Hasyim yang berbunyi, “Apakah ada dan kita orang yang suka ketinggalan tidak turut
berjuang pada waktu-waktu ini, dan kemudian ia mengalami keadaan sebagaimana
disebutkan Allah ketika memberi sifat kepada kaum munafik yang tidak suka ikut
berjuang bersama Rasulullah. Demikianlah maka sesungguhnya pendirian umat adalah
bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kedaulatannya dengan segala
kekuatan dan kesanggupan yang ada pada mereka, tidak akan surut seujung rambut pun.
Barang siapa memihak kepada kaum penjajah dan condong kepada mereka berarti
memecah kebulatan umat dan mengacau barisannya. Maka barangsiapa yang memecah
pendirian umat yang sudah bulat, pancunglah leher mereka dengan pedang siapa pun
orangnya”.
Fatwa Resolusi Jihad pun disebarluaskan dan dengannya mampu menggerakkan
rakyat Indonesia untuk melawan dan mengusir penjajahan kembali oleh Belanda. Fatwa
tersebut menggambarkan bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan
kewajiban agama.
3. Pendidikan Pesantren Karakter Kebangsaan
Pertama, pendidikan karakter pesantren berupaya mengajak bangsa ini untuk mandiri
bukan hanya dalam soal ekonomi dan politik. Tapi juga dalam kebudayaan dan kerja
pengetahuan. Dalam pendidikan seperti ini, anak-anak kita diajarkan bahwa bangsa ini
juga punya pengetahuan sendiri, tahu, dan berilmu. Ada kebanggaan tersendiri untuk tahu
tentang dirinya sebagai bangsa, punya tradisinya sendiri, dan juga percaya diri bahwa
mereka bisa melakukan kerja pengetahuan yang bebas dan mandiri. Acuan pendidikan
pesantren adalah dasar- dasar kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, yang diperoleh
dari masa sejak abad pertama masuknya Islam, dan juga sebagian mengambil inspirasi
dari masa Hindu-Budha (seperti lakon-lakon pewayangan) untuk kemudian diolah sesuai
dengan jiwa pendidikan pesantren.
Kedua, pendidikan karakter pesantren mengajarkan anak didiknya untuk bergaul dan
bersatu di antara sesama anak bangsa se-Nusantara, apapun suku, latar belakang dan
agamanya. Mereka diajarkan untuk saling berinteraksi secara harmonis di antara berbagai
komunitas bangsa tersebut. Kalau ada perselisihan, mereka diminta untuk berdamai
melalui mediasi para ulama pesantren atau yang ditunjuk oleh orang pesantren untuk
memerankan fungsi mediasi tersebut. Seperti peran para ulama Makkah di abad 17 yang
meminta Banten, Mataram dan Bugis- Makassar untuk bersatu, juga peran Kiai Haji
Oemar di Tidore, Maluku, paruh kedua abad 18 yang menyatukan para pelaut Indonesia
Timur dari berbagai agama dan suku untuk bersatu menghadapi Inggris dan Belanda.

Ketiga, pengetahuan diabdikan bagi kepentingan dan keselamatan nusa dan bangsa
ini. Itu sebabnya pesantren mengajarkan berbagai jenis kebudayaan Nusantara yang akan
menjadi alat perekat, pertahanan dan mobilisasi segenap kekuatan bangsa ini.
Keempat, karena pergaulannya yang begitu rapat dengan bangsa-bangsa lain di jalur
perdagangan dunia di Samudera Hindia, orang-orang pesantren juga mengajarkan anak-
anak bangsa ini cara-cara menghadapi dan bersiasat dengan bangsa-bangsa lain terutama
dengan orang-orang Eropa (kini Amerika) yang berniat menguasai wilayah di Asia
Tenggara.
Kelima, orang-orang pesantren juga mengajarkan kepada anak-anak bangsa ini untuk
memaksimalkan serta memanfaatkan segenap potensi ekonomi dan sumber daya negeri
ini. Itu sebabnya pesantren hadir di dekat sumber-sumber mata air dan sumber-sumber
kekayaan alam.
BAB IV

4.1 Kesimpulan
KH. Hasyim Asy'ari memainkan peran penting dalam menyatukan umat Islam di
Indonesia dan memperjuangkan pemahaman Islam yang moderat dan inklusif. Beliau
menekankan pentingnya kesatuan umat Islam di tengah berbagai perbedaan mazhab dan
tradisi keagamaan.
Kontribusi utama KH. Hasyim Asy'ari adalah dalam pengembangan pemikiran
keagamaan yang berlandaskan pada ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, dengan menolak
ajaran-ajaran radikal dan ekstremisme. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan
agama yang berkualitas untuk umat Islam.
Salah satu yg dilakukan oleh KH. Hasyim Ayi’ari adalah menerapkan landasan Al-
Qur’andan Hadis pada sendi-sendi kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hal itu nampak
jelas dalam Qonun asasi yang beliau munculkan. Ditambah dengan langkah, penggunaan
strategi kebudayaan secara formal, maupun informal. Bisa melalui pemahaman aqidah di usia
dini baik di sekolah maupun di pondok pesantren. Pemahaman konsep Jihad, dan
stigmaterhadap orang barat.
Kesimpulannya, Hasyim Asy'ari adalah tokoh yang memperjuangkan Islam yang
moderat, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan zaman dan lingkungan, serta meninggalkan
warisan yang kuat dalam sejarah pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai