Anda di halaman 1dari 21

TOKOH-TOKOH PEMIKIR ISLAM

DI INDONESIA Oleh Kelompok 6#


Selamat
Ujang Jejen
Winarsih
Yanthi
Yayan Irfan h
Zulkafi
LATAR BELAKANG MASALAH

Islam telah memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah Indonesia.
Islam Indonesia telah memberikan kontribusi positif tidak hanya dalam
membangun negara-bangsa Indonesia, tapi juga mengisi kemerdekaan
dengan nilai-nilai Islam yang lebih positif. Sejak masa pergerakan, era Orde
Lama, Orde Baru hingga era reformasi banyak sekali tokoh-tokoh Muslim
Indonesia yang memainkan peran penting di ranah politik, sosial, maupun
budaya Indonesia. Sejarah Umat Islam Indonesia yang penekanannya pada
pembahasan tentang tokoh-tokoh Islam Indonesia yang mempunyai
peranan besar dalam mewarnai dan mengubah perjalanan sejarah
Indonesia.
dengan ini kami akan mempresentasikan hasil diskusi kami mengenai tokoh-
tokoh Pemikir Muslim Indonesia mereka adalah Kaum cendekiawan dan
intelektual Muslim yang berperan penting dalam penyebaran syiar Islam sejak
ratusan tahun silam. Karena itu, geliat dakwah di Tanah Air tidak terlepas dari
perkembangan gagasan dan pemikiran mereka sepanjang sejarah. Dinamika
itu terus berlangsung, baik pada waktu sebelum, selama, dan sesudah
kolonialisme bangsa-bangsa Eropa melanda Nusantara.

Kurun waktu antara abad ke-19 dan 20 bisa dipandang sebagai klimaks
penjajahan Barat di Indonesia. Pada masa itu, kalangan alim ulama menjadi
motor perjuangan bangsa Pribumi dalam melawan penindasan. Beberapa kali,
rezim kolonial memadamkan pemberontakan. Bagaimanapun, ide dan spirit
jihad tidak bisa dipadamkan.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEISLAMAN SEJALAN DENGAN PEMBAHARUAN KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM. PERKEMBANGAN INI TIDAK TERLEPAS DARI PERAN BERBAGAI
TOKOH YANG MEMBERIKAN SUMBANGAN PEMIKIRAN. BERIKUT INI PROFIL BEBERAPA
TOKOH-TOKOH ISLAM NUSANTARA DI ERA MODERN DIANTARANYA ADALAH:

1. Abdul Halim
2. Ahmad Dahlan
3. Hasyim Asy’ari
4. Abdul Karim Amarullah
5. Zainuddin Labay El-Yunusi
6. Mohammad Natsir
7. Mahmud Yunus.
1.ABDUL HALIM

Abdul Halim atau yang lebih dikenal Abdul Halim Majalengka


adalah seorang tokoh pergerakan nasional asal Majalengka. Ia
merupakan tokoh Islam dan ulama yang terkenal toleran dalam
menghadapi perbedaan pendapat antarulama tradisional dan
modernis.
Pada 1940, ia mendirikan organisasi Islam bernama Persyarikatan
Ulama. Kemudian, saat Jepang menduduki Indonesia, Mei 1945,
Abdul Halim ditunjuk menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Abdul Halim lahir di Majalengka, 26 Juni 1887. Nama lahir Abdul Halim
adalah Otong Syatori, putra dari Haji Muhammad Iskandar dan ibu Haji Siti
Mutmainah. Ayahnya bekerja sebagai pengurus pesantren dan juga
penghulu di Kawedanan, Jatiwangi, Majalengka. Halim lahir di keluarga
yang sangat dekat dalam lingkungan pesantren, sehingga ia telah
memperoleh pendidikan agama sejak balita dari keluarganya. Ketika Halim
berusia 10 tahun, ia belajar Al-Qur'an dan Hadis dengan Kiai Haji Anwar. KH
Anwar adalah seorang ulama terkenal yang berasal dari Majalengka.
Setelah menginjak usia dewasa, Halim mulai belajar di berbagai Pondok
Pesantren di Jawa Barat. Halim banyak berguru dengan ulama-ulama besar,
seperti Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Imam di Masjidil Haram.
Setelah tiga tahun belajar di Mekah, Halim memutuskan kembali ke Indonesia.
Kemudian, tahun 1911, ia mendirikan lembaga pendidikan Majlis Ilmi di
Majalengka. Setahun kemudian, Halim mendirikan sebuah organisasi bernama
Hayatul Qulub.

Setelah Hayatul Qulub bubar, pada 16 Mei 1916, Halim secara resmi mendirikan
lembaga pendidikan baru, yaitu Jam'iyah al-l'anat al-Muta'alimin. Setahun
kemudian, HOS Cokroaminoto mendukung lembaga tersebut, yang akhirnya
dikembangkan dan namanya diubah menjadi Perserikatan Ulama. Meskipun Halim
aktif di berbagai organisasi, ia tetap memfokuskan perhatiannya pada bidang
pendidikan. Sehingga pada 1932, ia mendirikan Santi Asromo. Dalam lembaga
pendidikan ini Halim tidak hanya memberi pengetahuan soal agama dan
pengetahuan umum, tetapi juga keterampilan sesuai bakat anak didiknya.
Kemudian, sewaktu masa awal pendudukan Jepang, beberapa partai dan organisasi
politik diberhentikan, termasuk Perserikatan Ulama.
Dalam lembaga pendidikan ini Halim tidak hanya memberi pengetahuan
soal agama dan pengetahuan umum, tetapi juga keterampilan sesuai
bakat anak didiknya. Kemudian, sewaktu masa awal pendudukan
Jepang, beberapa partai dan organisasi politik diberhentikan, termasuk
Perserikatan Ulama.
Pada masa pendudukan Jepang, Abdul Halim diangkat menjadi
anggota Cuo Sangi In (Dewan Perwakilan).
Lalu, pada Mei 1945, ia diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam BPUPKI,
Abdul Halim menjabat sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara.
Abdul Halim wafat pada 7 Mei 1962. Jenazahnya dikebumikan di
Majalengka. Untuk mengenang jasa-jasanya, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional
berdasarkan Keppres No. 041/TK/Tahun 2008 pada 6 November 2008.
2. KH. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di desa Kauman, kota
Yogyakarta dan meninggal 23 Februari tahun 1923. Kauman merupakan tempat
kelahiran dan tempat Ahmad Dahlan dibesarkan adalah sebuah kampung yang
terkenal di Yogyakarta, letaknya yang berdekatan dengan Masjid Agung
Kesultanan Keraton. Dimasa kecil nama Ahmad Dahlan adalah Muhammad
Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, yakni adalah Nyai
Khatib Arum, Nyai Muhsinah, Nyai Haji Soleh, Muhammad Darwis, Nyai
Abdurrahman, Nyai Haji Muhammad Faqih dan Muhammd Basir. Ayahnya
bernama K.H Abu Bakar bin Sulaiman dan ibunya adalah putri Haji Ismail.
Ayahnya adalah seorang ulama dan khatib terkenal di masjid besar kesultanan
di Yogyakarta, sedangkan ibunya adalah anak dari seorang penghulu besar
kesultanan di Yogyakarta.
Beliau adalah Pendiri Muhammadiyah Sebagaimana kita
ketahui Muhammadiyah merupakan salah satu dari organisasi
Islam terbesar yang ada di Indonesia. Sejak Muhammadiyah
berdiri, hingga sekarang organisasi ini telah memiliki anggota
hingga jutaan orang. Pengikutnya juga tidak hanya terkumpul
dalam satu wilayah saja, akan tetapi tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
Organisasi ini didirikan pertama kali di sebuah kampung
bernama Kauman yang berada di Yogyakarta pada 18 November
1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H. Muhammadiyah berdiri pada 18
November 1912. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi
Islam terbesar di Indonesia dan organisasi ini menjadi pencetus
3. KH. HASYIM ASY’ARI
Sosoknya dikenal sebagai tokoh ulama pemikir dan pejuang, serta pahlawan
nasional yang menjadi salah satu tokoh besar Indonesia abad ke-20. KH Hasyim
Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan
tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten
Jombang. Dia merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai
Asy'ari dan Nyai Halimah. Dari jalur ayah, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada
Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Muhammad Al-Bagir. Sedangkan
dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja
Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir.
Di masa penjajahan, KH Hasyim Asy'ari memiliki pengaruh besar yang membuat
Belanda dan Jepang segan. Saat Belanda menjajah, KH Hasyim Asy'ari pernah
diberi anugerah bintang jasa. Namun pemberian dari Belanda ditolak olehnya.
Pada masa Belanda pula, Kiai Hasyim pernah mengeluarkan fatwa jihad
melawan penjajah, serta fatwa haram pergi haji dengan naik kapal milk
Belanda. Salah satu yang terbesar dan heroik, yakni pertempuran di Surabaya
oleh arek-arek Suroboyo, pada 10 November 1945.
Pada 1899, KH Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng. Awalnya,
santri berjumlah delapan, lalu tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28
orang.
Organisasi kebangkitan ulama itu secara resmi didirikan pada 16 Rajab 1344
hijriyah atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi, dengan KH Hasyim
Asy'ari dipercaya sebagai Rois Akbar. Pada waktu selanjutnya, fatwa jihad itu
memunculkan gerakan perlawanan di mana-mana terhadap tentara Belanda
dan sekutu. KH Hasyim Asy'ari wafat pada 25 Juli 1947. Jenazahnya
dikebumikan di Pesantren Tebuireng Jombang.
4.ABDUL KARIM AMARULLAH
Dr. Haji Abdul Karim Amrullah dijuluki sebagai Haji Rasul, adalah ulama
terkemuka sekaligus reformis Islam di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri
Sumatera Thawalib, sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama
Abdullah Ahmad menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar
doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, di Kairo, Mesir.

Abdul Karim Amrullah lahir dengan nama Muhammad Rasul di Nagari Sungai Batang,
Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 10 Februari 1879 bertepatan dengan 17 Syafar 1296
Hijriah. Pada masa kecilnya, beliau diberi nama Muhammad Rasul, namun setelah
menunaikan ibadah haji, namanya diganti menjadi Abdul Karim Amrullah. Beliau juga
dikenal dengan panggilan Inyiak De-er (Dr.), karena pada tahun 1926 beliau mendapat gelar
Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar di Mesir dalam bidang agama. Ayahnya
bernama Syekh Amrullah atau Tuanku Kisai atau dalam beberapa literatur sering ditulis
dengan Syekh Amrullah Tuanku Kisa-i.
Haji Rasul sangat aktif dalam gerakan pembaharuan Islam. Sistem sekolah reformis Muslim
yang melahirkan Persatuan Muslim Indonesia atau PERMI. Ia juga aktif menentang
komunisme serta intervensi yang dilakukan Belanda dalam hal pendidikan. Kelompok di
Minangkabau yang amat dirugikan ialah para kaum adat tradisional, khusunya kelompok
Takrikat Naqsabandiah. Ajaran yang paling ditentang oleh sang reformis ini ialah mengenai
praktik-praktik yang menggunakan rabitah (mistik). Ia juga membawa Muhammadiyah ke
Minangkabau karena dianggap sepemikiran, menghendaki modernisme atau reformisme
ajaran Islam yang selama ini dianggap salah dan menyimpang dari ajaran Islam yang
sesungguhnya.
Karena pemikirannya itu, ia banyak mendapat ancaman dari pihak kolonial, beberapa kali ia
dipenjara, namun tetap tidak mengurungkan niatnya untuk berjihad dijalan dakwah. Dia juga
tidak setuju kepada tokoh-tokoh(ulama) Indonesia yang memilikin sikap cooperative dengan
penjajah. Abdul Karim Amrullah meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di Jakarta. Beliau
dimakamkan di Kecamatan Tanjung Raya, Jorong Nagari, Nagari Sungai Batang.
Pada mulanya makamnya berada di Jakarta dan kemudian dipindahkan ke Maninjau. Di sisi
makam beliau dimakamkan adiknya yang bernama Syech Yusuf Amrullah yang lahir pada
tanggal 25 April 1889 dan wafat pada tanggal 19 Oktober 1972. Pada saat ini, komplek makam
dilengkapi dengan perpustakaan.
5. ZAINUDDIN LABAY EL-YUNUSI
Ulama yang berasal dari Padang Panjang. Ia mengembangkan ajaran Islam dan
mengabdikan dirinya sebagai guru di kota ini
Gelar Labay yang ada dibelakang namanya itu bukanlah gelar pemberian ninik mamak atau
ulama kepadanya tetapi gelar itu dia sendiri yang meletakkan pada dirinya dan semua orang
disuruhnya memanggilnya dengan Labay bukan Zainuddin. Oleh karena itu lekatlah
panggilan namanya dengan tambahan di depannya Labay Zainuddin
Gagasan-gagasan Zainuddin Labay El-Yunusi dalam melakukan pembaharuan pendidikan
adalah sebagai berikut:
#Merubah pola berpikir masyarakat tentang pentingnya belajar bagi semua orang baik laki-
laki maupun perempuan.
#Merubah sistem belajar dari sistem halaqah kepada sistem klasikal dan ko-edukatis
#Membuat kurikulum yang jelas, sebagai pedoman bagi para guru.
#Membuat silabus materi pelajaran serta mengarang bukubuku yang akan diajarkan kepada
murid-murid
#Mengadakan evaluasi belajar per-empat bulan satu kali dan evaluasi akhir tahun untuk
kenaikan kelas, dan mencantumkan nilai-nilai hasil evaluasi pada buku raport.
#Menanamkan jiwa kritis serta ingin tahu pada setiap murid
#Memperkenalkan kepada murid-murid tokoh-tokoh ulama muda dari Mesir seperti
Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha
Beliau meninggal pada tahun 1924 M dalam usia 34 tahun. setelah menderita sakit beberapa
hari saja, dimakamkan di tanah keluarganya sebelah barat Asrama Diniyah Puteri. Ribuan
masyarakat kota Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Batusangkar serta kota
Padang datang untuk mengucapkan berduka cita atas kepergiannya.
Walaupun Zainuddin telah pergi untuk selama-lamanya, namun beliau masih sempat
membina murid-murid yang tidak kalah pula besar jasanya di tengah-tengah masyarakat di
antaranya Buya Hamka, Ar.Sutan Mansur, Zainal Abidin Ahmad, Duski Samad dan adik
kandungnya Rahmah ElYunusiyah. Rahmah El-Yunusiyah melanjutkan cita-cita abangnya
dengan mendirikan sekolah agama khusus puteri yang diberi nama Diniyah Puteri.
6. MOHAMMAD NATSIR
Mohammad Natsir dikenal sebagai seorang ulama yang gigih memperjuangkan hak-hak bangsa melalui
pemikiran-pemikirannya. Pada era kemerdekaan, Natsir pernah menduduki sejumlah jabatan mulai
Menteri Penerangan hingga Perdana Menteri Indonesia.
Beliau lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 17 Juli 1908.
Natsir lahir dari keluarga Minangkabau yang taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. Ayahnya
bernama Mohammad Idris Sutan Saripado dan ibunya bernama Khadijah. Awalnya ayah Natsir bekerja
sebagai juru tulis di kantor kontroler di Maninjau, namun tahun 1918 ke Ujung Pandang, Sulawesi
Selatan sebagai sipir.

Pada tahun 1938, Natsir mulai aktif berpolitik dengan bergabung dalam Partai Islam Indonesia (PII).
Periode tahun 1940-1942, Natsir menjadi Ketua PII Bandung. Pada masa pemerintahan Jepang, Natsir
aktif di Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada 5 September 1942. MIAI ini dikemudian
hari berganti nama menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Selain di Masyumi, Natsir
juga menjadi Kepala Bagian Pendidikan Kotamadya Bandung pada periode 1942-1945. Pada awal masa
kemerdekaan, Natsir menjelma menjadi politikus dan negarawan yang penting di Indonesia.
Mohammad Natsir meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 6 Februari 1993. Dia ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional pada 6 November 2008.
7. MAHMUD YUNUS.
Mamud Yunus dilahirkan dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang
petani biasa, bernama Yunus bin Incek dari suku Mandailing dan ibunya
bernama Hafsah dari suku Chaniago. Walaupun di lahirkan dari keluarga
yang sederhana. Namun mempunyai nuasa keagamaan yang kuat. Ayah
Mahmud Yunus adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu
keagamaan yang cukup memadai. Sehingga dia diangkat menjadi Imam
Nagari (masjid). Jabatan Imam Nagari pada waktu itu diberikan secara
adat oleh Anak Nagari kepada salah seorang warganya yang pantas untuk
menduduki jabatan itu atas dasar ilmu agama yang dimilikinya. Di
samping itu Mahmud Yunus bin Incek dimasyarakat juga sebagai seorang
yang jujur dan lurus.
Mahmud Yunus di masa hidupnya dikenal sebagai seorang
pengarang yang produktif. Aktifitasnya dalam melahirkan karya tulis
tak kalah penting dari aktivitasnya dalam lapangan pendidikan.
Popularitas Mahmud Yunus lebih banyak di kenal lewat karngan-
karangan, karena buku-bukunya tersebar di setiap jenjang
pendidikan khususnya di Indonesia. Buku-buku Mahmud Yunus
menjangkau hampir setiap tingkat kecerdasan. Karangan-
karangannya bervariasi mulai dari buku-buku untuk konsumsi anak-
anak dan masayarakat awam dengan bahas yang ringan, hingga
merupakan literature pada perguruan tinggi.
Pada perjalanan hidupnya, ia telah mengahasilkan buku-buku
karangannya sebanyak 82 buku. Dari jumlah itu Mahmud Yunus
membahas berbagai bidang ilmu, yang sebagian besar dalah
Kesimpulan
Tokoh-tokoh pemikir Islam di Indonesia
telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan
pemikiran Islam di Indonesia. Mereka telah memberikan teladan
dan inspirasi bagi umat Islam di Indonesia dalam memahami
dan mengamalkan ajaran Islam.
Alhamdulillah jazaakumullohu khoiron jazaa
Mohon maaf atas segala kekurangan
Wa Assalamualaikum wa rahmatulloh wa
baarokatuh

Anda mungkin juga menyukai