Islam dibawa ke Nusantara / Indonesia pertama kali Abad ke-7 pada tahun 31 H /
651 M. Ketika itu, Khalifah Utsman bin 'Affan mengirimkan utusan ke Tiongkok
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang baru saja berdiri, kurun waktu itu di
jawa pada Tahun 451 H - 492 H atau 1082 M - 1102 M diketemukan banyak
makam muslim antara lain sayiddah Fatimah binti Maimun bin hibatullah.
Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatra Utara, abad ke-14 di timur
laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa
Timur, abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya
(sekarang Malaysia)..
1. Mendidik para santri dengan baik sehingga menjadi ulama yang berilmu dan
berintegritas pada agama maupun bangsa
2. Berperan melawan Belanda
3. Berperan dalam kelahiran NU
Muhammad Hasyim Asy'ari lahir pada 10 April 1875 M. Beliau merupakan putra
dari Kyai Asy'ari, pemimpin salah satu pesantren besar di Jombang, Jawa Timur.
Hasyim Asy'ari menunjukkan kecerdasan sejak kecil. Hasyim Asy'ari membantu
ayahnya mengajar di pesantren pada usia 13 tahun. Pada usia 15 tahun, Hasyim
Asy'ari memulai perjalanan menuntut ilmu ke berbagai daerah. Hasyim Asy'ari
belajar di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo, kemudian pindah ke Pesantren
Langitan, Tuban. Beliau kemudian belajar di Pesantren Tenggilis, Semarang.
Beliau juga belajar di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan
Syaikhona Khalil al-Bangkalani.
Pada 1893, Hasyim Asy'ari berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji
sekaligus mencari ilmu. Beliau menetap di Mekah selama tujuh tahun. Beliau
belajar kepada ulama-ulama besar yang ada di Mekah.
Beliau wafat pada 25 Juli 1947/7 Ramadan 1366 H. Beberapa peran K.H. Hasyim
Asy'ari dalam perkembangan Islam di Indonesia sebagai berikut.
K.H. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Beliau lahir dengan
nama Muhammad Darwis. Beliau merupakan putra keempat dari Kyai Abu Bakar,
khatib Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Muhammad Darwis menimba ilmu
dari ulama-ulama besar Mekah selama lima tahun. Salah satu guru beliau yaitu
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabauwi yang juga merupakan guru K.H. Hasyim
Asy'ari. Beliau menggunakan nama Ahmad Dahlan setelah pulang dari Mekah.