Anda di halaman 1dari 3

Materi Bab 2

TOKOH – TOKOH YANG BERPERAN DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI


INDONESIA
Perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari jasa dan peranan para penyiar
agama Islam yang terkenal. Di Pulau Jawa, Walisongo sangat berjasa menyiarkan agama Islam
dengan cara yang santun, damai dan tidak menggunakan kekerasan. Tetapi menggunakan media
yang sangat merakyat seperti menggunakan cara pendidikan, perdagangan, social, kesenian atau
budaya atau adat istiadat masyarakat setempat. Dengan cara-cara itulah agama Islam secara
bertahap dapat berkembang pesat di seluruh Pulau Jawa.
Selain Walisongo, ada beberapa ulama atau mubaligh yang juga berjasa dan berperan dalam
perkembangan agama Islam di Indonesia. Diantara mereka adalah :
A. SYAIKH ABDUR RAUF AS SINGKILI
Nama aslinya adalah Abdur Rauf Al-Fansuri yang lahir di kota Singkil, Aceh. Karena lahir
di kota Singkil, masyarakat menyebutnya Abdurrauf As Singkili. Ia adalah orang yang berjasa
dalam perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh. Ia adalah orang yang
pertama kali mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia. Tarekat adalah suatu ilmu
yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di Indonesia, banyak sekali Tarikat
yang digunakan oleh umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti Tarikat
Naqsyabandiyah, Tarikat Syadziliyah, Tarikat Qodiriyah dan sebagainya..
Sekitar tahun 1640 M, Abdurrauf AsSingkili berangkat ke tanah Arab untuk mempelajari
ilmu-ilmu keislaman. AbdurRauf As Singkili pernah bermukim di Mekah dan Madinah. Ia
mempelajari Tarekat Syattariyah dari gurunya yang bernama Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-
Qur’ani. Kemudian, Abdur Rauf As Singkili pernah menjadi Mufti (pemberi fatwa/pendapat)
Kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.
Abdur Rauf As Singkili termasuk ulama yang produktif. Ulama yang produktif artinya
ulama yang tidak hanya mengajarkan atau menyiarkan agama Islam saja, tetapi juga aktif dan
rajin menulis hasil pemikiran/pendapatnya ke dalam bentuk buku atau karya tulis. Abdurrauf As
Singkili memiliki sekitar 21 karya dalam bentuk kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf.
Beberpa karyanya yang terkenal antara lain sebagai berikut :
1. Turjuman al Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah), yakni merupakan kitab tafsir pertama
yang dihasilkan di Indonesia.
2. Umdat al Muhtajin, yaitu karya terpenting yang ditulis oleh Abdur Rauf As Singkili. Buku ini
terdiri dari 7 bab yang memuat tentang dzikir, sifat Allah dan Rasul-Nya, serta asal-usul
ajaran mistik. Pada pembahasan di bab terakhir, beliau menceritakan tentang riwayat
hidupnya dan gurunya
3. Mir’at at-Tullab fi Tahsil Ma’rifah Ahkamasy-Syar’iyah li al-Malik al-Wahab (Cermin
bagi Penuntut Ilmu Fikih untuk Memudahkan Mengenal Segala Hukum Syariat). Kitab ini
memuat berbagai masalah Madzhab Syafi’i yang merupakan panduan bagi para qadhi.

Abdur Rauf As Singkili meninggal di Aceh. Beliau dikenal dengan sebutan Tengku
Syiah Kuala. Sebagai penghargaan masyarakat Aceh kepada perjuangan beliau, maka namanya
dijadikan sebagai nama perguruan tinggi di Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala. Kampus ini
didirikan pada tahun 1961 di kota Banda Aceh.
Peranan Abdurrauf As Singkili dalam perkembanganIslam di Indonesia antara lain:
1. Menjadi pelajar yang gigih.
2. Menjadi ulama yang produktif dalam berbagai disiplin ilmu dan membuat karya tulis dalam
berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir.
3. MengembangkanTarikatSyattariyah di Indonesia.

Keteladanan yang dapat diambil dari Abdurrauf As Singkili antara lain :


1. Semangatnya yang tinggi dalam belajar (beliau menuntut ilmu sampai ke Tanah Haram)
2. Ulama yang sangat produktif (sebagai buktinya 30 kitab telah dihasilkan dari berbagai
disiplin ilmu dan Ahli dalam berbagai disiplin ilmu sebagai buktinya adanya karya tulis
lebih kurang dua puluh buah dalam berbagai bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan
tafsir.

B. MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI


Muhammad Arsyad Al Banjarilahir di Lok Gabang, Martapura, Kalimantan Selatan
pada tahun 1710 M. Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang ulama besar yang sangat
berpengaruh dan berperan penting dalam perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di
Kalimantan Selatan. Ia banyak menulis kitab agama dan pernah menduduki jabatan Mufti
Kasultanan Banjar.
Pendidikannya dimulai dari keluarganya yang saleh dan taat beragama, kemudian Ia
diangkat sebagai anak oleh Sultan Banjar yaitu Sultan Tahlilullah. Disamping dididik oleh guru-
guru yang didatangkan sultan ke istana, ia juga dikirim ke Makkah untuk menuntut ilmu dengan
biaya kerajaan selama 30 tahun guna memperdalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
termasuk selain ilmu agama seperti geografi, biologi, matematika, geometri dan astronomi. Dan
ia pernah diijinkan gurunya Syeikh Attailah untuk mengajar dan memberi fatwa di Masjidil
Haram. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Madinah selama 5 tahun.
Muhammad ArsyadAl Banjari setelah kembali ke Martapura ( Ibukota Kasultanan Banjar
) Kalimantan Selatan, ia mengabdikan dirinya membina masyarakat dan mengembangkan Islam.
Dalam kegiatan ini ia di bantu Syekh Abdul Wahab Bugis, menantunya. Ia membina kader –
kader ulama, khususnya di lingkungan keluarga sendiri. Sultan memberikan sebidang tanah yang
masih hutan belukar seperti yang dimintanya untuk dijadikan perkampungan, kemudian
membangun rumah, ruang pengajian, perpustakaan dan asrama para santri.Kampung ini hingga
sekarang dikenal dengan nama“ DalamPagar”. Asal mula nama itu adalah larangan bagi para
santri yang belajar dalam ruangan tertentu di kampong itu untuk meninggalkan lingkungan
tersebut tanpa ijin. Jika keluar mereka disebut Keluar Pagar.
Pendidikan yang dilakukan Al Banjari merupakan hal yang baru sepanjang perjalanan
sejarah Islam di Kalimantan, yaitu pendidikan Islam dalam satu kompleks lengkap dengan
Musholla, tempat belajar, kiai, perpustakaan, dan asrama untuk para santri. Pelajaran yang
diberikan tidak hanya pelajaran agama saja, tetapi juga diberikan ketrampilan bertani agar bias
hidup mandiri.
Muhammad Arsyad Al Banjari juga termasuk ulama yang produktif.Ia rajin menulis
hingga hari tuanya, karyanya yang terbesar adalah Sabilul Muhtadin (Jalan Orang Mendapat
Petunjuk). Kitab ini menjadi pegangan dan bahan pelajaran di beberapa daerah di Indonesia,
Malaysia dan Thailand pada abad ke 19 dan awal abad ke 20.
Beliau juga dikenal dengan sebutan “Datuk Kalampayan” karena makamnya di desa
Kalampayan, Sekitar 56 km dari kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Karena keilmuan beliau yang luar biasa, Muhammad Arsyad Al Banjari mendapat
julukan“Matahari Agama”dari Banjar.
Peran Muhammad Arsyad Al Banjari dalam perkembangan Islam di Indonesia, antara
lain :
1. Sebagai orang yang gigihdalam menuntut ilmu sampai ke Mekkah dan Madinah
2. Sebagaipengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi banyak
pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.
3. Mensyiarkan Islam sampaikeAsia Tenggara
Keteladanan yang dapat diambil dari Muhammad Arsyad Al Banjari, antara lain :
1. Semangatnya yang tinggi dalam menuntut ilmu.
2. Rajin dalam menulis buku
3. Mensyiarkan Islam sampaikeAsia Tenggara

Anda mungkin juga menyukai