Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TOKOH PAHLAWAN NASIONAL: KH. WAHID HASYIM


Untuk memenuhi tugas mata pelajaran ASWAJA
Guru Pembimbing : YAYAN IRFAN HADIAN, S.Pd.I

Disusun Oleh : RAHMAT SOLEHUDIN

MTs AL FALAH SIDOMULYO PAGAR DEWA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sejarah Indonesia tentang tokoh pahlawan nasional: KH. Wahid Hasyim
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Pagar Dewa, 2023

Penyususn

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mayoritas rakyatnya menganut agama islam. Namun, dalam
catatan sejarah, ada seorang tokoh islam yang sangat bijaksana dan mampu menjadi penengah
dalam konflik sila pertama pancasila.

Beliau mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan solusi yang adil dan dapat
diterima oleh semua pihak. Beliau adalah KH. Wahid Hasyim.

Selain itu beliau juga tergabung dalam beberapa organisasi penting seperti MIAI, BPUPKI dan
PPKI. Beliau ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sejak masih muda
.
Tidak hanya itu, beliau juga ikut berjuang mengisi pemerintahan indonesia setelah kemerdekaan
berhasil diraih. Beliau menduduki kursi politik sebagai Menteri Urusan Agama pertama Indonesia.
Merujuk pada pemaparan diatas, kami mengangkat Tokoh Pahlawan Nasional: KH. Wahid
Hasyim sebagai judul makalah kami.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang kehidupan kiai haji hasyim asyari?
2. Apa saja peranan kiai haji hasyim asyari dalam perjuangan indonesia?

C. Tujuan

1. Memenuhi tugas mata pelajaran sejarah indonesia


2. Mengetahui sejarah kehidupan tokoh pahlawan nasional: KH. Wahid Hasyim
3. Mengetahui peranan tokoh pahlawan nasional: KH. Wahid Hasyim
4. Dapat memahami perjuangan tokoh tokoh pahlawan nasional
5. Dapat meneladani sifat dan pola pikir tokoh pahlawan nasional

BAB II
Pembahasan

Wahid Hasyim yang akrab di sapa dengan Gus Wahid lahir pada hari jumat legi, tanggal 5 Rabiul
Awal 1333 H bertepatan dengan 1 juni 1914 di Desa Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Oleh
ayahnya Hadratus Syeh K.H. Hasyim Asy’ari beliau diberi nama Muhammad Asy’ari, terambil dari
nama neneknya.

Karena di anggap nama tersebut tidak cocok dan berat maka namanya di ganti Abdul Wahid,
engambilan dari nama seorang datuknya. Namun ibunya kerap kali memanggil dengan nama
Mudin. Sedangkan para santri dan masyarakat sekitar sering memanggil dengan sebutan Gus
Wahid, sebuah panggilan yang kerap ditujukan untuk menyebut putra seorang Kyai di Jawa.
Ibunya bernama Nafiqah putri K.H. Ilyas pemimpin pesantren Sewulan di madiun. Garis
keturunan ayah dan ibunya bertemu pada Lembu Peteng ( Brawijaya VI ), yaitu dari pihak ayah
melalui Joko Tingkir ( Sultan Pajang 1569-1587 ) dan dari pihak ibu melalui Kiai Ageng Tarub I.
Sejak usia 5 tahun ia belajar membaca Al Quran pada ayahnya setiap selesai sholat magrib dan
dhuhur, sedang pada pagi hari ia belajar di Madrasah Slafiyah di dekat rumahnya. Dalam usia 7
tahun ia mulai mempelajari kitab Fath Al-Qarib ( kemenangan bagi yang dekat ) dan al-Minhaj al-
Qawim ( jalan yang lurus ).

Sejak kecil minat membacanya sangat tinggi, berbagai macam kitab di telaahnya. Ia sangat
menggemari buku-buku kesusastraan Arab, khususnya buku Diwan asy-Syu’ara’ ( Kumpulan
penyair dengan syair-syairnya ).

Ketika berusia 12 tahun Wahid Hasyim telah menamatkan studinya di Madrasah Salafiyah
Tebuireng, lalu beliau belajar ke pondok Siwalan Panji, Sidoarjo, di pondok Kyai Hasyim bekas
mertua ayahnya. Di sana ia belajar kitab-kitab Bidayah, Sullamut Taufik, Taqrib dan Tafsir
Jalalain.
Gurunya Kyai Hasyim sendiri dan Kyai Chozin Panji, namun ia hanya belajar dalam hitungan hari
yaitu selama 25 hari tidak sebagaimana umumnya santri. Pengembaraan intelektual
pesantrennya dilanjutkan di Pesantren Lirboyo, kediri, namun juga untuk beberapa .
Setelah itu ia tidak meneruskan pengembaraannya ke pesantren lain, tetapi memilih tinggal di
rumah dan belajar secara otodidak dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di dukung oleh
tingkat kecerdasannya yang tinggi serta tingkat hafalannya yang kuat , dalam belajar ia tidak
mengalami kesulitan.

B. Kepribadian Wahid Hasyim

Sejak kecil ia terkenal sebagai seorang anak yang pendiam, peramah dan pandai mengambil hati
orang. Dikenal banyak orang sebagai orang yang gemar menolong kawan, suka bergaul dengan
tidak memandang bangsa, atau memilih agama, pangkat dan uang. Terlalu percaya pada kawan,
suka berkorban, akan tetapi mudah tersinggung perasaannya dan mudah marah, akan tetapi
dapat mengatasi kemarahannya.

Wahid Hasyim hidup dalam lingkungan pesantren yang tentu sangat relegius yang membentuk
kepribadiannya dalam cara bergaul, beorganisasi, mendidik menjadi seorang pemimpin dan
bahkan menjadi seorang negarawan.

Kepribadian Wahid Hasyim adalah kepribadian lintas batas, artinya tidak sekedar di bentuk dari
pergesekan,, dialektikanya dengan komunitas pesantren dan NU, tapi dengan berbagai
komunitas seperti dengan organisasi pergerakan Islam, partai politik dan juga birokrasi
pemerintahan ketika beliau menjabat sebagai Mentri Agama.
C. Pemikiran K.H. A. Wahid Hasyim
1. Menyelesaikan konflik sila ketuhanan

Seperti diketahui bahwa Tim 9 (sembilan) perumus dasar negara yang terdiri dari Soekarno,
Muh. Hatta, A.A. Maramis, KH A Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso,
H. Agus Salim, Ahmad Subardjo dan Muh. Yamin, merumuskan salah satu bunyi Piagam Jakarta
yaitu: “Ketuhanan, dengan Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya”.
Sebelum Pembukaan/Muqaddimah (Preambule) disahkan, pada tanggal 17 Agustus 1945
Mohammad Hatta mengutarakan aspirasi dari rakyat Indonesia bagian Timur yang mengancam
memisahkan diri dari Indonesia jika poin “Ketuhanan” tidak diubah esensinya.
Akhirnya setelah berdiskusi dengan para tokoh agama di antaranya Ki Bagus Hadikusumo, KH
Wahid Hasyim, dan Teuku Muh Hasan, ditetapkanlah bunyi poin pertama Piagam Jakarta yang
selanjutnya disebut Pancasila itu dengan bunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Tokoh ulama yang berperan menegaskan konsep Ketuhanan yang akomodatif itu adalah KH
Wahid Hasyim, ulama muda NU putra KH Hasyim Asy’ari yang juga tak lain ayah Gus Dur.
Menurut Gus Wahid saat itu, “Ketuhanan Yang Esa” merupakan konsep tauhid dalam Islam.
Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk menolak konsep tersebut dalam Pancasila.
Artinya, dengan konsep tersebut, umat Islam mempunyai hak menjalankan keyakinan agamanya
tanpa mendiskriminasi keyakinan agama lain. Di titik inilah, menjalankan Pancasila sama artinya
mempraktikan Syariat Islam dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada
sikap intoleransi kehidupan berbangsa atas nama suku, agama, dan lain-lain.
Pancasila yang akomodatif dalam konteks sila Ketuhanan tersebut mewujudkan tatanan negara
yang unik dalam aspek hubungan agama dan negara. Dalam arti, negara Indonesia bukanlah
negara sekuler dan bukan pula negara Islam, melainkan negara yang berupaya
mengembangkan kehidupan beragama dan keagamaan (Einar Martahan Sitompul, 2010: 91).

2. Prinsip-prinsip pendidikan.

Pemikiran pendidikan Islam Wahid Hasyim dapat di cermati pada beberapa karya beliau yang di
muat di media. Dalam buku ini K.H.A. Wahid Hasyim membeberkan beberapa prinsip dalam
pendidikan yaitu
1. Percaya kepada diri sendiri atau prinsip kemandirian
2. Kesabaran.
3. Pendidikan adalah proses bukan serta merta.
4. Keberanian.
5. Prinsip tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

3. Orientasi Pendidikan Islam.

Sebagai seorang santri pendidik agama, fokus utama pemikiran Wahid Hasyim adalah
peningkatan kualitas sumberdaya umat Islam. Upaya peningkatan kualitas tersebut menurut
Wahid Hasyim, dilakukan melalui pendidikan khususnya pesantren.

Dari sini dapat dipahami, bahwa kualitas manusia muslim sangat ditentukan oleh tinggi
rendahnya kualitas jasmani, rohani dan akal. Kesehatan jasmani dibuktikan dengan tiadanya
gangguan fisik ketika berkreatifitas. Sedangkan kesehatan rohani dibuktikan dengan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan nyata.

Disamping sehat jasmani dan rohani, manusia muslim harus memiliki kualitas nalar (akal) yang
senantiasa diasah sedemikian rupa sehingga mampu memberikan solusi yang tepat, adil dan
sesuai dengan ajaran Islam.

Mendudukkan para santri dalam posisi yang sejajar, atau bahkan bila mungkin lebih tinggi,
dengan kelompok lain agaknya menjadi obsesi yang tumbuh sejak usia muda. Ia tidak ingin
melihat santri berkedudukan rendah dalam pergaulan masyarakat.

Karena itu, sepulangnya dari menimba ilmu pengetahuan, dia berkiprah secara langsung
membina pondok pesantren asuhannya ayahnya. Pertama-tama ia mencoba menerapkan model
pendidikan klasikal dengan memadukan unsur ilmu agama dan ilmu-ilmu umum di
pesantrennya(Mustafa,1999). Ternyata uji coba tersebut dinilai berhasil.

Karena itu ia kenal sebagai perintis pendidikan klasikal dan pendidikan modern di dunia
pesantren. Untuk pendidikan pondok pesantren Wahid Hasyim memberikan sumbangsih
pemikirannya untuk melakukan perubahan. Banyak perubahan di dunia pesantren yang harus
dilakukan. Mulai dari tujuan hingga metode pengajarannya.

Dalam mengadakan perubahan terhadap sistem pendidikan pesantren, ia membuat perencanaan


yang matang. Ia tidak ingin gerakan ini gagal di tengah jalan. Untuk itu, ia mengadakan langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Menggambarkan tujuan dengan sejelas-jelasnya

b. Menggambarkan cara mencapai tujuan itu Memberikan keyakinan dan cara, bahwa dengan
sungguh-sungguh tujuan dapat dicapai.

Menurut beliau, tujuan pendidikan adalah untuk menggiatkan santri yang berahlakul karimah,
takwa kepada Allah dan memiliki ketrampilan untuk hidup. Artinya dengan ilmu yang dimiliki ia
mampu hidup layak di tengah masyarakat, mandiri, tidak jadi beban bagi orang lain. Santri yang
tidak mempunyai ketrampilan hidup ia akan menghadapi berbagai problematika yang akan
mempersempit perjalanan hidupnya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Wahid Hasyim bersifat Teosentris
( Ketuhanan ) sekaligus Antroposentris ( kemanusiaan ). Artinya bahwa pendidikan itu harus
memenuhi antara kebutuhan duniawi dan ukhrowi, moralitas dan ahlak, dengan titik tekan pada
kemampuan kognisi ( iman ), afeksi ( ilmu ) dan psikomotor ( amal, ahlak yang mulia ).

4. Materi Pendidikan Islam.

Materi yang di rancang oleh Wahid Hasyim dalam pendidikan terbagi menjadi tiga : Pertama,
ilmu-ilmu agama Islam seperti fiqih, tafsir, hadist dan ilmu agama lainnya. Kedua, ilmu non
agama seperti ilmu jiwa, matematika, dan Ketiga, kemampuan bahasa, yaitu Bahasa Inggris,
Belanda dan Bahasa Indonesia.
5. Metode Pendidikan.

Adapun metode pendidikan yang dianut oleh K.H.A. Wahid Hasyim yaitu banyak mencontoh
model pengajaran ayahnya Hasyim Asy’ari berupa penanaman kepercayaan diri yang tinggi
terhadap muridnya. Ini sebagai bukti bahwa pola pemikiran Wahid Hasyim dengan ayahnya yaitu
Hasyim Asy’ari banyak sekali persamaannya, atau dengan kata lain bahwa sistem dan tehnik
yang diterapkan Wahid Hasyim merupakan kelanjutan dari sistem dan tehnik Hasyim Asy’ari.
Adapun contohnya seperti :

a. Tanggung jawab murid


 - Tidak menunda-nunda kesempatan dalam belajar atau tidak malas.

 - Berhati-hati, menghindari hal-hal yang kurang bermanfaat.

 - Memuliakan dan memperhatikan hak guru , mengikuti jejak guru.

 - Duduk dengan rapi bila berhadapan dengan guru.

 - Berbicara dengan sopan dan santun dengan guru.

 - Bila terdapat sesuatu yang kurang bisa dipahami hendaknya bertanya.

 - Pelajari pelajaran yang telah diberikan oleh guru secara istiqomah.

 - Pancangkan cita-cita yang tinggi.

 - Tanamkan rasa antusias dalam belajar.

b. Tanggung jawab guru

 - Bersikap tenang dan selalu berhati-hati dalam bertindak.

 - Mengamalkan sunnah Nabi.

 - Tidak menggunakan ilmunya untuk meraih gemerlap dunia.

 - Berahlakul karimah dan selalu menabur salam.

 - Menghindarkan diri dari tempat-tempat yang kotor dan maksiat.

 - Memberi nasehat dan menegur dengan baik jika ada anak yang bandel.

 - Mendahulukan materimateri yang penting dan sesuai dengan profesi yang dimiliki.

D. Peranan Wahid Hasyim

1. Pendiri Nahdlotul Ulama


2. Pada 1938 dipilih menjadi ketua Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)

3. Pada 1943 menggantikan ayahnya untuk memimpin Shumubu (badan urusan agama
islam)

4. Salah satu anggota BPUPKI

5. Salah satu anggota panitia sembilan

6. Salah satu tokoh yang ikut menandatangani Jakarta Charter pada 22 Juni 1945 di Jakarta

7. Menjabat sebagai menteri agama pada masa kabinet Hatta dan kabinet Natsir

8. Mendirikan beberapa sekolah dan perguruan tinggi di 14 provinsi di Indonesia

E. Tempat yang mengabadikan nama Wahid Hasyim

 SD Wahid Hasyim, SMP Wahid Hasyim dan SMA Wahid Hasyim,

Alamat: Jalan Mayjend Heryono No.165 Dinoyo, kec.Lowokwaru, Kota Malang

 SD Islam Wahid Hasyim

Alamat: Jalan Raya Pakisaji, Pakisaji, Malang

 MTs Wahid Hasyim 01 dan MTs Wahid Hasyim 02

Alamat: Kalisongo, Dau, Malang

 SMP Islam Wahid Hasyim

Alamat: Jalan raya Cokro Sukoanyar, Pakis, Malang.

 Jalan Wachid Hasyim, Kauman, Klojen, Kota Malang.

Jalan KH. Wachid Hasyim, Jakarta

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
KH. Wahid Hasyim hidup dilingkungan yang agamis sejak kecil. Ayahnya adalah seorang ulama
besar islam; pendiri Nahdlotul Ulama(NU). waktunya dihabiskan untuk belajar dipesantren.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya dan kegemarannya dalam membaca buku, Wahid
berkembang menjadi sosok yang berwibawa dan bijaksana.

Pemikirannya banyak tercurahkan dalam berbagai organisasi yang diikutinya seperti MIAI,
BPUPKI dan PPKI. Peranan Wahid Hasyim yang paling penting adalah keberhasilan beliau
dalam menyelesaikan masalah sila ketuhanan dengan mengganti sila yang berbunyi “Ketuhanan,
dengan Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya” dengan sila yang
berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” dan tentunya dapat diterima oleh semua pihak. Namun,
pemikiran beliau juga banyak diberikan pada dunia pendidikan terutama pendidikan islam.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat terinspirasi untuk terus mengisi
kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan hal hal yang membawa
manfaat. Pembaca dapat meneladani sifat dan perilaku baik para pahlawan nasional khususnya
KH. A. Wahid Hasyim.

Hal yang terpenting yakni senantiasa menjaga kesatuan negara republik indonesia dengan saling
menghormati dan menghargai, tidak membeda bedakan suku, agama ataupun ras dan menjaga
sikap toleransi satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA
 2017. Wikipedia Bahasa Indonesia: wahid hasjim.
 Bastian, Radis. Juli 2013. Para Pahlawan Terhebat Pengubah Indonesia: Palapa
 Mustofa dan Abdulloh Aly. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV Pustaka
Setia.
 Khuluq, Lathiful. 2008. Fajar Kebangkitan Ulama, Biografi KH. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara.
 http://biografinya.blogspot.co.id/2013/03/kh-wahid-hasyim.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai